• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

D. Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan

Penelitian ini merupakan evaluasi kualitatif yaitu penelitian terhadap program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengukur akibat dan dampak dari suatu program sebagai landasan bagi penyusunan kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program. (Michael Quinn Patton, 2006: 30).

Sedangkan menurut Herbert H. Hyman penelitian evaluasi adalah prosedur penemuan fakta tentang aksi-aksi social yang direncanakan. Dari definisi tersebut didalamnya mencakup 2 substansi yaitu, aspek konseptual : yaitu adanya hubungan aktifitas dengan tujuan yang diinginkan, serta aspek metodologis yeitu bagaimana mengukur akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas program.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi mengandung pengertian:

1. dari sudut spesifikasi obyeknya berarti menilai hasil berbagai macam program yang dilaksanakan pemerintah berkaitan dengan problem yang dihadapi masyarakat.

2. dari sudut teknik penilaian merupakan cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menilai hasil dari program pemerintah tadi.

3. dari sudut analisisnya akan dapat menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari kegiatan menilai program pemerintah tersebut, apakh efektif atau tidak, mempunyai dampak positif lebih daripada negatifnya atau sebaliknya.

M. T. Feurstein (1986 : 8) menyatakan bahwa hasil evaluasi berarti membantu mereka yang terlibat dalam banyak jenis program pengembangan untuk menafsir nilai pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Dalam Penelitian ini untuk melihat keberhasilan dari suatu program yang telah dicanangkan dan dilaksanakan, peneliti menggunakan indicator yang diungkapkan oleh M.T Feurstein yang mencakup 9 indikator untuk menilai efektivitas terhadap pelaksanaan suatu program yaitu antara lain :

1. Availabilitas yaitu aspek itu sesuatu itu ada dan tersedia

Yang dimaksudkan disini adalah lokasi yang dijadikan sebagai tempat untuk pelaksanaan program dan juga alokasi dana dari pemerintah serta sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan program. Kelurahan Mojosongo khususnya bantaran Kalianyar yaitu Kampung

Sabrang Lor RT 05 RW 08 merupakan salah satu wilayah di kota Surakarta dimana program PHBS pada tatanan rumah tangga dilaksanakan. Sedangkan dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan program ini masih sangat terbatas, standar biaya pelaksanaan program PHBS ini juga disesuaikan dengan kemampuan daerah masing-masing sehingga pelaksanaannya belum dapat maksimal. Untuk wilayah Kota Surakarta, menurut pelaksana program dana yang dialokasikan untuk pelaksanaan program PHBS tatanan rumah tangga juga masih sangat minim yaitu sebesar Rp 43.793.000,00. Dana tersebut apabila digunakan untuk pelaksanaan program dengan sasaran seluruh masyarakat kota Surakarta sangat tidak mencukupi. Untuk pencapaian keberhasilan dan hasil yang maksimal, diperlukan perencanaan financial yang matang agar semua tepat sasaran.

2. Relevansi yaitu seberapa jauh sesuatu hal dapat dikatakan relevan dengan tujuan diadakannya program.

Tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. Program PHBS juga diarahkan untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Akan tetapi, tujuan itu tidak akan berjalan dengan baik dan sesuai rencana tanpa adanya kerja sama yang baik antara pelaksana program dan masyarakat sebagai sasaran program. Kemauan dan kesadaran dari masyarakat juga sangat mempengaruhi keberhasilan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat untuk mencapai Solo Sehat 2010. Sejauh ini, menurut pemerintah, masyarakat keseluruhan khususnya bantaran Kalianyar belum memiliki kesadaran yang kuat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga diperlukan usaha yang lebih dari pelaksana program untuk meningkatkan pemahaman terhadap masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan salah satu alasan diluncurkannya program ini yaitu untuk mengubah paradigma masyarakat dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat berfikir bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan gratis dan mudah, akan tetapi pemerintah ingin mengubah pola pikir tersebut agar masyarakat tidak berfikit untuk

berobat, akan tetapi berusaha untuk berperilaku sehat dan tidak sakit. 3. Aksesabilitas yaitu aspek sesuatu yang ada benar-benar terjangkau

oleh mereka yang memerlukan.

