HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Analisis Faktor Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Analisis SWOT
4.2.1 Analisis Faktor Kemampuan Membaca
4.2.1.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa. Terdapat lima indikator dalam faktor eksternal yaitu, (1) Latar belakang sosial ekonomi keluarga, (2) suasana lingkungan dan waktu, (3) teks, (4) masih kuatnya pengaruh budaya lisan, dan (5) kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi).
a) Latar belakang sosial ekonomi keluarga
Latar belakang sosial ekonomi keluarga seseorang merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Berikut ini ada tiga subindikator yang berkaitan dengan indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga, yaitu (1) Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak mahasiswa peroleh dengan mudah, (2) Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, mahasiswa selalu diberi uang untuk membelinya, dan (3) Mahasiswa tidak pernah mengalami
kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang mahasiswa butuhkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11 Indikator Latar Belakang Sosial dan Ekonomi Keluarga
NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1
Karena penghasilan orang tua terbatas, bacaan yang sebenarnya saya butuhkan tidak saya peroleh dengan mudah.
5 16 8 11 7
2
Meskipun pendapatan orang tua terbatas, kalau untuk membeli buku, saya selalu diberi uang untuk membelinya.
0 10 7 14 16
3
Saya tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang saya butuhkan.
10 19 10 5 3
4 Saya berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku.
1 12 24 9 1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat tiga subindikator dalam indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga dan Tidak tersedianya bahan bacaan di rumah. Pada Subindikator nomor satu yaitu “penghasilan orang tua yang terbatas membuat bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak dapat diperoleh dengan mudah”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 7 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 11 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 18 atau 38,30%, berarti sebanyak 18 mahasiswa setuju bahwa penghasilan orang tua yang terbatas membuat bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Jika dikategorikan ke dalam kriteria interpretasi skor, maka tergolong dalam kriteria cukup. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 21 mahasiswa atau 44,69%, yang dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 5 dan pilihan tidak setuju berjumlah 16, sehingga tergolong dalam
kriteria cukup. Artinya, sebanyak 21 mahasiswa tidak setuju penghasilan orang tua yang terbatas membuat bacaan yang sebenarnya mahasiswa butuhkan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Namun, sebanyak 8 mahasiswa atau 17,02% yang sikapnya tidak jelas dan tergolong dalam kriteria sangat lemah.
Pada subindikator nomor dua yaitu “Meskipun pendapatan orangtua terbatas, kalau untuk membeli buku, mahasiswa selalu diberi uang oleh orangtua untuk membeli buku”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 16 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 14 mahasiswa. Oleh karena itu, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 30 atau 63,82%, sehingga sikap positif pada subindikator nomor dua tersebut tergolong dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 30 mahasiswa setuju meskipun pendapatan orangtua terbatas kalau untuk membeli buku mahasiswa selalu diberi uang oleh orangtua untuk membeli buku. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 10 mahasiswa atau 21,27%, yang dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 10 mahasiswa. Oleh karena itu, sikap negatif pada subindikator nomor dua tersebut tergolong dalam kategori lemah. Artinya, sebanyak 10 mahasiswa tidak selalu diberi uang oleh orangtua untuk membeli buku karena pendapatan orangtua terbatas. Namun, masih ada sebanyak 7 mahasiswa atau 14,89% yang sikapnya tidak jelas, dan tergolong dalam kategori sangat lemah.
Selanjutnya subindikator nomor tiga yaitu “Mahasiswa tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan”. Jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 8 atau 17,02%. Hal tersebut diketahui dari
jumlah pilihan sangat setuju 3 dan jumlah pilihan setuju 5. Apabila dikategorikan dalam interpretasi skor, maka sikap positif pada subindikator nomor tiga tersebut tergolong dalam kriteria sangat lemah. Artinya, hanya sebanyak 8 mahasiswa yang tidak pernah mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 29 atau 61,70%, yang dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 10 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 19 mahasiswa. Oleh karena itu, sikap negatif pada subindikator nomor tiga tersebut tergolong dalam kriteria cukup. Artinya sebanyak 29 mahasiswa mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan. Namun, masih ada sebanyak 10 mahasiswa atau 21,27% sikapnya tidak jelas dan tergolong dalam kriteria lemah.
Pada subindikator terakhir pada indikator latar belakang sosial ekonomi keluarga ini yaitu “Mahasiswa berpikir, dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 1 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 9 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 10 atau 21,27% dan tergolong dalam kriteria lemah. Hal ini berarti hanya sebanyak 10 mahasiswa yang berpikir dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif yaitu berjumlah 13 atau 27,65%, hal ini terlihat dari pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 12 mahasiswa. Oleh karena itu sikap negatif pada subindikator nomor empat tersebut tergolong dalam kriteria lemah. Artinya sebanyak 13 mahasiswa tidak berpikir dari pada untuk membeli pakaian lebih baik untuk membeli buku.
