• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

BAB 3 - AKUNTABILITAS KINERJA

3.1. Capaian Kinerja Organisasi

3.1.2. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada tahun 2013 memberikan sejumlah catatan yang harus menjadi perhatian dalam pelaksanaan kinerja tahun 2014. Adapun catatan tersebut dan tindak lanjut yang telah dilaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut:

 Terkait Pemenuhan target dan sasaran pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan penataan ruang dalam RPJMN dan Rencana Strategis, terutama pada target dan sasaran yang belum tercapai perlu menjadi fokus dan prioritas pada tahun 2014. Hal tersebut terkait dengan tahun akhir pelaksanaan RPJMN dan Rencana Strategis 2010-2014. Secara umum hal ini telah diakomodasi dalam Perencanaan Kinerja tahun 2014, namun terjadinya perubahan APBN Perubahan dan diantaranya penghematan/ pemotongan anggaran menyebabkan sejumlah indikator tidak dapat memenuhi target Rencana Strategis tahun 2010-2014.

 Terkait dengan pelaksanaan lelang atau pengadaan barang dan jasa yang perlu didorong lebih awal dan dengan pemaketan yang lebih optimal secara klaster, pada tahun 2014 sudah dilaksanakan beberapa hal berikut:

- Kontrak pengadaan alat berat melalui e‐catalogue dan melakukan perubahan nilai paket pekerjaan jasa konsultansi;

- Pemaketan yang lebih optimal diantaranya pemaketan dibidang infrastruktur permukiman dengan paket Rp100 milyar, Rp50-100 miliar; Rp5-50 miliar dan kurang dari Rp5 miliar. Adapun pada pengelolaan sumber daya air pemaketan didasarkan pada jenis kegiatan dimana sungai: 1 paket per sungai; pantai: 1 paket per kecamatan (dapat di beberapa lokasi); air baku: 1 paket per lokasi; irigasi: 1 paket per daerah irigasi/pengaliran (gabungan beberapa DI dalam 1 sungai); dan embung: 1 paket per kabupaten/kota;

- Pada penyelenggaraan jalan, sudah dimulai proses lelang ±4.672 paket pada Bulan November dan Desember 2013 senilai ±Rp28 triliun. Sedangkan dalam pengelolaan sumber daya air ±3.194 paket sebelum bulan Desember 2013;

- Penambahan Satuan Kerja yang baru perlu dipertimbangkan untuk optimalisasi pelaksanaan dan pengendalian pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah tertentu. Dalam pengelolaan sumber daya air untuk mendukung pembangunan 28 waduk dibentuk satker baru : 4 Satker Pembangunan Bendungan (Karian, Bengawan Solo, Sulawesi Utara, NTB) Penambahan Satker Baru (17 Satker OP SDA & 4 Satker Pembangunan Bendungan)

AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 47 | 147  Terkait dengan permasalahan tender/lelang, penyedia jasa, dan pembebasan lahan, dan

pengelolaan sumber daya aparatur telah didorong dengan upaya menerbitkan sejumlah peraturan sebagai berikut:

- Percepatan pembebasan lahan: (1) Peraturan Menteri PU Nomor 17/PRT/M/2014 tentang Peraturan Bersama Antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum Dan Badan Pertanahan Nasional Tentang Tata Cara Penyelesaian Pengusahaan Tanah Yang Berada Di Dalam Kawasan Hutan; (2) Peraturan Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.12/PRT/M/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Dukungan Pemerintah Terhadap Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Yang Dibiayai Oleh Badan Usaha;

- Kendala peralatan dalam proyek: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 09/PRT/M/2014 tentang Jenis Dan Tata Cara Penggunaan Peralatan Konstruksi Di Kementerian Pekerjaan Umum;

- Terkait pengembangan SDM: (1) Peraturan Menteri PU Nomor 13/PRT/M/2014 tentang Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Kementerian PU; dan (2) Peraturan Menteri PU Nomor 24/PRT/M/2014 tentang Pedoman Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Jasa Konstruksi;

- Terkait dengan penyedia jasa: (1) Peraturan Menteri PU Nomor 19/PRT/M/2014 tentang Perubahan peraturan Menteri PU Nomor 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi; dan (2) Peraturan Menteri PU Nomor 10/PRT/M/2014 tentang Pedoman Persyaratan Pemberian Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing;