Sasaran dari program PHBS adalah seluruh masyarakat yang tinggal diwilayah kota Surakarta. Sedangkan penelitian ini memfokuskan pada wilayah bantaran Kalianyar, Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08. Masyarakat dari semua kalangan, yaitu dari kalangan atas sampai kalangan bawah dituntut kemauan dam kesadarannya untuk menerapkan perilaku kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Para petugas kesehatan berusaha memberikan pengarahan, penyuluhan serta keteladanan bagi seluruh masyarakat melalui sosialisasi secara door to door kepada anggota keluarga. Masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi tentang kesehatan melalui sosialisasi tersebut. Pelaksanaan program PHBS ini juga untuk meningkatkan pengetahuan dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan agar anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

4. Kebergunaan yaitu sejauh mana sesuatu yang telah dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.

Tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga

di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program PHBS, program ini kurang dilaksanakan dengan baik sesui rencana yaitu berupa pembekalan pengetahuan, sosialisasi kepada masyarakat serta pendataan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga dengan mengisi blangko yang telah disediakan. Pada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, terdapat upaya pemberdayaan masyarakat yang berupa advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Akan tetapi hal tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan, pernyataan tersebut disetujui oleh pembuat kebijakan maupun pelaksana kegiatan. Sangat sulit untuk memanfaatkan sumber daya yang ada, dengan berbagai keterbatasan termasuk keterbatasan biaya. Akan tetapi, sarana dan prasarana yang ada juga telah dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS tersebut, misal ATK dan blangko pengisian PHBS. Menurut pendapat dari salah satu kader posyandu, sebenarnya pelaksanaan program ini kurang maksimal dan kurang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Untuk itu, kedepannya diharapkan dari pembuat kebijakan serta pelaksana kegiatan lebih konsisten dalam menjalankan suatu program. 5. Ketercakupan yaitu aspek program yang sudah mencakup dari

masyarakat yang menjadi sasaran program.

Program PHBS ini diperuntukkan bagi seluruh masyarakat di wilayah Kota Surakarta dan dikhususkan pada tatanan rumah tangga. Dari jumlah indikator perilaku hidup bersih dan sehat tatanan rumah tangga yang berjumlah 16, akan di bagi menjadi 4 aspek program prioritas yaitu :

- Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) - Kesehatan Lingkungan

- Perilaku

- Kesehatan Masyarakat

Menurut pembuat kebijakan, keempat aspek program prioritas tersebut sudah mampu mencakup segala kebutuhan dan permasalahan pada tatanan rumah tangga. Akan tetapi, dengan melihat hasil dari pelaksanaan program, pemerintah ingin lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat agar mereka mampu mengenali sendiri permasalahan dalam rumahtangga yang selanjutnya hal tersebut bisa menjadi masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah.

6. Kualitas yaitu menunjukkan kualitas atau standar tertentu yang ingin dicapai.

Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas,

kelurahan, petugas posyandu serta ibu-ibu PKK. Berbicara kualitas tak lepas dari kinerja dimana ukuran pas dan tepat apabila sesuatu itu dikerjakan oleh ahlinya. Pelaksana program PHBS di Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 adalah para petugas poyandu Anggrek. Peran petugas kesehatan tersebut bisa meningkatkan kualitas pelaksanaan program PHBS khususnya pada tatanan rumah tangga. Dalam pelaksanaannya, pelaksana program juga harus meningkatkan pelaksanaan program dengan dukungan dari berbagai pihak, khususnya kerjasama dari masyarakat untuk mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga dan agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan diri maupun keluarga.

7. Usaha yaitu menunjukkan apa dan berapa banyak yang diinvestasikan dalam pelaksanaan program untuk mencapai tujuan

Dalam proses pelaksanaan program PHBS hingga saat ini berbagai usaha terus digalakkan oleh pemerintah khususnya Dinas Kesehatan kepada masyarakat maupun pelaksana program. Berbagai usaha yang telah dilakukan antara lain pelatihan-pelatihan kepada pelaksana program lebih sering diadakan, sosialisasi dengan membuat selebaran juga sudah dilakukan, juga penjelasan kepada masyarakat tentang bahaya dari tidak berperilaku sehat dan juga keuntungannya melalui

film, video, foto maupun gambar. Akan tetapi semuanya memang kembali kepada kesadaran dan kemauan dari masing-masing individu untuk mau menerapkan perilaku-perilaku yang diharapkan.

8. Efisiensi yaitu merupakan aspek sumber daya dan aktifitas telah dimanfaatkan dengan baik.

Berdasarkan penjelasan dari pembuat kebijakan, pengkajian sumber daya yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan program PHBS disini antara lain :

Ø Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas sektor

Ø Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah dan sumbernya seperti penyediaan ATK untuk pencatatan dan pelaporan.

