• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi hasil program simpan pinjam koperasi karyawan Perum Pegadaian Budi Setia dalam pemberdayaan ekonomi karyawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi hasil program simpan pinjam koperasi karyawan Perum Pegadaian Budi Setia dalam pemberdayaan ekonomi karyawan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Serly Risnawati NIM. 104054002099

Dibawah Pembimbing

Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd NIP. 19690322 1999603 2 001

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 11 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 Komunikasi Islam (S.Kom.I)

pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 15 Maret 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 150 321 584

Anggota

Penguji I Penguji II

Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd Wati Nilamsari, M.Si

NIP. 19640212 199703 2 001 NIP. 19710520 199903 2 002

Pembimbing

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Maret 2010

(4)

ABSTRAK

Serly Risnawati

Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan

Kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan jalan keluarnya. Seringkali kemiskinan diidentikan dengan masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah rata-rata. Faktanya sekarang ini yang terjadi di masyarakat adalah banyak sekali warga yang memiliki penghasilan diatas rata-rata pun yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Untuk itu Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ini mengadakan usaha simpan pinjan untuk memberdayakan ekonomi para karyawannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisis deskriptif sehingga dapat dijabarkan dengan jelas bagaimana keberadaan koperasi melakukan perannya dalam memberdayakan ekonomi karyawannya.

Keberadaan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebagai sarana pemberdayaan ekonomi karyawan menjadikan pembangunan perekonomian terpacu lebih cepat karena adanya lembaga yang mampu memberdayakan perekonomian karyawan. Peranan yang dilakukan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yaitu melalui program simpan pinjam yang diikuti oleh para karyawan Perum Pegadaian.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan

salam selalu penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang

menjadi Rahmat bagi seluruh alam semesta ini.

Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak penulisan hasil laporan penelitian ini tidaklah akan

terwujud dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin sekali

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, Ketua Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam, beserta Wati Nilamsari, M.Si, Sekretaris Jurusan

Pengembangan Masyarakat Islam yang senantiasa memberikan dukungan dan

bantuannya dalam penulisan skripsi ini.

3. Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, Dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan, saran, dan nasihat dengan penuh perhatian dan

kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan

ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis selama berada

dibangku kuliah.

5. Karyawan dan Staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu

(6)

6. Pengurus Kopersi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Bapak Drs. H.

Sipon Budijono, MBA dan Istri Ibu Hj. Nurhidayati, BA yang telah banyak

memberikan waktu dan bantuannya kepada penulis dalam proses

pengumpulan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”,

khususnya Bapak H. Wagino, dan Ibu Sukaesih yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai.

8. Kepada kedua orang tuaku tercinta Bapa dan Umi yang tiada hentinya

memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dan omelannya untuk keberhasilan

penulis. Walaupun Ally suka bandel tapi Ally sayang kalian. Tetehku Rina

Yuanita, S.Si dan Suami Wahyu Purnawisuda, SP, Adikku Siti Muti’ah, Siti

Nurhaliza Adelia dan sepupuku Bolly yang telah memberikan dukungan dan

semangatnya kepada penulis.

9. Kekasihku tersayang Abdul Gofur, Amd yang tiada hentinya memberikan

kasih sayang, perhatian, waktu, dukungan dan bantuannya selama ini.

10.Keluarga besar penulis yang berada di Jakarta, Bogor, Pekalongan dan

Cakung yang turut memberikan semangat dan perhatiannya.

11.Sahabat-sahabatku Desy, Indah, Umi dan Eva atas perhatian, kasih sayang,

tempat curhat, semangat dan dukungannya selama 9 tahun ini.

12.Teman-teman Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2004 yang

tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih untuk semuanya.

Jakarta, 19 Februari 2010

(7)

DAFTAR ISI

JUDUL ……… i

PENGESAHAN UJIAN ………. ii

PERNYATAAN ………. iii

ABSTRAK ………. iv

KATA PENGANTAR ……… v

DAFTAR ISI ……….. vi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 19

A. Evaluasi ... 19

1. Pengertian Evaluasi ... 19

2. Tujuan Evaluasi ... 20

3. Model Evaluasi ... 22

4. Desain Evaluasi ... 24

5. Indikator Evaluasi ... 26

B. Koperasi ... 28

(8)

2. Bentuk-Bentuk Koperasi ... 29

3. Peran Koperasi dalam Perekonomian ... 31

C. Pemberdayaan Ekonomi ... 35

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ... 35

2. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi ... 40

D. Karyawan ... 42

1. Pengertian Karyawan ... 43

2. Pembagian Karyawan ... 43

BAB III GAMBARAN TENTANG KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” ……… 46

A. Sejarah Berdirinya Koperasi ………... 46

B. Visi dan Misi Koperasi ……….... 51

C. Tujuan dan Target Koperasi ……… 52

D. Program Koperasi ………... 53

E. Susunan Pengurus Koperasi ……… 55

BAB IV ANALISA EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN ………... 57

A. Analisa Terhadap Tujuan Yang Telah Dicapai Oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dari Adanya Program Simpan Pinjam ... 57

(9)

C. Analisa Hasil Jangka Panjang Yang Tampak Sebagai Akibat Dari

Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi

Setia” ………. 64

BAB V PENUTUP ………. 66

A. Kesimpulan ………. 66

B. Saran ……… 68

DAFTAR PUSTAKA ……….. 70

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kemiskinan dalam konteks ekonomi, sering dikaitkan dengan

ketidakmampuan untuk mempertahankan standar hidup minimal yang

biasanya diukur berdasarkan kebutuhan konsumsi atau pendapatan dalam

memenuhi kebutuhan dasar. Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan

satu kondisi hilangnya hak dan peluang seseorang terhadap penguasaan,

pemilikan dan pengaturan, serta kontrol terhadap sumber daya yang

diperlukan bagi terjaminnya hidup seseorang.