 Terkait opini BPK-RI yang memberikan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan Kementerian PU tahun 2012, namun dengan Paragraf Penjelasan (PP) yaitu ”Pencatatan dan pelaporan persediaan per 31 Desember 2012 Tidak berdasarkan stock opname dan tidak. Terkait hal ini telah berhasil diperbaiki sehingga pada tahun 2013 meraih WTP murni dan diharapkan pada tahun 2014 dapat dipertahankan. Hal itu berhasil dilakukan dengan pelaksanaan: optimalisasi SDM dalam meningkatkan kualitas Laporan Keuangan dan BMN, serta penatausahaan dan pengelolaan BMN.

 Terkait dengan peningkatan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan reformasi birokrasi yang memenuhi kaidah dan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kementerian PU, sehingga dapat dipergunakan sebagai acuan penyusunan sasaran program dan kegiatan dalam rencana kinerja tahunan. Terkait hal ini telah dilakukan sejumlah pengembangan pada sistem e-monitoring dan pengembangan sistem informasi pemantauan indikator kinerja secara berkala. Hal itu telah dapat meningkatkan nilai evaluasi SAKIP, namun belum signifikan. Selain itu, seiring dengan perubahan organisasi dan perubahan indikator kinerja pada tahun 2015-2019, maka diperlukan penyesuaian kembali. Terutama dengan terbitnya Perpres 29 tahun 2014 tentang SAKIP dan Permen PAN dan RB nomor 53 tahun 2014, serta perubahan nomenklatur dan struktur organisasi baru Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Adapun sejumlah tindak lanjut yang mencerminkan hasil evaluasi terhadap hasil LAKIP tahun 2013 lainnya yang ditindaklanjuti pada pelaksanaan kinerja tahun 2014 adalah sebagaimana tersirat dalam sejumlah uraian capaian kinerja.

Evaluasi dan analisis kinerja pada laporan kinerja ini merupakan hasil pengukuran kinerja pada tahun 2014 yang ditinjau dan diuraikan berdasarkan tingkat capaian indikator kinerjanya terhadap masing-masing kelompok sasaran strategis Kementerian. Dalam melakukan evaluasi dan analisis kinerja Kementerian PU tersebut dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu:

a. Membandingkan antara hasil yang dicapai tahun 2014 dengan target yang tertuang dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2014;

b. Membandingkan antara hasil yang dicapai tahun 2014 dengan hasil yang dicapai pada tahun-tahun sebelumnya ;

c. Membandingkan antara hasil yang dicapai tahun 2010-2014 dengan target yang tertuang dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PU 2010-2014.

d. Menguraikan penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta langkah tindak yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian kinerja.

AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 49 | 147

Sasaran Strategis 1 (Sumber Daya Air)

SASARAN STRATEGIS 1 Meningkatnya Layanan Jaringan Irigasi dan Rawa

Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dengan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama sebagai tolok ukur keberhasilannya, yaitu luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa, baik yang dibangun/ditingkatkan maupun yang dioperasikan/dipelihara.

Tabel 3.2 Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi dan Rawa Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi dan Rawa

Dibangun/ditingkatkan 100.516,87 ha 98.362,23 ha 97,86 Dioperasikan/dipelihara 4.124.993,42 ha 4.071.740,40 98,71

Indikator kinerja ini diarahkan agar layanan jaringan irigasi dan rawa agar lebih optimal, terutama dalam aspek operasi dan pemeliharaan mengingat kegiatan operasi dan pemeliharaan tersebut ditujukan untuk menjaga infrastruktur jaringan irigasi dan rawa tetap terpelihara dan dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Pada tahun 2014, target luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa yang dibangun/ditingkatkan adalah sebesar 98.362,23 ha dimana untuk realisasinya kurang dari target yang ditentukan sebesar 100.516,87 ha (97,86%). Sedangkan target luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa yang dioperasikan/dipelihara adalah sebesar 4.124.993,42 ha dimana untuk realisasinya masih belum mencapai target yang ditentukan, yakni hanya sebesar 4.071.740,40 ha (98,71%).

