• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Kemampuan berfikir seseorang adalah sebagai penentu dalam menentukan pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green perilaku dipengaruhi 4 faktor yaitu :

a. Faktor Pemudah, faktor pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Dari keenambelas indikator PHBS tatanan rumah tangga, akan dibagi menjadi 4 aspek program prioritas yaitu Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), Lingkungan, Perilaku, dan Kesehatan

Masyarakat.

1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. Untuk aspek Gizi dan KIA ini, masyarakat bantaran Kalianyar menerapkan keempat indikator tersebut karena mereka memiliki pengetahuan dan keyakinan untuk menerapkan perilaku kesehatan tersebut. Masyarakat mempunyai keyakinan atau kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian. Tidak jarang pula kepercayaan seperti itu ditumbuhkan oleh pihak yang berwenang atau memiliki ketrampilan serta pengetahuan yang disebarluaskan ke anggota masyarakat yang lain seperti petugas kesehatan (Solita Sarwono, 1997 : 14). Disini, petugas kesehatan sangat berperan terhadap perubahan perilaku masyarakat. Anjuran petugas kesehatan seperti pemberian ASI Eksklusif, Penimbangan balita, Persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan serta mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang merupakan faktor pendorong atau motivasi bagi masyarakat untuk menerapkan perilaku tersebut. Masyarakat mempunyai keyakinan kepada petugas kesehatan, karena mereka mengerti bahwa petugas kesehatan

merupakan petugas terampil dan terlatih untuk bergerak dibidang kesehatan. Penerapan perilaku tersebut diatas juga terbangun dari hasil interaksi antara seseorang dengan masyarakat atau lingkungan sekitar, termasuk antara masyarakat dengan petugas posyandu khususnya RT 05 RW 08 dan juga antara satu orang dengan orang lainnya. Banyak diantara warga atau informan yang memiliki balita, sehingga antara satu dengan yang lain saling bertukar pengalaman, misalnya dalam pemberian ASI Eksklusif kepada balita atau persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan. Untuk penimbangan balita, penerapan perilaku tersebut sudah terbentuk dan terpola dalam masyarakat karena sudah seperti kewajiban bagi para ibu untuk menimbangkan balitanya untuk mengetahui perkembangan anak secara rutin. Seperti pernyataan petugas Posyandu bahwa petugas kesehatan berupaya memberikan dorongan dengan imbalan materi maupun non materi. Misalnya, dengan memberikan pengertian bahwa jika balita diberi ASI Eksklusif dan ditimbang setiap bulannya maka balita akan tumbuh sehat (imbalan non materi).

2. Kesehatan Lingkungan

Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari., menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota

rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan Lantai rumah kedap air. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik mapun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakat (Soekidjo Notoatmojo, 2003 : 118). Dari hasil penelitian pada masyarakat bantaran Kalianyar, kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakatnya, terlebih masyarakatnya tinggal dibantaran yang identik dengan kekumuhan. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan sekitar merupakan faktor pemicu atau antiseden yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Seperti pengetahuan untuk memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari- hari., menggunakan jamban sehat, dan membuang sampah pada tempatnya. Walaupun mayoritas masyarakat bantaran Kalianyar telah menerapkan atau berusaha menjaga kesehatan lingkungannya, akan tetapi masih ada sebagian warga yang belum menerapkan perilaku tersebut.

Menurut Skinner, Perilaku Sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri

atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat- akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku. Sepertinya faktor lingkungan yaitu keberadaan sungai juga menjadi motivasi bagi sebagian warga untuk melakukan berbagai aktifitas disana, seperti mencuci, buang air besar, serta membuang sampah. Masyarakat tidak menyadari bahwa perilaku tersebut akan menimbulkan masalah nantinya, seperti tercemarnya air sungai dan ancaman banjir pada musim penghujan. Dapat dikatakan bahwa lingkungan juga dapat mempengaruhi atau merubah perilaku seseorang. Disini, pengetahuan dan sikap masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan perlu ditingkatkan lagi, dimana lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.

