• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Dampak Penurunan 50 persen variabel Jalur Mekanisme Transmisi Moneter

Jumlah koefisien dari ketiga komponen tersebut adalah sama den

DAMPAK INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

5. Jalur Exchange Rate Channel (1) Var Shock (ER, INT, RR, MS,dan BASE)

6.3. Evaluasi Dampak Penurunan 50 persen variabel Jalur Mekanisme Transmisi Moneter

6.3.1. Skenario Simulasi Penurunan 50 persen variabel Jalur Mekanisme Transmisi Moneter Periode Sebelum Krisis pada tahun 1988 – 1996

Hasil simulasi penurunan 50 persen variabel utama untuk setiap jalur mekanisme transmisi moneter pada periode sebelum krisis tahun 1988 – 1996 ditunjukkan pada Tabel 34.

1. Jalur Interest Rate Channel Var Shock (INT,RR dan SBI)

Penurunan variabel shock INT, RR, dan SBI pada jalur suku bunga sebesar 50 persen lebih kecil dibandingkan dengan perioda sebelumnya menunjukkan perubahan yang cukup mencolok pada beberapa variabel yaitu KREDIT naik 189.28 persen, UKHA naik 57.41 persen, neraca perdagangan naik 57.96 persen dan peningkatan neraca perdagangan tersebut diprediksi karena terdapat peningkatan nilai ekspor sebesar 2.12 persen dan sekaligus penurunan impor sebesar -51.71 persen. Disamping itu peningkatan indikator produk domestik bruto Indonesia sebesar 5.66 persen karena diprediksi terdapat peningkatan baik pada neraca pembayaran sebesar 57.96 persen maupun pada neraca perdagangan 29.47 persen sehingga dianggap pengaruh dari faktor net ekspor lebih besar pengaruhnya terhadap produk domestik bruto Indonesia dibandingkan dengan faktor net capital inflow meskipun pada sisi lain sektor investasi menunjukkan adanya penurunan baik pada investasi swasta -38.07 persen dan investasi pemerintah -604.61 persen.

2. Jalur Bank Lending Channel Var Shock (RR, KREDIT dan SBI)

Pada Jalur kredit sebagian besar variabel ekonomi menunjukkan perubahan negatif, hanya variabel neraca perdagangan dan neraca pembayaran yang menunjukkan perubahan negatif sebesar -29.76 persen dan -15.13 persen sehingga

Tabel 34. Simulasi Historis Penurunan 50 persen variabel Jalur Mekanisme Transmisi Moneter Periode Sebelum Krisis tahun 1988 – 1996

SIM-1 SIM-2 SIM-3 SIM-4 SIM-5 SIM-6 SIM-7

Variable Endogen Simbol BASE % % % % % % %

Nilai Tukar ER 2476 -47.13 -13.00 185.06 -33.36 -50.00 -50.00 -100.40

Tingkat Sukubunga INT 9.9397 -50.00 -51.08 -50.00 -50.00 -50.00 -177.37 -133.51

Indeks Harga Konsumen INDEX 50.8734 -1.61 46.76 -326.03 -50.00 119.21 139.31 101.26

Ekspor EXPO 55773 2.12 -15.18 97.13 9.03 -24.43 -27.66 -25.33

Impor IMPO 28395 -51.71 -1.13 12.99 -43.34 -99.57 -116.73 -108.39

Investasi Swasta ISWA 74174 -38.07 -3.55 -50.00 -34.65 -70.79 -81.96 -77.80

Investasi Pemerintah IPEM 4746 -804.61 -25.50 -804.61 -808.45 -902.97 -1058.18 -1040.52

Uang Khartal UKHA 41732 57.41 -23.01 195.75 56.52 47.45 50.89 65.56

Giral GIRA 38260 8.14 -21.12 211.64 10.72 -11.34 -24.00 -15.61

Tabungan dan Deposito TADE 49685 -193.07 33.38 180.51 -185.88 -272.84 -289.89 -296.69

Penawaran Uang MS 264996 3.55 -28.09 -50.00 15.15 -50.00 -50.00 -69.22

Uang Primer BASE 44213 20.10 -39.39 -50.00 28.56 -50.00 -50.00 -50.00

Konsumsi CONS 309122 19.85 -24.75 520.16 23.40 -30.52 -30.32 -21.54

Pengeluaran Pemerintah GEXP 72368 9.35 -4.18 175.91 8.73 7.63 8.30 12.01

Penerimaan Pemerintah GREV 76680 2.12 -7.98 149.47 4.20 -16.16 -17.58 -13.87

Pajak TAX 67016 1.97 -9.21 150.97 4.94 -19.29 -21.27 -16.45

Kredit KREDIT 233535 189.28 -50.00 189.28 189.28 227.11 266.84 265.77

Permintaan Uang MD 47862 -18.69 -15.01 184.17 -12.99 -31.98 -43.66 -54.75

Neraca Perdagangan BOT 27378 57.96 -29.76 184.41 63.35 53.49 64.72 60.80

Neraca Pembayaran BOP 53850 29.47 -15.13 93.75 32.21 27.20 32.90 30.91

Produk Domestik Bruto Indonesia PDBI 478296 5.66 -17.15 370.56 8.66 -33.46 -35.86 -29.03