Secara umum kemiskinan bukan serta merta disebabkan karena mereka

beretos kerja rendah atau malas, namun justru karena ada banyak faktor yang

mungkin berada di luar dirinya, yang membuat mereka (kaum miskin) tidak

berdaya menghadapinya. Dengan kata lain, mereka membutuhkan akses agar

bisa ikut berperan dalam proses pembangunan yang sedang berjalan ini.

Dengan demikian, usaha untuk pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan

orang miskin tidak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan kesabaran

dan kegigihan dari semua pihak, termasuk uluran tangan pemerintah agar lebih

peduli dan berpihak pada masyarakat miskin.

Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi adalah lebih

diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi, dimana masyarakat harus

memgang peran aktif dalam kegiatan pembangunan tersebut. Ciri-ciri

(11)

usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangunan yang sesuai

dengan itu adalah koperasi. Dalam pembangunan koperasi di Indonesia,

pemerintah mempunyai peran penting. Peran tersebut bersumber pada

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi: “Perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.1

Keberadaan koperasi pada saat sekarang ini memang sangat dibutuhkan,

baik yang berada di lingkungan departemen, kantor-kantor swasta,

perusahaan, dan sekolah. Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang

berkembang di dalam dan di atas prakarsa masyarakat. Sebagai lembaga

kemasyarakatan diperlukan pengaturan agar kehidupannya bisa terjamin dan

berkembang.2

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar

prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup

anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan

demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru

perekonomian nasional.3

Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara

sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan

kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukkan sebuah badan usaha

yang dikelola secara demokratis.

1

Ninik Widiyanti, Y.W, Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Adi Mahasatya, 2003), h. 159

2

Panji Anoraga, SE, MM, Dra. Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2003), cet. 4, h.1

3

(12)

Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktifitas

para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki

kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijakan yang telah

ditetapkan rapat anggota. Dengan demikian usaha meningkatkan taraf hidup

mereka tergantung dari aktifitas mereka.

Koperasi dilahirkan sebagai badan usaha dengan tujuan untuk memajukan

kepentingan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Latar

belakang lahirnya telah memberikan ciri khusus pada koperasi yang berbeda

dengan badan usaha lain yaitu sebagai usaha bersama berdasarkan asas

kekeluargaan dan gotong royong.4 Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk

semua dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian

berkorban bagi kepentingan bersama. Sedangkan asas gotong royong berarti

bahwa pada koperasi terdapat semangat kerja dan tanggung jawab bersama

tanpa memikirkan diri sendiri melainkan untuk kepentingan bersama.

Salah satu jenis koperasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat

adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi ini kegiatan utamanya adalah

melakukan pengumpulan dana yang diperoleh dari anggota dalam bentuk

simpanan atau tabungan yang selanjutnya dana-dana yang ada tersebut akan

disalurkan kembali kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman berjangka atau

kredit modal usaha. Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini secara tidak

langsung karyawan yang memiliki kelebihan dana dapat membantu karyawan

yang kekurangan dana untuk modal usaha sekaligus menghindari para

4

(13)

karyawan terhadap keberadaan rentenir yang sangat menyusahkan para

karyawan dengan beban bunga yang sangat tinggi.

Selain dipandang sebagai badan usaha yang memiliki bentuk dan

karakteristik tersendiri, koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat

untuk membangun sistem perekonomian. Hal itu sejalan dengan tujuan

koperasi sebagaimana dicantumkan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 sebagai

berikut: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.5 Berdasarkan tujuan yang ditetapkan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 itu,

dapat disimpulkan bahwa tujuan koperasi di Indonesia dalam garis besarnya

meliputi tiga hal sebagai berikut:

1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya.

2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

3. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Dengan ketiga tujuan tersebut, mudah dimengerti bila koperasi mendapat

kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian Indonesia. Ia tidak

hanya merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional

dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang ada di negeri ini, tetapi

juga dinyatakan sebagai soko guru perekonomian nasional.

Secara garis besar koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang

bekerja sama memenuhi kebutuhan ekonomi atau bekerja sama melakukan

5

(14)

usaha, maka dapat dibedakan dengan jelas dari badan-badan usaha atau pelaku

kegiatan ekonomi yang lebih mengutamakan modal. Dengan demikian

koperasi sebagai badan usaha mengutamakan faktor manusia yang bekerja atas

dasar prikemanusiaan bagi kesejahteraan para anggotanya.6

Kini tidaklah banyak koperasi di Indonesia yang tetap eksis dalam

menjalankan roda usahanya, kita dapat menghitungnya dengan jari. Salah satu

koperasi yang hingga kini masih tetap eksis melakukan usahanya adalah

Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. Salah satu program

koperasi ini bergerak pada usaha simpan pinjam dimana para anggotanya

adalah para karyawan koperasi tersebut. Koperasi ini bertujuan

memperkembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan

daerah kerja umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat

yang adil dan makmur berdasarkan pancasila, memberikan pinjaman (kredit)

kepada anggotanya untuk keperluan yang berfaedah, menyalurkan

barang-barang lain keperluan anggota dan masyarakat, menyelenggarakan

usaha-usaha dalam bidang jasa yang dibutuhkan anggota dan masyarakat.7

Berangkat dari rasa ketertarikan terhadap perkembangan usaha simpan

pinjam yang hingga kini dimana pada saat yang sama banyak koperasi sumpan

pinjam di Indonesia yang mati suri. Dengan melihat uraian di atas, maka

dengan ini penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian terhadap Koperasi

Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan judul “Evaluasi Hasil

6

Parjimin Nurzain, Buku Materi Pokok Perkoperasian, (Jakarta: PT. Kanisius, 1986) h. 12

7

(15)

Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”

dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dengan adanya keterbatasan waktu, biaya dan yang lainnya agar penulisan skripsi ini terarah, penulis membuat batasan masalah yang akan dibahas

mengenai evaluasi hasil dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan.

