• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Konsep-konsep yang terdapat pada penelitian mengenai pengaruh faktor personal dan lingkungan terhadap intensi berwirausaha ini bersumber dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pada sub bab ini akan dipaparkan jurnal penelitian terdahulu yang menjadi

rujukan untuk penelitian ini. Indarti dkk (2008) meneliti minat mahasiswa Indonesia,

Jepang dan Norwegia selama 2002 – 2006 dengan judul “Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia”. Sampel penelitian berjumlah 332 orang mahasiswa dengan rincian 130 orang mahasiswa Indonesia, 81 orang mahasiswa Jepang dan 121 orang mahasiswa Norwegia. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa sarjana (S-1) dari Universitas Gadjah Mada-Indonesia, Agder University College-Norwegia dan Hiroshima University of Economics (HUE)-Jepang. Lebih dari 50% responden dari ketiga negara adalah laki-laki (66% responden Indonesia, 79% responden Jepang, 62,8% responden Norwegia). Dari segi usia, lebih dari 50% responden berusia di bawah 25 tahun (84% responden Indonesia, 97,5% responden Jepang, 50,4% responden Norwegia). Lebih dari 50% responden Indonesia belum pernah memiliki pengalaman kerja, 96,3% mahasiswa Jepang tidak memiliki pengalaman kerja, hanya 19,8% mahasiswa Norwegia yang belum pernah bekerja.

Sampel diambil dengan teknik judgement atau purposive sampling. Seluruh butir

pertanyaan diukur dengan menggunakan skala Likert 7-poin. Data dikumpulkan dengan wawancara dan daftar pertanyaan (kuesioner).

Morello dkk (2003) mengadakan studi di Ekuador dengan judul “Entrepreneurial

Intention of Undergraduates at ESPOL in Equador”. Dengan sampel berjumlah 852 orang mahasiswa. 61,4% responden adalah lelaki dan sisanya 38,6% adalah wanita, 75% responden adalah mahasiswa teknik, 10,9% adalah mahasiswa ekonomi dan

37 sisanya 14,10% adalah mahasiswa teknologi. 72% responden adalah mahasiswa yang sedang bekerja, 32,5% memiliki ibu yang memiliki bisnis, 48,6% memiliki ayah yang seorang pebisnis. Hasil penelitian mendapatkan fakta bahwa 1).mahasiswa yang memiliki orang tua sebagai pengusaha memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki orang tua yang berprofesi sebagai pengusaha, 2) minat kewirausahaan mahasiswa ekonomi berbeda dengan minat kewirausahaan mahasiswa teknik dan teknologi, 3)mahasiswa teknik memiliki minat kewirausahaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan mahasiswa ekonomi, 4) mahasiswa yang bekerja memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja, 5) usia akademi tidak mempunyai korelasi dengan minat kewirausahaan mahasiswa.

Setiyorini (2009) meneliti minat berwirausaha mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul “Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan terhadap Keinginan Berwirausaha” dengan jumlah responden 100 orang. Responden berusia di antara 20-23 tahun dengan usia mayoritas antara 21-22 tahun. 22 orang responden adalah laki-laki dan sisanya 78 orang responden adalah perempuan. 19 orang responden memiliki pengalaman kerja dan sisanya 81 orang responden tidak memiliki pengalaman

kerja. Pengambilan sampel dilakukan secara proportional random sampling, data

dikumpulkan dengan kuesioner skala Likert 4 poin. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Dari hasil penelitian Setiyorini ini didapat kesimpulan bahwa 1) efikasi diri mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah

moderat, 2) mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan locus of control

yang moderat, 3) akses terhadap modal yang rendah, 4) kemampuan mengakses informasi yang moderat dan 5) kepemilikan hubungan sosial yang moderat. Dari uji R2

38

diperoleh kesimpulan bahwa faktor personal dan lingkungan dapat menjelaskan minat kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret sebesar 44%, sisanya sebesar 56% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Secara umum minat kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diteliti adalah moderat.