Pendapatan Disposabel YD 411280 6.26 -18.45 406.35 9.26 -35.77 -38.23 -31.08

KETERANGAN

SIM-1 Interest Rate Channel SIM-5 Exchange Rate (1) Channel SIM-2 Bank Lending Channel SIM-6 Exchange Rate (2) Channel SIM-3 Balance Sheet Channel SIM-7 Direct Monetary Channel SIM-4 Expectation Channel

secara umum perubahan pada variabel ekonomi tersebut berakibat pada penurunan produk domestik bruto Indonesia sebesar -17.15 persen. Variabel indeks harga konsumen pun menunjukkan perubahan positif sebesar 46.76 persen dan hal tersebut cenderung akan meningkatkan harga pada umumnya dan adanya kecenderungan menurunnya daya beli masyarakat untuk melakukan konsumsi yang ditunjukkan pada turunnya pendapatan disposabel -18.45 persen sehingga peningkatan pada variabel tersebut pun disinyalir mempengaruhi turunnya konsumsi -24.75 persen. Nilai tukar menunjukkan penurunan sebesar -13.00 persen sehingga dapat dikatakan terjadi apresiasi mata uang yang diprediksi berakibat pada turunnya ekspor sebesar -15.18 persen dan juga memiliki pengaruh negatif terhadap impor yang menunjukkan perubahan negatif sebesar -1.13 persen . Turunnya tingkat suku bunga -51.08 persen secara tidak langsung mempengaruhi investasi baik pada sektor swasta -3.55 persen dan 174.50 persen dan faktor-faktor ini yang diprediksi mempengaruhi turunnya indikator perekonomian indonesia PDBI yang dianggap sebagai kinerja perekonomian.

3. Jalur Balance Sheet Channel Var Shock (INT, RR, MS, INV, SBI dan BASE)

Perubahan positif yang cukup besar terlihat pada variabel neraca perdagangan sebesar 184.41 persen dan neraca pembayaran 93.75 persen memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan indikator perekonomian PDBI sebesar 370.56 persen. Variabel konsumsi pun dalam hal ini menunjukkan perubahan yang positif sebesar 520.16 persen dan hal ini dipengaruhi terhadap besar pendapatan yang dapat dikonsumsikan (pendapatan disposabel) sebesar 406.35 persen sehingga tingkat konsumsi masyarakat menunjukkan peningkatan. Peningkatan kredit 189.28 persen cenderung dipicu oleh penurunan tingkat suku bunga -50 persen lebih rendah dari nilai dasar dan variabel komponen indikator kinerja ekonomi pengeluaran pemerintah meningkat 175.91 persen disamping itu nilai tukar terdepresiasi cukup besar yaitu

sebesar 185.06 persen sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan ekspor 97.13 persen dan impor 12.99 persen yang juga memberikan dukungan terhadap peningkatan neraca perdagangan dan pada akhirnya terhadap pertumbuhan kinerja ekonomi meskipun investasi secara keseluruhan turun -50 persen lebih rendah.

4. Jalur Expectation Channel Var Shock (INT, RR, INDEX, dan SBI)

Neraca perdagangan pada jalur ekspektasi (expectation channel) menunjukkan peningkatan yang cukup besar 63.35 persen disamping neraca pembayaran pun menunjukkan perubahan positif 32.21 persen. Nilai tukar pada jalur ekspektasi ini mengalami apresiasi -33.36 persen tetapi hal tersebut pun tidak memberikan pengaruh yang diharapkan terhadap peningkatan ekspor 9.03 persen, impor -43.34 persen sehingga neraca perdagangan masih memperoleh pengaruh positif. Turunnya sukubunga -50 persen lebih rendah tidak memberikan pengaruh pada peningkatan kredit tetapi penurunan jumlah kredit yang disalurkan sehingga hal tersebut diprediksi berpengaruh terhadap pertumbuhan investasi total baik dari sisi investasi swasta -34.65 persen maupun investasi pemerintah -608.45 persen. Perubahan-perubahan variabel tersebut diatas mempengaruhi pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 8.66 persen dan pertumbuhan kinerja ekonomi ini pun dipengaruhi pula oleh adanya peningkatan pendapatan konsumsi 23.40 persen karena pendapatan disposabel secara rata-rata meningkat 9.26 persen dan didukung oleh adanya peningkatan pada pengeluaran pemerintah 8.73 persen yang secara langsung mempengaruhi kinerja perekonomian nasional produk domestik bruto Indonesia.

