• Tidak ada hasil yang ditemukan

Facebook sebagai ruang publik di Tunisia

Dalam dokumen PROSIDING UI ISME 2015 Dinamika Budaya T (Halaman 74-79)

TATANAN BARU TIMUR TENGAH PASCA ARAB SPRING (Analisis Deskriptif Budaya Arab)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Facebook sebagai ruang publik di Tunisia

Pengaruh media sosial tidak saja berhenti sampai pemerintahan presiden Ben Ali jatuh, tetapi masih sampai sekarang. Masyarakat Tunisia masih aktif menggunakan media sosial sebagai ruang publik untuk melakukan ‘aktivitas politik online’ mereka. Hal ini dapat terlihat pada facebook dan twitter yang masih mereka pakai untuk berdiskusi, salah satunya adalah akun facebook @I Watch_Tunisia. Facebook dengan akun @I Watch_Tunisia adalah akun facebook dari organisisasi pengawasan Tunisia yang dibuat setelah revolusi Tunisia. Tujuan dibuatnya akun facebook ini untuk memotivasi pemuda dan pemudi Tunisia yang berada di berbagai wilayah untuk tetap menjaga dan melestarikan kemajuan revolusi di Tunisia dengan cara melalui media sosial. Akun ini memiliki visi terutama dalam bidang transparansi dan korupsi, yaitu menyampaikan dan memonitor secara transparan informasi yang ada di berbagai wilayah di Tunisia, dan juga mengutamakan demokrasi untuk pemerintahan politik setelah revolusi. Akun facebook ini disukai sebanyak 85268 orang dan memiliki 185 ulasan dari tahun 2011sampai sekarang.

Ruang publik yang dikemukakan oleh J. Habermas terlihat pada akun facebook ini. Setiap berita yang dipostingdi wall facebook @I Wath_Tunisia pada umumnya mendapatkan

74

respon dari follower-nya. Salah satu contohnya adalah postingan yang ditulis oleh pemilik akun pada tanggal 26 Agustus, jam 7. 19 malam. Postingan tersebut mengenai ‘kebijakan RUU rekonsilasi ekonomi yang dikeluarkan oleh presiden Tunisia, Beji Caied Essebsi’, seperti yang terihat di bawah ini:

Tunisian Presiden Beji Caied Essebsi has presented a draft law known as the economic reconciliation project. If adopted by parliament, it will grant amnesty to thousands of former regime figures, ministers, top aides of ousted dictator Zine El Abidine Ben Ali and corrupt businessman who embezzled billions of dinars from state fund. Tunisia proposes controversial corruption amnesty bill.

Menurut pemilik akun @I Watch_Tunisia bahwa, Presiden Beji CaiedEssebsi telah mengeluarkan sebuah RUU yang dikenal sebagai proyek rekonsiliasi4 ekonomi. Menurutnya RUU ini akan memberikan amnesti kepada ribuan mantan tokoh – tokoh rezim, menteri, pembantu atas menggulingkan diktator Ali dan pengusaha korup yang menggelapkan milyar uang dari dana negara. Postingan ini mendapatkan respon dari follower-nya sebanyak 36 likes dan 12 comments. Jika dilihat dari respon comment yang diberikan follower akun tersebut, maka terlihat bahwa adanya ruang publik yang berlangsung di dalam akun tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat J. Habermas dalam tulisannya, Strukturwandel der Oeffentlichkeit bahwa ruang publik sebagai kondisi – kondisi komunikasi yang memungkinkan warga negara membentuk opini dan kehendak bersama secara diskursif, karena secara garis besar syarat berkomunikasi menurut J. Habermas adalah apabila terdapat timbal balik atau respon dari kedua belah pihak atau lebih yang hendak melakukan komunikasi (Hadirman, 2009). Hal ini sudah terlihat pada 12 comment yang muncul.

Dari 12 comment yang merespon postingan ini, secara keseluruhan memberikan komentar yang setuju dengan postingan tersebut, seperti komentar yang diberikan oleh @Justice Man di bawah ini:

No way this mafia law will be adopted

Akun @Justice Man menganggap bahwa tidak mungkin hukum mafia ini akan diadopsi. Dia juga sependapat dengan akun @I Watch_Tunisia bahwa hukum ini tidak layak untuk diterapkan, karena akan menyebabkan ketidakadilan. Mantan para penguasa yang telah korupsi akan dengan mudahnya dibebaskan dari hukuman, yang seharusnya dihukum berat.