2. Perumusan Masalah

Dari pokok pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa

rincian masalah yang jawabannya akan dicari dalam penulisan skripsi ini.

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

a. Tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam?

b. Apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian

“Budi Setia” berpengaruh pada peningkatan ekomomi karyawan?

c. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari program

(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai oleh

Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program

simpan pinjam.

b. Untuk mengetahui apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia” berpengaruh pada peningkatan ekonomi

karyawan.

c. Untuk mengetahui hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat

dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian

“Budi Setia”. 2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi penulis dalam

masalah ini, di samping itu juga sebagai bahan pemahaman dari semua

ilmu yang di dapat selama dibangku perkuliahan.

b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi

karyawan.

c. Dapat menambah ilmu baru dalam bidang perkoperasian bagi para

mahasiswa dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang

(17)

D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali data yang bersifat subyektif dan historis. Pendekatan kualitatif ini penulis

gunakan karena ada beberapa alasan, diantaranya pendekatan kualitatif

bersifat fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak rumit dalam mendefinisikan suatu

konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala

ditemukan fakta yang lebih mandasar, menarik dan unik yang terjadi

dilapangan8

2. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang obyektif maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang ada dilapangan9. Observasi dilakukan ketika penulis datang langsung ketempat Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi

Setia”.

b. Wawancara, adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan oleh si pencari informasi dengan

sumber informasi. Ditempat tersebut penulis berbincang-bincang dan

hasil pembicaraan dicatat dengan tulisan tangan, selain itu penulis dalam

wawancara ini juga menggunakan tape recorder guna merekam hasil

wawancara.

8

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), cet. 2 h. 39

9

(18)

c. Dokumentasi, yang dilakukan penulis adalah dengan cara

mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data

tertulis yang ada dilapangan serta data-data lain yang dapat dijadikan

sebagai bahan analisa dalam penelitian ini.

3.Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:

a. Data Primer, terbagi menjadi dua sumber data yaitu:

1) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau

sasaran penelitian, yaitu diperoleh dari pengurus Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia”.

2) Umum yaitu data yang diperoleh dari karyawan Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia”.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau

dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait.

Catatan dan dokumen tersebut berupa buku Laporan Pertanggungjawaban

Pengurus dan Pengawas Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi

Setia” serta buku Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Koperasi

Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.

4.Model Evaluasi

Dalam penelitian ini penulis menggunakan model evaluasi hasil, dengan

model evaluasi hasil ini penulis berusaha untuk mengetahui tujuan-tujuan

manakah yang telah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian

“Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, mengetahui apakah

(19)

berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan, mengetahui hasil jangka

panjang yang nampak sebagai akibat dari adanya program simpan pinjam

Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.

5.Tujuan Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut: a. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.

b. Menilai hasil yang dicapai.

c. Menilai rencana program.

d. Memberi kepercayaan kepada lembaga.

e. Memonitor dana yang telah diberikan.

f.. Memperbaiki materi program.10

Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari

pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan

mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:

a. Untuk melihat apa yang sudah dicapai.

b. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program.

c. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program.

e. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu

program.

f. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

g. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.

10

(20)

h. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama

atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila

metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik.

i. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

j. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.11

6. Desain Evaluasi

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema

menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan

mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi

pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.12 Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan

varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

peneliti.13 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah

evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya

(output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan

evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang,

sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka

evaluasinya menggunakan teknik SWOT (Strength, Weekness,

11

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Edisi Revisi, (Jakarta: Lembang Penerbit FE-UI, 2003), h. 187-188

12

Landing R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Perss (UGM), 1990), h. 483

13

(21)

Oppurtunity, Treath). Dengan teknik SWOT peneliti dapat melihat

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada

evaluasi hasil terbagi pula menjadi lima bagian:

a. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output

dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan

populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal).

b. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan

outcomes.

c. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan

antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan dengan

outcomes.

d. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan

efektivitas program.

e. Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan

strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan

merumuskan alternative model pelayanan.14

7. Teknik Keabsahan Data

Untuk menjaga keabsahan data dalam rangkaian penelitian, tentunya

diperlukan teknik pemeriksaan data. Dalam hal ini penulis menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:15 a. Kriterium Kredibilitas (kepercayaan)

Kredibilitas yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu hal lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (1).

14

Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 14

15

(22)

Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

misalnya untuk mengetahui program-program Koperasi Karyawan Perum

Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan dengan

mewawancarai pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi

Setia” (2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini

peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh pengurus Koperasi

Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan jawaban yang

diberikan oleh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi

Setia” (3). Membandingkan hasil wawancara dengan hasil

dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan masalah yang diajukan.

Penulis memanfaatkan dokumen atau data sebagai bahan perbandingan.

b.Kriterium Kepastian

Kepastian auditor dalam hal ini adalah objektif atau tidak tergantung

pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan

penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang

itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah

dapat dikatakan objektif.16 c. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan

karya ilmiyah, skripsi, tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan

oleh UIN Jakarta cetakan ke-1.

16

(23)

8. Teknik Pencatatan Data

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan merupakan teknik pengumpulan

data yang paling sesuai dalam penelitian ini. Pengamatan diarahkan

terhadap perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial ekonomi para

karyawan setelah apa yang telah diberikan oleh koperasi melalui

program-programnya dalam meningkatkan kesejahteraan para karyawannya.

Wawancara dalam hal ini, penulis melakukan percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara (yang mengajukan

pertanyaan) dengan yang terwawancarai (yang memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan). Kemudian hasil wawancara tersebut dicatat dan

direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan.

