• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Evaluasi Pengembangan Ekowisata

Ekowisata masih dianggap sebagai istilah yang “simpang siur” dalam dunia kepariwisataan karena ekowisata dipercayai sebagai segmen pasar wisata yang berkembang dengan cepat dan karena banyak para kelompok konservasi melihat ekowisata sebagai upaya untuk menjamin pembangunan ekologis berkelanjutan atau lebih umum lagi ekowisata merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, wisata yang dimaksud harus dapat menjaga keberlanjutan dari ekonomi, politik, sosial dan sudut pandang lingkungan. Oleh karena itu antara tujuan ekonomi, politik, sosial dan lingkungan harus selaras (Tisdell 1998).

Konsep ekowisata yang diperkenalkan sejak tahun 1960-an, didiskusikan oleh kaum ekologis pada tahun 1970-an, diterima oleh para ahli wisata pada tahun 1980-an dan diakui sebagai segmen industri wisata yang berkembang dengan cepat pada tahun 1990-an, ternyata sulit untuk diimplementasikan.

Pengembangan ekowisata secara praktek sering menemui berbagai masalah, seperti keuntungan yang dijanjikan tidak realistis, perkembangannya yang lemah atau bahkan tidak ada dan manajemen kurang bagus yang disebabkan kurangnya koordinasi antara para stakeholder yang terlibat dalam ekowisata. Alasan lain timbulnya berbagai masalah dalam ekowisata dapat karena konsep ekowisata sendiri atau bagaimana ekowisata dioperasikan (Higham 2007).

Suatu evaluasi tentang realitas implementasi ekowisata perlu dilakukan untuk menilai kenyataan di lapangan sudah sesuai belum terhadap prinsip- prinsip ekowisata yang sesungguhnya. Menurut Casley dan Kumar (1991) evaluasi menuntut suatu analisis yang sistematis, objektif terhadap prestasi, efisiensi dan dampak proyek dalam kaitannya dengan tujuan-tujuannya. Evaluasi mencoba untuk:

a. Secara kritis menguji kembali; dilihat dari sudut pembangunan berikutnya, rasioanalisasi proyek yang dinyatakan dalam dokumen persiapan dan penilaian.

b. Membandingkan hasil-hasil nyata yang dicapai dengan target yang ditentukan dan mengidentifikasi alasan-alasan terjadinya kekurangan dan kelebihan.

c. Menilai efisiensi tata cara pelaksanaan proyek dan mutu presetasi manajemen.

d. Menentukan efisiensi proyek.

e. Menentukan pengaruh dan dampak proyek.

f. Menyajikan pelajaran berharga dan rekomendasi yang diambil dari pelajaran tersebut.

Evaluasi dapat didefinisikan sebagai identifikasi, klarifikasi dan penerapan kriteria-kriteria yang dapat dipertahankan untuk menentukan nilai objek yang dievaluasi, realitas, kegunaan, keefektifan atau kesignifikanan terhadap kriteria-kriteria tersebut (Worthen et al. 1997 diacu dalam Fennell 2002). Salah satu kesalahpahaman tentang evaluasi adalah evaluasi hanya merupakan alat yang digunakan pada akhir rangkaian program. Sebenarnya,

evaluasi seharusnya dilakukan pada tahapan-tahapan yang dianggap penting. Evaluasi memang mungkin dilakukan pada akhir program tetapi juga pada saat- saat tertentu selama pengembangan dan pelaksanaan program.

Evaluasi yang dilakukan selama perencanaan dan pelaksanaan program disebut dengan evaluasi formatif (formative evaluation). Pada evaluasi ini mengandung upaya-upaya untuk membantu programer untuk memonitor kemajuan menuju kelancaran dan penyelasaian program (identifikasi terhadap masalah-masalah yang memungkinkan dapat dipecahkan sebagai upaya meningkatkan program). Sebagai contohnya, evaluasi untuk mencegah dampak negatif dari program yang kurang bagus terhadap masyarakat atau sumberdaya (Fennell 2002).