3. Perilaku

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Untuk perilaku olahraga, mencuci

tangan dengan menggunakan sabun serta menggosok gigi minimal 2 kali sehari diterapkan oleh masyarakat karena pengetahuan mereka untuk menjaga serta memelihara kebersihan diri sendiri merupakan faktor terpenting untuk meningkatkan kesehatan serta menjaga diri dari ancaman berbagai penyakit. Seperti penjelasan sebelumnya bahwa masyarakat mempunyai keyakinan atau kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa jika orang percaya bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker, maka dianggapnya hal itu benar, terlepas dari dia suka atau tidak suka merokok, oleh karena itu masyarakat akan berusaha untuk menghindarinya. Akan tetapi ada juga informan yang merokok karena sudah menjadi hobi dan juga dijadikan teman bersantai. Seperti pendapat dari salah satu pihak dari pembuat kebijakan bahwaperilaku merokok berasal dari teman dekat, khususnya dengan jenis kelamin sama. Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubugan dengan orang lain atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan sosial tersebut, manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan interaksi. Di dalam interaksi sosial, individu akan menyesuaikan diri dengan yang lain atau sebaliknya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya. Untuk

itu, sangat sulit untuk merubah perilaku yang sudah mendarah daging dan bisa dikatakan kecanduan. Selain itu, penerapan perilaku tidak mengkonsumsi minuman keras serta narkotika karena masyarakat memiliki keyakinan bahwa perilaku tersebut tidak dianjurkan dalam ajaran agama, mengganggu kesehatan, dan juga perilaku tersebut merupakan perilaku negative yang akan berdampak pada citra seseorang dimasyarakat seperti gunjingan, celaan, dan lain-lain. Disini dapat kita lihat bahwa faktor sosial juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Dapat kita ketahui juga bahwa masyarakat telah mengalami perubahan atau peningkatan perilaku dari indicator-indikator diatas, dan perubahan perilaku tersebut terjadi melalui 3 tahap yaitu pengalaman, sikap dan tindakan. Sebelum seseorang mengalami perubahan perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat dan arti perilaku tersebut bagi dirinya sendiri atau masyarakat. Selanjutnya, seseorang akan menilai obyek atau stimulus dalam bentuk sikap (pendapat) dan selanjutnya akan mempraktekkan apa yang ia ketahui atau disikapinya (dinilai baik).

4. Kesehatan Masyarakat

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari

hasil penelitian didapatkan bahwa 60% masyarakat telah menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang berupa Askes (Asuransi Kesehatan). Informasi pelayanan tersebut mereka dapatkan dari RT setempat serta dari kantor tempat mereka bekerja. Hal tersebut terkait dengan sikap masyarakat dalam hal pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya dengan cara menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) seperti Askes dan Jamkesmas. Sedangkan melakukan pemberantasan sarang nyamuk merupakan wujud perilaku pemeliharaan kesehatan, dimana terbentuk dari pengetahuan masyarakat bahwa untuk menghindari ancaman penyakit Demam Berdarah, masyarakat perlu untuk menerapkan perilaku tersebut. Selain itu, untuk menghindari ancaman penyakit tersebut, masyarakat juga memiliki sikap untuk mencari informasi fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemberantasan sarang nyamuk dengan menggunakan fogging. Akan tetapi hal tersebut belum dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat bantaran Kalianyar. Salah satunya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi petugas kesehatan bahwa sebenarnya fogging dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Masih banyak warga yang beranggapan bahwa fogging hanya diperuntukkan bagi warga atau lingkungan yang pernah dilanda wabah penyakit demam berdarah, dan fogging dapat dilakukan atas

perintah dari petugas kesehatan.

b. Faktor Pemungkin, factor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya ketrampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan.

