• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca karya seorang pemikir, kendatipun begitu luar biasa hebat, tidak mesti membuat pembaca larut dan kehilangan jati dirinya. Hemat penulis, pemikiran tokoh seperti Berlin memang kerapkali begitu memukau, tetapi dengan itu pula pembaca seringkali terjebak dalam penjara taklid. Oleh karena itu, sikap kritis harus selalu muncul dalam proses pembacaan ini.

Penulis menyarankan agar hati-hati dengan perangkap inkonsistensi yang sengaja dipasang oleh Berlin dalam karya-karyanya. Umumnya, kritikan utama yang diajukan kepada Berlin adalah bahwa ia tampak tidak konsisten terhadap pilihan konsep yang ia ajukan, yakni pilihan liberalisme yang tidak universalis tapi juga pluralisme yang bukan relativis. Posisi ini, meski sangat unik, sangat rentan menjadi pintu masuk para kritikus untuk membongkar pengandaian-pengandaian dasar dari semua bangunan konsepsi Berlin. Argumentasi Berlin untuk menolak universalisme Pencerahan dengan memakai alat Pencerahan yang ditolaknya adalah paradoks yang luar biasa. Bagaimana mungkin menolak pengejawantahan diri rasional dengan

melakukan pengejawantahan diri yang lain? Argumen utama dari tradisi Pencerahan adalah penolakannya terhadap dogmatisme, absutisme dan universalisme. Bukankah penolakan Berlin terhadap universalisme Pencerahan adalah bentuk kerja Pencerahan itu sendiri?

Perangkap lain yang sengaja diciptakan oleh Berlin adalah mengenai dikotomi dua bentuk kebebasan, yakni kebebasan positif dan kebebasan negatif. Berlin seolah tidak cukup mampu memberikan penjelasan yang jernih mengenai dua pembedaan konsep kebebasan itu. Freedom to dan freedom from tampak menjadi sesuatu yang identik belaka. Kebebasan individu untuk melakukan sesuatu atau untuk mengejawantahkan diri menjadi mungkin jika ia tidak terhalangi. Konsepsi ini bisa diterima jika kita sadar bahwa proyek utama Berlin adalah untuk menolak tendensi monisme dan ingin agar kebebasan menjadi suatu konsep yang tidak terlalu ideal kemudian jatuh ke dalam utopianisme. Tetapi, sebagai konsep, pembedaan itu tampak tetap rapuh.

Ketidak-jelasan posisi Berlin terhadap pluralisme dan liberalisme tentu menjadi kritikan yang cukup besar bagi Berlin. Penolakannya terhadap universalisme kebebasan dan relativisme pluralisme menjadikannya pemikir yang seolah tanpa pijakan. Berlin menyerang universalisme dengan menggunakan logika relativisme, tetapi menolak relativisme dengan menggunakan pengandaian universalisme. Faktanya, kedua-duanya ditolak, dan pada saat yang sama juga diafirmasi.

Dengan demikian, semua konsepsi Berlin menjadi sangat politis. Konsep-konsep itu dipergunakan pada saat menghadapi hal-hal tertentu. Konsep Berlin tidak

mungkin diambil secara utuh untuk menyelesaikan problem yang berbeda. Kita hanya mungkin mengambil salah satu konsep Berlin untuk menyelesaikan persoalan tertentu, sambil mencoba menyembunyikan konsep lain agar tidak menjadi perusak, demikian sebaliknya. Akhirnya, bisa dikatakan, bahwa sebetulnya Berlin tidak berdiri pada posisi manapun.

Sekalipun demikian, tingkat ketajaman berpikir dan kritisisme yang dikembangkan oleh Berlin tetap merupakan sumbangan yang sangat berarti. Berlin menjadi penganut Pencerahan dalam pengertian yang sebenarnya. Berlin selalu diliputi keraguan, sehingga tidak ada konsep yang bisa berdiri utuh di hadapannya, karena akan selalu ia periksa dan, jika perlu, dihancurkan. Penghancuran itu sendiri akan menjadi konsepsi baru yang akan diperiksa kembali oleh Berlin. Kemudian, ia mungkin akan melakukan rekonstruksi atau pemulihan.

DAFTAR PUSTAKA

A. Rujukan Primer

Berlin, Isaiah, Concepts and Categories: Philosophical Essays, London: Pimlico, 1999.

---, Four Essays on Liberty, Oxford: Oxford University Press, 1992. ---, Four Essays on Liberty, terj. A. Zaim Rofiqi, Empat Esai Kebebasan,

Jakarta: Freedom Institute dan LP3ES, 2004.

---, Freedom and It’s Betrayal: Six Enemies of Human Liberty, Princeton: Princeton University Press, 2002.

---, Karl Marx: His Life and Environment, New York: A Galaxi Book, 1963. ---, Liberty, Oxford: Oxford University Press, 2002.

---, The Hedgehog and The Fox: An Essay on Tolstoy’s View of History, New York: Simon and Schuster, 1953.

---, The Magus of The North: J. G. Hamann and The Origins of Modern Irrationalism, London: John Murray, 1993.

---, The Power of Ideas, London: Pimlico, 2001.

