• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Faktor-faktor yang Membentuk Intensi Berwirausaha Pedagang Kaki Lima Lima

4.4.3 Evaluasi Structural (Inner) Model

Setelah model yang diestimasi memenuhi kriteria discriminant validity,

selanjutnya dilakukan pengujian model struktural (innermodel). Menilai innermodel

adalah melihat hubungan antara konstruk laten dengan melihat hasil estimasi koefisien parameter path dan tingkat signifikansinya (Ghozali, 2008). Analisis Model Inner ini dilakukan untuk menggambarkan model konstruk antar variabel laten.

82

Intensi Berwirausaha dipengaruhi langsung oleh variabel Lingkungan Eksternal, Demografis, dan Kepribadian. Intensi Berwirausaha dipengaruhi secara tidak langsung oleh variabel Kebutuhan Prestasi dan Efikasi Diri melalui variabel Laten Kerpribadian serta dipengaruhi oleh variabel tidak langsung Jaringan Sosial, Ketersediaan Informasi dan Akses Modal melalui variabel Lingkungan Eksternal. Intensi Berwirausaha mempengaruhi langsung variabel Perilaku Berwirausaha dan variabel Kinerja Kewirausahaan. Dengan demikian, terdapat 5 (lima) variabel laten endogenous yaitu Intensi Berwirausaha, Kepribadian, Lingkungan Eksternal, Perilaku Berwirausaha dan Kinerja Kewirausahaan.

Tabel 24. Nilai R – Square (R2) Konstruk Intensi Berwirausaha PKL Kota Bogor

Variabel R Square AKSES MODAL DEMOGRAFIS EFIKASI DIRI INTENSI BERWIRAUSAHA 0.193464 JARINGAN SOSIAL KEBUTUHAN PRESTASI KEPRIBADIAN 0.415860 KINERJA WIRAUSAHA 0.478033 LINGKUNGAN EKSTERNAL 0.191983 PERILAKU WIRAUSAHA 0.177674 SEDIA INFORMASI

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012

Konstruk Intensi Berwirausaha dipengaruhi oleh variabel Kepribadian,

Demografis dan Lingkungan Eksternal menghasilkan nilai R2 sebesar 0,193. Hal

tersebut berarti bahwa ketiga variabel tersebut mampu menjelaskan variability

83 lain. Sedangkan variabel Kepribadian yang dipengaruhi oleh Efikasi Diri dan

Kebutuhan akan Prestasi memiliki nilai R2 sebesar 0,41586. Artinya, variability

konstruk Kepribadian dapat dijelaskan oleh variabel efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi sebesar 41,59% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Kemudian untuk Lingkungan Eksternal yang dipengaruhi oleh variabel Akses pada Modal,

Ketersediaan Informasi dan Kepemilikan Jaringan Sosial memiliki nilai R2

Chin (1998) mengelompokkan nilai R

sebesar

0,19198. Hal ini mengandung makna bahwa variability konstruk Lingkungan

Eksternal dapat dijelaskan sebesar 19,19% oleh ketiga variabel tersebut dan 80,81% dijelaskan oleh variabel lainnya.

2

ke dalam tiga kategori yaitu substansial (0.67), Moderat (0,33) dan Lemah (0,19). Dengan merujuk Chin (1998), maka dapat

dinyatakan bahwa variabel Kepribadian memiliki R2 yang berada pada level moderat.

Sedangkan variabel Intensi Berwirausaha dan Lingkungan Eksternal memiliki R2

Untuk melihat efek konstruk laten eksogen (Kepribadian, Demografi dan Lingkungan Eksternal) terhadap level struktural ketika ada atau tidak ada dalam

model Intensi Berwirausaha, digunakan evaluasi effectsizef

yang cenderung lemah.

2

. Tabel 25 menunjukkan

bahwa hasil perhitungan effect size f2 masing-masing variabel tersebut berada pada

84

Tabel 25. Hasil Perhitungan Nilai Effect Size f2

Konstruk

Variabel-variabel laten eksogen terhadap Intensi Berwirausaha

R2 Included R2 Excluded Effect Size f2

Kepribadian 0.1934 0.1314 0.066

Demografi 0.1934 0.1817 0.012

Lingkungan Eksternal 0.1934 0.1490 0.046

Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012.