1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa terlaksananya indikator persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan, pemberian ASI Eksklusif serta penimbangan balita dikarenakan ketersediaan sumber saya yaitu petugas kesehatan serta ketrampilan dibidang kesehatan yang dimiliki oleh petugas kesehatan sehingga memunculkan keyakinan serta kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan dan akhirnya memotivasi masyarakat untuk menerapkan perilaku tersebut. Salah satu dari petugas kesehatan berpendapat bahwa sikap atau tindakan yang dilakukan oleh para petugas kesehatan, akan mendorong masyarakat untuk berperilaku yang sama. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mendorong masyarakat agar berperilaku sehat. Misalnya,

petugas posyandu menerapkan perilaku mencuci tangan dengan menggunakan sabun, tidak merokok, serta menjadi peserta JPK. Dengan begitu, masyarakat sedikit demi sedikit akan melakukan hal yang sama dalam meningkatkan kesehatan, baik diri, keluarga maupun masyarakat. Keteladanan dari petugas kesehatan tersebut juga dapat mempengaruhi perubahan perilaku pada masyarakat.

2. Kesehatan Lingkungan

Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari., menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan Lantai rumah kedap air. Untuk menjaga kesehatan diri, diperlukan upaya dari masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatan lingkungan sekitarnya karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan seseorang. Air bersih, jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya serta kesehatan tempat tinggal merupakan aspek penting untuk dijaga kebersihannya. Dari hasil penelitian terlihat bahwa indikator-indikator diatas telah diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun masih ada sebagian warga yang masih memanfaatkan sungai untuk sebagian aktifitas seperti buang hajat dan membuang sampah. Apalagi

masyarakat yang tinggal di bantaran sungai, khusunya bantaran Kalianyar. Untuk beberapa aktifitas, bantaran sungai memang sangat bermanfaat keberadaannya, selain untuk hal yang positif, bantaran sungai juga tidak luput dari sasaran warga untuk melakukan aktifitas yang sebenarnya sangat merugikan, seperti dijelaskan diatas. Akan tetapi berdasarkan penjelasan dari salah satu pihak dari dinas kesehatan bahwa dari pihak pembuat kebijakan telah mengantisipasi hal tersebut dengan mendirikan WC umum yang dapat digunakan untuk masyarakat umum, akan tetapi kebersihan dan perawatan WC tersebut juga tidak mudah. Diperlukan kesadaran dan kemauan dari masyarakat untuk dapat menjaga dan memelihara keberadaannya. Untuk itu dibutuhkan komitmen dari masyarakat terhadap kesehatan untuk mewujudkan dan meningkatkan perilaku kesehatan.

3. Perilaku

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian di bantaran Kalianyar, indikator perilaku ini telah diterapkan oleh masyarakat

kecuali aktifitas olahraga/fisik yang masih jarang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat merasa bahwa indikator itu penting untuk dilakukan, mengingat bahwa dampak yang ditimbulkan juga cukup besar. Hal tersebut merupakan komitmen dari masyarakat terhadap kesehatan baik kesehatan diri, keluarga maupun lingkungan. Sedangkan aktifitas olahraga tidak mendapat perhatian lebih dari masyarakat karena kurangnya kepedulian dan pemahaman akan manfaat dari aktifitas tersebut. Mereka hanya menganggap aktifitas tersebut layak dilakukan oleh orang-orang yang punya banyak waktu dan materi, yang tidak perlu terbebani akan kebutuhan rumahtangga karena semuanya sudah tercukupi. Selain itu, lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada beberapa aktifitas seperti olahraga tersebut. Seperti pendapat dari (Wityanti, 2003) yang dikutip oleh (Sarafino, 2003 : 14) bahwa seseorang akan memiliki dorongan untuk mengadakan interaksi dengan seorang yang lain, sehingga dalam interaksi tersebut, seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan yang lain atau sebaliknya. Sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya. Karena banyak warga yang tidak melakukan aktifitas olahraga tersebut, maka warga yang lainnya pun enggan untuk melaksanakannya. Hanya beberapa saja yang menerapkan perilaku

tersebut karena mengikuti kelompok senam diluar wilayah tersebut. 4. Kesehatan Masyarakat