Diantara kendala dalam pelaksanaan indikator kinerja ini adalah terbatasnya jumlah sumber daya manusia dalam melakukan pekerjaan fisik di lapangan, terutama pada kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi air tanah.

Capaian indikator kinerja pada tahun 2010-2014

Tabel 3.2 Capaian Indikator Kinerja terhadap Sasaran Strategis

No Indikator Kinerja

Outcome Satuan

Target

2010-2014

Capaian Tahunan Capaian

2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas Cakupan Layanan Jaringan Irigasi dan Rawa Hektar (dibangun/ ditingkatkan) 1.050.000 123.080 136.759 143.835 117.173 98.362 619.209 Hektar (dioperasikan/ dipelihara) 3.525.000 3.422.996 3.183.594 3.197.000 3.781.884 4.071.740 17.657.214

Sumber: Midterm Review Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014, LAKIP Kementerian PU tahun 2013.

Pada pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi rawa dan jaringan pengairan lainnya terdapat 3 (tiga) kegiatan tidak tercapai terhadap target renstra yaitu Jaringan reklamasi rawa yang dibangun dan ditingkatkan, Jaringan irigasi air tanah yang terbangun, dan jaringan tata air

tambak yang terbangun/ditingkatkan, secara total seluruh kegiatan yang ada dalam indikator kinerja pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi rawa dan jaringan pengairan lainnya tercapai terhadap target RPJMN. Adapun target rencana strategis lainnya pada indikator ini adalah sebagai berikut:

 kegiatan jaringan reklamasi rawa yang terbangun/ditingkatkan adalah 225.000 Ha dan realisasi selama 5 tahun adalah 202.386 (terdapat kekurangan sebesar 22.614 Ha) hal ini disebabkan oleh permasalahan lahan serta dibeberapa wilayah terjadi alih fungsi lahan yang cukup besar dan adanya pemotongan anggaran setiap tahun yang menyebabkan adanya pengurangan output;.

 kegiatan Jaringan irigasi air tanah yang terbangun adalah 12.000 Ha dan realisasi selama 5 tahun adalah 7.380 Ha (terdapat kekurangan sebesar 4.620 Ha) Hal ini disebabkan oleh cukup rumitnya masalah sosial dibeberapa wilayah pekerjaan.

 kegiatan jaringan tata air tambak yang terbangun/ditingkatkan adalah 38.000 Ha dan realisasi selama 5 tahun adalah 31.706 Ha (terdapat kekurangan sebesar 6.294 Ha). Hal ini disebabkan pembebasan lahan yang cukup rumit dibeberapa wilayah pekerjaan. Adapun rincian capaian pengelolaan sumber daya air terhadap target RPJMN adalah sebagaimana pada sub-bab 3.1.3. Sedangkan berdasarkan capaian tersebut, maka kedepan terdapat beberapa hal yang perlu dirumuskan, diantaranya:

 Peningkatan layanan jaringan irigasi/rawa untuk mendukung ketahanan pangan nasional yaitu melalui peningkatan layanan daerah irigasi, irigasi air tanah, irigasi rawa, dan irigasi tambak. Pengelolaan rawa dan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) yang difokuskan pada upaya peningkatan jaringan yang ada saat ini.

 Mengamankan lahan padi beririgasi teknis didukung dengan pengendalian konversi dan perluasan areal baru. Hal ini dilakukan dengan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan dengan berbegai lembaga/kementerian terkait, khususnya dalama pencegahan konversi lahan pertanian ke non-pertanian.

 Penanganan jaringan irigasi secara serius dan bersinergi antara pemerintah pusat dan pemerintahdaerah provinsi maupun kabupaten serta dengan masyarakat.

 Peningkatan peran serta masyarakat sehingga dapat menjadi faktor utama dalam melakukan pengelolaan irigasi dengan memperhatikan kearifan lokal yang ada di masyarakat setempat.

 Modernisasi irigasi sebagai upaya mewujudkan sistem pengelolaan irigasi partisipatif untuk pemenuhan tingkat layanan irigasi secara efektif, efisien dan berkelanjutan dalam rangka mendukung ketahanan pangan melalui peningkatan keandalan penyediaan air, pengelolaan irigasi, institusi pengelola dan sumber daya manusia.Masyarakat harus terlibat sejak perancangan, dan juga pola perancangan, setelah dibangun juga harus berpartisipasi lalu ikut dalam kegiatan operasi dan pengelolaannya serta pemeliharaannya.