9. Teknik Analisa Data

Pada saat menganalisa data hasil observasi, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada

dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi itu adalah menganalisa sesuatu

secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir

dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.17

Tujuan terpenting dari reduksi adalah untuk mengidentifikasi tema

utama yang teliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah

dikumpulkan, seperti yang dijelaskan Patton (Lexy, 2002) bahwa dalam

menganalisa data adalah dengan proses mengatur urutan data

17

(24)

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian

dasar.18

Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan

kejadian. Kategori dan analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang

nampak. Dengan demikian, dalam mengalisis data memerlukan proses

seperti: megorganisasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan

mengkategorikan data, setelah itu data yang diperoleh dari catatan lapangan

(hasil pengamatan, wawancara dan dokumen) dan sebagainya oleh penulis

dianalisis untuk selanjutnya dirumuskan dan disajikan.

10. Waktu dan Lokasi Penelitian a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai Januari 2009 – Januari 2010.

b. Lokasi Penelitian

Penelitian skripsi ini mengambil tempat di Koperasi Karyawan Perum

Pegadaian “Budi Setia” yang beralamat di Jl. Kramat Raya 162 Jakarta

Pusat

Telp. 021-3155550

Fax. 021-3914221

11. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah para pengurus dan karyawan Koperasi

Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebanyak 3 orang yang telah

ditentukan oleh penulis sesuai dengan data dan informasi yang dibutuhkan.

18

(25)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut

kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang

dilakukan penulis adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi yang sudah ada

yang mempunyai topik hampir sama dengan yang penulis akan teliti. Maksud

pengkajian ini adalah untuk mengetahui bahwa apa yang penulis teliti

sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.

Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti

menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis akan mempertegas

perbedaan antara masing-masing judul skripsi yang akan penulis bahas

sebagai berikut:

1. Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Pengusaha Dan Pedagang

Pasar Parung (K.P4) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Disusun

oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan

Masyarakat Islam tahun 2006. Skripsi ini berisikan tentang upaya

memberdayakan perekonomian masyarakat yang berada diwilayah Parung

melalui usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh Koperasi Pengusaha Dan

Pedagang Pasar Parung (K.P4).

2. Evaluasi Hasil Usaha Konveksi Kube (kelompok usaha bersama) Bina

Nusantara Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota Di Kelurahan

Pegadungan Jakarta Barat. Disusun oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2007. Skripsi

ini berisikan tentang upaya meningkatkan kesejahteraan anggota di

(26)

Sedangkan penelitian yang akan penulis bahas yaitu tentang upaya

Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam memberdayakan

perekonomian karyawannya melalui usaha simpan pinjam.

F. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang

diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab ini terdiri dari empat sub bahasan yakni: Pertama pengertian evaluasi,

tujuan evaluasi, model evaluasi, desain evaluasi, dan indikator evaluasi. Kedua

pengertian koperasi, jenis-jenis koperasi, peran koperasi dalam perekonomian.

Ketiga pengertian pemberdayaan ekonomi, dan urgensi pemberdayaan

ekonomi. Keempat pengertian karyawan, dan pembagian karyawan.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini memuat tentang latar belakang terbentuknya Koperasi Karyawan

Perum Pegadaian “Budi Setia”, visi dan misi, tujuan dan target, serta program

(27)

BAB IV HASIL LAPORAN PENELITIAN

Berisi tentang laporan penelitian dimana didalamnya akan dibahas mengenai

tujuan-tujuan yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian

“Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, program simpan pinjam

Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berpengaruh pada

peningkatan ekonomi karyawan, hasil jangka panjang yang nampak sebagai

akibat dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian

“Budi Setia”.

BAB V PENUTUP

(28)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberi penilaian atau menilai.19 Sedangkan secara terminologi, manurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk

mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian

evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan

program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan

keterlaksanaan program tersebut.20 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat

keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program.

Menurut Viji Srinivasan, mengevaluasi berarti menguji dan menentukan

suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan jumlah, derajat atau keadaan. Viji

juga mengartikan evaluasi sebagai “Proses penentuan keputusan tentang

lingkup perhatian, pemilihan informasi yang perlu, serta pengumpulan dan

analisis informasi guna memberi ringkasan data yang berguna bagi para

pengambil keputusan dalam memilih di antara berbagai alternatif yang

19

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. 4

20

(29)

ada”.21 Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan

evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan

kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan

ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan.22

Sehingga kalau kita simpulkan, evaluasi adalah penilaian pada efektifitas

(keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara

melihat faktor-faktor, baik pendukung atau penghambat terhadap

pelaksanaan program. Dengan dilakukannya evaluasi, akan terlihat

faktor-faktor apa yang perlu dipertahankan, diperbaiki, atau perlu dihilangkan. Juga

akan berimplikasi pada, apakah program tersebut layak dilanjutkan, bisa

dilaksanakan di tempat lain atau tidak

2. Tujuan Evaluasi

Menurut Farida Yusuf Tayibnafis tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut:

f. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.

g. Menilai hasil yang dicapai.

h. Menilai rencana program.

i. Memberi kepercayaan kepada lembaga.

j. Memonitor dana yang telah diberikan.

k. Memperbaiki materi program.23

21

Viji Srinivisan, Metode Evaluasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 68

22

Ibid, h. 71

23

(30)

Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat

Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari

pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan

mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:

j. Untuk melihat apa yang sudah dicapai.

k. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program.

l. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

m. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program.

n. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu

program.

o. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

p. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.

q. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama

atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila

metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik.

r. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

s. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.24 Pelaksanaan evaluasi ini juga berguna dan sangat penting dalam

pelaksanaan program, karena:

a. Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan secara rutin dan membuat

perbaikan yang diperlukan bagi semua pihak untuk memastikan apakah

tujuan bisa dicapai.

