EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM
PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Serly Risnawati NIM. 104054002099
Dibawah Pembimbing
Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd NIP. 19690322 1999603 2 001
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
pada tanggal 11 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 Komunikasi Islam (S.Kom.I)
pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 15 Maret 2010
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 150 321 584
Anggota
Penguji I Penguji II
Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd Wati Nilamsari, M.Si
NIP. 19640212 199703 2 001 NIP. 19710520 199903 2 002
Pembimbing
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2010
ABSTRAK
Serly Risnawati
Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan
Kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan jalan keluarnya. Seringkali kemiskinan diidentikan dengan masyarakat yang memiliki penghasilan dibawah rata-rata. Faktanya sekarang ini yang terjadi di masyarakat adalah banyak sekali warga yang memiliki penghasilan diatas rata-rata pun yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Untuk itu Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” ini mengadakan usaha simpan pinjan untuk memberdayakan ekonomi para karyawannya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Dalam menganalisa data, penulis menggunakan analisis deskriptif sehingga dapat dijabarkan dengan jelas bagaimana keberadaan koperasi melakukan perannya dalam memberdayakan ekonomi karyawannya.
Keberadaan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebagai sarana pemberdayaan ekonomi karyawan menjadikan pembangunan perekonomian terpacu lebih cepat karena adanya lembaga yang mampu memberdayakan perekonomian karyawan. Peranan yang dilakukan oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yaitu melalui program simpan pinjam yang diikuti oleh para karyawan Perum Pegadaian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan
salam selalu penulis curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang
menjadi Rahmat bagi seluruh alam semesta ini.
Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa tanpa bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak penulisan hasil laporan penelitian ini tidaklah akan
terwujud dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin sekali
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, beserta Wati Nilamsari, M.Si, Sekretaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam yang senantiasa memberikan dukungan dan
bantuannya dalam penulisan skripsi ini.
3. Nurul Hidayati, S.Ag, M.Pd, Dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan, saran, dan nasihat dengan penuh perhatian dan
kesabaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis selama berada
dibangku kuliah.
5. Karyawan dan Staf Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu
6. Pengurus Kopersi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”, Bapak Drs. H.
Sipon Budijono, MBA dan Istri Ibu Hj. Nurhidayati, BA yang telah banyak
memberikan waktu dan bantuannya kepada penulis dalam proses
pengumpulan data yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
7. Seluruh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”,
khususnya Bapak H. Wagino, dan Ibu Sukaesih yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai.
8. Kepada kedua orang tuaku tercinta Bapa dan Umi yang tiada hentinya
memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dan omelannya untuk keberhasilan
penulis. Walaupun Ally suka bandel tapi Ally sayang kalian. Tetehku Rina
Yuanita, S.Si dan Suami Wahyu Purnawisuda, SP, Adikku Siti Muti’ah, Siti
Nurhaliza Adelia dan sepupuku Bolly yang telah memberikan dukungan dan
semangatnya kepada penulis.
9. Kekasihku tersayang Abdul Gofur, Amd yang tiada hentinya memberikan
kasih sayang, perhatian, waktu, dukungan dan bantuannya selama ini.
10.Keluarga besar penulis yang berada di Jakarta, Bogor, Pekalongan dan
Cakung yang turut memberikan semangat dan perhatiannya.
11.Sahabat-sahabatku Desy, Indah, Umi dan Eva atas perhatian, kasih sayang,
tempat curhat, semangat dan dukungannya selama 9 tahun ini.
12.Teman-teman Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2004 yang
tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih untuk semuanya.
Jakarta, 19 Februari 2010
DAFTAR ISI
JUDUL ……… i
PENGESAHAN UJIAN ………. ii
PERNYATAAN ………. iii
ABSTRAK ………. iv
KATA PENGANTAR ……… v
DAFTAR ISI ……….. vi
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metodologi Penelitian ... 8
E. Tinjauan Pustaka ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 19
A. Evaluasi ... 19
1. Pengertian Evaluasi ... 19
2. Tujuan Evaluasi ... 20
3. Model Evaluasi ... 22
4. Desain Evaluasi ... 24
5. Indikator Evaluasi ... 26
B. Koperasi ... 28
2. Bentuk-Bentuk Koperasi ... 29
3. Peran Koperasi dalam Perekonomian ... 31
C. Pemberdayaan Ekonomi ... 35
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi ... 35
2. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi ... 40
D. Karyawan ... 42
1. Pengertian Karyawan ... 43
2. Pembagian Karyawan ... 43
BAB III GAMBARAN TENTANG KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” ……… 46
A. Sejarah Berdirinya Koperasi ………... 46
B. Visi dan Misi Koperasi ……….... 51
C. Tujuan dan Target Koperasi ……… 52
D. Program Koperasi ………... 53
E. Susunan Pengurus Koperasi ……… 55
BAB IV ANALISA EVALUASI HASIL PROGRAM SIMPAN PINJAM KOPERASI KARYAWAN PERUM PEGADAIAN “BUDI SETIA” DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI KARYAWAN ………... 57
A. Analisa Terhadap Tujuan Yang Telah Dicapai Oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” Dari Adanya Program Simpan Pinjam ... 57
C. Analisa Hasil Jangka Panjang Yang Tampak Sebagai Akibat Dari
Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi
Setia” ………. 64
BAB V PENUTUP ………. 66
A. Kesimpulan ………. 66
B. Saran ……… 68
DAFTAR PUSTAKA ……….. 70
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kemiskinan dalam konteks ekonomi, sering dikaitkan dengan
ketidakmampuan untuk mempertahankan standar hidup minimal yang
biasanya diukur berdasarkan kebutuhan konsumsi atau pendapatan dalam
memenuhi kebutuhan dasar. Dalam konsep ini kemiskinan dikaitkan dengan
satu kondisi hilangnya hak dan peluang seseorang terhadap penguasaan,
pemilikan dan pengaturan, serta kontrol terhadap sumber daya yang
diperlukan bagi terjaminnya hidup seseorang.
Secara umum kemiskinan bukan serta merta disebabkan karena mereka
beretos kerja rendah atau malas, namun justru karena ada banyak faktor yang
mungkin berada di luar dirinya, yang membuat mereka (kaum miskin) tidak
berdaya menghadapinya. Dengan kata lain, mereka membutuhkan akses agar
bisa ikut berperan dalam proses pembangunan yang sedang berjalan ini.
Dengan demikian, usaha untuk pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan
orang miskin tidak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan kesabaran
dan kegigihan dari semua pihak, termasuk uluran tangan pemerintah agar lebih
peduli dan berpihak pada masyarakat miskin.