 Pengalokasi anggaran operasi dan pemeliharaan seluruh Infrastruktur Sumber Daya Air secara penuh menggunakan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP).

Pembangunan Bidang Sumber Daya Air yang meliputi pengelolaan sungai dan danau serta saluran irigasi yang disediakan secara langsung melalui pembangunan oleh pemerintah pusat maupun pembinaan, pengaturan dan pengawasan pada pemerintah daerah menjadi urat nadi

AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 51 | 147 penting bagi perkembangan sektor pertanian, khususnya pertanian pangan dan sebagian mendukung sektor industri yang memerlukan air baku dalam jumlah besar. Selain itu mendukung pula penyediaan air baku untuk air minum pada sektor permukiman dan mendukung penyediaan air untuk pembangkit listrik tenaga air. Adapun indikator kinerja ini secara nasional diarahkan untuk dapat mendukung ketahanan pangan.

Tabel 3.3 Nilai Tambah (Milyar Rp) Sektor Pertanian Pangan Tahun 2009-2013 (Harga Konstan Tahun 2000)

Tahun Nilai Tambah

Pertanian Pangan Pertumbuhan (%) Konstribusi pada PDB (%) 2009 149.059 5,0 6,84 2010 151.501 1,6 6,55 2011 154.154 1,8 6,25 2012 158.910 3,1 6,07 2013 161.970 1,9 5,85 2014* 168.630 4,1 5,81

Keterangan: *Angka Sementara Sumber: Badan Pusat Statistik

Posisi sektor pertanian pangan sendiri termasuk sangat penting bagi penyediaan pangan nasional dan sangat membutuhkan pengaturan dan penyediaan air untuk irigasi. Rata-rata pertumbuhan nilai tambah sektor pertanian pangan selama tahun 2009-2014 sekitar 2,9%. Nilai tambah sektor pertanian pangan tahun 2009 sekitar Rp. 149 triyun dan meningkat menjadi Rp. 168 trilyun tahun 2014. Walaupun mengalami pertumbuhan, kontribusi pada PDB menarik menurun. Penurunan ini adalah karena pertumbuhan sektor lain yang lebih cepat, sehingga pertumbuhan sektor pertanian pangan lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi. Lambatnya pertumbuhan sektor pangan berkaitan dengan kapasitas lahan yang secara alamiah terbatas masa panen serta alih fungsi lahan pertanian.

Gambar 3.1 Nilai Tambah Sektor Pertanian Pangan dan Kontribusi pada Ekonomi Nasional Tahun

2009-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik

Dalam situasi yang sedemikian rupa, tanpa infrastruktur irigasi yang baik dan mencukupi maka pertumbuhan sektor pertanian pangan dapat mengalami penurunan yang sangat tajam. Karena itu peran sumber daya air ini sangat penting untuk mendukung strategi nasional ketahanan pangan Indonesia.

Sasaran Strategis 2 (Sumber Daya Air)

SASARAN STRATEGIS 2 Meningkatnya Keberlanjutan dan Ketersediaan Air Untuk

Memenuhi Berbagai Kebutuhan

Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama sebagai tolok ukur keberhasilannya, yaitu:

1) Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan dan dijaga/dipelihara (waduk dan embung/situ)

Kapasitas tampung sumber air yang dibangun/ditingkatkan, baik yang berbentuk bendungan, waduk, embung, maupun situ pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 133.968.541,46 m3 dimana untuk realisasinya hanya mencapai 125.334.139,63 m3 (93,57%). Sedangkan target luas cakupan layanan jaringan irigasi dan rawa yang dioperasikan/dipelihara adalah sebesar 194.723.000 m3 dengan realisasi dapat tercapai 100%.

