• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EVALUATOR PROGRAM

B. Jenis Evaluator

Apabila ditelisik berdasarkan asal atau dari mana evaluator program, maka dapat diklasifikasi atas 2 (dua) jenis yaitu:

1. Evaluator internal.

Evaluator internal adalah orang dalam program atau orang yang sangat mengetahui hal ihwal program yang dievaluasi (Feuerstein, 1990:15). Selanjutnya dijelaskan oleh Feuerstein bahwa evaluator internal sudah

mengetahui fungsi-fungsi, tujuan-tujuan, problem-problem, kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan program.

Hal senada dijelaskan oleh Arikunto dan Jabar (2009:23) evaluator internal adalah petugas evaluasi program yang sekaligus merupakan salah satu dari petugas atau anggota pelaksana program yang akan dievaluasi Merujuk kepada penjelasan di atas dapatlah dimaknai bahwa evaluator internal adalah individu yang menjadi evaluator suatu program yang sekaligus merupakan salah seorang dari anggota dalam program tersebut. Indvidu yang berasal dari satuan program yang dievaluasi menjadi evaluasi internal memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Contoh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) UIN Sumatera yang melaksanakan program pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), di samping pihak Fakultas membentuk kepanitian PLPG juga memberikan mandat kepada beberapa orang yang bukan dalam kepanitiaan untuk mengamati pelaksanaan program PLPG. Tim evaluator ini dapat ditunjuk sejak awal bersama panitia PLPG dan dapat juga dibentuk kemudian.

Feuerstein (1990:16) memaparkan kelebihan dan kekurangan evaluator internal sebagai berikut:

a. Terlalu banyak mengetahui program. b. Sangat sulit untuk bersikap objektif.

c. Merupakan bagian dari struktur kekuasaan dan kewenangan yang ada. d. Mungkin didorong oleh harapan-harapan pribadi yang akan diperoleh. e. Mungkin tidak terlatih secara khusus dalam metode evaluasi. Tidak banyak (mungkin hanya sedikit lebih banyak) pengalaman mengikuti training dibanding orang lain yang terlibat dalam program. f. Akrab dengan dan mengerti program tersebut dan dapat menafsirkan

prilaku-prilaku dan sikap-sikap pribadi.

g. Sudah dikenal orang yang terlibat dalam program sehingga tidak menimbulkan gangguan atau hambatan. Rekomendasi-rekomendasi akhir mungkin kurang menimbulkan kekhawatiran.

Menurut Arikunto dan Jabar (2009:23) kelebihan evaluator internal adalah:

a. Evaluator internal memahami seluk-beluk secara baik program yang akan di evaluasi sehingga kekhawatiran untuk tidak atau kurang tepatnya sasaran tidak perlu ada, dengan kata lain evaluaasi tepat pada sasaran.

b. Oleh karena evaluator adalah orang dalam, pengambil keputusan tidak perlu banyak mengeluarkan dana/honor untuk membayar evaluator program.

Kelemahan dari penggunaan evaluator internal dalam mengevaluasi suatu program sebagai berikut:

a. Adanya unsur subjektivitas dari evaluator, sehingga berusaha menyampaikan aspek positif dari program yang dievaluasi dan menginginkan agar kebijakan tersebut dapat diimplementasikan dengan baik pula, dengan kata lain evaluator internal dapat dikhawatirkan akan bertindak subjektif. b. Oleh karena sudah memahami seluk-beluk program, jika evaluator yang ditunjuk kurang sabar, kegiatan evaluasi akan dilaksanakan dengan tergesa-gesa sehingga kurang cermat.

2. Evaluator Eksternal.

Evaluator eksternal adalah seseorang yang mampu mengamati sebuah program secara jelas karena dia tidak terlibat secara pribadi dan dengan demikian dia tidak akan memiliki sesuatu yang bersifat subjektif untuk diperoleh atau dibuang dari evaluasi (Feuerstein, 1990:15).