Basu dkk (2009) meneliti minat mahasiswa terhadap kewirausahaan dengan judul

Assessing Entrepreneurial Intentions Among Students: A Comparative Study” di Universitas San Jose State terhadap mahasiswa dari berbagai fakultas. Sampel penelitian sebesar 122 orang dengan usia rata-rata responden sebesar 23,4 tahun, 12 orang mahasiswa (9,80%) telah pernah mengikuti mata kuliah kewirausahaan. Responden terdiri atas 77% mahasiswa jurusan manajemen, 8,9% mahasiswa jurusan teknik, 2,4% jurusan keuangan, 1,6% jurusan hukum dan sisanya 1,6% jurusan bisnis internasional. 65,6% responden adalah mahasiswa dan sisanya 34,4% adalah mahasiswi. 77% dari responden telah bekerja dan memiliki pengalaman kerja rata-rata empat tahun. 17% responden berasal dari keluarga pebisnis dan 26 orang mahasiswa telah memulai

usahanya di masa lalu. 28% dari responden memiliki ayah yang bekerja sendiri (self

employed) dan 21% ibu yang bekerja sendiri (selfemployed). Data dikumpulkan melalui kuesioner. Metode analisa data menggunakan regresi berganda. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa 1) pendidikan kewirausahaan mempunyai pengaruh positif terhadap minat kewirausahaan mahasiswa, 2) mahasiswa yang memiliki ayah yang

bekerja sendiri (self employed) mempunyai sikap yang lebih positif terhadap

kewirausahaan, 3) mahasiswa yang memiliki pengalaman berwirausaha memiliki sikap yang lebih positif terhadap kewirausahaan.

Riyanti (2004) melakukan penelitian terhadap 200 usaha kecil yang terletak di Jakarta dan Yogjakarta. Ada dua bagian dalam kuesioner, bagian pertama adalah daftar

39 item tentang usia responden, tingkat pendidikan, pengalaman dalam manajemen bisnis serta informasi tentang akumulasi modal dan proses bisnis internal. Bagian kedua terdiri dari pengukuran kepuasan kerja, sifat - sifat kewirausahaan, tipe kepribadian, kesulitan tipe kepribadian, dan perilaku inovatif. Model terbaik dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi keberhasilan bisnis karena hubungan antara semua parameter yang ada adalah signifikan, variabel mencapai tingkat signifikan secara statistik yaitu Umur memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Sifat-sifat kewirausahaan variabel menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku inovatif. Variabel sifat kewirausahaan tidak memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis, tetapi melalui perilaku inovatif ini memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Variabel tipe kepribadian Miner memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap pembentukan perilaku inovatif. Variabel tipe kepribadian Miner tidak memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap kesuksesan bisnis. Namun, melalui perilaku inovatif memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis. Variabel perilaku inovatif pengusaha memiliki pengaruh langsung dan signifikan terhadap prestasi bisnis.

Ranto (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi antara Motivasi, Knowledge of Entrepreneurship dan Independensi dan The Entrepreneur’s Performance pada Kawasan Industri Kecil Pulo Gadung”. Varibel bebas dalam penelitian ini adalah Motivasi Berusaha, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Kemandirian Usaha. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja Usha. Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan positif antara Motivasi berusaha, Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Usaha secara bersama dengan Kinerja Usaha Industri Kecil.

40

Untuk lebih jelasnya, Tabel 2 menyajikan ringkasan dari hasil penelitian-penelitian tersebut serta perbedaannya dengan penelitian-penelitian ini. Perbedaan lebih banyak terdapat pada cakupan pembahasan dengan menggunakan lebih banyak variabel dan indikator serta alat analisis yang lebih dikembangkan. Variabel-variabel penelitian yang dipergunakan dalam penelitian terdahulu banyak yang dipergunakan pula dalam penelitian ini, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian terdahulu dimaksud telah dijadikan sebagai rujukan dalam menyusun konsep penelitian ini. Harapannya, bahwa konstruk yang dibangun dalam penelitian ini memiliki dasar pemikiran yang pasti dan jelas.

Sebagian besar hasil penelitian yang dijadikan rujukan penelitian ini menggunakan alat analisis regresi, sedangkan penelitian ini menggunakan alat analisis partiel least square dengan tujuan dapat melakukan proses pengukuran secara lebih mendalam karena berbasiskan pada komponen serta mampu mengkonfirmasi komponen-komponen yang layak dilibatkan dalam sebuah model penelitian.