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan ekonomi adalah lebih
diarahkan kepada terwujudnya demokrasi ekonomi, dimana masyarakat harus
memgang peran aktif dalam kegiatan pembangunan tersebut. Ciri-ciri
usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Bangunan yang sesuai
dengan itu adalah koperasi. Dalam pembangunan koperasi di Indonesia,
pemerintah mempunyai peran penting. Peran tersebut bersumber pada
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi: “Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”.1
Keberadaan koperasi pada saat sekarang ini memang sangat dibutuhkan,
baik yang berada di lingkungan departemen, kantor-kantor swasta,
perusahaan, dan sekolah. Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang
berkembang di dalam dan di atas prakarsa masyarakat. Sebagai lembaga
kemasyarakatan diperlukan pengaturan agar kehidupannya bisa terjamin dan
berkembang.2
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup
anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya. Dengan
demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru
perekonomian nasional.3
Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara
sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukkan sebuah badan usaha
yang dikelola secara demokratis.
1
Ninik Widiyanti, Y.W, Sunindhia, Koperasi dan Perekonomian Indonesia, (Jakarta: Adi Mahasatya, 2003), h. 159
2
Panji Anoraga, SE, MM, Dra. Ninik Widiyanti, Dinamika Koperasi, (Jakarta: PT. Adi Mahasatya, 2003), cet. 4, h.1
3
Keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya tergantung dari aktifitas
para anggotanya, apakah mereka mampu melaksanakan kerjasama, memiliki
kegairahan kerja dan mentaati segala ketentuan dan garis kebijakan yang telah
ditetapkan rapat anggota. Dengan demikian usaha meningkatkan taraf hidup
mereka tergantung dari aktifitas mereka.
Koperasi dilahirkan sebagai badan usaha dengan tujuan untuk memajukan
kepentingan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Latar
belakang lahirnya telah memberikan ciri khusus pada koperasi yang berbeda
dengan badan usaha lain yaitu sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan dan gotong royong.4 Asas kekeluargaan mencerminkan adanya kesadaran untuk mengerjakan segala sesuatu dalam koperasi oleh semua untuk
semua dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaran serta keberanian
berkorban bagi kepentingan bersama. Sedangkan asas gotong royong berarti
bahwa pada koperasi terdapat semangat kerja dan tanggung jawab bersama
tanpa memikirkan diri sendiri melainkan untuk kepentingan bersama.
Salah satu jenis koperasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi ini kegiatan utamanya adalah
melakukan pengumpulan dana yang diperoleh dari anggota dalam bentuk
simpanan atau tabungan yang selanjutnya dana-dana yang ada tersebut akan
disalurkan kembali kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman berjangka atau
kredit modal usaha. Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini secara tidak
langsung karyawan yang memiliki kelebihan dana dapat membantu karyawan
yang kekurangan dana untuk modal usaha sekaligus menghindari para
4
karyawan terhadap keberadaan rentenir yang sangat menyusahkan para
karyawan dengan beban bunga yang sangat tinggi.
Selain dipandang sebagai badan usaha yang memiliki bentuk dan
karakteristik tersendiri, koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat
untuk membangun sistem perekonomian. Hal itu sejalan dengan tujuan
koperasi sebagaimana dicantumkan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 sebagai
berikut: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,
adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.5 Berdasarkan tujuan yang ditetapkan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 itu,
dapat disimpulkan bahwa tujuan koperasi di Indonesia dalam garis besarnya
meliputi tiga hal sebagai berikut:
1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya.
2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
3. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional.
Dengan ketiga tujuan tersebut, mudah dimengerti bila koperasi mendapat
kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian Indonesia. Ia tidak
hanya merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional
dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang ada di negeri ini, tetapi
juga dinyatakan sebagai soko guru perekonomian nasional.
Secara garis besar koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang
bekerja sama memenuhi kebutuhan ekonomi atau bekerja sama melakukan
5
usaha, maka dapat dibedakan dengan jelas dari badan-badan usaha atau pelaku
kegiatan ekonomi yang lebih mengutamakan modal. Dengan demikian
koperasi sebagai badan usaha mengutamakan faktor manusia yang bekerja atas
dasar prikemanusiaan bagi kesejahteraan para anggotanya.6
Kini tidaklah banyak koperasi di Indonesia yang tetap eksis dalam
menjalankan roda usahanya, kita dapat menghitungnya dengan jari. Salah satu
koperasi yang hingga kini masih tetap eksis melakukan usahanya adalah
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”. Salah satu program
koperasi ini bergerak pada usaha simpan pinjam dimana para anggotanya
adalah para karyawan koperasi tersebut. Koperasi ini bertujuan
memperkembangkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan
daerah kerja umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan pancasila, memberikan pinjaman (kredit)
kepada anggotanya untuk keperluan yang berfaedah, menyalurkan
barang-barang lain keperluan anggota dan masyarakat, menyelenggarakan
usaha-usaha dalam bidang jasa yang dibutuhkan anggota dan masyarakat.7
Berangkat dari rasa ketertarikan terhadap perkembangan usaha simpan
pinjam yang hingga kini dimana pada saat yang sama banyak koperasi sumpan
pinjam di Indonesia yang mati suri. Dengan melihat uraian di atas, maka
dengan ini penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian terhadap Koperasi
Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan judul “Evaluasi Hasil
6
Parjimin Nurzain, Buku Materi Pokok Perkoperasian, (Jakarta: PT. Kanisius, 1986) h. 12
7
Program Simpan Pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”
dalam Pemberdayaan Ekonomi Karyawan”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan adanya keterbatasan waktu, biaya dan yang lainnya agar penulisan skripsi ini terarah, penulis membuat batasan masalah yang akan dibahas
mengenai evaluasi hasil dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan.