Kriteria lain untuk mengukur struktur model adalah dengan menggunakan

predictive relevan Q2. Pada Tabel 26 disajikan data semua nilai Q2

Tabel 26. Nilai Q

di atas nol, yang

menunjukkan predicitiverelevance untuk setiap variabel latennya.

2

hasil penelitian yang dihitung dengan prosedur blindfolding atas

Variabel-variabel dalam Model Intensi Berwirausaha PKL Kota Bogor

Total SSO SSE 1-SSE/SSO

INTENSI BERWIRAUSAHA 488.000000 435.174503 0.108249

KEPRIBADIAN 610.000000 500.195982 0.180007

KINERJA WIRAUSAHA 366.000000 257.798535 0.295632 LINGKUNGAN EKSTERNAL 854.000000 786.401325 0.079155 PERILAKU WIRAUSAHA 366.000000 328.243588 0.103160 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012.

Dasar yang dipergunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah nilai

yang terdapat dalam output result for inner weight (selengkapnya lihat Lampiran 9).

Hasil bootstrap pada koefisien path didapatkan pengaruh yang sangat nyata

Tabel 27 Nilai Hasil Bootstrap Koefisien Path terhadap Konstruk Intensi Berwirausaha Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) Standard Error (STERR) T Statistics (|O/STERR|) DEMOGRAFIS -> INTENSI BERWIRAUSAHA 0.112540 0.153250 0.107851 0.107851 1.043479 KEPRIBADIAN -> INTENSI BERWIRAUSAHA 0.276621 0.284154 0.099031 0.099031 2.793269 LINGKUNGAN EKSTERNAL -> INTENSI BERWIRAUSAHA 0.226735 0.214630 0.144411 0.144411 1.570069 Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012

85 Hipotesis 2 menyatakan Demografi, Kepribadian dan Lingkungan Eksternal berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Berdasarkan Tabel 27 di atas dapat dilihat bahwa terdapat hubungan positif antara variabel Demografi dengan Intensi Berwirausaha hal ini didasarkan pada nilai koefisiennya sebesar 0,113. Namun hubungan tersebut tidak signifikan, karena memiliki nilai t-statistik di bawah 1,96 yaitu sebesar 1,043. Antara Kepribadian dan Intensi Berwirausaha diperoleh koefisien parameter sebesar 0,277 dan t-statistik sebesar 2,793. Hal ini menunjukkan bahwa antara Kepribadian dan Intensi Berwirusaha memiliki hubungan yang positif dan signifikan. Lingkungan Eksternal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Intensi Berwirausaha. Hal ini didasarkan pada nilai koefisien parameter (0,227) dan nilai t-statistik (1,570) yang diperoleh.

Model Intensi Berwirausaha yang telah memiliki convergent validity dan

discriminant validity yang baik tersebut, memiliki perbedaan dan persamaan jika dikaitkan dengan karakteristik Pedagang Kaki Lima. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 28. Berdasarkan PKL yang berjenis kelamin Laki-laki, Intensi Berwirausaha dibentuk oleh empat indikator sedangkan Intensi Berwirausaha PKL Wanita membentuk intensi berwirausaha dengan lima indikator. Indikator Senang Berwirausaha tanpa Keterpaksaan hanya dirasakan oleh PKL Wanita. Pedagang Kaki Lima Asal Kota Bogor tidak menjadikan perasaan senang berwirausaha tanpa keterpaksaan sebagai indikator yang akan membangun intensi berwirausaha. PKL Asal Luar Kota Bogor hanya menyatakan bahwa Intensi Berwirausaha hanya dapat dibentuk oleh keinginan untuk bisa mengatur waktu & diri sendiri dan suka menjual sesuatu.

