• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Evaluasi

populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal). b. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan

outcomes.

c. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan dengan outcomes.

d. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan efektivitas program.

e. Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan merumuskan alternative model pelayanan.14

7. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data dalam rangkaian penelitian, tentunya diperlukan teknik pemeriksaan data. Dalam hal ini penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:15

a. Kriterium Kredibilitas (kepercayaan)

Kredibilitas yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu hal lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (1).

14

Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 14

15

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, cet-11), h.103.

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui program-program Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan dengan mewawancarai pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” (2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan jawaban yang diberikan oleh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” (3). Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan masalah yang diajukan. Penulis memanfaatkan dokumen atau data sebagai bahan perbandingan. b.Kriterium Kepastian

Kepastian auditor dalam hal ini adalah objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah dapat dikatakan objektif.16

c. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiyah, skripsi, tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta cetakan ke-1.

16

8. Teknik Pencatatan Data

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling sesuai dalam penelitian ini. Pengamatan diarahkan terhadap perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial ekonomi para karyawan setelah apa yang telah diberikan oleh koperasi melalui program-programnya dalam meningkatkan kesejahteraan para karyawannya.

Wawancara dalam hal ini, penulis melakukan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dengan yang terwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Kemudian hasil wawancara tersebut dicatat dan direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan.

9. Teknik Analisa Data

Pada saat menganalisa data hasil observasi, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi itu adalah menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.17

Tujuan terpenting dari reduksi adalah untuk mengidentifikasi tema utama yang teliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah dikumpulkan, seperti yang dijelaskan Patton (Lexy, 2002) bahwa dalam menganalisa data adalah dengan proses mengatur urutan data

17

Pius A Partanto M, Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arloka, 1994), cet. 1, h. 658

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.18

Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan kejadian. Kategori dan analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang nampak. Dengan demikian, dalam mengalisis data memerlukan proses seperti: megorganisasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengkategorikan data, setelah itu data yang diperoleh dari catatan lapangan (hasil pengamatan, wawancara dan dokumen) dan sebagainya oleh penulis dianalisis untuk selanjutnya dirumuskan dan disajikan.

10. Waktu dan Lokasi Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Januari 2009 – Januari 2010. b. Lokasi Penelitian

Penelitian skripsi ini mengambil tempat di Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang beralamat di Jl. Kramat Raya 162 Jakarta Pusat

Telp. 021-3155550

Fax. 021-3914221

11. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah para pengurus dan karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebanyak 3 orang yang telah ditentukan oleh penulis sesuai dengan data dan informasi yang dibutuhkan.

18

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002, cet-11), h.103

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang dilakukan penulis adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi yang sudah ada yang mempunyai topik hampir sama dengan yang penulis akan teliti. Maksud pengkajian ini adalah untuk mengetahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.

Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis akan mempertegas perbedaan antara masing-masing judul skripsi yang akan penulis bahas sebagai berikut:

1. Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Pengusaha Dan Pedagang Pasar Parung (K.P4) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Disusun oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2006. Skripsi ini berisikan tentang upaya memberdayakan perekonomian masyarakat yang berada diwilayah Parung melalui usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh Koperasi Pengusaha Dan Pedagang Pasar Parung (K.P4).

2. Evaluasi Hasil Usaha Konveksi Kube (kelompok usaha bersama) Bina Nusantara Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota Di Kelurahan Pegadungan Jakarta Barat. Disusun oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2007. Skripsi ini berisikan tentang upaya meningkatkan kesejahteraan anggota di Kelurahan Pegadungan Jakarta Barat melalui konveksi usaha bersama.

Sedangkan penelitian yang akan penulis bahas yaitu tentang upaya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam memberdayakan perekonomian karyawannya melalui usaha simpan pinjam.

F. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab ini terdiri dari empat sub bahasan yakni: Pertama pengertian evaluasi, tujuan evaluasi, model evaluasi, desain evaluasi, dan indikator evaluasi. Kedua

pengertian koperasi, jenis-jenis koperasi, peran koperasi dalam perekonomian.