Menurut Arikunto dan Jabar (2009:24) evaluator eksternal adalah orang-orang yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program, mereka berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan. Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dipahami bahwa evaluator eksternal atau evaluator luar adalah individu yang tidak terkait dengan kebijakan dan implementasi program. Individu tersebut berada di luar dan diminta oleh pengambil keputusan untuk mengevaluasi keberhasilan program atau keterlaksanaan kebijakan yang sudah diputuskan.

Penggunaan individu-individu yang menjadi evaluator ekternal dalam melakukan evaluasi suatu program memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Feuerstein (1990:16) memaparkan kelebihan dan kekurangan evaluator eksternal sebagai berikut:

a. Dapat melihat program dengan penglihatan segar.

b. Tidak terlihat secara personal, sehingga lebih mudah bersikap objektif. c. Tidak termasuk dalam struktur kekuasaan yang ada.

d. Tidak memperoleh apa-apa dari program, tetapi mungkin memperoleh penghargaan dari evaluasi.

e. Terlatih dalam metode evaluasi. Mungkin sudah berpengalaman dalam melakukan evaluasi yang lain. Dianggap sebagai seorang ahli dalam program.

f. Mungkin tidak mengerti program dan orang yang terlibat di dalamnya. g. Dapat menimbulkan kegelisahan karena staf program dan partisipan

tidak mengetahui secara pasti motivasi seorang evaluator.

Selanjutnya Arikunto dan Jabar (2009:24) memaparkan kelebihan dan kelemahan evaluator eksternal sebagai berikut:

a. Oleh dikarenakan tidak berkepentingan atas keberhasilan program maka evaluator eksternal dapat bertindak secara objektif selama melaksanakan evaluasi dan mengambil kesimpulan. Apapun hasil evaluasi, tidak akan ada respon emosional dari evaluator karena tidak ada keinginan untuk memperlihatkan bahwa program tersebut berhasil. Kesimpulan yang dibuat akan lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan. b. Seorang ahli yang dibayar, biasanya akan mempertahankan kredibilitas

kemampuannya, dengan begitu evaluator eksternal akan bekerja secara serius dan hati-hati.

Kelemahan penggunaan evaluator eksternal dalam melakukan evaluasi suatu program adalah:

a. Evaluator eksternal adalah orang baru yang sebelumnya tidak mengenal kebijakan tentang program yang akan dievaluasi. Mereka berusaha mengenal dan mempelajari seluk-beluk program tersebut setelah mendapat permintaan untuk mengevaluasi. Mungkin sekali pada waktu mendapat penjelasan atau mempelajari isi kebijakan, ada hal-hal yang kurang jelas. Hal itu wajar karena evaluator eksternal tidak ikut dalam proses kegiatannya. Dampak dari ketidakjelasan pemahaman tersebut memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.

b. Pemborosan, pengambil keputusan/kebijakan (dalam hal ini bertindak sebagai sponsor) harus mengeluarkan dana/honor yang cukup banyak untuk membayar evaluator eksternal tersebut.

Berdasarkan pemaparan di atas dapatlah dimaknai bahwa evaluator program dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program.

Selanjutnya mencermati kelebihan dan kelemahan evaluator internal maupun evaluator eksternal di atas, maka timbulkan pertanyaan bagai-manakah yang lebih baik dalam melaksanakan evaluasi suatu program apakah menggunakan evaluator internal atau evaluator eksternal? Menurut hemat penulis, sebaiknya dalam melakukan evaluasi terhadap suatu program maka lebih tepat dan baik mengkombinasikan penggunaan evaluator internal dan evaluator eksternal. Dengan demikian evaluator internal sebagai pihak yang telah mengenal secara mendapat tentang program yang dievaluasi dapat menjelaskan kepada pihak evaluator eksternal sehingga diperkirakan tidak akan terjadi manipulasi hasil. Hal ini menguntungkan bagi pengambil keputusan atau pelaksana program yang dievaluasi.