Tabel 3.4 Kapasitas Tampung Sumber Air Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Kapasitas Tampung Sumber Air

Dibangun/Ditingkatkan 133.948.541,46 m3 125.334.139,63 m3 93,57 Dijaga/Dipelihara 194.723.000 m3 194.723.000 m3 100,00 Sejumlah kendala yang dihadapi dalam melaksanakan indikator kinerja ini diantaranya adalah sebagai berikut:

 Keterlambatan pengerjaan kegiatan dikarenakan satker yang baru terbentuk, serta baru terbentuknya pejabat inti satker pada bulan maret 2014. Upaya penanganan adalah dengan penetapan pejabat inti satker agar dilakukan sebelum Tahun anggaran baru dimulai (BBWS Bengawan Solo, BBWS Brantas).

 Pembebasan lahan dan penyelesaian masalah sosial, diantaranya pada pembangunan Waduk Bendo yang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawasan Solo dan pembangunan Bendung Karian, tindakan yang dilakukan kemudian adalah koordinasi dengan pihak setempat, terutama masyarakat tentang kesepakatan harga untuk pembebasan tanah.

 Pada sejumlah kegiatan yang bersumber dari pinjaman luar negeri, terjadi keterlambatan atau belum terbitnya SP3 dari beberapa kegiatan paket IWRMFP, Bendung Simongan dan normalisasi Kali Garang (SNVT pembangunan Waduk Jatibarang).

 Keterlambatan revisi DIPA sehingga sejumlah kontrak baru terhambat, diantaranya di BWS Papua, hal ini diatasi dengan percepatan proses pembukaan blokir.

 Terjadinya revisi harga satuan di sejumlah SNVT untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan waduk/embung/situ/bangunan.

AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 53 | 147

2) Prosentase pencapaian penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air terpadu oleh Balai-Balai SDA

Upaya Penyelenggaraan Pengelolaan SDA Terpadu oleh Balai-Balai Wilayah Sungai dilakukan melalui penyusunan rencana dan pola pengelolaan SDA (Integrated Water Resources Management) dalam pengelolaan sumber daya air) yang mana tersebar di seluruh balai.

Dari hasil pemantauan yang dilakukan terhadap prestasi capaian, diperoleh gambaran bahwa kinerja Penyelenggaraan Pengelolaan SDA Terpadu oleh Balai-Balai SDA pada tahun 2014 hanya dapat diwujudkan setara 73,33% dari target 15 Balai Wilayah Sungai dan setara 33,97% dari target 2 Wilayah Sungai.

Tabel 3.5 Penyelenggaraan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu oleh Balai-Balai SDA Tahun

2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Penyelenggaraan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu oleh Balai-Balai SDA Wilayah Sungai yang pola

pengelolaannya selesai disusun 15 WS 11 73,33

Wilayah Sungai yang rencana

pengelolaannya selesai disusun 2 WS 0,68 33,97

3) Debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk memenuhi kebutuhan domestik,

Target debit air layanan sarana/prasarana air baku untuk kebutuhan domestik, perkotaan, dan industri pada tahun 2014 ini adalah sebesar 7,26 m3/detik untuk sarana/prasarana air baku yang dibangun/ditingkatkan dan dapat tercapai 7,13 m3/detik (98,27%). Sedangkan target untuk sarana/prasarana air baku yang dioperasikan/dipelihara adalah sebesar 46,68 m3/detik dan dapat tercapai 45,66 m3/detik (97,81%).

Tabel 3.6 Debit Air Layanan Sarana/Prasarana Air Baku Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Debit Air Layanan Sarana/Prasarana Air Baku

Dibangun/ditingkatkan 7,26 7,13 98,27 Dioperasikan/diperlihara 46,68 45,66 97,81

Secara umum, kebijakan pembangunan tampungan dan wadah air ke depan diarahkan bagi terjaganya fungsi dan kapasitas tampung sumber-sumber air alami dan buatan serta peningkatan jumlah dan kapasitas sumber-sumber air buatan untuk meningkatkan kapasitas tampung per kapita, mendukung ketahanan pangan dengan peningkatan luas irigasi yang airnya terjamin dari waduk, dan dukungan bagi ketahanan energi melalui pembangunan/peningkatan bangunan air yang berpotensi untuk pengembangan PLTA. Selain itu beberapa kebijakan yang diperlukan lainnya adalah:

 Percepatan pembangunan dan pengelolaan tampungan ar seperti waduk, embung maupun situ dan pembangunan tampungan-tampungan air skala kecil/menengah

(embung, waduk lapangan, kolam, dan situ) pada daerah-daerah krisis dan wilayah-wilayah strategis.