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat masyarakat yang tidak menjadi peserta dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, padahal fasilitas tersebut dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah menyediakan fasilitas pelayanan tersebut untuk mempermudah masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan/berobat. Akan tetapi, masyarakat menegaskan bahwa kurangnya informasi dan sumber daya untuk mensosialisasikan adanya fasilitas tersebut menjadi penyebab masyarakat tidak menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan tersebut. Selain factor tersebut, masih ada factor lain yang menyebabkan warga tidak menjadi peserta dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pihak dari Dinas Kesehatan bahwa, tingkat ekonomi seseorang juga memperngaruhi penerapan perilaku tersebut. Bagi warga dari kalangan menengah keatas, mereka merasa tidak perlu menjadi peserta JPK karena mereka sudah merasa mampu untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk indikator

pemberantasan sarang nyamuk, perlu adanya komitmen dari pemerintah terhadap kesehatan masyarakat, agar fasilitas tersebut dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat, tidak hanya warga yang pernah menderita Demam Berdarah saja yang mendapatkan pelayanan tersebut. Masyarakat lain juga perlu mendapatkan pelayanan tersebut untuk upaya pencegahan (preventif).

c. Faktor Penguat, factor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok yang dipercaya oleh masyarakat.

1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. Dari hasil penelitian, indikator-indikator diatas merupakan anjuran dari pembuat kebijakan agar dilakukan oleh seluruh masyarakat dalam rangka memelihara kesehatan diri dan keluarga. Pembuat kebijakan memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang persalinan, pemberian ASI Eksklusif, penimbangan balita serta konsumsi makanan dalam jumlah yang seimbang serta memberi keteladanan bagaimana menerapkan perilaku tersebut. Seperti

penyuluhan tentang cara pemberian ASI Eksklusif, persalinan, penimbangan balita yang dilakukan oleh petugas posyandu agar masyarakat memahami dan mau menerapkannya. Selain dilakukannya penyuluhan kepada masyarakat luas, petugas kesehatan juga memberikan contoh perilaku kesehatan kepada masyarakat, agar masyarakat mau mencontoh perilaku petugas kesehatan sebagai kelompok yang dipercaya oleh masyarakat. Salah satu petugas posyandu RT 05 RW 08 mengatakan bahwa dalam aspek KIA dan Gizi ini, walaupun banyak petugas kesehatan seperti petugas posyandu yang sudah tidak memiliki balita, mereka tetap berbagi pengalaman dengan masyarakat tentang penerapan perilaku-perilaku diatas. Dengan begitu, masyarakat akan semakin terdorong dan termotivasi untuk meniru dan menerapkan perilaku tersebut.

2. Kesehatan Lingkungan

Indikator yang termasuk dalam aspek kesehatan lingkungan adalah memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, menggunakan jamban sehat, membuang sampah pada tempatnya, Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi, dan Lantai rumah kedap air. Dalam hal ini, petugas kesehatan memberikan pemahaman tentang penggunaan jamban sehat, serta pembuangan sampah. Sejauh ini, warga bantaran Kalianyar 80% telah memiliki

jamban keluarga dan sudah tergolong sehat. Akan tetapi masih ada juga sebagian warga yang tidak memiliki WC dan membuang hajat di sungai. Apabila masih ada warga yang tidak menggunakan jamban sehat atau buang hajat disungai, pemerintah harus memberikan solusi dengan membangun WC umum. Petugas kesehatan juga telah menegur apabila ada warga yang masih membuang sampah di sungai belakang rumah mereka. Akan tetapi, masih banyak warga yang mengabaikan teguran tersebut, terbukti dengan masih menumpuknya sampah dipinggiran bantaran Kalianyar. Dengan begitu, penyuluhan maupun teguran dari petugas kesehatan belum dapat membawa perubahan yang nyata bagi perilaku kesehatan masyarakat khsusunya masyarakat bantaran Kalianyar. Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Dengan mengalami akibat dari perilaku seorang itu sendiri, misal dengan membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan banjir, maka orang tersebut akan mampu belajar dari perilakunya yang terdahulu dan akan merubah serta memperbaiki perilaku yang selanjutnya.