2. Perumusan Masalah
Dari pokok pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa
rincian masalah yang jawabannya akan dicari dalam penulisan skripsi ini.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam?
b. Apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian
“Budi Setia” berpengaruh pada peningkatan ekomomi karyawan?
c. Hasil jangka panjang apakah yang nampak sebagai akibat dari program
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tujuan-tujuan manakah yang sudah dicapai oleh
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dari adanya program
simpan pinjam.
b. Untuk mengetahui apakah program simpan pinjam Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia” berpengaruh pada peningkatan ekonomi
karyawan.
c. Untuk mengetahui hasil jangka panjang yang nampak sebagai akibat
dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian
“Budi Setia”. 2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian kegiatan dan hasil
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi penulis dalam
masalah ini, di samping itu juga sebagai bahan pemahaman dari semua
ilmu yang di dapat selama dibangku perkuliahan.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pihak Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi
karyawan.
c. Dapat menambah ilmu baru dalam bidang perkoperasian bagi para
mahasiswa dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang
D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali data yang bersifat subyektif dan historis. Pendekatan kualitatif ini penulis
gunakan karena ada beberapa alasan, diantaranya pendekatan kualitatif
bersifat fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak rumit dalam mendefinisikan suatu
konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala
ditemukan fakta yang lebih mandasar, menarik dan unik yang terjadi
dilapangan8
2. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang obyektif maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi, adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang ada dilapangan9. Observasi dilakukan ketika penulis datang langsung ketempat Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi
Setia”.
b. Wawancara, adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan oleh si pencari informasi dengan
sumber informasi. Ditempat tersebut penulis berbincang-bincang dan
hasil pembicaraan dicatat dengan tulisan tangan, selain itu penulis dalam
wawancara ini juga menggunakan tape recorder guna merekam hasil
wawancara.
8
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), cet. 2 h. 39
9
c. Dokumentasi, yang dilakukan penulis adalah dengan cara
mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data
tertulis yang ada dilapangan serta data-data lain yang dapat dijadikan
sebagai bahan analisa dalam penelitian ini.
3.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yaitu:
a. Data Primer, terbagi menjadi dua sumber data yaitu:
1) Utama yaitu data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau
sasaran penelitian, yaitu diperoleh dari pengurus Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia”.
2) Umum yaitu data yang diperoleh dari karyawan Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia”.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian dari sumber yang terkait.
Catatan dan dokumen tersebut berupa buku Laporan Pertanggungjawaban
Pengurus dan Pengawas Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi
Setia” serta buku Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Koperasi
Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.
4.Model Evaluasi
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model evaluasi hasil, dengan
model evaluasi hasil ini penulis berusaha untuk mengetahui tujuan-tujuan
manakah yang telah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian
“Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, mengetahui apakah
berpengaruh pada peningkatan ekonomi karyawan, mengetahui hasil jangka
panjang yang nampak sebagai akibat dari adanya program simpan pinjam
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia”.
5.Tujuan Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut: a. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
b. Menilai hasil yang dicapai.
c. Menilai rencana program.
d. Memberi kepercayaan kepada lembaga.
e. Memonitor dana yang telah diberikan.
f.. Memperbaiki materi program.10
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari
pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan
mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:
a. Untuk melihat apa yang sudah dicapai.
b. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program.
c. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.
d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program.
e. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu
program.
f. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
g. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.
10
h. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama
atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila
metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik.
i. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
j. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.11
6. Desain Evaluasi
Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema
menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan
mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi
pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.12 Desain penelitian mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan
varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
peneliti.13 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah
evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya
(output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan
evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang,
sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka
evaluasinya menggunakan teknik SWOT (Strength, Weekness,
11
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas (Pengantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis), Edisi Revisi, (Jakarta: Lembang Penerbit FE-UI, 2003), h. 187-188
12
Landing R. Simatupang, Asas-asas Penelitian Behavioral, (Bandung: Gadjah Mada University Perss (UGM), 1990), h. 483
13
Oppurtunity, Treath). Dengan teknik SWOT peneliti dapat melihat
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada
evaluasi hasil terbagi pula menjadi lima bagian:
a. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output
dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan
populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal).
b. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan
outcomes.
c. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan
antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan dengan
outcomes.
d. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan
efektivitas program.
e. Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan
strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan
merumuskan alternative model pelayanan.14
7. Teknik Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan data dalam rangkaian penelitian, tentunya
diperlukan teknik pemeriksaan data. Dalam hal ini penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:15 a. Kriterium Kredibilitas (kepercayaan)
Kredibilitas yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu hal lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan; (1).
14
Farida Yusuf Tayibnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), h. 14
15
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
misalnya untuk mengetahui program-program Koperasi Karyawan Perum
Pegadaian “Budi Setia” dalam pemberdayaan ekonomi karyawan dengan
mewawancarai pengurus Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi
Setia” (2). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini
peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh pengurus Koperasi
Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dengan jawaban yang
diberikan oleh karyawan Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi
Setia” (3). Membandingkan hasil wawancara dengan hasil
dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan masalah yang diajukan.
Penulis memanfaatkan dokumen atau data sebagai bahan perbandingan.
b.Kriterium Kepastian
Kepastian auditor dalam hal ini adalah objektif atau tidak tergantung
pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan
penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang
itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang barulah
dapat dikatakan objektif.16 c. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan
karya ilmiyah, skripsi, tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang diterbitkan
oleh UIN Jakarta cetakan ke-1.
16
8. Teknik Pencatatan Data
Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi dan wawancara. Pengamatan merupakan teknik pengumpulan
data yang paling sesuai dalam penelitian ini. Pengamatan diarahkan
terhadap perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial ekonomi para
karyawan setelah apa yang telah diberikan oleh koperasi melalui
program-programnya dalam meningkatkan kesejahteraan para karyawannya.
Wawancara dalam hal ini, penulis melakukan percakapan dengan
maksud tertentu yang dilakukan oleh pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dengan yang terwawancarai (yang memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan). Kemudian hasil wawancara tersebut dicatat dan
direkam untuk kemudian diolah dan disempurnakan.
9. Teknik Analisa Data
Pada saat menganalisa data hasil observasi, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya. Data yang ada
dianalisis dengan cara reduksi. Reduksi itu adalah menganalisa sesuatu
secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir
dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.17
Tujuan terpenting dari reduksi adalah untuk mengidentifikasi tema
utama yang teliti dengan memberikan kategori pada informasi yang telah
dikumpulkan, seperti yang dijelaskan Patton (Lexy, 2002) bahwa dalam
menganalisa data adalah dengan proses mengatur urutan data
17
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar.18
Analisa data melibatkan upaya mengidentifikasi ciri-ciri suatu objek dan
kejadian. Kategori dan analisa data diperoleh berdasarkan fenomena yang
nampak. Dengan demikian, dalam mengalisis data memerlukan proses
seperti: megorganisasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan
mengkategorikan data, setelah itu data yang diperoleh dari catatan lapangan
(hasil pengamatan, wawancara dan dokumen) dan sebagainya oleh penulis
dianalisis untuk selanjutnya dirumuskan dan disajikan.