Ketiga pengertian pemberdayaan ekonomi, dan urgensi pemberdayaan

ekonomi. Keempat pengertian karyawan, dan pembagian karyawan.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini memuat tentang latar belakang terbentuknya Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, visi dan misi, tujuan dan target, serta program dan struktur organisasi Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.

BAB IV HASIL LAPORAN PENELITIAN

Berisi tentang laporan penelitian dimana didalamnya akan dibahas mengenai tujuan-tujuan yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan, hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.

BAB V PENUTUP

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberi penilaian atau menilai.19 Sedangkan secara terminologi, manurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan program tersebut.20 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program.

Menurut Viji Srinivasan, mengevaluasi berarti menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan jumlah, derajat atau keadaan. Viji juga mengartikan evaluasi sebagai “Proses penentuan keputusan tentang lingkup perhatian, pemilihan informasi yang perlu, serta pengumpulan dan analisis informasi guna memberi ringkasan data yang berguna bagi para pengambil keputusan dalam memilih di antara berbagai alternatif yang

19

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. 4

20

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988), cet. 1, h. 8

ada”.21 Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan.22

Sehingga kalau kita simpulkan, evaluasi adalah penilaian pada efektifitas (keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara melihat faktor-faktor, baik pendukung atau penghambat terhadap pelaksanaan program. Dengan dilakukannya evaluasi, akan terlihat faktor-faktor apa yang perlu dipertahankan, diperbaiki, atau perlu dihilangkan. Juga akan berimplikasi pada, apakah program tersebut layak dilanjutkan, bisa dilaksanakan di tempat lain atau tidak

2. Tujuan Evaluasi

Menurut Farida Yusuf Tayibnafis tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut:

f. Membuat kebijaksanaan dan keputusan. g. Menilai hasil yang dicapai.

h. Menilai rencana program.

i. Memberi kepercayaan kepada lembaga. j. Memonitor dana yang telah diberikan. k. Memperbaiki materi program.23

21

Viji Srinivisan, Metode Evaluasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 68

22

Ibid, h. 71

23

Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:

j. Untuk melihat apa yang sudah dicapai.

k. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program. l. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

m. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program. n. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu

program.

o. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

p. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik. q. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama

atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik.

r. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

s. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.24 Pelaksanaan evaluasi ini juga berguna dan sangat penting dalam pelaksanaan program, karena:

a. Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan secara rutin dan membuat perbaikan yang diperlukan bagi semua pihak untuk memastikan apakah tujuan bisa dicapai.

24

b. Pemerintah atau lembaga donor perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan digunakan dengan baik dan sebagai laporan bagi penyandang dana. c. Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk pemahaman bersama

tentang apa yang berjalan dan tidak berjalan, dan untuk perancangan proyek atau program dimasa mendatang.25

3. Model Evaluasi

Dalam melakukan evalusi, biasanya dikaitkan dengan model-model evaluasi yang akan digunakan. Arikunto, dalam salah satu bukunya menulis setidaknya ada delapan model evaluasi. Namun dalam konteks ini, penulis akan menggunakan model evaluasi seperti dikemukakan oleh Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: a). evaluasi input, b). evaluasi proses, c). evaluasi hasil.26 Pemilihan model tersebut tidak lain karena penulis melihat kesesuaian model tersebut untuk dipergunakan dalam mengevaluasi pelaksanaan suatu program.

a. Evaluasi Input

Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi input ini, yaitu: Masyarakat (peserta program), Tim, dan Program.

1). Peserta program, meliputi susunan keluarga dan beberapa anggota yang ditanggung.

25

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda, 2001), cet. 1, h. 42, lihat juga tulisan Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Beberapa Tinjauan Kasus, (Yogyakarta: Liberty, 1990), cet. 1, h. 62

26

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Edisi Revisi, (Jakarta: Lembang Penerbit FE-UI, 2003), h. 189

2). Tim atau staf, meliputi aspek demografi staf, seperti latar belakang pendidikan dan pengalaman staf.

3). Program, meliputi lama waktu pelaksanaan, dan sumber-sumber rujukan yang tersedia.27

Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji: 1). Tujuan program.

