• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2.3. Evaluasi Pemerataan Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug

yang ada maka kedepannya mereka akan kesulitan dalam mendapatkan

sumberdaya hutan sebagai pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Adanya aturan mengenai tradisi meminta “izin” sebelum masuk hutan

tetap dijalankan oleh masyarakat Kasepuhan Cibedug bisa digolongkan kedalam

tradisi aksi kolektif yang tetap dipertahankan selain kehidupan bergotong-royong

didalam masyarakat. Mekanisme rembugan yang dilakukan dalam setiap penyelesaian permasalahan juga menjadi bukti bahwa aksi kolektif di masyarakat

Kasepuhan Cibedug tetap dipertahankan.

Gambar 11. Tempat Penyimpanan Padi atau Leuit

6.2.3. Evaluasi Pemerataan Kelembagaan Masyarakat Adat Kasepuhan Cibedug

Penerapan aturan adat kepada semua masyarakat adat Kasepuhan Cibedug

mulai dari kepala adat sampai ke masyarakat serta sedikitnya laporan

penyelewengan aturan-aturan bisa dijadikan indikator bahwa aturan-aturan yang

ada telah mewakili semua keinginan yang ada di masyarakat Kasepuhan Cibedug.

72 hutan pun semua masyarakat diperlakukan sama. Semua bisa memanfaatkan

sumberdaya hutan yang ada sesuai dengan aturan-aturan yang diberlakukan tanpa

melihat posisi mereka di dalam struktur kasepuhan dan bila melakukan

pelanggaran maka si pelanggar akan mendapat hukuman yang sesuai dengan

kesalahan yang dibuat.

Ini menggambarkan dalam alokasi sumberdaya hutan dan penerapan

sanksi semua aktor dalam struktur kelembagaan masyarakat adat Kasepuhan

Cibedug diperlakukan secara adil berdasarkan aturan-aturan yang ada di

kasepuhan. Aturan-aturan yang ada di kasepuhan mulai dari aturan ruang adat,

pemanfaatan sumberdaya hutan sampai penerapan sanksi atau hukuman bagi yang

melakukan kesalahan sudah memiliki tujuan yang jelas dari aturan-aturan

tersebut. Pengawasan terhadap aturan-aturan yang diberlakukan di Kasepuhan

Cibedug dilakukan secara bersama sehingga tidak ada yang ditutupi karena semua

pihak ikut berpartisipasi.

Sistem aturan-aturan yang ada di Kasepuhan Cibedug melibatkan berbagai

pihak mulai dari kepala adat, baris kolot, jaro, mandor dan pihak taman nasional sudah didasarkan atas kesepakatan bersama. Pihak taman nasional memberikan

pengarahan bahwa kedudukan kasepuhan berada di dalam kawasan taman

nasional dimana sebagai kawasan konservasi dengan pemanfaatan yang terbatas.

Pihak kasepuhan juga meminta bantuan pengawasan dari taman nasional misalnya

ada penyelewengan aturan yang berkaitan dengan taman nasional. Walaupun

sudah terjadi kesepakatan bersama antara kasepuhan dengan pihak taman

nasional, kesepakatan belum dituangkan dalam perjanjian tertulis seperti

73 diberlakukan di Kasepuhan Cibedug yang telah terdokumentasikan hanya aturan

dalam pembagian ruang adat yang dilakukan dengan bantuan dari RMI dan

sisanya belum dituangkan dalam bentuk tulisan. Penjelasan singkat mengenai

evaluasi kelembagaan adat Kasepuhan Cibedug dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 10. Kriteria dan Indikator Evaluasi Kelembagaan Kasepuhan Cibedug