10. Waktu dan Lokasi Penelitian a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai Januari 2009 – Januari 2010.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian skripsi ini mengambil tempat di Koperasi Karyawan Perum
Pegadaian “Budi Setia” yang beralamat di Jl. Kramat Raya 162 Jakarta
Pusat
Telp. 021-3155550
Fax. 021-3914221
11. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para pengurus dan karyawan Koperasi
Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” sebanyak 3 orang yang telah
ditentukan oleh penulis sesuai dengan data dan informasi yang dibutuhkan.
18
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut
kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang
dilakukan penulis adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi yang sudah ada
yang mempunyai topik hampir sama dengan yang penulis akan teliti. Maksud
pengkajian ini adalah untuk mengetahui bahwa apa yang penulis teliti
sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu.
Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
menduplikasi hasil karya orang lain, maka penulis akan mempertegas
perbedaan antara masing-masing judul skripsi yang akan penulis bahas
sebagai berikut:
1. Evaluasi Hasil Program Simpan Pinjam Koperasi Pengusaha Dan Pedagang
Pasar Parung (K.P4) Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Disusun
oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam tahun 2006. Skripsi ini berisikan tentang upaya
memberdayakan perekonomian masyarakat yang berada diwilayah Parung
melalui usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh Koperasi Pengusaha Dan
Pedagang Pasar Parung (K.P4).
2. Evaluasi Hasil Usaha Konveksi Kube (kelompok usaha bersama) Bina
Nusantara Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Anggota Di Kelurahan
Pegadungan Jakarta Barat. Disusun oleh mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam tahun 2007. Skripsi
ini berisikan tentang upaya meningkatkan kesejahteraan anggota di
Sedangkan penelitian yang akan penulis bahas yaitu tentang upaya
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” dalam memberdayakan
perekonomian karyawannya melalui usaha simpan pinjam.
F. Sistematika Penulisan
Guna mendapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai masalah yang
diuraikan dalam skripsi ini, penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORITIS
Bab ini terdiri dari empat sub bahasan yakni: Pertama pengertian evaluasi,
tujuan evaluasi, model evaluasi, desain evaluasi, dan indikator evaluasi. Kedua
pengertian koperasi, jenis-jenis koperasi, peran koperasi dalam perekonomian.
Ketiga pengertian pemberdayaan ekonomi, dan urgensi pemberdayaan
ekonomi. Keempat pengertian karyawan, dan pembagian karyawan.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Bab ini memuat tentang latar belakang terbentuknya Koperasi Karyawan
Perum Pegadaian “Budi Setia”, visi dan misi, tujuan dan target, serta program
BAB IV HASIL LAPORAN PENELITIAN
Berisi tentang laporan penelitian dimana didalamnya akan dibahas mengenai
tujuan-tujuan yang sudah dicapai oleh Koperasi Karyawan Perum Pegadaian
“Budi Setia” dari adanya program simpan pinjam, program simpan pinjam
Koperasi Karyawan Perum Pegadaian “Budi Setia” yang berpengaruh pada
peningkatan ekonomi karyawan, hasil jangka panjang yang nampak sebagai
akibat dari program simpan pinjam Koperasi Karyawan Perum Pegadaian
“Budi Setia”.
BAB V PENUTUP
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi artinya memberi penilaian atau menilai.19 Sedangkan secara terminologi, manurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Dengan demikian, penelitian
evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan
program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan
keterlaksanaan program tersebut.20 Dengan kata lain evaluasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat
keberhasilan pelaksanaan dari suatu kegiatan atau program.
Menurut Viji Srinivasan, mengevaluasi berarti menguji dan menentukan
suatu nilai, kualitas, kadar kepentingan jumlah, derajat atau keadaan. Viji
juga mengartikan evaluasi sebagai “Proses penentuan keputusan tentang
lingkup perhatian, pemilihan informasi yang perlu, serta pengumpulan dan
analisis informasi guna memberi ringkasan data yang berguna bagi para
pengambil keputusan dalam memilih di antara berbagai alternatif yang
19
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. 4
20
ada”.21 Dengan demikian, evaluasi ini dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan kata lain kegiatan
evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek kekuatan dan
kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan
ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan.22
Sehingga kalau kita simpulkan, evaluasi adalah penilaian pada efektifitas
(keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara
melihat faktor-faktor, baik pendukung atau penghambat terhadap
pelaksanaan program. Dengan dilakukannya evaluasi, akan terlihat
faktor-faktor apa yang perlu dipertahankan, diperbaiki, atau perlu dihilangkan. Juga
akan berimplikasi pada, apakah program tersebut layak dilanjutkan, bisa
dilaksanakan di tempat lain atau tidak
2. Tujuan Evaluasi
Menurut Farida Yusuf Tayibnafis tujuan dari evaluasi adalah sebagai berikut:
f. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
g. Menilai hasil yang dicapai.
h. Menilai rencana program.
i. Memberi kepercayaan kepada lembaga.
j. Memonitor dana yang telah diberikan.
k. Memperbaiki materi program.23
21
Viji Srinivisan, Metode Evaluasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan Rajesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 68
22
Ibid, h. 71
23
Sedangkan menurut Isbandi Rukminto, dengan mengutip pendapat
Feurstein, sekalipun tidak secara langsung menyebut sebagai tujuan dari
pelaksanaan evaluasi, namun dia menyatakan bahwa ada 10 (sepuluh) alasan
mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan, yaitu:
j. Untuk melihat apa yang sudah dicapai.
k. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objek tujuan program.
l. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.
m. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan untuk memperkuat program.
n. Melihat perbedaan apa yang sudah terjadi setelah diterapkan suatu
program.
o. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.
p. Untuk merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.
q. Melindungi pihak lain agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama
atau mengajak pihak lain untuk melaksanakan metode yang serupa bila
metode tersebut telah terbukti berhasil dengan baik.
r. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.
s. Memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat.24 Pelaksanaan evaluasi ini juga berguna dan sangat penting dalam
pelaksanaan program, karena:
a. Menjadi sistem untuk mengkaji perkembangan secara rutin dan membuat
perbaikan yang diperlukan bagi semua pihak untuk memastikan apakah
tujuan bisa dicapai.