41 Tabel 2 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Intensi Berwirausaha dan perbedaannya dengan Penelitian ini

No Peneliti, Tahun dan Judul

Masalah dan

Metode Penelitian Temuan Penelitian

Konsep yang dirujuk untuk tesis

ini

Perbedaan dengan Penelitian ini

1 Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani Tahun 2002-2006 Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia Membandingkan implikasi ekonomi dan budaya terhadap intensi kewirausahaan Mahasiswa Indonesia, Jepang dan Norwegia) Analisis Regresi Berganda

kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa,

efikasi diri mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Norwegia tetapi tidak pada mahasiswa Jepang,

kesiapan instrumen atau lingkungan hanya mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa Norwegia,

jender dan usia yang lebih muda tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa ketiga negara,

latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis tidak mempunyai pengaruh terhadap minat kewirausahaan mahasiswa Indonesia dan Jepang, sebaliknya minat kewirausahaan pada mahasiswa Indonesia dengan latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi malah lebih rendah,

pengalaman kerja mempengaruhi minat kewirausahaan pada mahasiswa Norwegia, tetapi tidak mempunyai pengaruh terhadap mahasiswa Indonesia dan Jepang.

Kebutuhan akan Prestasi Efikasi Diri Akses Modal Jaringan Sosial Akses terhadap Informasi

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, sedangkna penulis

menggunakan PLS dalam menganalisis hasil penelitian.

Memasukkan variabel Demografi untuk dianalisis dalam keterkaitannya dengan variabel minat berwirausaha

Memunculkan variabel Lingkungan sebagai variabel moderating dalam mengukur keterkaitan variabel akses modal, jaringan sosial dan akses informasi dengan variabel minat berwirausaha

Memperluas instrumen variabel minat berwirausaha 2 Morello Tahun 2003 Entrepreneurial Intentions of Undergraduates at ESPOL in Equador Mengukur Hubungan faktor-faktor demografi terhadap minat berwirausaha Analisis Korelasi

mahasiswa yang memiliki orang tua sebagai pengusaha memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi

mahasiswa teknik memiliki minat kewirausahaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan mahasiswa ekonomi,

mahasiswa yang bekerja memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja,

usia akademis tidak mempunyai korelasi dengan minat kewirausahaan mahasiswa.

Faktor Demografi Minat Berwirausaha

Penelitian ini menggunakan alat analisis korelasi, penulis menggunakan PLS.

Penelitian ini hanya mengukur variabel demografis, penulis memperluas menambahkan variabel lingkungan dan kepribadian

Penelitian ini menggunakan teknologi dan kondisi pekerjaan sebagai instrumen yang diteliti, penulis tidak memasukkannya.

42 Tabel 2 (lanjutan) 3 Setiyorini Mamik Tahun 2009 Pengaruh Faktor Personal dan Lingkungan Terhadap Keinginan Berwirausaha Mengukur tingkat pengaruh faktor-faktor Personal dan Faktor Demografi terhadap keinginan berwirausaha di kalangan mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta Analisis Regresi Berganda

efikasi diri mahasiswa UNS Surakarta adalah moderat,

mahasiswa memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan

locus of control yang moderat,

akses terhadap modal yang rendah,

kemampuan mengakses informasi yang moderat dan

kepemilikan hubungan sosial yang moderat

Dari uji R2

Secara umum minat kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang diteliti adalah moderat.

diperoleh kesimpulan bahwa faktor personal dan lingkungan dapat menjelaskan minat kewirausahaan mahasiswa Universitas Sebelas Maret sebesar 44%, sisanya sebesar 56% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Faktor Lingkungan Faktor Personal Faktor Demografi Minat Berwirausaha

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, sedangkan penulis

menggunakan PLS dalam menganalisis hasil penelitian.

4 Anuradha Basu dan Meghna Virick Tahun 2009 Assessing Entrepreneurial Intentions Amongst Students Universitas San Jose State Mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha para mahasiswa dari berbagai fakultas

Analisis Regresi Berganda

pendidikan kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat kewirausahaan,

mahasiswa yang memiliki ayah yang bekerja sendiri (self employed) mempunyai sikap yang lebih positif terhadap kewirausahaan,

mahasiswa yang memiliki pengalaman berwirausaha memiliki sikap yang lebih positif terhadap

kewirausahaan.

Faktor Demografi Minat Berwirausaha

Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi berganda, sedangkan penulis

menggunakan PLS dalam menganalisis hasil penelitian.