Kriteria Kondisi Sumberdaya Sosial

Efisiensi a. Masyarakat Kasepuhan Cibedug memanfaatkan kayu dari jenis seperti ki huru, puspa, sengon tetapi tidak diperbolehkan memanfaatkan kayu Rasamala

a. Proses pengambilan keputusan dalam Kasepuhan Cibedug dilakukan secara bersama melalui proses rembugan b.Masyarakat adat telah konsisten

menjalankan semua aturan yang ada baik dalam pemanfaatan sumberdaya hutan berdasarkan pembagian ruang adat yang sudah ditetapkan

c. Aturan-aturan batasan (boundary rules) serta sanksi-sanksi pelanggaran sudah dijalankan berdasarkan fungsinya oleh masyarakat adat Kasepuhan Cibedug Pemerataan a. Semua masyarakat adat

Kasepuhan Cibedug diperlakukan secara adil berdasarkan aturan-aturan yang ada di kasepuhan. Masyarakat bisa memanfaatkan sumberdaya hutan dan sesuai dengan aturan-aturan adat yang ada

a. Penerapan aturan adat kepada semua masyarakat adat Kasepuhan Cibedug serta sedikitnya laporan penyelewengan aturan-aturan menjadi indikator bahwa aturan-aturan yang ada telah mewakili semua keinginan yang ada di masyarakat Kasepuhan Cibedug

b. Pengawasan terhadap aturan-aturan yang diberlakukan di Kasepuhan Cibedug dilakukan secara bersama sehingga tidak ada yang ditutupi karena semua pihak ikut berpartisipasi

c. Sistem aturan-aturan yang ada di Kasepuhan Cibedug melibatkan berbagai pihak mulai dari kepala adat, baris kolot, jaro, mandor dan pihak taman nasional sudah didasarkan atas kesepakatan bersama

Keberlanjutan a. Masyarakat tidak diperbolehkan memanfaat kayu Rasamala dan pemanfaatan kayu hanya bisa dilakukan sebanyak setahun sekali. Pemanfaatan kayu hanya diperbolehkan untuk membuat bangunan b.Adanya pembagian ruang

adat yaitu leuweung kolot dan leuweung titipan yang tidak boleh dimanfaatkan karena menjaga sumber mata air

a. Adanya aturan mengenai tradisi meminta “izin” sebelum masuk hutan dan kehidupan bergotong-royong didalam masyarakat tetap dijalankan oleh masyarakat Kasepuhan Cibedug sebagai tradisi aksi kolektif

74 Berdasarkan hasil analisis evaluasi kelembagaan, dihasilkan bahwa

masyarakat adat Kasepuhan Cibedug dalam memanfaatkan sumberdaya hutan

telah memperhatikan keberlanjutan dari sumberdaya hutan tersebut. Hal ini dapat

dilihat dari aturan yang melarang memanfaatkan kayu rasamala. Rasamala atau

Altingia excelsa merupakan tanaman yang tumbuh di hutan rimba sampai pada ketinggian 1700 mdpl (meter diatas permukaan laut) dan dapat tumbuh hingga

mencapai tinggi 45 meter10. Ciri yang dapat dikenali dari rasamala adalah memiliki kayu yang berwarna kuning keras dan padat serta batang dan dahannya

dapat mengeluarkan banyak getah.

Informasi dari adat Kasepuhan Cibedug tidak menyebutkan alasan kenapa

tidak boleh memanfaatkan rasamala dan hanya mengatakan bahwa itu sudah

aturan dari nenek moyang sejak dahulu. Sedikit sulit untuk mengetahui seberapa

besar fungsi rasamala di dalam hutan karena tumbuhan ini banyak dimanfaatkan

baik secara komersil melalui kayunya ataupun sebagai tanaman obat (Priyanti et al, 2011) dan daunnya yang masih muda dapat dijadikan lalapan (Hidayat dan Fijridiyanto, 2002). Alasan yang mungkin dapat menjadikan rasamala penting

yaitu karena rasamala merupakan salah satu tumbuhan yang dapat membentuk

sebuah vegetasi hutan yang berguna bagi manusia terutama dalam menyerap air,

mencegah erosi dan menghasilkan udara segar dan menjadi sebuah potensi

keindahan untuk vegetasi hutan tersebut.

6.3. Analisis Sistem Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Masyarakat Adat