• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

D. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat di gambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Skema 2.1 Persepsi Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia.

Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi 1: mengenal halusinasi Sesi 2 : mengontrol halusinasi dengan menghardik

Sesi 3 : mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan Sesi 4 : mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap.

Sesi 5 : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

32 A. Jenis Penelitian

Desain penelitian merupakan model atau metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Darma, 2011) yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat menentukan penelitian untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini merupakan desain penelitian yaitu Quasi Experimental pre-post test dengan intervensi terapi aktivitas kelompok pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan Tahun 2015.

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

Pretest Posttset

Keterangan :

: Pengukuran sebelum dilakukan perlakuan : Perlakuan

:Pengukuran sesudah dilakukan perlakuan

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien Skizofrenia yang mengalami halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad.Ildrem Provsu Medan Tahun 2014 yang berjumlah sebanyak 323 orang.

X

X

Tabel 3.1

Daftar Klien Skizofrenia Sebagai Responden Penelitian Pada Ruang Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan

April- Juni 2015

No Ruangan Jumlah Klien Jumlah Klien sebagai

Sampel adalah sebagian populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling yaitu sampel yang dikehendaki dapat diambil secara sembarang (acak) saja, peneliti memberikan kesempatan yang sama kepada tiap-tiap subjek untuk terambil sebagai anggota sampel (Arikunto, 2013). Pengambilan sampel di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan sebanyak 18 sampel.

Kriteria peneliti dalam menentukan sampel pada peneliti ini adalah a. Kriteri Inklusi

1) Klien dengan masalah utama halusinasi.

2) Tidak sedang mengalami halusinasi.

3) Mampu berbahasa Indonesia

4) Memiliki kemampuan baca tulis yang baik 5) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Ekslusi

Tidak bersedia menjadi responden

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Nursalam, 2008) : N =

( )

=

( ) ( )

= 18 Orang

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Perkiraan besar populasi

Z = Nilai standar normal untuk a = 0.05 (1.96)

P = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

D = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0.05)

Koreksi besar sampel untuk antisipasi drop outadalah: (Sastroasmoro

& Ismael,2011) n’ =

( )

Keterangan:

n „ = Besar sampel yang direncanakan n = Besar sampel yang dihitung f = Perkiraan proporsi drop out n’ =

( )

n „ =

( )

n „ = 20 sampel

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan dengan alasan karena rumah sakit ini adalah rumah

sakit rujukan untuk daerah Provsu khususnya dan sebagian dari wilayah NAD dalam bidang Ilmu Kesehatan Jiwa dan Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Provsu Medan memberi izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian ini.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni 2015.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.2

Definisi Operasional Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Skala Hasil ukur Variabel terapi sejumlah klien skizofrenia.

Variabel Dependen Gejala Halusinasi

Perilakuyang muncul pada klien skizofrenia dengan halusinasi sebelum dan sesudah dilakukan TAK.

Untuk mengukur perubahan gejala halusinasi terdapat 12 pertanyaan terdiri dari respon kognitif, afektif, perilaku, dan sosial. Untuk respon kognitif pada soal no 3,4,8, respon afektif pada soal 1,2,5, respon perilaku pada soal 10,11,12, respon sosial pada soal 6,7,9. Jika pasien menjawab “ selalu” diberi nilai 4, “sering” diberi nilai 3, “jarang” diberi nilai 2, “tidak pernah” diberi nilai 1.

G. Alat dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Alat Pengumpulan Data

a) Data primer

Data primer di peroleh peneliti langsung dari responden berupa penilaian atau pengamatan langsung tentang tanda dan gejala yang dialami pasien skizofrenia.

b) Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari tempat penelitian Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan

c) Cara pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi dan kuesioner. Lembar observasi diisi langsung oleh peneliti melalui pengamatan secara langsung pada pasein dan lembar kuesioner diberikan pada pasien stelah melakukan TAK.

d) Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan kuesioner.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Pelaksanaan pengumpulan data akan dilaksanakan setelah mendapat izin survey awal tertulis dari Institusi Pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Pengumpulan data dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi izin pelaksanaan dariRumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan digunakan peneliti sebagai lokasi penelitian. Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan maka peneliti mengadakan pendekatan psikologis dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien skizofrenia.