Penelitian ini hanya menguji dan mengukur variabel demografis, sedangkan penulis memperluas dengan

menambahkan variabel lingkungan dan kepribadian yang mempengaruhi variabel minat berwirausaha

Secara umum, tesis ini membahas lebih luas

dibandingkan dengan penelitian tersebut

43 2.3 Kerangka Pemikiran

Jalal dalam Napitupulu (2009) mengatakan bahwa tingginya angka

pengangguran pada lulusan perguruan tinggi menunjukkan proses pendidikan di perguruan tinggi kurang menyentuh persoalan-persoalan nyata di dalam masyarakat. Jalal merekomendasikan untuk mengatasi hal tersebut salah satunya adalah dengan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan di kampus-kampus agar para sarjana tidak berpikir hanya menjadi pencari pekerjaan, tetapi mereka bisa menciptakan peluang usaha baik bagi diri sendiri maupun orang lain karena mereka sudah memperoleh pelatihan di kampus. Fakta lain menunjukkan bahwa para pelaku usaha kecil lebih banyak berasal dari lulusan sekolah menengah (SMP dan SMA). Tidak sedikit pula bisnis mereka berjalan seadanya. Untuk itu, pentingnya pembinaan kewirausahaan ternyata tidak hanya perlu dilakukan di level perguruan tinggi, namun harus dimulai pula pada level sekolah menengah bahkan di luar sekolah.

Pentingnya pengembangan kewirausahaan juga ditunjukkan oleh Chang (2009) yang menyatakan bahwa pemerintahan Inggris menerbitkan buku putih nasionalnya

yang berjudul: Our Competitive Future: Building the Knowledge Driven Economy

1999, yang berisi alasan mengapa kewirausahaan begitu penting dan bahwa

kewirausahaan dan inovasi merupakan insentif kritis untuk pertumbuhan dan pengembangan perekonomian, keduanya dapat meningkatkan produktivitas dan kesempatan kerja. Di Amerika Serikat para wirausaha berhasil menciptakan 34 juta

kesempatan kerja baru. McClelland dalam Ciputra (2008) menyatakan bahwa agar

suatu negara bisa menjadi makmur dibutuhkan minimum 2% jumlah wirausaha dari total jumlah penduduknya. Amerika Serikat pada tahun 2007 telah memiliki 11,5%

44

jumlah wirausaha, Singapura telah memiliki 7,2% wirausaha sampai pada tahun 2005 sementara Indonesia diperkirakan hanya memiliki 0,18% wirausaha atau sekitar 440.000 orang dari yang seharusnya berjumlah 4,4 juta orang. Oswari (2005) menyatakan bahwa kurangnya jumlah wirausaha di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor yakni kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan, etos kerja yang kurang menghargai kerja keras, cepat merasa puas dengan hasil kerja yang telah dicapai, pengaruh penjajahan negara asing yang terlalu lama terhadap rakyat Indonesia dan kondisi ekonomi yang buruk.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk meneliti variabel-variabel yang bisa

meningkatkan intensi kewirausahaan. Indarti dkk (2008) menyatakan bahwa intensi

kewirausahaan dipengaruhi oleh sejumlah faktor yakni kepribadian, lingkungan atau kesiapan instrumen dan demografis. Scarborough dan Zimmerer (1993) menyatakan bahwa kepribadian merupakan salah satu hal yang dimiliki wirausaha sukses.

Muhyi (2007) menyatakan bahwa kepribadian yang mempengaruhi kewirausahaan adalah motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai kepribadian,

pendidikan dan pengalaman. Crant dalam Saud dkk (2009) menemukan bahwa intensi

kewirausahaan dipengaruhi oleh variabel demografis seperti jender, tingkat pendidikan dan orang tua yang memiliki bisnis. Pentingnya variabel demografis juga

ditunjukkan oleh Mazzarol dkk yang menyatakan bahwa variabel jender, umur,

pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang berpengaruh terhadap keinginannya untuk menjadi seorang wirausaha. Muhyi (2007) menyatakan bahwa variabel lingkungan mempengaruhi intensi kewirausahaan, dari faktor lingkungan ini yang mempengaruhi faktor lingkungan adalah peluang, model peran dan aktivitas.

45 Pengaruh kepemilikan jaringan sosial terhadap intensi kewirausahaan ditunjukkan

oleh Mazzarol dkkdalam Indarti dkk (2008).

Dari berbagai hasil penelitian dan pendapat para ahli di atas terlihat bahwa intensi berwirausaha dipengaruhi oleh faktor personal dan lingkungan. Faktor Personal dimaksud meliputi faktor kepribadian dan faktor demografis.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran yang Digunakan dalam Penelitian Intensi Berwirausaha ini