• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Interprestasi dan Diskusi Hasil

a. Analisa gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata gejala halusinasi sebelum diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas kelompok meliputi respon kognitif sebesar 9,50 ,respon afektif sebesar 9,83

,respon perilaku sebesar 9,44 , respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83.

Hasil penelitian sejenis belum ada, akan tetapi peneliti menemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Purwanto (2010) mengenai pengaruh terapi kerja terhadap perubahan gejala halusinasi pada pasien psikosis di RSJ daerah Surakarta. Hasil penelitian diperoleh sebelum diberikan terapi sebagian besar yaitu 7 orang (70%) gejala halusinasi dalam kategori berat.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan kemampuan mengontrol halusinasi sebagian besar dalam katagori kurang sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi, hal tersebut terjadi karena semua responden belum pernah mendapat pengetahuan tentang pengenalan halusinasi yang dialami dan cara mengontrol bila halusinasi muncul aktivitas kelompok stimulasi persepsi disebabkan karena dapat merangsang atau menstimulasikan responden melalui kegiatan yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan dengan tujuan membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladatif.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, perlunya peningkatan pengetahuan klien dalam mengatasi halusinasi mereka dan perlunya terapi aktivitas kelompok dilakukan secara teratur dan dukungan dari para petugas kesehatan.

b. Analisa perubahan gejala halusinasi sesudah diberikan terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi setelah diberikan terapi aktivitas kelompok, dengan rata-rata gejala halusinasi pada klien skizofrenia sebelum terapi aktivitas

kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44.

Penelitian ini didikung oleh penelitian yang dilakukan oleh Talilah (2011) dimana ada pengaruh TAK stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi, Suryaningsih (2007) menyatakan TAK stimulasi persepsi berpengaruh terhadap penurunan frekuensi halusinasi. Kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya berimplikasi bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan terapi untuk penanganan halusinasi pasien jiwa.Hal ini didukung dengan teori yang menyebutkan TAK stimulasi persepsi halusinasi bertujuan untuk membentuk kemampuan klien untuk menyelesaikan masalah dengan stimulus yang diberikan kepada pasien.

Salah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi sesudah diberikan Terapi Aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah konsentrasi dan adanya ketertarikan responden terhadap Terapi Aktivitas Kelompok yang dilaksanakan, sehingga setelah dilaksananaknya TAK ini, kemampuan responden dalam mengontrol halusinasi dapat mengalami peningkatan. Pada saat sebelum dilakukannya TAK, sebagian besar responden hanya dapat mengingat dan melakukan satu atau dua cara untuk mengontrol halusinasinya. Namun setelah dilakukannya TAK, hampir seluruh responden dapat mengingatnya dan melakukan kelima cara mengontrol halusinasi. Hasil tersebut diartikan bahwa terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yang diterapkan pada pasien terbukti efektif meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang

dilakukan pada kelompok penderita berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, bahwa klien mampu mengatasi gejala halusinasi sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok dan mengetahui cara-cara mengatasinya secara mandiri.

c. Analisa perbedaan sebelum dan sesudah terapi aktivitas kelompok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perubahan gejala halusinasi responden yang mengalami halusinasi sebelum intervensi yang meliputi respon kognitif sebesar 9,50, respon afektif sebesar 9,83, respon perilaku sebesar 9,44, respon sosial sebesar 9,06 dan nilai komposit sebesar 37,83.

Sementara itu, perubahan halusinasi dengan skizofrenia mengalami perubahan sesudah mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok meliputi respon kognitif sebesar 6,17 ,respon afektif sebesar 5,94 ,respon perilaku sebesar 5,94 dan respon sosial sebesar 6,39 dan nilai komposit sebesar 24,44. Halusinasi mengindikasikan bahwa ada perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi.

Dari hasil penelitian Elisabet (2008 ).menyatakan dengan cara menghardik halusinasi pada terapi aktivitas kelompok klien dapat menolak halusinasi yang akan muncul dengan mengatakan tidak terhadap halusinasi dan tidak mempedulikannya.

Terapi aktivitas kelompok yang diberikan stimulus pada klien bisa mengontrol halusinasi yang bertujuan agar klien dapat menjelaskan cara yang selamaini dilakukan untuk mengalami halusinasi. Klien

juga dapat memahami dinamika halusinasi, cara menghardik halusinasi dandapat memperagakan cara menghardik halusinasi ( Videbeck, 2008 ).

Terapi modalitas yang tepat untuk pasien halusinasi yaitu terapi aktivitas sensori, upaya memusatkan perhatian, kesegaran jasmani dan mengekspresikan perasaan. Terapi ini menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dalam kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat & Akemat, 2012).

Dengan terapi aktifitas kelompok (TAK) : stimulasi persepsi, maka akan memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan yaitu perilaku yang baik.

Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi disini klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami klien. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi.

Berdasarkan asumsi hasil observasi peneliti, kemampuan ini disebabkan karena proses pelaksanaan TAK yang berkesinambugan.

Dalam kelompok terjadi dinamika saling berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga responden yang lain terstimulus untuk melaksanakan hal yang diajarkan dan hal yang berhasil dilakukan oleh responden lain. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada klien supaya mampu menerima umpan balik dari orang lain serta dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan masalah orang lain.

d. Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh TAK terhadap perubahan gejala halusinasi responden yang dinilai dengan

menggunakan uji statistik uji Paired Sample Test diperoleh nilai hitung p = 0.000 (p<0.05).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) terhadap perubahan gejala halusinasi pada responden sebelum dan sesudah intervensi Sundeen (1998). Dengan mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi frekuensi halusinasi akan menurun, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Veronika dkk (2007) bahwa frekuensi halusinasi sesudah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi lebih rendah dibandingkan dengan frekuensi halusinasi sebelum pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi.

Hasil penelitian Wijayanti (2012) juga mendukung hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa terapi okupasi berpengaruh terhadap perubahan gejala halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia karena proses terapi okupasi adalah merangsang atau menstimulasikan pasien melalui aktivitas yang disukainya dan mendiskusikan aktivitas yang telah dilakukan untuk mengalihkan halusinasi pada dirinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni, Wijayanti, dan Upoyo (2008), dengan judul Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi halusinasi terhadap penurunan kecemasan klien halusinasi pendengaran di ruang Sakura RSUD Banyumas terhadap 30 pasien halusinasi, didapatkan perbedaan tingkat kecemasan sebelum dilakukan TAK dan sesudah dilakukan TAK. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sihotang (2010), dengan judul Pengaruh Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan mengontrol halusinasi di rumah sakit jiwa Medan Provinsi Sumatera Utara, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan setelah pelaksanaan TAK stimulasi persepsi dalam mengontrol halusinasi pasien.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Masdelita (2013), dengan judul Pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, menunjukkan adanya pengaruh TAK sosialisasi terhadap kemampuan kerjasama pada pasien dengan masalah isolasi sosial.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) terhadap pasien di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, sehingga dalam hal ini pelaksanaan TAK sangat perlu ditingkatkan serta dilakukan secara kontiniu dan berkesinambungan.

Pasien dengan halusinasi pada awalnya menunjukkan sikap apatis, menarik diri, mengisolasi diri dan tidak mau berkomunikasi (Keliat &

Akemat, 2005). Kemudian setelah diberikan TAK stimulasi persepsi pasien sudah mau berinteraksi dengan lingkungan. Ini sesuai dengan hasil penelitian dimana pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, bercakap – cakap, melakukan kegiatan terjadwal dan patuh minum obat. Kondisi fisik pasien dapat berpengaruh dalam pelaksanaan TAK, dimana kondisi pasien yang tidak sehat tidak dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok dengan optimal. Dalam melaksanakan TAK peneliti menggunakan data pendukung yaitu data rekam medis untuk melihat perkembangan pasien. Dapat disimpulkan bahwa TAK berpengaruh terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi karena pasien mau mengungkapkan komunikasi verbal pada saat TAK, dengan mengikuti TAK, frekuensi halusinasi akan menurun, melalui kegiatan TAK stimulasi persepsi, responden akan mendapatkan pengalaman satu dengan yang lain antara pasien, dengan berbagi pengalaman pasien akan lebih banyak mendapatkan informasi dan akan dengan segera mendapatkan umpan balik dari anggota kelompok lain.

Penurunan kecemasan pada responden setelah dilakukan TAK stimulasi persepsi halusinasi dapat terjadi karena responden sudah mampu mengenal halusinasi, mengenal waktu dan situasi terjadinya halusinasi dan mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi. Dari pelaksanaan TAK stimulasi persepsi halusinasi, responden juga telah mampu memperagakan cara mengontrol dan mencegah halusinasi yaitu dengan cara menghardik, melakukan kegiatan harian terjadwal, melakukan percakapan dengan orang lain dan mampu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar serta mampu mengenal keuntungan minum obat dan kerugian akibat tidak minum obat.

Asumsi peneliti dari hasil observasi peneliti bahwa dalam penanganan gangguan jiwa, obat bukan segala-galanya, namun diperlukan pula konseling, psikoterapi serta rehabilitasi. Berbagai riset menunjukkan bahwa faktor penyebab gangguan jiwa sangat kompleks, meliputi faktor fisik, psikologis dan sosial. Salah satu terapi lain selain obat adalah terapi aktivitas kelompok.

2. Keterbatasan Penelitian

Dokumen terkait