24
b. Pemerintah atau lembaga donor perlu tahu bahwa dana yang dikeluarkan
digunakan dengan baik dan sebagai laporan bagi penyandang dana.
c. Pengalaman proyek bisa menjadi sumbangan untuk pemahaman bersama
tentang apa yang berjalan dan tidak berjalan, dan untuk perancangan
proyek atau program dimasa mendatang.25
3. Model Evaluasi
Dalam melakukan evalusi, biasanya dikaitkan dengan model-model
evaluasi yang akan digunakan. Arikunto, dalam salah satu bukunya menulis
setidaknya ada delapan model evaluasi. Namun dalam konteks ini, penulis
akan menggunakan model evaluasi seperti dikemukakan oleh Pietrzak,
Ramler, Renner, Ford dan Gilbert yang meliputi: a). evaluasi input, b).
evaluasi proses, c). evaluasi hasil.26 Pemilihan model tersebut tidak lain karena penulis melihat kesesuaian model tersebut untuk dipergunakan dalam
mengevaluasi pelaksanaan suatu program.
a. Evaluasi Input
Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam
pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang
terkait dengan evaluasi input ini, yaitu: Masyarakat (peserta program),
Tim, dan Program.
1). Peserta program, meliputi susunan keluarga dan beberapa anggota
yang ditanggung.
25
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: Rosda, 2001), cet. 1, h. 42, lihat juga tulisan Soetomo, Pembangunan Masyarakat, Beberapa Tinjauan Kasus, (Yogyakarta: Liberty, 1990), cet. 1, h. 62
26
2). Tim atau staf, meliputi aspek demografi staf, seperti latar belakang
pendidikan dan pengalaman staf.
3). Program, meliputi lama waktu pelaksanaan, dan sumber-sumber
rujukan yang tersedia.27
Terkait dengan input program ini, ada empat kriteria yang dapat dikaji:
1). Tujuan program.
2). Penilaian terhadap kebutuhan komunitas.
3). Standar dari suatu praktek yang terbaik.
4). Biaya untuk pelaksanaan program.
b. Evaluasi Proses.
Evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang
telah dilaksanakan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan.28 Evaluasi ini memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan
interaksi langsung antara peserta program dengan fasilitator
(pendamping). Tipe evaluasi ini diawali dengan analisis terhadap sistem
pemberian bantuan atau kegiatan program. Seperti, bagaimana
pendampingan itu dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan peserta
program.29 c. Evaluasi Hasil
Evaluasi ini dilakukan untuk meniliai seberapa jauh tujuan-tujuan yang
sudah direncanakan telah tercapai.30 Dengan demikian, evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap
27
Ibid, h. 189
28
Elly Irawan dkk, Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 1995), cet. 1, h. 18
29
Isbandi Rukminto Adi (selanjutnya hanya ditulis “Isbandi”), op.cit, h. 190
30
penerima (masyarakat peserta program). Sehingga, pertanyaan utama
pada evaluasi ini adalah:
1). Kapan suatu program bisa dikatakan telah berhasil mencapai
tujuannya?
2). Bagaimana masyarakat akan menjadi berbeda setelah menerima
bantuan program tersebut?
Kriteria keberhasilan ini bisa mencakup:
1). Berorientasi pada program. Kriteria keberhasilan, pada umumnya
dikembangkan berdasarkan cakupan atupun hasil dari suatu program.
Misalnya, presentase cakupan program terhadap populasi sasaran.
2) Berorientasi pada masyarakat. Kriteria keberhasilan, pada umumnya
dikembangkan berdasarkan pada perubahan perilaku masyarakat.
Misalnya, munculnya sikap kemandirian dan lain sebagainya.31
4. Desain Evaluasi
Desain evaluasi adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan di dalam penelitian. Rencana ini merupakan suatu skema
menyeluruh yang mencakup program-program penelitian, memaparkan
mengenai hal-hal yang dilakukan, dan menetakan kerangka bingkai bagi
pengkajian relasi variabel-variabel yang diteliti.32 Desain evaluasi mempunyai maksud dan kegunaan untuk mengontrol atau mengendalikan
varian, serta membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
31
Isabndi, loc. cit
32
peneliti.33 Apabila tujuan evaluasinya berkaitan dengan keputusan program tersebut akan berlanjut atau tidak, maka evaluasi yang digunakan adalah
evaluasi hasil. Dengan evaluasi hasil dapat dilihat efektifitas, hasilnya
(output), manfaatnya (outcomest), atau dampaknya. Lalu apabila tujuan
evaluasinya agar dapat meramalkan program tersebut di masa mendatang,
sehingga hasilnya dapat membantu dalam membuat strategi baru, maka
evaluasinya menggunakan teknik SWOT (Strength, Weekness, Oppurtunity,
Treath).
Dengan teknik SWOT penulis dapat melihat kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman dari suatu program. Pada evaluasi hasil terbagi pula
menjadi lima bagian:
e. Evaluasi efisiensi, yaitu analisis hubungan antara pencapaian output
dengan input (efisiensi internal) atau rasio pencapaian output dengan
populasi sasaran yang membutuhkan pelayanan (efisiensi eksternal).
f. Evaluasi efektivitas, yaitu analisis hubungan antara outputs dengan
outcomes.
g. Evaluasi dampak dan berkelanjutan program adalah analisis hubungan
antara dampak pelayanan yang positif dan negative dibandingkan
dengan outcomes.
h. Evaluasi tujuan, meliputi pengujian hubungan tingkat efisiensi dan
efektivitas program.
33
e. Evaluasi kebijakan yaitu mereview konsep kebijakan, program, dan
strategi, merumuskan “exit strategy” dari perubahan kebijakan dan
merumuskan alternative model pelayanan.34
5. Indikator Evaluasi
Kegiatan evaluasi didasarkan atas penentuan indikator dan cara
melakukan pengumpulan data dari setiap indikator yang ditentukan. Dalam
menyusun indikator kinerja diperlukan pemahaman yang baik tentang
program atau kegiatan, tujuannya, sumber daya yang tersedia, ruang
lingkup kegiatan dan saling hubungan yang terdapat diantara berbagai
kegiatan tersebut yang dilaksanakan.
a. Indikator masukan (inputs)
Indikator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya
yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indikator input mengukur
jumlah sumber daya seperti: ketersediaan dana, ketersediaan SDM atau
petugas, ketersediaan informasi, ketersediaan bantuan atau modal usaha,
ketersediaan panduan teknis dan ketersediaan waktu. Indikator ini relatif
mudah diukur dan telah digunakan secara luas, namun belum dapat
menunjukkan kualitas kinerja program atau kegiatan.
Pengukuran biaya seringkali tidak akurat karena banyak biaya-biaya
yang dibebankan, pada suatu program atau kegiatan tidak memiliki
kaitan dengan pencapaian sasaran program atau kegiatan tersebut.