3. Perilaku

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Anggota rumahtangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari dilakukan 3-5 kali per minggu, Anggota keluarga tidak

merokok, Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar, Menggosok gigi minimal 2 kali sehari, serta Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa untuk penerapan dari indikator diatas diperlukan pemahaman yang lebih akan pentingnya menerapkan perilaku kesehatan diri. Dari beberapa indikator perilaku diatas, yang paling tidak mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat adalah aktifitas olahraga. Bagi mereka, hal tersebut tidaklah penting untuk dilakukan. Melakukan pekerjaan rumah sehari-hari sudah cukup melelahkan menurut pandangan sebagian masyarakat bantaran Kalianyar. Padahal setiap bulannya ada senam yang diadakan oleh posyandu maupun PKK, dengan tujuan agar ibu-ibu ikut serta dalam aktifitas tersebut, akan tetapi kembali kepada kesadaran masing-masing individu untuk mau menerapkannya. Sedangkan indikator lainnya telah diterapkan oleh sebagian besar masyarakat. Tidak ada penyuluhan khusus untuk mendorong masyarakat agar menerapkan indikator perilaku tidak merokok, mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menggosok gigi serta tidak menyalahgunakan narkoba. Perilaku tersebut sudah terbentuk dari saat mereka kecil hingga sekarang. Kelompok pergaulan juga memperngaruhi perilaku seseorang. Lingkungan pergaulan dapat disebut juga sebagai anggota kelompok acuan. Perilaku seseorang

dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Seperti indicator yang masuk dalam aspek perilaku, sebagian besar memang diperngaruhi oleh lingkungan pergaulan. Seperti perilaku tidak merokok, tidak mengkonsumsi miras dan narkotika, melakukan aktifitas olahraga, dsb. 4. Kesehatan Masyarakat

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dan Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali. Dalam hal ini, kedua indikator kesehatan masyarakat diatas merupakan sikap pemerintah dalam bentuk penyediaan sarana kesehatan oleh yang dapat dijangkau oleh masyarakat. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa penyediaan sarana kesehatan oleh pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta sebagian besar telah dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Sebanyak 60% masyarakat telah menjadi peserta dari Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, Sedangkan masyarakat yang tidak menjadi peserta dari fasilitas pelayanan kesehatan tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi maupun ketidakpedulian dari masyarakat itu sendiri. Padahal, semua petugas kesehatan seperti kader posyandu telah menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Sedangkan untuk indikator pemberantasan sarang nyamuk, pemerintah telah

menyediakan sarana fogging yang juga dapat diakses oleh masyarakat. Akan tetapi sejauh ini, fasilitas tersebut hanya digunakan untuk pelayanan bagi masyarakat atau daerah yang pernah mengalami kasus penyakit seperti demam berdarah, dan itupun sangat jarang dilakukan. Dengan begitu, pemerintah kurang menunjukkan atau memberikan dukungan terhadap penyediaan maupun penggunaan fasilitas ini. Penyediaan fasilitas kesehatan apabila tidak diikuti dengan himbauan, dukungan maupun peraturan tidak akan berjalan dengan baik.

d. Faktor Lingkungan, adalah segala factor baik fisik, biologis maupun social budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan.

1. Gizi dan KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

Indikator yang termasuk didalamnya adalah Persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan, Pemberian ASI eksklusif pada bayi, Penimbangan balita, dan Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang. Indikator-indikator ini merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan diri, keluarga maupun masyarakat. Dari hasil penelitian, indikator persalinan dengan menggunakan tenaga kesehatan merupakan upaya masyarakat untuk menjaga keselamatan diri serta bayinya, karena mereka percaya bahwa petugas tersebut memiliki ketrampilan di bidangnya. Ada juga warga

yang memiliki keluhan khusus atau trauma dengan persalinan sebelumnya, sehingga mereka lebih memilih petugas kesehatan yang terampil karena kesehatan dan keselamatan akan lebih terjamin. Sama halnya dengan indikator pemberian ASI Eksklusif , konsumsi makanan

Dokumen terkait