 Memperkuat Unit Pengelolaan Bendungan baik dari sisi hardware, software, dan sumber daya manusia-nya.

 Menyelesaikan hambatan perizinan, pembiayaan, penyediaan lahan kehutanan, dan penanggulangan masalah sosial penduduk.

 Rehabilitasi waduk, embung, dan bangunan penampung air lainnya untuk mengembalikan fungsi dan kapasitas tampung.

 Operasi pemeliharaan waduk/embung/situ dengan menggunakan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)

Capaian indikator kinerja pada tahun 2010-2014

Tabel 3.7 Capaian Indikator Kinerja terhadap Sasaran Strategis Meningkatnya Keberlanjutan

No Indikator Kinerja

Outcome Satuan

Target

2010-2014

Capaian Tahunan Capaian

2010-2014

2010 2011 2012 2013 2014

1. Kapasitas Tampung Sumber Air (waduk, embung/situ) Meter3 (dibangun/ ditingkatkan) 9,4 0,83 0,757 0,185 0,174 0,125 13,85 Meter3 (dioperasikan/ dipelihara) 5,14 3,43 3,01 0,195 2. Prosentase Pencapaian Penyelenggaraan Pengelolaan SDA Terpadu oleh Balai-Balai SDA Wilayah Sungai 100% - 18 22 15 11,00 - Wilayah Sungai 17 13 9 0,68 -

3. Debit Air Layanan Sarana/Prasarana Air Baku untuk Memenuhi Kebutuhan Domestik, Perkotaan dan Industri

Meter3/detik (dibangun/ ditingkatkan) 43,4 6,31 8,6 14,94 13.90 7,13 37,0 Meter3/detik (dioperasikan/ dipelihara) 44,75 9,88 13,17 15,16 33,32 45,66 37

Sumber: Midterm Review Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014, LAKIP Kementerian PU tahun 2013.

Kegiatan yang ada adalam indikator kinerja penyediaan dan pengeloaan air baku secara keseluruhan tercapai terhadap target RPJMN. Terdapat satu kegiatan yang tidak tercapai dalam target renstra yaitu kegiatan prasarana dan sarana air baku yang terbangun. Adapun target terhadap Rencana strategis lainnya adalah sebagi berikut:

 kegiatan waduk yang direhabilitasi adalah 91 waduk dan realisasi selama 5 tahun adalah 81 waduk (terdapat kekurangan 10 waduk). Hal ini disebabkan oleh karena kebanyakan waduk yang direhab menggunakan dana loan, proses administrasi kegiatan loan membutuhkan lebih banyak waktu;

 kegiatan waduk embung/situ/banguan penampungan air lainnya yang dioperasikan dan dipelihara adalah 1.200 buah dan realisasi selama 5 tahun adalah 1.199 buah (terdapat kekurangan sebesar 1 buah). Hal ini disebabkan oleh karena adanya pemotongan anggaran setiap tahun yang menyebabkan adanya pengurangan output;

 kegiatan sarana dan prasarana pengendalian banjir yang dibangun adalah 1450 km dan realisasi selama 5 tahun adalah 1448 km (kekurangan sebesar 2 km) hal ini disebabkan

AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 55 | 147  kegiatan sarana dan prasarana pengendalian sedimen lahar yang direhabilitasi adalah

140 buah dan realisasi selama 5 tahun adalah 138 buah (kekurangan sebesar 2 buah) hal ini disebabkan oleh adanya pemotongan anggaran;

Sasaran Strategis 3 (Sumber Daya Air)

SASARAN STRATEGIS 3 Berkurangnya Luas Kawasan yang Terkena Dampak Banjir

Capaian kinerja sasaran strategis ini diukur dengan 1 (satu) Indikator Kinerja Utama sebagai tolok ukur keberhasilannya, yaitu luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir, baik yang dibangun/ditingkatkan maupun yang dioperasikan/dipelihara. Pada tahun 2014 dapat terealisasi pembangunan dan peningkatan untuk seluas 29.916,30 ha dari target 31.704,43 ha (94,36%). Adapun yang dipelihara adalah seluas 251.217,05 ha dari target 259.575,38 ha (96,78%).