Demikian juga banyak biaya-biaya input seperti gaji bulanan personalia
pelaksana, biaya pendidikan dan latihan, dan depresiasi nilai uang yang
34
digunakan seringkali tidak diperhitungkan sebagai biaya program atau
kegiatan. Penerapan indikator input secara serampangan mengakibatkan
tidak dapat dipergunakan indikator ini untuk menilai kinerja suatu
program. Keadaan ini tidak mendorong para penanggung jawab program
untuk merencanakan sumber dayanya secara akurat dan berhati-hati.
Apabila keadaan ini meluas, maka efisiensi dan efektifitas
pendayagunaan sumber daya akan terus menerus menurun dan kinerja
instansi secara keseluruhan akan terancam.
b. Indikator keluaran (outputs)
Indikator output digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan
oleh suatu program atau kegiatan. Dengan membandingkan keluaran dan
sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksana
dan pencapaian program tersebut sesuai dengan rencana. Indikator
output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu
program apabila indikator ini dikaitkan dengan sasaran-sasaran program
atau kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur.
c. Indikator hasil atau manfaat (outcomes)
Indikator ini sangat penting untuk menunjukkan keberhasilan secara
fungsional. Indikator ini menggambarkan hasil nyata atau manfaat yang
diperoleh suatu program atau kegiatan. Namun informasi yang
diperlukan untuk mengukur outcomes seringkali tidak lengkap dan tidak
mudah diperoleh. Oleh karena itu setiap pengelola program perlu
mengetahui berbagai metode dan teknik untuk mengukur
d. Indikator dampak (impacts)
Indikator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka
panjang seperti yang dirumuskan dalam tujuan (goals), baik dampak
positif maupun dampak negatif. Indokator ini dapat diketahui, jika
pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang
cukup lama.
B. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar
prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup
anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya.
Dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan
sokoguru perekonomian nasional.35
Menurut Margono Djojohadikoesoemo dalam bukunya yang berjudul 10
Tahun Koperasi, mengatakan bahwa, koperasi adalah perkumpulan manusia
seorang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerjasama untuk
memajukan ekonominya.36
Menurut Prof. Marvin, A. Schaars, seorang guru besar dari Universitas
Of Luisconsin Madison USA mengatakan: Koperasi adalah suatu badan
usaha yang secara sukarela dimiliki dan dikendalikan oleh anggota yang
35
Dikutip dari Seminar Nasional Perkoperasian yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2008 di Hotel Bukit Indah Puncak
36
adalah juga pelanggannya dan dioperasikan oleh mereka dan untuk mereka
atas dasar nir laba atau atas dasar biaya.37
Bermacam-macam definisi telah diberikan pada koperasi dan jika kita
teliti lebih lanjut, maka tampak bahwa definisi itu berkembang, sejalan
dengan perkembangan zaman. Definisi dini umumnya menekankan bahwa
koperasi itu merupakan wadah bagi golongan ekonomi lemah, seperti
definisi yang diberikan oleh Dr. Fay yang menyatakan bahwa koperasi itu
adalah suatu perserikatan dengan tujuan berusaha bersama yang terdiri atas
mereka yang lemah dan diusahakan selalu dengan semangat tidak
memikirkan diri sendiri sedemikian rupa, sehingga masing-masing sanggup
menjalankan kewajibannya sebagai anggota dan mendapat imbalan
sebanding dengan pemanfaatan mereka terhadap organisasi.38
Secara umum koperasi dipahami sebagai perkumpulan orang yang secara
sukarela mempersatukan diri untuk memperjuangkan peningkatan
kesejahteraan ekonomi mereka melalui pembentukkan sebuah badan usaha
yang dikelola secara demokratis.
2. Bentuk-Bentuk Koperasi
a. Koperasi Konsumsi
Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang mengusahakan kebutuhan
sehari-hari seperti: barang-barang pangan (beras, gula, garam, dan
minyak kelapa), barang-barang sandang (kain, tekstil, dan barang
pembantu keperluan sehari-hari seperti sabun, dan minyak tanah).39
37
Ibid.
38
Ibid.
39
b. Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang
memberikan pinjaman kepada para anggotanya dengan mudah dan
ongkos (bunga) yang ringan. Akan tetapi untuk memberikan pinjaman
atau kredit itu koperasi memerlukan modal. Modal koperasi yang utama
adalah simpanan anggota sendiri. Dari uang simpanan yang
dikumpulkan bersama-sama itu diberikan pinjaman kepada anggota lain
yang perlu dibantu. Oleh karena itu pula maka koperasi kerdit lebih tepat
disebut sebagai koperasi simpan pinjam.
c. Koperasi Produk
Koperasi Produk adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan
ekonomi pembuatan dan penjualan barang-barang baik yang dilakukan
oleh koperasi sebagai organisasi maupun orang-orang anggota koperasi.
Contohnya: koperasi peternak sapi perah, koperasi pembuatan sepatu,
kerajinan, dan lain-lain.40 d. Koperasi Jasa
Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha di bidang penyediaan jasa
tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya,
koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan, jasa
audit, Asuransi Indonesia dan lain-lain.41
e. Koperasi Serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD)
Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah
pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukkan Koperasi-Koperasi
40
Parjimin Nurzain dan Djabaruddin Djohan, Buku Materi Pokok Perkoperasian ADNE 4330/2 sks/ modul 1-3, (Jakarta: Karunia, 1986), Universitas Terbuka, h. 321
41
Unit Desa (KUD). Satu unit koperasi terdiri dari beberapa desa dalam
satu kecamatan yang merupakan satu kesatuan potensi ekonomi. Untuk
satu wilayah potensi ekonomi ini dianjurkan untuk membentuk satu
koperasi yang disebut Koperasi Unit Desa. Hanya apabila potensi
ekonomi satu kecamatan memungkinkannya, maka dibentuk lebih dari
satu KUD. Dengan demikian ada kemungkinan satu KUD itu meliputi
satu atau beberapa desa saja, tetapi diharapkan agar dapat meliputi
semua desa di dalam satu kecamatan.
Yang menjadi anggota KUD itu adalah orang-orang yang bertempat
tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu yang
merupakan daerah kerja KUD. Karena kebutuhan mereka beraneka
ragam, maka KUD itu mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi dari
KUD itu meliputi:42 1). Perkreditan.
2). Penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian dan keperluan
hidup sehari-hari.
3). Pengolahan serta pemasaran hasil pertanian.
4). Pelayanan jasa-jasa lainnya.
5). Melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.