Setelah mendapatkan persetujuan dari responden, peneliti membuat kontrak dengan responden. Sesuai dengan kontrak yang telah disepakati,peneliti datang sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti menjelaskan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya peneliti meminta responden untuk menceritakan perasaan yang dialaminya kepada penulis setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok ( TAK). Keesokkan harinya (± 24 jam), peneliti datang kembali mengunjungi responden yang lain untuk melakukan kembali intervensi terhadap kemampuan menghardik halusinasi pada klien skizofrenia. Peneliti mencatat hasilnya pada lembar observasi sesuai dengan jawaban responden berkaitan dengan intensitas kemampuan klien skizofrenia setelah dilakukan terapi.

H. Etika Penelitian

Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatika aspek – aspek self determination, privacy and anonymity, benefience, maleficience, justice (Polit & Beck, 2004). Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :

1. Self determination

Prinsip self determination dijelaskan bahwa responden (pasien) diberi kebebasan oleh penulis untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah responden bersedia, maka langkah selanjutnya penulis menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, kemudian penulis menanyakan kesediaan responden, setelah setuju, respon diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subyek penelitian atau informed consent yang disediakan.

2. Privacy and anonymity

Prinsip etik privacy dan anonymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya

menuliskan kode inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Informasi yang dikumpulkan dijamin oleh penulis kerahasiaannya dengan memusnahkan data ketika datanya sudah selesai diambil dan dianalisa.

3. Beneficience

Beneficience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi peneliti maupun responden sendiri. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan klien sizofrenia Manfaat penelitian bagi peneliti sendiri adalah peneliti diharapkan mampu menerapkan terapi aktivitas kelompok (TAK) terhadap kemampuan berinteraksi klien skizofrenia.

4. Maleficience

Penelitian ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti meyakinkan responden bahwa apabila selama penelitian berlangsung, responden merasa tidak nyaman, kurang berkonsentrasi, kelelahan, maka responden dapat menghentikan sementara terapi aktivitas kelompok (TAK) dan dapat dilanjutkan kembali dengan memperhatikan kesiapan dan kondisi klien. Namun jika responden telah bersedia melakukan intervensi, tetapi dalam pelaksanaan penelitiannya merasa kurang nyaman, maka responden juga berhak berhenti menjadi responden.

5. Justice

Justice merupakan prinsip etik yang memandang keadilan dengan memberikan keadilan bagi responden.

6. Informed Consent

Infomed consent merupakan persetujuan atau izin yang diberikan oleh responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau perlakuan.

I. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Setelah semua data pada lembar kuisioner terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap (Notoatmodjo, 2010 ) yaitu : a. Editing

Peneliti melihat dan memeriksa kuisioner yang sudah dibagikan hasil yang didapat peneliti.Setelah kuisioner terisi, kemudian diperiksa kembali untuk melihat adakah lembaran kuisioner yang belum terjawab oleh responden dan peneliti juga memeriksa ulang kelengkapan pengisian kesalahan atau jika ada bagian dari lembar kuisioner yang belum diisi tidak ada kendala, sehingga lanjut ke pengolahan data berikutnya.

b. Coding

Pernyataan-pernyataan yang telah dijawab diberi kode agar mempermudah peneliti dalam pengolahan data. Untuk respon kognitif, afektif, perilaku, dan sosial diberi 4 kategori yaitu selalu diberi “kode 4” sering diberi “kode 3” jarang diberi “kode 2” tidak pernah diberi “kode 1”. Dari 12 pertanyaan kuesioner no 3,4,8 dikategorikan pada respon kognitif, no 1,2,5 dikategorikan pada respon afektif, no 10,11,12 dikategorikan pada respon perilaku, no 6,7,9 dikategorikan pada respon sosial.

c. Enter

Kategori-kategori yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam komputer untuk diolah.

d. Tabulating

Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan keputusan, data dimasukkan kedalam bentuk distribusi frekuensi dan memberikan skor terhadap soal-soal yang telah diisi oleh responden dengan diberi 4 kategori yaitu selalu diberi “kode 4”

sering diberi “kode 3” jarang diberi “kode 2” tidak pernah diberi

“kode 1”.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukkan untuk mendapatkan gambaran distribusi subyek penelitian serta menggambarkan variabel bebas yaitu Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) dan variabel terikat yaitu Perubahan- Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Penurunan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015.

b. Analisa Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi dengan menggunakan uji statistik T- test dependent dengan α = 0,05 yang bertujuan untuk menilai ada tidaknya pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap perubahan gejala halusinasi.