2). Penilaian terhadap kebutuhan komunitas. 3). Standar dari suatu praktek yang terbaik. 4). Biaya untuk pelaksanaan program. b. Evaluasi Proses.

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.28 Evaluasi ini memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara peserta program dengan fasilitator (pendamping). Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap sistem pemberian bantuan atau kegiatan program. Seperti, bagaimana pendampingan itu dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan peserta program.29

c. Evaluasi Hasil

Evaluasi ini dilakukan untuk meniliai seberapa jauh tujuan-tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai.30 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap

27

Ibid, h. 189

28

Elly Irawan dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1995), cet. 1, h. 18

29

Isbandi Rukminto Adi (selanjutnya hanya ditulis “Isbandi”), op.cit, h. 190

30

penerima (masyarakat peserta program). Sehingga, pertanyaan utama pada evaluasi ini adalah:

1). Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai tujuannya?

2). Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima bantuan program tersebut?

Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup:

1). Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umumnya dikembangkan berdasarkan cakupan atupun hasil dari suatu program. Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran. 2) Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya

dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat. Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.31

4. Desain Evaluasi

Desain evaluasi adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.32 Desain evaluasi mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

31

Isabndi, loc. cit

32

Landing R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Perss (UGM), 1990), h. 483

peneliti.33 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya (output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang, sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka evaluasinya menggunakan teknik SWOT (Strength, Weekness, Oppurtunity, Treath).

Dengan teknik SWOT penulis dapat melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada evaluasi hasil terbagi pula menjadi lima bagian:

e. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal). f. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan

outcomes.

g. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negative dibandingkan dengan outcomes.

h. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan efektivitas program.

33

e. Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan merumuskan alternative model pelayanan.34

5. Indikator Evaluasi

Kegiatan evaluasi didasarkan atas penentuan indikator dan cara melakukan pengumpulan data dari setiap indikator yang ditentukan. Dalam menyusun indikator kinerja diperlukan pemahaman yang baik tentang program atau kegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang lingkup kegiatan dan saling hubungan yang terdapat diantara berbagai kegiatan tersebut yang dilaksanakan.

a. Indikator masukan (inputs)

Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur jumlah sumber daya seperti: ketersediaan dana, ketersediaan SDM atau petugas, ketersediaan informasi, ketersediaan bantuan atau modal usaha, ketersediaan panduan teknis dan ketersediaan waktu. Indikator ini relatif mudah diukur dan telah digunakan secara luas, namun belum dapat menunjukkan kualitas kinerja program atau kegiatan.

Pengukuran biaya seringkali tidak akurat karena banyak biaya-biaya yang dibebankan, pada suatu program atau kegiatan tidak memiliki kaitan dengan pencapaian sasaran program atau kegiatan tersebut. Demikian juga banyak biaya-biaya input seperti gaji bulanan personalia pelaksana, biaya pendidikan dan latihan, dan depresiasi nilai uang yang

34

digunakan seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya program atau kegiatan. Penerapan indikator input secara serampangan mengakibatkan tidak dapat dipergunakan indikator ini untuk menilai kinerja suatu program. Keadaan ini tidak mendorong para penanggung jawab program untuk merencanakan sumber dayanya secara akurat dan berhati-hati. Apabila keadaan ini meluas, maka efisiensi dan efektifitas pendayagunaan sumber daya akan terus menerus menurun dan kinerja instansi secara keseluruhan akan terancam.

b. Indikator keluaran (outputs)

Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan oleh suatu program atau kegiatan. Dengan membandingkan keluaran dan sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksana dan pencapaian program tersebut sesuai dengan rencana. Indikator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu program apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran-sasaran program atau kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur.

c. Indikator hasil atau manfaat (outcomes)

Indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara fungsional. Indikator ini menggambarkan hasil nyata atau manfaat yang diperoleh suatu program atau kegiatan. Namun informasi yang diperlukan untuk mengukur outcomes seringkali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu setiap pengelola program perlu mengetahui berbagai metode dan teknik untuk mengukur keberhasilannya program sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

d. Indikator dampak (impacts)

Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan (goals), baik dampak positif maupun dampak negatif. Indokator ini dapat diketahui, jika pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dokumen terkait