Tabel 3.8 Luas Kawasan yang Terlindung dari Bahaya Banjir Tahun 2014

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

Luas Kawasan yang Terlindung dari Bahaya Banjir

Dibangun/ditingkatkan 31.704,43 ha 29.916,30 ha 94,36 Dioperasikan/dipelihara 259.575,38 ha 251.217,05 ha 96,78

Infrastruktur Pengendali Banjir, pada kegiatan pembangunan baru pada tahun 2014 ini yang tidak dapat mencapai target karena disebabkan terdapat pemotongan anggaran, demikian halnya untuk kegiatan rehabilitasi.

Selama waktu pelaksanaan mengalami beberapa hambatan yaitu struktur tanah yang labil dan rawa, kekurangan kayu untuk landasan eskavator disebabkan lokasi pekerjaan berada dalam kawasan hutan lindung serta lokasi material batu yang jauh.

Adapun untuk mendorong peningkatan kinerja, perlu dirumuskan sejumlah strategi sebagaimana berikut:

 Peningkatan kapasitas adaptasi bencana banjir dan kapasitas mitigasi seluruh stakeholder, baik institusi maupun masyarakat secara luas yang dbarengi dengan peningkatan kemampuan prediksi terhadap peningkatan aliran sungai dan dampak yang ditimbulkannya.

Percepatan penyusunan Flood Risk Map sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan pengendalian pemanfaatan ruang pada setiap wilayah sungai. Upaya tersebut dibarengi dengan normalisasi sungai sepanjang yang diperkirakan mencapai 3.000 km.

Penerapan pendekatan flood management (pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan); termasuk integrasi sistem drainase makro dan mikro daerah perkotaan, penerapan kebijakan “pembangunan area parkir air” (retention/retarding basin)serta penataan lahan dalam bentuk garis sempadan sungai.

 Penanganan pengurangan banjir yang diprioritaskan pada wilayah dengan tingkat aktivitas ekonomi yang tinggi, seperti Jabodetabek dan kawasan metropolitan serta kota-kota besar. Hal ini dilakukan dalam rangka peningkatan daya saing kawasan.Pengamanan kawasan rawan bencana banjir diperkirakan seluas 200 ribu hektar.

AKUNTABILITAS KINERJA Halaman 57 | 147

Capaian indikator kinerja pada tahun 2010-2014

Tabel 3.9 Capaian Indikator Kinerja terhadap Sasaran Strategis Berkurangnya Luas Kawasan yang

Terkena Dampak Banjir tahun 2010-2014

No Indikator Kinerja

Outcome Satuan

Target

2010-2014

Capaian Tahunan Capaian

2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014

1. Luas Kawasan yang Terlindung dari Bahaya Banjir Hektar (dibangun/ ditingkatkan) 83.372 30.940 12.000 137.696 236.265 29.916 117 Hektar (dioperasikan/ dipelihara) 7.140 476.392 27.519 251.217 1.209.085

Sumber: Midterm Review Rencana Strategis Kementerian PU 2010-2014, LAKIP Kementerian PU tahun 2013.

Target rencana strategis sendiri dalam mendukung indikator luas kawasan yang terlindung dari bahaya banjir, diantaranya adalah kegiatan sarana dan prasarana pengendalian banjir yang telah dibangun adalah 1.450 Km, namun dapat terealisasi selama 5 (lima) tahun adalah 1.448 Km (99,86%). Dengan demikian total panjang sarana pengendali banjir yang terbangun mencapai lebih dari 2.700 Km, meningkat 111,52% dari tahun 2009 sepanjang 1.322 Km. Namun demikian kemampuan Operasi dan Pemeliharaan hanya mencapai 41,84% dan untuk kemampuan rehabilitasi mencapai 12,53% dari total panjang pengendali banjir yang ada. Adapun untuk kinerja per tahun menunjukkan pencapaian yang bervariasi untuk masing-masing infrastruktur maupun untuk masing-masing-masing-masing kegiatan, bebarapa diantaranya tidak mencapai target, namun yang lainnya sesuai atau bahkan melampaui target yang telah ditetapkan di dalam Penetapan Kinerja (PK).

Dokumen terkait