86

Tabel 28 Indikator-indikator Pembentuk Intensi Berwirausaha Menurut Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor

Karakteristik Intensi Berwirausaha Variabel yang

dikeluarkan

M1 M2 M3 M4 M5

PKL Laki-Laki √ √ √ √

PKL Wanita √ √ √ √ √

PKL Asal Kota Bogor √ √ √ √

PKL Asal Luar Kota Bogor √ √

PKL Makanan dan Minuman √ √ √ √

PKL Non Makanan & Minuman √ √ √ √ Efikdi&Kebpres

PKL Milik Sendiri √ √ √ √

PKL Bukan Milik Sendiri √ √ √ √ √ Jarsos

PKL Pernah Bekerja √ √ √ √

PKL Belum Pernah Bekerja √ √ √ √

PKL Pernah Pelatihan √ √ √

PKL Belum Pernah Pelatihan √ √ √ √ Demografi

PKL Berpendidikan SD &

Tidak Sekolah √ √ √ √

PKL Berpendidikan SMP √ √ √ √

PKL Berpendidikan SMA &

Sarjana √ √ √ √ √ PKL Berpengalaman < 5 Tahun √ √ √ √ PKL Berpengalaman 5-10 tahun √ PKL Berpengalaman > 10 tahun √ √ √ √ PKL Beroperasi <6,5 jam perhari √ √ √ √ √ PKL Beroperasi 6,5-9 jam perhari √ √ √ √

PKL Beroperasi > 9 jam perhari √ √ √ √ √

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012

Keterangan: M1 (senang berwirausaha tanpa keterpaksaan) M2 (ingin penghasilan yang tinggi)

M3 (ingin bias mengatur waktu dan diri sendiri) M4 (suka membuat sesuatu untuk dijual)

87 PKL Makanan & Minuman dan PKL Non Makanan & Minuman sama-sama menyatakan bahwa perasaan senang berwirausaha tanpa keterpaksaan tidak membentuk intensi berwirausaha, namun PKL Non Makanan dan Minuman menganggap Efikasi Diri dan Kepribadian tidak mempengaruhi intensi berwirusaha seseorang.

PKL di Kota Bogor secara umum tidak menjadikan indikator Senang Berwirausaha tanpa keterpaksanaan sebagai indikator yang membangun intensi berwirausaha seseorang, kecuali PKL Wanita, PKL Bukan Milik Sendiri, PKL pernah Pelatihan, PKL Berpendidikan SMA & Sarjana, PKL Beroperasi < 6,5 jam perhari dan PKLBeroperasi > 9 jam per hari. Kaum wanita yang menjalani wirausaha cenderung didasari oleh rasa senangnya untuk berwirausaha. Berbeda dengan kaum lelaki yang relatif lebih banyak didasari oleh kondisi “keterpaksaan” di antaranya kewajiban mencari nafkah, tidak mau menganggur dan sebagainya. Pendidikan dan pengalaman yang lebih tinggi pun memunculkan kesadaran bahwa wirausaha tanpa didukung rasa senang tidak akan menunjukkan kinerja yang baik. Perasanaan senang berwirausaha dapat dibentuk melalui pelatihan, pendidikan dan pengalaman,

PKL Bukan Milik Sendiri menyatakan bahwa Jaringan Sosial bukanlah variabel yang berpengaruh dalam membentuk intensi berwirausaha. Kondisi ini lebih banyak didasari oleh kondisi dimana para PKL tersebut hanya menjalankan tugasnya untuk bekerja sebagai wirausaha milik orang lain. Sehingga mereka tidak perlu membangun jaringan social untuk mengembangkan usahanya tersebut dengan keyakinan bahwa pemilik telah melakukannya.

88

PKL Pernah Pelatihan menyatakan penghasilan yang tinggi dan senang membuat sesuatu untuk dijual sebagai indikator yang tidak membentuk intensi berwirausaha. Pelatihan telah membuat mereka memahami bahwa berwirausaha itu tidak sekedar memiliki penghasilan tinggi. Mereka pun beranggapan bahwa untuk berwirausaha, tidak perlu membuat produk untuk dijual oleh diri sendiri. Pengetahuannya mengarahkan mereka untuk dapat bekerjasama dengan orang lain yang relatif lebih mudah dan menguntungkan. Namun demikian, PKL Belum Pernah Pelatihan menghapuskan Demografi sebagai variabel pembentuk Intensi Berwirausaha. PKL Berpengalaman antara 5 – 10 tahun hanya menyatakan bahwa Suka menjual sesuatu sebagai indikator pembentuk intensi berwirausaha. Pengaaman dan pendidikan yang masih rendah mendasari pendapat mereka tersebut.