4

Rekonsilasi adalah n a. perbuatan memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula; perbuatan menyelesaikan perbedaan; b penetapan pos – pos yang diperlukan untuk mencocokkan saldo masing – masing dari dua akun atau lebih yang mempunyai hubungan satu dengan lain; c ikhtisar yang memuat rincian perbedaan antara dua akun atau lebih. Penggunaan makna yang tepat untuk penelitian ini adalah makna no a. (Salim, 1991)

75

Jika dilihat dari konsep S. Hall bahwa, akun facebook @I Watch_Tunisian merupakan pembuat pesan (encoder). Dia memberikan pesan dalam bentuk kalimat yang merupakan sebagai kode (encode) yang di posting di wall facebook-nya. Kemudian, kode ini direspon dan diterima oleh follower-nya, seperti akun @Justice Man yang merupakan sebagai penerima pesan (decoder), dengan memberikan kode kembali (decode) kepada akun @I Watch_Tunisian. Komunikasi antara kedua akun ini memperlihatkan posisi hipotekal, domain

– hegemonic position, karena berada pada wilayah yang sama. Maksudnya akun @I Watch_Tunisia berhasil menaklukan akun @Justice Man karena berhasil menyampaikan makna yang disampaikannya, dan ditangkap dengan makna yang sama oleh @Justice Man. Hal ini juga sesuai dengan ruang publik J. Habermas, bahwa kriteria yang dipenuhi hanya pada kesempatan yang sama untuk berpatisipasi dalam dialog, akan tetapi bentuk koersif dalam penanaman ideologi kepada lawan tuturnya, meskipun sifatnya hegemonik atau tidak disadari oleh lawan tuturnya.

11 akun yang lain memerikan comment yang juga hampir sama maknanya dengan akun @Justice Man, yang berbunyi:

حأ يح يح ل *** طبأ ن لض ن سن ت نع عف ن *** ج ل ي ح ي حن # عج ن _ ع ض ل # حل م _ م _ ي _ س ه بأ # س ح ل _ مث _ حل ل — # ت ث _ ص م # ح _ ص م # لح _ يس ل # ي _ ل # يف شل _ يه _ لحل

Komentar ini adalah comments yang diberikan oleh 10 akun facebook lainnya, yaitu comments dari akun @HaniyehMeskin Hannouna, @Houda Abbasi, @Fawzi yahya, @Mourad Ben Amor, @Raouf Saidi, @ Hana Tout Court, @Wafa wafa, @Ferijha Ya Rab, @Lazhar Ben Mahmoud, dan @Maher Boualleg pada tanggal yang sama yaitu tanggal 7 September tahun 2015 dengan jam yang berbeda tipis. Seperti hal akun @ Justice Man, 10 coments akun ini menangkap makna yang sama yang disampaikan oleh akun @I Watch_Tunisia. Pada postingan ini secara keseluruhan terjadi ruang publik yang bersifat

76

hegemonik. Comment ini sering dipakai oleh masyarakat Tunisia dalam menyampaikan opini mereka. Comment ini merupakan slogan dari masyarakat Tunisia yang mengambarkan keinginan mereka untuk bisa mendapatkan pemerintahan yang demokratis, transparan, dan bersih dari korupsi.

Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa media sosial masih berperan dan berpengaruh dalam demokrasi negara Tunisia yang dipakai oleh masyarakat Tunisia untuk berdiskusi dan beropini, meskipun pemerintahan baru mereka setelah revolusi yang dipimpin oleh presiden Beji Caied Essebsi merupakan pendiri partai Nidaa Tounes.

3. Facebook sebagai ‘ruang publik’ di Mesir.

Seperti halnya negara Tunisia, masyarakat Mesir juga menggunakan facebook sebagai ruang publik untuk melakukan ‘aktivitas politik online’. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, menurut survey yang dilakukan oleh Dubai School of Government penggunaan facebook lebih dominan digunakan di Mesir ketimbang twitter dan media online lainya. Penggunaan facebook di Mesir pada saat revolusi adalah sebanyak 7 juta masyarakat ketimbang twitter yang hanya berjumlah 130.000 orang. Akun facebook yang digunakan oleh masyarakat Mesir pada saat revolusi sampai sekarang salah satunya adalah akun yang bernama @Egyptian Revolution. Akun ini merupakan ruang publik yang digunakan masyarakat Mesir untuk berdiskusi dan berkomunikasi pada saat revolusi. Tujuannya hampir sama dengan akun @I Watch_Tunisia yaitu menginginkan revolusi terjadi, dan mendapatkan kebebasan, demokrasi, dan liberalisasi di semua aspek. Akun ini dibuat pada tahun 2011, dengan 5917 follower. Tidak seperti akun @I Watch_Tunisia, akun @Egyptain Revolution sudah mulai jarang digunakan oleh warga Mesir sebagai ruang publik pada akhir – akhir ini. Terakhir terlihat aktivitas ruang publik pada tanggal 23 Juli 2015 dengan postingan mengenai Rabaa Story, namun penggunaan facebook sebagai ruang publik masih aktif terlihat pada tahun 2013 ketika gejolak lengsernya pemerintahan Muhammad Mursi yang merupakan presiden setelah pemerintahan Husni Mubarak. Salah satu contoh yang dapat dilihat adalah ketika akun @Egyptain Revolution memposting mengenai masalah politik di Mesir, yang berbunyi:

Leader of Al Azhar shows surprising naivety on Egyption Politics!