3. Peran Koperasi dalam Perekonomian
Dalam rangka pembangunan ekonomi bangsa Indonesia, koperasi mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting, yang secara bersama-sama
dengan Badan-Badan Usaha Milik Negara atau swasta yang melakukan
42
berbagai usaha demi tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Fungsi koperasi Indonesia tegasnya adalah sebagai berikut:43 a. Mempersatukan, mengarahkan, dan mengembangkan daya kreasi, daya
cipta, serta daya usaha rakyat, terutama mereka yang serba terbatas
kemampuan ekonominya agar mereka dapat turut serta dalam kegiatan
perekonomian.
Rakyat Indonesia yang hidup di kota maupun yang hidup di desa
sebagian besar memiliki daya kresasi, daya cipta dan daya usaha baik
yang dikuasainya secara pewarisan dari orang tua dan leluhur mereka
maupun yang diperolehnya dalam lingkungan, walaupun segala
sesuatunya masih dalam tingkatan sederhana. Karena pada umumnya
mereka hidup dalam serba kesederhanaan (baik materi maupun skil) dan
kurangnya pembinaan, sehingga daya-daya tersebut tidak berkembang
dengan baik.
Puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu berbagai industri kecil baik
sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha utama dalam
keberlangsungan hidupnya telah dapat mereka kelola secara sederhana
dan tingkat kesederhanaannya tetap bertahan sampai sebelum
berkembangnya koperasi.
Dengan adanya mereka yang berani tampil kemuka, mempersatukan
mereka dalam berusaha demi perbaikan kehidupan ekonomi dan tingkat
kesejahteraannya dalam wadah koperasi, ternyata mereka telah dapat
mengembangkan daya-daya tersebut. Lebih-lebih dengan turun
43
tangannya pemerintah dalam pemberian pembinaan dan penyediaan
modal usaha.
b. Koperasi bertugas meningkatkan pendapatan dan menimbulkan
pembagian yang adil dan merata atas pendapatan tersebut.
Pada masa sebelum berkembangnya koperasi di lingkungan
industri-industri kecil produksi yang ditangani rakyat (kecil/lemah) banyak
dikuasai pengijon atau pengusaha-pengusaha besar yang menerapkan
sistem ijon, mka dengan berkembangnya koperasi di lingkungan mereka.
Usaha-usaha industri kecil dapat berkembang dengan bebas karena
adanya pembinaan dan pengarahan dari instansi-instansi yang terkait,
para petugas penyuluhan lapangan dan bantuan permodalan berupa
kredit baik dari Bank Rakyat Indonesia maupun dari Bank Umum
Koperasi Indonesia. Bebas di sini dimaksudkan bebas dalam berproduksi
dengan mengembangkan daya kreasi dan daya ciptanya sesuai petunjuk
dan anjuran yang bernilai dari insatnsi-instansi yang terkait melalui para
petugas lapangannya.
Dengan demikian setiap produk yang dihasilkan dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitasnya dan pendapatan pun dengan sendirinya akan
meningkat, karena koperasi sebagai penopang dan pemasar bersama
produk para anggotanya dapat memperjuangkan harga yang wajar secara
cepat dipasaran umum.
Adil berarti perolehan pendapatan sesuai dengan jumlah produksi
berarti penghargaan terhadap produk sesuai dengan kualitas dan
standarnya adalah sama bagi setiap anggota.
c. Koperasi bertugas mempertinggi taraf hidup dan kecerdasan bangsa
Indonesia.
Daya kreasi, daya cipta dan daya usaha yang pada mulanya
berlingkup sederhana pada para anggotanya ternyata dalam wadah
koperasi dapat lebih dikembangkan dan ditingkatkan. Hal ini dapat
terjadi karena dua faktor yakni:
1). Faktor Internal, para anggota dalam wadah koperasi dapat saling
tukar pengalaman dalam usahanya, cara-cara yang telah baik akan
lebih baik ditingkatkan sedangkan cara-cara yang kurang baik akan
diperbaiki.
2). Faktor eksternal, dengan terdaftarnya koperasi sebagi badan hukum
pada Departemen Koperasi dan pemberitahuan bidang usahanya
pada instansi terkait (Departemen Perindustrian, Pertanian,
Peternakan, dan Perdagangan) maka instansi itu melalui para
penyuluh lapangan akan aktif melakukan pembinaan dan
pengarahan, dengan demikian apa yang terjadi atau mampu
dilaksanakan akan lebih ditingkatkan lagi keadaannya.
Peningkatan kemampuan usaha dengan sendirinya akan
meningkatkan taraf hidup dan kecerdasan bangsa bila sebagian besar
rakyat bergabung dalam koperasi, maka peningkatan-peningkatan
tersebut akan menjangkau peningkatan taraf hidup dan kecerdasan
d. Koperasi berperan serta secara aktif dalam membina kelangsungan
perkembangan demokrasi ekonomi.
Asas bebas dalam berproduksi dengan memanfaatkan daya kreasi dan
daya cipta, adil dalam perolehan pndapatan serta merata dalam
penghargaan produk sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya berarti
koperasi telah membina para anggota beserta para pengurusnya
mengarah ke kelangsungan perkembangan demokrasi ekonomi. Dengan
demikian dapat dikemukakan dengan satu nada bahwa berkembangnya
koperasi berarti berkembangnya demokrasi ekonomi yang berlandaskan
pancasila.
e. Koperasi berperan serta secara aktif dalam menciptakan atau membuka
lapangan kerja baru.
Berbagai bidang usaha koperasi sesungguhnya telah menciptakan
lapangan kerja baru baik bagi para anggota atau masyarakat pada
umumnya. Sehubungan dengan peranan dan tugas koperasi dalam
rangka pembanguann ekonomi, koperasi juga memiliki peran dalam
menciptakan lapangan pekerja terutama pada koperasi produksi yang
banyak menyerap tenaga kerja.
C.