24

(31)

b. Pemerintah atau lembaga donor perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan

digunakan dengan baik dan sebagai laporan bagi penyandang dana.

c. Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk pemahaman bersama

tentang apa yang berjalan dan tidak berjalan, dan untuk perancangan

proyek atau program dimasa mendatang.25

3. Model Evaluasi

Dalam melakukan evalusi, biasanya dikaitkan dengan model-model

evaluasi yang akan digunakan. Arikunto, dalam salah satu bukunya menulis

setidaknya ada delapan model evaluasi. Namun dalam konteks ini, penulis

akan menggunakan model evaluasi seperti dikemukakan oleh Pietrzak,

Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: a). evaluasi input, b).

evaluasi proses, c). evaluasi hasil.26 Pemilihan model tersebut tidak lain karena penulis melihat kesesuaian model tersebut untuk dipergunakan dalam

mengevaluasi pelaksanaan suatu program.

a. Evaluasi Input

Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam

pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang

terkait dengan evaluasi input ini, yaitu: Masyarakat (peserta program),

Tim, dan Program.

1). Peserta program, meliputi susunan keluarga dan beberapa anggota

yang ditanggung.

25

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda, 2001), cet. 1, h. 42, lihat juga tulisan Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Beberapa Tinjauan Kasus, (Yogyakarta: Liberty, 1990), cet. 1, h. 62

26

(32)

2). Tim atau staf, meliputi aspek demografi staf, seperti latar belakang

pendidikan dan pengalaman staf.

3). Program, meliputi lama waktu pelaksanaan, dan sumber-sumber

rujukan yang tersedia.27

Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji:

1). Tujuan program.

2). Penilaian terhadap kebutuhan komunitas.

3). Standar dari suatu praktek yang terbaik.

4). Biaya untuk pelaksanaan program.

b. Evaluasi Proses.

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang

telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.28 Evaluasi ini memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan

interaksi langsung antara peserta program dengan fasilitator

(pendamping). Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap sistem

pemberian bantuan atau kegiatan program. Seperti, bagaimana

pendampingan itu dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan peserta

program.29 c. Evaluasi Hasil

Evaluasi ini dilakukan untuk meniliai seberapa jauh tujuan-tujuan yang

sudah direncanakan telah tercapai.30 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap

27

Ibid, h. 189

28

Elly Irawan dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1995), cet. 1, h. 18

29

Isbandi Rukminto Adi (selanjutnya hanya ditulis “Isbandi”), op.cit, h. 190

30

(33)

penerima (masyarakat peserta program). Sehingga, pertanyaan utama

pada evaluasi ini adalah:

1). Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai

tujuannya?

2). Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima

bantuan program tersebut?

Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup:

1). Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umumnya

dikembangkan berdasarkan cakupan atupun hasil dari suatu program.

Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.

2) Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya

dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat.

Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.31

4. Desain Evaluasi

Desain evaluasi adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun

sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema

menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan

mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi

pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.32 Desain evaluasi mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan

varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

31

Isabndi, loc. cit

32

(34)

peneliti.33 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah

evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya

(output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan

evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang,

sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka

evaluasinya menggunakan teknik SWOT (Strength, Weekness, Oppurtunity,

Treath).

Dengan teknik SWOT penulis dapat melihat kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada evaluasi hasil terbagi pula

menjadi lima bagian:

e. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output

dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan

populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal).

f. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan

outcomes.

g. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan

antara dampak pelayanan yang positif dan negative dibandingkan

dengan outcomes.

h. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan

efektivitas program.

33

(35)

e. Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan

strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan

merumuskan alternative model pelayanan.34

5. Indikator Evaluasi

Kegiatan evaluasi didasarkan atas penentuan indikator dan cara

melakukan pengumpulan data dari setiap indikator yang ditentukan. Dalam

menyusun indikator kinerja diperlukan pemahaman yang baik tentang

program atau kegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang

lingkup kegiatan dan saling hubungan yang terdapat diantara berbagai

kegiatan tersebut yang dilaksanakan.

a. Indikator masukan (inputs)

Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya

yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur

jumlah sumber daya seperti: ketersediaan dana, ketersediaan SDM atau

petugas, ketersediaan informasi, ketersediaan bantuan atau modal usaha,

ketersediaan panduan teknis dan ketersediaan waktu. Indikator ini relatif

mudah diukur dan telah digunakan secara luas, namun belum dapat

menunjukkan kualitas kinerja program atau kegiatan.

Pengukuran biaya seringkali tidak akurat karena banyak biaya-biaya

yang dibebankan, pada suatu program atau kegiatan tidak memiliki

kaitan dengan pencapaian sasaran program atau kegiatan tersebut.

Demikian juga banyak biaya-biaya input seperti gaji bulanan personalia

pelaksana, biaya pendidikan dan latihan, dan depresiasi nilai uang yang

34

(36)

digunakan seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya program atau

kegiatan. Penerapan indikator input secara serampangan mengakibatkan

tidak dapat dipergunakan indikator ini untuk menilai kinerja suatu

program. Keadaan ini tidak mendorong para penanggung jawab program

untuk merencanakan sumber dayanya secara akurat dan berhati-hati.

Apabila keadaan ini meluas, maka efisiensi dan efektifitas

pendayagunaan sumber daya akan terus menerus menurun dan kinerja

instansi secara keseluruhan akan terancam.

b. Indikator keluaran (outputs)

Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan

oleh suatu program atau kegiatan. Dengan membandingkan keluaran dan

sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksana

dan pencapaian program tersebut sesuai dengan rencana. Indikator

output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu

program apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran-sasaran program

atau kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur.

c. Indikator hasil atau manfaat (outcomes)

Indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara

fungsional. Indikator ini menggambarkan hasil nyata atau manfaat yang

diperoleh suatu program atau kegiatan. Namun informasi yang

diperlukan untuk mengukur outcomes seringkali tidak lengkap dan tidak

mudah diperoleh. Oleh karena itu setiap pengelola program perlu

mengetahui berbagai metode dan teknik untuk mengukur

(37)

d. Indikator dampak (impacts)

Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka

panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan (goals), baik dampak

positif maupun dampak negatif. Indokator ini dapat diketahui, jika

pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang

cukup lama.

B. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar

prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup

anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya.

Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan

sokoguru perekonomian nasional.35

Menurut Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang berjudul 10

Tahun Koperasi, mengatakan bahwa, koperasi adalah perkumpulan manusia

seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerjasama untuk

memajukan ekonominya.36

Menurut Prof. Marvin, A. Schaars, seorang guru besar dari Universitas

Of Luisconsin Madison USA mengatakan: Koperasi adalah suatu badan

usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang

35

Dikutip dari Seminar Nasional Perkoperasian yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2008 di Hotel Bukit Indah Puncak

36

(38)

adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka

atas dasar nir laba atau atas dasar biaya.37

Bermacam-macam definisi telah diberikan pada koperasi dan jika kita

teliti lebih lanjut, maka tampak bahwa definisi itu berkembang, sejalan

dengan perkembangan zaman. Definisi dini umumnya menekankan bahwa

koperasi itu merupakan wadah bagi golongan ekonomi lemah, seperti

definisi yang diberikan oleh Dr. Fay yang menyatakan bahwa koperasi itu

adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas

mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak

memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup

menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan

sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.38

Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara

sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan

kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukkan sebuah badan usaha

yang dikelola secara demokratis.

2. Bentuk-Bentuk Koperasi

a. Koperasi Konsumsi

Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan

sehari-hari seperti: barang-barang pangan (beras, gula, garam, dan

minyak kelapa), barang-barang sandang (kain, tekstil, dan barang

pembantu keperluan sehari-hari seperti sabun, dan minyak tanah).39

37

Ibid.

38

Ibid.

39

(39)

b. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang

memberikan pinjaman kepada para anggotanya dengan mudah dan

ongkos (bunga) yang ringan. Akan tetapi untuk memberikan pinjaman

atau kredit itu koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama

adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang simpanan yang

dikumpulkan bersama-sama itu diberikan pinjaman kepada anggota lain

yang perlu dibantu. Oleh karena itu pula maka koperasi kerdit lebih tepat

disebut sebagai koperasi simpan pinjam.

c. Koperasi Produk

Koperasi Produk adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan

ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan

oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi.

Contohnya: koperasi peternak sapi perah, koperasi pembuatan sepatu,

kerajinan, dan lain-lain.40 d. Koperasi Jasa

Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa

tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya,

koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, jasa

audit, Asuransi Indonesia dan lain-lain.41

e. Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD)

Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah

pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukkan Koperasi-Koperasi

40

Parjimin Nurzain dan Djabaruddin Djohan, Buku Materi Pokok Perkoperasian ADNE 4330/2 sks/ modul 1-3, (Jakarta: Karunia, 1986), Universitas Terbuka, h. 321

41

(40)

Unit Desa (KUD). Satu unit koperasi terdiri dari beberapa desa dalam

satu kecamatan yang merupakan satu kesatuan potensi ekonomi. Untuk

satu wilayah potensi ekonomi ini dianjurkan untuk membentuk satu

koperasi yang disebut Koperasi Unit Desa. Hanya apabila potensi

ekonomi satu kecamatan memungkinkannya, maka dibentuk lebih dari

satu KUD. Dengan demikian ada kemungkinan satu KUD itu meliputi

satu atau beberapa desa saja, tetapi diharapkan agar dapat meliputi

semua desa di dalam satu kecamatan.

Yang menjadi anggota KUD itu adalah orang-orang yang bertempat

tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu yang

merupakan daerah kerja KUD. Karena kebutuhan mereka beraneka

ragam, maka KUD itu mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi dari

KUD itu meliputi:42 1). Perkreditan.

2). Penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian dan keperluan

hidup sehari-hari.

3). Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian.

4). Pelayanan jasa-jasa lainnya.

5). Melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

3. Peran Koperasi dalam Perekonomian

Dalam rangka pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, koperasi mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting, yang secara bersama-sama

dengan Badan-Badan Usaha Milik Negara atau swasta yang melakukan

42

(41)

berbagai usaha demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat

Indonesia. Fungsi koperasi Indonesia tegasnya adalah sebagai berikut:43 a. Mempersatukan, mengarahkan, dan mengembangkan daya kreasi, daya

cipta, serta daya usaha rakyat, terutama mereka yang serba terbatas

kemampuan ekonominya agar mereka dapat turut serta dalam kegiatan

perekonomian.

Rakyat Indonesia yang hidup di kota maupun yang hidup di desa

sebagian besar memiliki daya kresasi, daya cipta dan daya usaha baik

yang dikuasainya secara pewarisan dari orang tua dan leluhur mereka

maupun yang diperolehnya dalam lingkungan, walaupun segala

sesuatunya masih dalam tingkatan sederhana. Karena pada umumnya

mereka hidup dalam serba kesederhanaan (baik materi maupun skil) dan

kurangnya pembinaan, sehingga daya-daya tersebut tidak berkembang

dengan baik.

Puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu berbagai industri kecil baik

sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha utama dalam

keberlangsungan hidupnya telah dapat mereka kelola secara sederhana

dan tingkat kesederhanaannya tetap bertahan sampai sebelum

berkembangnya koperasi.

Dengan adanya mereka yang berani tampil kemuka, mempersatukan

mereka dalam berusaha demi perbaikan kehidupan ekonomi dan tingkat

kesejahteraannya dalam wadah koperasi, ternyata mereka telah dapat

mengembangkan daya-daya tersebut. Lebih-lebih dengan turun

43

(42)

tangannya pemerintah dalam pemberian pembinaan dan penyediaan

modal usaha.

b. Koperasi bertugas meningkatkan pendapatan dan menimbulkan

pembagian yang adil dan merata atas pendapatan tersebut.

Pada masa sebelum berkembangnya koperasi di lingkungan

industri-industri kecil produksi yang ditangani rakyat (kecil/lemah) banyak

dikuasai pengijon atau pengusaha-pengusaha besar yang menerapkan

sistem ijon, mka dengan berkembangnya koperasi di lingkungan mereka.