Akun @Egyptain Revolution memberikan pesan (encode) yang diposting di wall akun facebook-nya pada tanggal 12 Agustus tahun 2013. Pesan ini menyampaikan bahwa

77

pemimpin dari Al Azhar meperlihatkan sikap naif yang mengejutkan pada politik Mesir. Penerima pesan (decoder) menerima pesan yang disampaikan dengan kode balik (decode) yang berbeda –beda. Seperti comment dari akun @Mohammed Hassen, yang berbunyi:

It is really unfortunate to see a high ranking religious leader is manipulated by the military for political game.

Respon dari Mohammed Hassen terlihat bahwa, dia menangkap makna pesan sama dengan makna yang disampaikan oleh akun @ Egyptain Revolution. Dia berpendapat bahwa, sangat disayangkan untuk melihat tingkat tinggi pemimpin agama yang telah dimanipulasikan oleh militer untuk sebuah permainan politik. Penggambaran komunikasi dua akun ini sama halnya dengan ruang publik yang terjadi pada analisis komunikasi akun facebook Tunisia di atas, bahwa terjadi komunikasi yang bersifat hegemonik atau menurut Hall berada pada posisi hipotekal, domain – hegemonic position, karena berada pada wilayah yang sama. Selain comment dari Mohammed Hassen, juga terdapat comment dari akun @Mohammed Mohammed yang berbeda, yang berbunyi:

Political turmoil in Egypt after the western backed military coup. But the pertinent

question is “do most Egyptians know how to be free and self – determinant?” By coup or popular election?

Comment dari Mohammed Mohammed ini sangat berbeda dengan comment dari Mohammed Hassen. Mohammed Mohammed memiliki sudut pandang yang kritis terhadap pesan yang disampaikan oleh akun @ Egyptain Revolution. Dia berseberangan dengan opini yang diposting oleh @ Egyptain Revolution. Hal ini terlihat pada kode balik (decode) yang tersirat menyatakan bahwa, bukan pemimpin keagamaan yang disalahkan, akan tetapi adalah masyarakat Mesir sendiri. Apakah masyarakat Mesir mengetahui bagaimana caranya untuk bebas, melalui kudeta militerkah yang merupakan pengaruh barat atau dengan cara pemilihan. Kedudukan kedua komunikasi ini menurut Hall termasuk oppositional position. Jika dilihat dari perspektif ruang publik J. Habermas, kondisi seperti ini menandakan bahawa tekanan tidak bisa dihilangkan dalam dialektika wacana. Dampaknya adalah tujuan akhir demokrasi ruang publik yang diajukan Habermas tentang kesepakatan pragmatis tidak dapat terjadi.

Dari pemaparan analisis di atas, maka terlihat bahwa masyarakat Mesir masih menggunakan media sosial sebagai ruang publik untuk berdiskusi dan melakukan ‘aktivitas politik online’, meskipun pada akhir-akhir tahun ini tidak sesering tahun – tahun yang sebelumnya yang terlihat pada akun facebook @ Egyptain Revolution.

78 KESIMPULAN

Media sosial merupakan salah satu media yang sangat berpengaruh kepada pembentukan budaya di Timur Tengah pasca Arab Spring. Media sosial masih tetap dijadikan sebagai ruang publik oleh masyarakat Tunisia dan Mesir untuk bisa berdiskusi dan melakukan aktivitas politik secara online, yang bertujuan untuk mempertahankan revolusi dan mendapatkan pemerintahan yang bebas, transparan, serta demokrasi, meskipun dalam kondisi tertentu demokrasi ruang publik seperti yang terlihat di akun @Egyptain Revolution tidak tercapai. Komunikasi dapat terlaksana dalam ruang publik facebook tersebut, akan tetapi proses demokrasi ruang publik dalam wacana media sosial tidak seperti yang diharapkan oleh J. Habermas. Adanya kekuatan yang bersifat menekan dan tidak adanya kesepakatan bersama tidak menghasilkan demokrasi ruang publik yang sebenarnya. Secara keseluruhan dari analisis di atas dapat terlihat bahwa, masyarakat Tunisia dan Mesir tidak dapat memungkiri bahwa media sosial, salah satunya facebook merupakan media alternatif untuk membentuk sebuah komunikasi dan diskusi yang merupakan sebuah ruang publik yang membentuk dinamika budaya di Timur Tengah.

Dalam dokumen PROSIDING UI ISME 2015 Dinamika Budaya T (Halaman 74-79)