Tabel 3.3 Bivariat

Untuk Melihat Perbedaan Sebelum Dan Sesudah Melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Terhadap Perubahan

Gejala Halusinasi

No Variabel halusinasi Variabel halusinasi Cara Analisis 1 Gejala pada klien halusinasi

yang meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial pada kelompok intervensi sebelum terapi aktivitas kelompok (data numerik)

Gejala pada klien halusinasi yang meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial pada kelompok intervensi sesudah diberikan terapi aktivitas

kelompok (data

numerik)

Paired t-test

41

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan yang berada di jalan Let.Jend.Jamin Ginting S KM.10/Jl.Tali Air No. 21 Medan. Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan adalah satu-satunya Rumah Sakit Jiwa Pemerintah yang ada di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki pelayanan klasifikasi kelas “A” dengan sifat kekhususannya dikategorikan dengan type “B”. Dengan kemampuan pelayanan yang dimiliki saaat ini Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan juga merupakan Rumah Sakit Rujukan bagi Rumah Sakit lain diwilayah Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan.

Pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Medan dibagi menjadi dua unit pelayanan yaitu pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap.

Peran Rumah sakit terhadap Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien halusinasi sangat kurang, di karenakan perawat tidak begitu dekat dengan pasien. Dimana jumlah pasien yang begitu banyak jumlah yang Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara Medan.

.

2. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 18 orang responden didapatbahwa karekteristik yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.

Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan bervariasi. Distribusi Karakteristik Responden ditampilkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Daerah Provsu

Medan 2015 (n = 18)

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia

<35 tahun (50.0%), jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 9 orang (50.0%), latar belakang pendidikan SMA sebanyak 13 responden (72.2%), pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 7 responden (38.9%), dan sebagian besar responden sudah kawin sebanyak 8 responden (44.4%).

b. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pada Klien Skizofrenia

Tabel 4.2

Analisa Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Di

Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Gejala

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50 ,respon afektif sebesar 9,83 ,respon perilaku sebesar 9,44 , respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83

Tabel 4.3

Analisa Perubahan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK)

Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Gejala

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44.

Tabel 4.4

Analisa Perbedaan Gejala Halusinasi Klien Skizofrenia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

(TAK) Di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah Provsu Medan 2015 (n = 18)

Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan perubahan gejala halusinasi pada respon kognitif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,50 dan sesudah diberikan TAK mengalami perubahan sebesar 6,17 yang menunjukkan adanya pengaruh TAK. Untuk respon afektif sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon perilaku sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,44 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 5,94. Pada respon sosial juga ada perbedaan sebelum diberikan TAK tinggi sebesar 9,06 dan sesudah diberikan TAK rendah 6,39. Pada nilai komposit meunjukkan adanya perubahan gejala halusinasi sebelum diberikan TAK tinggi 37,83 dan sesudah diberikan TAK rendah sebesar 24,44.

3. Analisa Bivariat Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov hasil yang didapat respon kognitif ( ,615), respon afektif ( ,715), respon perilaku ( ,590), respon sosial ( ,361) dengan hasil yang didapat bahwa hasil tersebut dinyatakan normal.

Tabel 4.5

Hasil Uji Paired Sample Test Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi (TAK) Terhadap Perubahan Gejala Halusinasi

Pada Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Prof.Dr.Muhammad Ildrem Daerah

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara gejala halusinasi pada responden sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) dan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok (TAK) dari hasil uji Paired Sample Test ditemukan p = 0,000 (p<0,05).

B. Pembahasan

1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil

a. Analisa gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50 ,respon afektif sebesar 9,83

,respon perilaku sebesar 9,44 , respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83.

Hasil penelitian sejenis belum ada, akan tetapi peneliti menemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2010) mengenai pengaruh terapi kerja terhadap perubahan gejala halusinasi pada pasien psikosis di RSJ daerah Surakarta. Hasil penelitian diperoleh sebelum diberikan terapi sebagian besar yaitu 7 orang (70%) gejala halusinasi dalam kategori berat.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan kemampuan mengontrol halusinasi sebagian besar dalam katagori kurang sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi, hal tersebut terjadi karena semua responden belum pernah mendapat pengetahuan tentang pengenalan halusinasi yang dialami dan cara mengontrol bila halusinasi muncul aktivitas kelompok stimulasi persepsi disebabkan karena dapat merangsang atau menstimulasikan responden melalui kegiatan yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan dengan tujuan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladatif.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, perlunya peningkatan pengetahuan klien dalam mengatasi halusinasi mereka dan perlunya terapi aktivitas kelompok dilakukan secara teratur dan dukungan dari para petugas kesehatan.

b. Analisa perubahan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas

kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44.