Usaha-usaha industri kecil dapat berkembang dengan bebas karena

adanya pembinaan dan pengarahan dari instansi-instansi yang terkait,

para petugas penyuluhan lapangan dan bantuan permodalan berupa

kredit baik dari Bank Rakyat Indonesia maupun dari Bank Umum

Koperasi Indonesia. Bebas di sini dimaksudkan bebas dalam berproduksi

dengan mengembangkan daya kreasi dan daya ciptanya sesuai petunjuk

dan anjuran yang bernilai dari insatnsi-instansi yang terkait melalui para

petugas lapangannya.

Dengan demikian setiap produk yang dihasilkan dapat meningkatkan

kualitas dan kuantitasnya dan pendapatan pun dengan sendirinya akan

meningkat, karena koperasi sebagai penopang dan pemasar bersama

produk para anggotanya dapat memperjuangkan harga yang wajar secara

cepat dipasaran umum.

Adil berarti perolehan pendapatan sesuai dengan jumlah produksi

(43)

berarti penghargaan terhadap produk sesuai dengan kualitas dan

standarnya adalah sama bagi setiap anggota.

c. Koperasi bertugas mempertinggi taraf hidup dan kecerdasan bangsa

Indonesia.

Daya kreasi, daya cipta dan daya usaha yang pada mulanya

berlingkup sederhana pada para anggotanya ternyata dalam wadah

koperasi dapat lebih dikembangkan dan ditingkatkan. Hal ini dapat

terjadi karena dua faktor yakni:

1). Faktor Internal, para anggota dalam wadah koperasi dapat saling

tukar pengalaman dalam usahanya, cara-cara yang telah baik akan

lebih baik ditingkatkan sedangkan cara-cara yang kurang baik akan

diperbaiki.

2). Faktor eksternal, dengan terdaftarnya koperasi sebagi badan hukum

pada Departemen Koperasi dan pemberitahuan bidang usahanya

pada instansi terkait (Departemen Perindustrian, Pertanian,

Peternakan, dan Perdagangan) maka instansi itu melalui para

penyuluh lapangan akan aktif melakukan pembinaan dan

pengarahan, dengan demikian apa yang terjadi atau mampu

dilaksanakan akan lebih ditingkatkan lagi keadaannya.

Peningkatan kemampuan usaha dengan sendirinya akan

meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan bangsa bila sebagian besar

rakyat bergabung dalam koperasi, maka peningkatan-peningkatan

tersebut akan menjangkau peningkatan taraf hidup dan kecerdasan

(44)

d. Koperasi berperan serta secara aktif dalam membina kelangsungan

perkembangan demokrasi ekonomi.

Asas bebas dalam berproduksi dengan memanfaatkan daya kreasi dan

daya cipta, adil dalam perolehan pndapatan serta merata dalam

penghargaan produk sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya berarti

koperasi telah membina para anggota beserta para pengurusnya

mengarah ke kelangsungan perkembangan demokrasi ekonomi. Dengan

demikian dapat dikemukakan dengan satu nada bahwa berkembangnya

koperasi berarti berkembangnya demokrasi ekonomi yang berlandaskan

pancasila.

e. Koperasi berperan serta secara aktif dalam menciptakan atau membuka

lapangan kerja baru.

Berbagai bidang usaha koperasi sesungguhnya telah menciptakan

lapangan kerja baru baik bagi para anggota atau masyarakat pada

umumnya. Sehubungan dengan peranan dan tugas koperasi dalam

rangka pembanguann ekonomi, koperasi juga memiliki peran dalam

menciptakan lapangan pekerja terutama pada koperasi produksi yang

banyak menyerap tenaga kerja.

C.

Pemberdayaan Ekonomi

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu

empowerment. Istilah empowerment sendiri dari kata dasar power yang

(45)

Awalam em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya,

karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dari diri manusia itu sendiri

atau suatu sumber kreatifitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendaya gunaan, pemanfaatan

yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.44

Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison

pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan

yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat

diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi

dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat

memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.45 Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan

kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara

maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks

masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakay dan

membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. dengan kata lain

memberdayakan adalah memampuhkan dan memandirikan masyarakat.46 Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem

tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah umat

dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan merupakan

modal empiris pengembangan prolaku individu dan kolektif dalam dimensi

karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan kultural dengan titik tekan pada

44

Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Centre of Enterpreneurship Development, 2005, h. 53

45

Nanih Machendrawaty, Op. Cit., h. 42

46

(46)

pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian istilah

pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan berorientasi pada

peningkatan sumber daya manusia dengan mengedepankan azas partisipasi

musyawarah keadilan dan berkesinambungan.47

Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang

berdaya menjadi mempunyai daya untuk mencapai kehidupan yang lebih

baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok

atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan

mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan

mereka. Pemberdayaan bisa diartikan juga proses yang relatif terus berjalan

untuk meningkatkan taraf hidup. Pemberdayaan juga disebut sebagai

pengembangan.48

Pemberdayaan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak

berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya

meningkatkan taraf hidup ketingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan

adalah meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk menggunakan daya

yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.49 Secara sederhana pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai

jalinan hubungan dua pengertian dari pemberdayaan dan masyarakat.