Pemberdayaan Ekonomi1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Istilah empowerment sendiri dari kata dasar power yang
Awalam em berasal dari bahasa latin dan yunani, yang berarti di dalamnya,
karena itu pemberdayaan dapat berarti kekuatan dari diri manusia itu sendiri
atau suatu sumber kreatifitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
pemberdayaan diterjemahkan sebagai upaya pendaya gunaan, pemanfaatan
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan.44
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horison
pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan-pilihan.45 Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan
kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang kemampuannya secara
maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks
masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakay dan
membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. dengan kata lain
memberdayakan adalah memampuhkan dan memandirikan masyarakat.46 Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem
tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah umat
dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Pemberdayaan merupakan
modal empiris pengembangan prolaku individu dan kolektif dalam dimensi
karya terbaik, baik sisi ekonomi, sosial dan kultural dengan titik tekan pada
44
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta: Centre of Enterpreneurship Development, 2005, h. 53
45
Nanih Machendrawaty, Op. Cit., h. 42
46
pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian istilah
pemberdayaan adalah suatu sistem pembangunan berorientasi pada
peningkatan sumber daya manusia dengan mengedepankan azas partisipasi
musyawarah keadilan dan berkesinambungan.47
Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang
berdaya menjadi mempunyai daya untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok
atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka. Pemberdayaan bisa diartikan juga proses yang relatif terus berjalan
untuk meningkatkan taraf hidup. Pemberdayaan juga disebut sebagai
pengembangan.48
Pemberdayaan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak
berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya
meningkatkan taraf hidup ketingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan
adalah meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk menggunakan daya
yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.49 Secara sederhana pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai
jalinan hubungan dua pengertian dari pemberdayaan dan masyarakat.
Pemberdayaan diartikan mengembangkan dari keadaan tidak berdaya
menjadi berdaya menuju kearah yang lebih baik. Sedangkan masyarakat
adalah sekumpulan individu secara bersama. Maka pemberdayaan
47
Nanih Machendrawaty, Loc. Cit.,
48
Isbandi Rukminto, Loc. Cit., h. 32-33
49
masyarakat adalah upaya mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak
berdaya menjadi berdaya kearah yang lebih baik, kepada sekumpulan
individu yang hidup secara bersama.50
Tujuan pemberdayaan masyarakat itu sendiri pada dasarnya adalah
sebagai berikut:
a. Membantu mengembangkan manusia yang otentik dan integral dari
masyarakat yang lemah, rentan, miskin, marjinal, dan kaum kecil.
b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio
ekonomi sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam
pemgembangan masyarakat.51
Proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap utama, yaitu:
a. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan.
b. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan bertindak
pemberdayaan masyarakat.
c. Mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek.
d. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna.
e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya.52 Sedangkan pengertian ekonomi secara etimologis, ekonomi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu oikonomia yang berasal dari kata oikos yang berarti
rumah tangga dan nomos yang berarti aturan. Sehingga ilmu ekonomi dapat
50
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 80
51
Nyoman Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Citra Utama, 2005), h. 115
52
diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah tangga. Sedangkan dari segi
terminologis, menurut Gerardo P. Sicot dan H. W Arndt, ilmu ekonomi
adalah ilmu pengetahuan yang berkenan dengan prilaku manusia dalam
memenuhi segala kebutuhannya dengan sumber daya yang terbatas, baik
untuk sekarang maupun akan datang yang mempengaruhi barang distribusi
imbalan yang timbul dari produksi tersebut.53
Dan secara kategoris, yang disebut dengan ekonomi rakyat adalah usaha
dan kegiatan ekonomi yang dikembangkan oleh mereka yang berasal dari
lapisan masyarakat bawah. Biasanya mereka adalah kelompok pengusaha
kecil dan lemah karena berbagai macam keterbatasan, antara lain karena
modal, ketrampilan, teknologi, manajemen dan sumber daya. ekonomi
rakyat memiliki ciri-ciri, antara lain:
a. Usaha yang dikembangkan bersifat tradisional.
b. Skalanya kecil
c. Kegiatan ekonominya hanya sekedar untuk mempertahankan hidup.54 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat diperlukan adanya percepatan proses
perubahan struktur yang meliputi:
a. Perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern.
b. Perubahan dari ekonomi lemah ke ekonomi tangguh.
c. Perubahan dari ekonomi subsistem ke ekonomi pasar.
d. Perubahan dari ketergantungan kepada kemandirian.
53
Taqyuddin An-Nabhani, Membayar Sistem Ekonomi Alternatif Islam, (Surabaya: Risalah Gusti, 1990), cet. 1, h. 47
54
2. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi
Pentingnya pemberdayaan ekonomi merujuk pada bagaimana
masyarakat bisa menolong dirinya sendiri sehingga mandiri sekaligus dapat
menolong orang lain. Karena itu pada tahap awal program pemberdayaan
masalah sumber daya manusia merupakan sesuatu yang harus diperbaiki
terlebih dahulu.
Sumber daya manusia merupakan masalah yang substansial dalam
pengembangan ekonomi rakyat. Betapa pun kayanya sumber daya alam
suatu negara, tanpa SDM yang cakap dan mumpuni untuk mengelolanya,
maka kekayaan alamnya tidak akan ada artinya bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, meskipun sumber daya alam suatu
negara tidak menguntungkan, kalau SDM negara berkualitas dan hebat,
maka mereka dapat membangun negaranya menjadi pilar kekuatan ekonomi
dunia.
Permasalahan SDM kita selama ini setidaknya berangkat dari rendahnya
tingkat pendidikan, lemahnya keahlian dan manajemen serta kurangnya
penguasaan teknologi. Hal ini semakin terlihat bila dikaitkan dengan usaha
kecil, menengah dan koperasi. Biasanya, para usahawan kecil dan menengah
tumbuh dan berkembang secara alami. Banyak diantara mereka yang tidak
menempuh jenjang perguruan tinggi, bahkan sebagian mereka ada yang
hanya mengenyam pendidikan dasar. Namun mereka mampu menjadi
lebih banyak belajar dari pengalaman dan lebih mempergunakan naluri
bisnis.55
Strategi yang perlu dikembangkan dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat adalah menempatkan potensi diri yang selama ini tidak
termanfaatkan, pemerataan atas aset-aset produktif, demokrasi ekonomi dan
partisipasi dari masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi tanpa adanya
diskriminasi pada golongan tertentu.
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya memampuhkan individu
atau kelompok untuk mandiri dari sifat-sifat ketergantungan. Masyarakat
yang mandiri adalah masyarakat yang anggotanya memiliki kepercayaan
pada diri sendiri, sehingga setiap individu masyarakat mempunyai
kemampuan sendiri untuk hidup sejahtera. Hal ini berkaitan erat dengan
upaya pencerdasan bangsa dengan meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia serta ilmu pengetahuan dan teknologi agar masyarakat tidak
tergantung dengan ekonomi atau kekuatan asing. Tingkat pendidikan adalah
faktor utama dalam menciptakan kemandirian masyarakat.
Suatu masyarakat yang sebagian besar anggotanya sehat fisik dan mental,
terdidik dan kuat, tentunya memiliki keberdayaan yang tinggi. Keberdayaan
masyarakat adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat
bertahan, dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan
mencapai kemajuan.
Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang
diarahkan pada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang
55