Evaluasi yang dilakukan di akhir program disebut evaluasi sumatif

(summative evaluation). Maksud dari evaluasi sumatif adalah untuk meminta pengambil keputusan program dan konsumen untuk memberikan pendapat terhadap nilai dan kebaikan program sesuai dengan kriteria-kriteria yang dianggap penting. Evaluasi sumatif lebih menuju keputusan-keputusan tentang keberlanjutan, ketetapan, perluasan dan pengadopsian program (Worthen et al. 1997 diacu dalam Fennell 2002).

Menurut Fennell (2002) terdapat berbagai model evaluasi, diantaranya adalah:

a. Evaluasi intuitif (intuitive evaluation).

Metode evaluasi ini paling banyak diterapkan daripada metode lainnya karena cepat dan tidak mahal. Pendekatan evaluasi non-sistematik ini lebih sering digunakan dan tergantung dari keadaan untuk membuat keputusan-keputusan terhadap berbagai komponen program. Metode ini merupakan bentuk evaluasi yang saling berkaitan sehingga baik sekali untuk observasi program dari hari ke hari. Sebagai konsekuensinya, informasi baru dapat digabungkan dengan mudah menjadi konteks program selama pelaksanaannya.

b. Evaluasi dengan standar (evaluation by standards).

Merupakan pendekatan yang menggunakan serangkaian standar yang ditetapkan secara lokal maupun nasional. Standar-standar tersebut biasanya dikembangkan oleh pihak-pihak professional yang berkaitan dengan bidang.

c. Evaluasi berdasarkan sasaran dan tujuan (evaluation by goals and objectives).

Pendekatan ini terdiri dari identifikasi terhadap sasaran dan tujuan serta penilaian terhadap ketidaksesuaian antara hasil yang diharapkan dan hasil yang nyata atau yang dicapai.

d. Evaluasi dengan pertimbangan profesional (evaluation by professional judgement).

Evaluasi ini dilakukan oleh penilai dari luar (external evaluators). Penilai dalam evaluasi ini biasanya menggunakan seperangkat penilaian eksternal untuk mengukur keefektivan program yang mereka tinjau. Seperti halnya pada metode evaluasi dengan standar, evaluasi ini juga menggunakan checklist. Akan tetapi juga berdasarkan observasi, wawancara dan tinjauan terhadap dokumen-dokumen.

e. Metode transaksi dan observasi (transaction-observation method).

Metode evaluasi ini murni diisi oleh para peserta program. Penilaian ini berdasarkan pengukuran terhadap kepuasan/ketidakpuasan peserta, sikap, perbuatan, keuntungan dan variabel lainnya.

f. Metode pendekatan secara komunikatif dan interaktif (communicative and interactive approach).

Pendekatan penilaian ini berdasarkan keterlibatan seseorang, kelompok masyarakat, kelompok yang memiliki kepentingan khusus dan kelompok tertentu untuk mengumpulkan informasi sebelum perencanaan program. g. Evaluasi berdasarkan tingkat kepentingan dan prestasi (importance-

performance evaluation).

Langkah awal dari evaluasi ini adalah menilai tingkat penting dari

penting” sampai “sangat penting”. Langkah kedua adalah menilai tingkat

prestasi dari program dengan menggunakan skala dari tingkat “buruk sekali” sampai “sangat bagus”. Kemudian hasil dari masing-masing penilaian dirata-ratakan dan plotkan ke dalam quadrant. Sumbu x merupakan tingkat presatasi dan sumbu y merupakan tingkat kepentingan.

h. Evaluasi terhadap etika operator (Evaluation of operator ethics).

Evaluasi ini mempersilakan konsumen untuk mengapresiasikan/menilai etika dari penyedia jasa terhadap alam.

Dokumen terkait