Pemberdayaan diartikan mengembangkan dari keadaan tidak berdaya

menjadi berdaya menuju kearah yang lebih baik. Sedangkan masyarakat

adalah sekumpulan individu secara bersama. Maka pemberdayaan

47

Nanih Machendrawaty, Loc. Cit.,

48

Isbandi Rukminto, Loc. Cit., h. 32-33

49

(47)

masyarakat adalah upaya mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak

berdaya menjadi berdaya kearah yang lebih baik, kepada sekumpulan

individu yang hidup secara bersama.50

Tujuan pemberdayaan masyarakat itu sendiri pada dasarnya adalah

sebagai berikut:

a. Membantu mengembangkan manusia yang otentik dan integral dari

masyarakat yang lemah, rentan, miskin, marjinal, dan kaum kecil.

b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio

ekonomi sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam

pemgembangan masyarakat.51

Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap utama, yaitu:

a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak

memberdayakan.

b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan bertindak

pemberdayaan masyarakat.

c. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek.

d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna.

e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya.52 Sedangkan pengertian ekonomi secara etimologis, ekonomi berasal dari

bahasa Yunani, yaitu oikonomia yang berasal dari kata oikos yang berarti

rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Sehingga ilmu ekonomi dapat

50

Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 80

51

Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 115

52

(48)

diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah tangga. Sedangkan dari segi

terminologis, menurut Gerardo P. Sicot dan H. W Arndt, ilmu ekonomi

adalah ilmu pengetahuan yang berkenan dengan prilaku manusia dalam

memenuhi segala kebutuhannya dengan sumber daya yang terbatas, baik

untuk sekarang maupun akan datang yang mempengaruhi barang distribusi

imbalan yang timbul dari produksi tersebut.53

Dan secara kategoris, yang disebut dengan ekonomi rakyat adalah usaha

dan kegiatan ekonomi yang dikembangkan oleh mereka yang berasal dari

lapisan masyarakat bawah. Biasanya mereka adalah kelompok pengusaha

kecil dan lemah karena berbagai macam keterbatasan, antara lain karena

modal, ketrampilan, teknologi, manajemen dan sumber daya. ekonomi

rakyat memiliki ciri-ciri, antara lain:

a. Usaha yang dikembangkan bersifat tradisional.

b. Skalanya kecil

c. Kegiatan ekonominya hanya sekedar untuk mempertahankan hidup.54 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat diperlukan adanya percepatan proses

perubahan struktur yang meliputi:

a. Perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern.

b. Perubahan dari ekonomi lemah ke ekonomi tangguh.

c. Perubahan dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar.

d. Perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian.

53

Taqyuddin An-Nabhani, Membayar Sistem Ekonomi Alternatif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1990), cet. 1, h. 47

54

(49)

2. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi

Pentingnya pemberdayaan ekonomi merujuk pada bagaimana

masyarakat bisa menolong dirinya sendiri sehingga mandiri sekaligus dapat

menolong orang lain. Karena itu pada tahap awal program pemberdayaan

masalah sumber daya manusia merupakan sesuatu yang harus diperbaiki

terlebih dahulu.

Sumber daya manusia merupakan masalah yang substansial dalam

pengembangan ekonomi rakyat. Betapa pun kayanya sumber daya alam

suatu negara, tanpa SDM yang cakap dan mumpuni untuk mengelolanya,

maka kekayaan alamnya tidak akan ada artinya bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, meskipun sumber daya alam suatu

negara tidak menguntungkan, kalau SDM negara berkualitas dan hebat,

maka mereka dapat membangun negaranya menjadi pilar kekuatan ekonomi

dunia.

Permasalahan SDM kita selama ini setidaknya berangkat dari rendahnya

tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan manajemen serta kurangnya

penguasaan teknologi. Hal ini semakin terlihat bila dikaitkan dengan usaha

kecil, menengah dan koperasi. Biasanya, para usahawan kecil dan menengah

tumbuh dan berkembang secara alami. Banyak diantara mereka yang tidak

menempuh jenjang perguruan tinggi, bahkan sebagian mereka ada yang

hanya mengenyam pendidikan dasar. Namun mereka mampu menjadi

(50)

lebih banyak belajar dari pengalaman dan lebih mempergunakan naluri

bisnis.55

Strategi yang perlu dikembangkan dalam memberdayakan ekonomi

masyarakat adalah menempatkan potensi diri yang selama ini tidak

termanfaatkan, pemerataan atas aset-aset produktif, demokrasi ekonomi dan

partisipasi dari masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi tanpa adanya

diskriminasi pada golongan tertentu.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya memampuhkan individu

atau kelompok untuk mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Masyarakat

yang mandiri adalah masyarakat yang anggotanya memiliki kepercayaan

pada diri sendiri, sehingga setiap individu masyarakat mempunyai

kemampuan sendiri untuk hidup sejahtera. Hal ini berkaitan erat dengan

upaya pencerdasan bangsa dengan meningkatkan kemampuan sumber daya

manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi agar masyarakat tidak

tergantung dengan ekonomi atau kekuatan asing. Tingkat pendidikan adalah

faktor utama dalam menciptakan kemandirian masyarakat.

Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental,

terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan

masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat

bertahan, dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan

mencapai kemajuan.

Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang

diarahkan pada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang

55

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat pada gambar 1.1 keuntungan yang diperoleh koperasi selalu mengalami kenaikan terutama dari USP (Usaha Simpan Pinjam), untuk saat ini pengolahan data yang

Dengan dibangunnya Sistem informasi koperasi simpan pinjam Guru dan Karyawan SMA Negeri 10 Bandung dapat mempermudah pengelolaan simpan pinjam dalam

Sinar Sosro Palembang dapat membantu anggota dalam melakukan simpan pinjam dan mempermudah pihak bendahara koperasi dalam pengumpulan dan pengolahan data simpan

Pengumpulan data merupakan tahapan dimana peneliti melakukan wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan pihak Koperasi Simpan Pinjam Artha Segara yaitu

Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara

Perlu lebih dikembangkan software basis data sistem simpan pinjam dengan program visual basic 6.0 pada koperasi simpan pinjam terutama koperasi maju jaya

Objek penelitian ini menggunakan unit simpan pinjam dari Koperasi Setia Budi Wanita, khususnya mengenai evaluasi kinerja keuangan yang diukur dengan rasio – rasio

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : (1) Memperoleh gambaran mengenai fungsi program ekonomi koperasi simpan pinjam di posdaya