5. Jalur Exchange Rate Channel (1) Var Shock (ER, INT, RR, MS, dan BASE)

Pada jalur nilai tukar-1 variabel kredit naik cukup besar yaitu sebesar 227.11 persen yang diprediksi karena adanya penurunan tingkat sukubunga -50 persen lebih rendah dari semula sehingga hal tersebut membuat dunia usaha mengganggap biaya

modal lebih murah, disamping itu neraca perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan secara positif sebesar 53.49 persen meskipun faktor komponen pembentuk neraca perdagangan ekspor -24.43 persen dan impor -99.57 persen menunjukkan penurunan. Produk domestik bruto mengalami perubahan negatif sebesar -33.46 persen yang diperkirakan diakibatkan oleh adanya penurunan dalam investasi pemerintah -702.97 persen dan investasi swasta -70.79 persen serta adanya penurunan dalam hal konsumsi sebesar -30.52 persen dan penurunan konsumsi ini karena terdapat penurunan dari pendapatan disposabel -35.77 persen. Sedangkan penurunan investasi baik swasta maupun pemerintah diprediksi disebabkan oleh karena naiknya tingkat sukubunga pada umumnya. Oleh karena itu dengan adanya beberapa perubahan terhadap variabel-variabel yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia tersebut maka output produk domestik bruto mengalami penurunan sebesar -33.46 persen.

6. Jalur Exchange Rate Channel (2) Var Shock (ER, RR, MS, dan BASE)

Tingkat sukubunga pada jalur sukubunga (2) ini menunjukkan perubahan negatif yaitu menurun sebesar -177.37 persen yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan kredit 266.84 persen. Variabel ekspor turun sebesar -27.66 persen dan impor menurun - 116.73 persen disinyalir tidak banyak dipengaruhi oleh adanya apresiasi nilai tukar yang cukup besar -50 persen, sedangkan variabel investasi swasta dan pemerintah pun mengalami penurunan -81.96 persen dan -858.18 persen, konsumsi turun -30.32 persen diprediksi dikarenakan penurunan daya beli masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya penurunan pendapatan disposabel -38.23 persen, disamping itu pengeluaran pemerintah mengalami penurunan sebesar 8.30 persen dan dengan perubahan variabel tersebut diatas maka pertumbuhan produk domestik bruto mengalami pertumbuhan negatif dalam jumlah yang cukup besar yaitu -35.86 persen.

7. Jalur Direct Monetary Channel Var Shock (RR, SBI dan BASE)

Jalur langsung pada masa sebelum krisis periode tahun 1988 – 1996 dengan penurunan 50 persen pada variabel eksogen jalur mekanisme menunjukkan pengaruh yang tidak terlalu memuaskan terutama pada indikator perekonomian produk domestik bruto Indonesia -29.03 persen meskipun neraca perdagangan dan neraca pembayaran meningkat sebesar 60.80 persen dan 30.91 persen. Apresiasi nilai tukar -100.40 persen memberi pengaruh pada penurunan ekspor -25.33 persen maupun impor -108.39 persen yang akhirnya mempengaruhi kinerja neraca perdagangan sedangkan indeks harga konsumen yang merupakan representasi dari tingkat inflasi yang berlaku tumbuh 101.26 persen yang menunjukkan tingkat harga meningkat sehingga cenderung masyarakat mengurangi konsumsinya -21.54 persen. Tingkat suku bunga menunjukkan penurunan sebesar -133.51 persen dan perubahan tersebut secara langsung mempengaruhi pertumbuhan kredit secara signifikan sebesar 265.75 persen tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi jumlah investasi yang dilakukan baik pihak swasta -77.80 persen maupun yang dilakukan oleh pihak pemerintah -840.52 persen dan komponen kinerja perekonomian lain pengeluaran pemerintah hanya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia sebesar 12.01 persen yang tidak terlalu banyak memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan kinerja perekonomian produk domestik bruto Indonesia.

6.3.2. Skenario Simulasi Penurunan 50 persen variabel Jalur Mekanisme Transmisi Moneter Periode Krisis pada tahun 1997 – 2000

Hasil simulasi penurunan 50 persen variabel utama untuk setiap jalur mekanisme transmisi moneter pada periode krisis tahun 1997 – 2000 ditunjukkan pada Tabel 35.