---, The Proper Study of Mankind, London: Pimlico, 1998. ---, The Roots of Romanticism, London: Pimlico, 2000. ---, The Sense of Reality, London: Pimlico, 1997.

---, Three Critics of The Enlightenment: Vico, Hamann, Herder, London: Pimlico, 2000.

B. Rujukan Sekunder

Arendt, Hannah, The Origins of Totalitarianism, terj. Alois A. Nugroho dan J. M. Subijanta, Asal-usul Totalitarianisme: Jilid II, Imprealisme, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995.

---, The Origins of Totalitarianism, terj. J. M. Subijanta, Asal-usul

Totalitarianisme: Jilid III, Totalitarianisme, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995.

Beiser, Frederick C., The Cambridge Companion to Hegel, Cambridga: Cambridge University Press, 1993.

Bellamy, Richard, Rethinking Liberalism, London & New York, Pinter, 2000. ---, Liberalism and Pluralism: Towards a Politics of Compromise, London dan

New York: Routledge, 1999.

Bertens, K., Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta: PT Gramedia, 1981.

Binder, Leonard, Islamic Liberalism, terj. Imam Muttaqin, Islam Liberal: Keritik terhadap Ideologi-ideologi Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Boaz, David (ed.), The Libertarian Reader: Classic and Contemporary Readings

from Lao-tzu to Milton Friedman, New York: The Free Press, 1997. Cohen, Marshall, The Philosophy of John Stuart Mill: Ethical, Political, and

Religious, New York: The Modern Library, 1961.

Crowder, George, Liberalism and Value Pluralism, London & New York: Continuum, 2002.

---, Pluralism, Relativism and Liberalism in Isaiah Berlin, (esai yang

dipresentasikan di Universitas Tasmania, Hobart, 29 September – 1 Oktober 2003).

Flatman, Richard E., Toward A Liberalism, Ithaca and London: Cornell University Press, 1989.

Fukuyama, Francis, The End of History and The Last Man, London: Hamish Hamilton, 1992.

---, The Great Disruption: Human Nature and The Reconstitution of Social Order, terj. Masri Maris, Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial Baru, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Galston, William A., Liberal Pluralism: The Implikations of Value Pluralism for Political Theory and Practice, Cambridge: Cambridge University Press, 2002. Gray, John, Isaiah Berlin, New Jersey: Princeton University Press, 1995.

---, Post Liberalism: Studies in Political Thought, London and New York: Routledge, 1993.

Hardiman, F. Budi, Filsafat Modern: dari Machiavelli sampai Nietzsche, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Hayek, Friedrick A., The Constitution of Liberty, Chicago: The University of Chicago Press, 1960.

Jerry Z. Muller, The Mind and The Market: Capitalism in Modern European Thought, New York: Alfred A. Knope, 2002.

Kurzman, Charles (ed.), Liberal Islam: A Sourcebook, terj. Bahrul Ulum dan Heri Junaidi, Wacana Islam Liberal: Pemikiran Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global, Jakarta: Paramadina, 2003.

Kymlicka, Will, Contemporary Political Philosphy: A Introduction, New York: Oxford University Press, 1990.

---, Multicultural Citizenship, New York: Oxford University Press, 1995. ---, The Rights of minority Cultures, New York: Oxford University Press, 1995. Lilla, Mark dkk. (ed.), The Legacy of Isaiah Berlin, New York: New York Review

Book, 2001.

Mendos, Susan, Toleration and The Limits of Liberalism: Issues in Political Theory, London: The MIT Press, 1995.

---, Utilitarianism, Oxford: Oxford University Press, 2001.

---, Willful Liberalism: Voluntarism and Individuality in Political Theory and Practice, Ithaca & London: Cornell University Press, 1992.

Nozick, Robert, Anarchy, State, and Utopia, New York: Basic Books, Inc., Publishers, 1974.

Rapar, J. H., Filsafat Politik: Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiavelli, Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

Rachman, Budhy Munawar (ed.), Ensoklopedi Nurcholish Madjid: Pemikiran Islam di Kanvas Peradaban, Jakarta: Paramadina, CSL dan Mizan, 2006.

Rawls, John, A Theory of Justice, Oxford: Oxford University Press, 2000. ---, Political Liberalism, New York: Columbia University Press, 1996.

Ruggiero, Guido de, The History of European Liberalism, Oxford: Oxford University Press, 1927.

Sandel, Michael J., Liberalism and The Limits of Justice, Cambridge: Cambridge University Press, 1982.

--- (ed.), Liberalism and It’s Critics, New York: New York University Press, 1984.

Sen, Amartya, Poverty and Famines: An Essay on Entitlement and Deprivation, New York: Oxford University Press, 1982.

---, Development as Freedom, New York: Alfred A. Knop, Inc., 2000.

Straus, Leo and Joseph Cropsey (ed.), History of Political Philosphy, Chicago and London: The University of Chicago Press, 1987.

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Williams, Robert R. (ed.), Beyond Liberalism and Communitarianism: Studies in Hegel Philosphy of Right, New York: State University of New York Press, 2001.

Zakaria, Fareed, The Future of Freedom: Illiberal Democracy at Home and Abroad, New York: W. W. Norton and Company, 2003.

Dokumen terkait