Dalam hal pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat, sumber daya yang terlibat didalamnya diantaranya adalah petugas puskesmas, kader posyandu, aparat kelurahan, RT maupun RW setempat serta ibu-ibu yang tergabung dalam PKK. Mereka merupakan orang-orang yang dipercaya sebagai wakil dari kalangan masyarakat untuk mendapatkan kajian dari pembuat kebijakan yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta berupa pelatihan dan sosialisasi dari

pemerintah. Selanjutnya, apa yang mereka dapatkan dari kajian-kajian tersebut nantinya harus mereka sampaikan dalam bentuk pengarahan dan sosialisasi kepada masyarakat luas tentang apa saja yang mereka dapatkan terkait dengan kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan sekitarnya. Pelaksana program perilaku bersih dan sehat merupakan sumber daya yang terlatih dengan pembekalan melalui beberapa kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan komitmen pengelola program. Sedangkan sarana lain yang digunakan berupa ATK atau blangko pendataan PHBS tatangan rumah tangga yang digunakan untuk mencatat perilaku keseharian masyarakat. Blangko tersebut akan ditempel didepan rumah masing-masing kepala keluarga. Diperlukan kerjasama yang baik antara pelaksana program agar program ini dapat terlaksana dengan baik dan tertib.

9. Hasil : merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program.

Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan salah satu program yang digalakkan oleh Kantor Pusat Promosi Kesehatan yang merupakan bagian dari Departemen Kesehatan dengan tujuan untuk memberdayakan setiap individu agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu bermanfaat pula untuk mencegah terjadinya penyakit dan melindungi

diri dari ancaman penyakit. Program tersebut bertujuan juga untuk menambah tingkat pengetahuan seseorang tentang sehat-sakit.

Dengan adanya sosialisasi dan pengarahan tersebut, dapat dilihat bahwa ada perubahan yang terjadi dalam perilaku masyarakat dalam kesehariannya. Dalam aspek Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), masyarakat dalam hal ini khususnya ibu-ibu mulai memperhatian hal tersebut. Dengan adanya pengarahan dari kader posyandu, para ibu mulai rutin dan tertib membawa anak mereka ke posyandu setiap bulannya untuk menimbang dan imunisasi dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan anak. Hal-hal lain seperti gaya hidup dan perilaku kesehatan juga mulai menampakkan perubahan, ditandai dengan berkurangnya perilaku merokok, mengkonsumsi minuman keras serta narkotika.

Terlepas dari keberhasilan diatas, terdapat pula kekurangan dalam upaya pelaksanaan program PHBS tersebut. Untuk aspek kesehatan lingkungan seperti penggunaan jamban sehat dan pembuangan sampah masih menjadi masalah yang perlu dipecahkan bagi pembuat kebijakan. Hal tersebut dikarenakan perilaku masyarakat bantaran sungai yang masih belum bisa dikatakan sehat, terbukti dengan masih banyaknya warga yang membuang sampah disungai dan masih ada sebagian warga yang membuang hajat disungai, tepatnya dibelakang

rumah mereka. Perilaku tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar yang langsung berhubungan dan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Selain hal diatas, aspek kesehatan masyarakat juga masih perlu ditingkatkan untuk mencapai keberhasilan. Yang termasuk didalamnya adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kepesertaan dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK). Untuk PSN, masih kurangnya perhatian dan kepedulian masyarakat masih perlu diperhatikan. Selain itu, Pelayanan yang disediakan pemerintah kota Surakarta dalam hal kesehatan seperti Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dapat dlihat bahwa belum semua lapisan masyarakat dapat mengakses pelayanan kesehatan tersebut. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan masyarakat akan adanya pelayanan tersebut masih sangat kurang. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi yang lebih untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya Jaminan Pemeliharaan Kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin.

Melihat uraian diatas, program ini belum bisa dikatakan berhasil mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari informan yang berjumlah 10, hanya sebesar 60% yang masuk kategori Sehat Utama, sedangkan 40% masuk dalam kategori Sehat Madya. Sedangkan, harapan dari Dinas Kesehatan Kota

Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010. Untuk itu, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PHBS untuk mencapai Solo Sehat 2010 diwilayah bantaran Kalianyar khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 ini belum maksimal. Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, diperlukan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya memeliharan kesehatan diri maupun lingkungan. Hal tersebut belum atau masih kurang tecermin dalam perilaku keseharian masyarakat bantaran Kalianyar. Masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan, baik pemahaman maupun sarana yang telah disediakan. Selain hal tersebut, hal yang perlu ditingkatkan adalah aspek partisipasi masyarakatnya. Masyarakat juga perlu diajak serta mengidentifikasi dan membahas masalah kesehatan serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Artinya, masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi dari petugas kesehatan, melainkan ikut aktif mencari masalah kesehatan yang dirasakan penduduk, memikirkan jalan keluarnya, mencari sumber daya yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut, serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan. Dengan

begitu, akan memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan mereka merasa ikut merencanakan suatu kegiatan kesehatan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tersebut mereka lebih termotivasi untuk berperan serta.

Perlu juga dari pihak pembuat kebijakan serta petugas terlatih menanamkan kesadaran dan motivasi kepada masyarakat. Dalam hal ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film, slide, photo, gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang tidak sehat, dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk berperilaku sehat.

BAB IV

Dokumen terkait