Penelitian ini didikung oleh penelitian yang dilakukan oleh Talilah (2011) dimana ada pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi, Suryaningsih (2007) menyatakan TAK stimulasi persepsi berpengaruh terhadap penurunan frekuensi halusinasi. Kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya berimplikasi bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan terapi untuk penanganan halusinasi pasien jiwa.Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan TAK stimulasi persepsi halusinasi bertujuan untuk membentuk kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah dengan stimulus yang diberikan kepada pasien.

Salah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi sesudah diberikan Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan adanya ketertarikan responden terhadap Terapi Aktivitas Kelompok yang dilaksanakan, sehingga setelah dilaksananaknya TAK ini, kemampuan responden dalam mengontrol halusinasi dapat mengalami peningkatan. Pada saat sebelum dilakukannya TAK, sebagian besar responden hanya dapat mengingat dan melakukan satu atau dua cara untuk mengontrol halusinasinya. Namun setelah dilakukannya TAK, hampir seluruh responden dapat mengingatnya dan melakukan kelima cara mengontrol halusinasi. Hasil tersebut diartikan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang diterapkan pada pasien terbukti efektif meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang

dilakukan pada kelompok penderita berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, bahwa klien mampu mengatasi gejala halusinasi sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok dan mengetahui cara-cara mengatasinya secara mandiri.

c. Analisa perbedaan sebelum dan sesudah terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi responden yang mengalami halusinasi sebelum intervensi yang meliputi respon kognitif sebesar 9,50, respon afektif sebesar 9,83, respon perilaku sebesar 9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83.

Sementara itu, perubahan halusinasi dengan skizofrenia mengalami perubahan sesudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. Halusinasi mengindikasikan bahwa ada perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi.

Dari hasil penelitian Elisabet (2008 ).menyatakan dengan cara menghardik halusinasi pada terapi aktivitas kelompok klien dapat menolak halusinasi yang akan muncul dengan mengatakan tidak terhadap halusinasi dan tidak mempedulikannya.

Terapi aktivitas kelompok yang diberikan stimulus pada klien bisa mengontrol halusinasi yang bertujuan agar klien dapat menjelaskan cara yang selamaini dilakukan untuk mengalami halusinasi. Klien

juga dapat memahami dinamika halusinasi, cara menghardik halusinasi dandapat memperagakan cara menghardik halusinasi ( Videbeck, 2008 ).

Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu terapi aktivitas sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Akemat, 2012).

Dengan terapi aktifitas kelompok (TAK) : stimulasi persepsi, maka akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan yaitu perilaku yang baik.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi disini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami klien. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, kemampuan ini disebabkan karena proses pelaksanaan TAK yang berkesinambugan.

Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga responden yang lain terstimulus untuk melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada klien supaya mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah orang lain.

d. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh TAK terhadap perubahan gejala halusinasi responden yang dinilai dengan

menggunakan uji statistik uji Paired Sample Test diperoleh nilai hitung p = 0.000 (p<0.05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi Sundeen (1998). Dengan mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi frekuensi halusinasi akan menurun, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronika dkk (2007) bahwa frekuensi halusinasi sesudah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi halusinasi sebelum pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi.

Hasil penelitian Wijayanti (2012) juga mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa terapi okupasi berpengaruh terhadap perubahan gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia karena proses terapi okupasi adalah merangsang atau menstimulasikan pasien melalui aktivitas yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan untuk mengalihkan halusinasi pada dirinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, Wijayanti, dan Upoyo (2008), dengan judul Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran di ruang Sakura RSUD Banyumas terhadap 30 pasien halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat kecemasan sebelum dilakukan TAK dan sesudah dilakukan TAK. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, Wijayanti, dan Upoyo (2008), dengan judul Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran di ruang Sakura RSUD Banyumas terhadap 30 pasien halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat kecemasan sebelum dilakukan TAK dan sesudah dilakukan TAK. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi

Dokumen terkait