Namun, pada subindikator ini mahasiswa yang sikapnya tidak jelas cukup banyak yaitu sebanyak 24 mahasiswa atau 51,06%, sehingga tergolong dalam kriteria cukup.
b) Suasana lingkungan dan waktu
Suasana lingkungan dan waktu merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman seseorang. Membaca di tempat yang tenang dan nyaman tentunya memudahkan kita untuk memahami isi bacaan yang kita baca. Namun, sebaliknya membaca di tempat yang berisik, gaduh, dan ramai membuat kita sulit untuk memahami bacaan dengan baik. Ada dua subindikator yang termasuk dalam indikator suasana lingkungan dan waktu tersebut, yaitu (1) Lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca, dan (2) Lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Indikator Suasana Lingkungan dan Waktu
NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1
Lingkungan rumah tangga saya atau tempat saya tinggal sangat nyaman untuk membaca.
3 7 3 21 13
2
Lingkungan masyarakat tempat saya tinggal sangat kondusif untuk membaca.
2 7 4 25 9
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui terdapat dua subindikator dalam indikator suasana lingkungan dan waktu. Pada Subindikator nomor satu yaitu
“Lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 13 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 21 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 34 atau 72,34% yang termasuk dalam kriteria kuat. Hal ini berarti sebanyak 34 mahasiswa lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 10 mahasiswa atau 21,27% dan termasuk dalam kriteria lemah, yang dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 3 dan pilihan tidak setuju berjumlah 7. Artinya sebanyak 10 mahasiswa tidak setuju lingkungan rumah tangga mahasiswa atau tempat mahasiswa tinggal sangat nyaman untuk membaca. Namun, sebanyak 3 mahasiswa atau 6,38% yang sikapnya tidak jelas dan tergolong dalam kriteria sangat lemah.
Subindikator nomor dua sekaligus yang terakhir pada indikator suasana lingkungan dan waktu, yaitu “Lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 9 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 25 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 34 atau 72,34% yang termasuk dalam kriteria kuat. Artinya sebanyak 34 mahasiswa setuju lingkungan masyarakat tempat mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 9 atau 19,14% dan termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 2 dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 7 mahasiswa, berarti sebanyak 9 mahsiswa tidak setuju lingkungan masyarakat tempat
mahasiswa tinggal sangat kondusif untuk membaca. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sikap positif pada subindikator nomor dua tersebut lebih kuat yaitu sekitar 72,34% daripada sikap negatif yang hanya sekitar 19,14%. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
c) Teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks
Indikator teks merupakan faktor eksternal. Oleh karena itu, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi teks yakni (1) kata-kata asing, (2) kalimat panjang, (3) tingkat keterbacaan, (4) terlalu banyak kata-kata asing, dan (5) struktur teks yang tidak sistematis, (6) Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya, (7) Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan, dan (8) Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13 Teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks
NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1
Ketika membaca, kesulitan yang saya hadapi adalah kata-kata yang tidak saya ketahui artinya.
0 5 5 21 16
2
Kalimat yang terlalu panjang
mempersulit saya untuk memahami isi bacaan.
2 6 4 28 7
3
Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan.
0 2 7 27 11
4
Teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
0 1 7 23 16
5
Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
0 2 6 27 12
6
Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya.
1 9 7 23 7
7
Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan.
0 3 8 23 13
8
Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan.
1 3 7 28 8
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa subindikator nomor satu dari indikator faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks, yaitu “Ketika membaca, kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya”, pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 16 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 21 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 37 atau 78,72% yang termasuk dalam
kriteria kuat. Artinya sebanyak 37 mahasiswa setuju ketika membaca kesulitan yang mahasiswa hadapi adalah kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju berjumlah 0 tidak dipilih oleh mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 5 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 5 atau 10,63% yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Artinya sebanyak 5 mahasiswa tidak kesulitan menghadapi adalah kata-kata yang tidak mahasiswa ketahui artinya ketika membaca. Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa sikap positif pada subindikator nomor satu tersebut sangat kuat yaitu sekitar 78,72% dan sikap negatif sangat lemah yaitu hanya sekitar 10,63%. Namun, sebanyak 5 mahasiswa atau 10,63% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Selanjutnya subindikator nomor dua yaitu “Kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan”. Diketahui bahwa jumlah yang dipandang sebagai sikap positif yaitu 35 atau 74,46% yang termasuk dalam kriteria kuat. Hal ini terlihat dari pilihan sangat setuju 7 dan pilihan setuju dipilih oleh 28 mahasiswa, berarti sebanyak 35 mahasiswa setuju kalimat yang terlalu panjang mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 6 mahasiswa, berarti sebanyak 8 mahasiswa merasa kalimat yang terlalu panjang tidak mempersulit mahasiswa untuk memahami isi bacaan. Oleh karena itu, jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 8 atau 17,02% yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Namun, sebanyak 4 mahasiswa atau 8,51% tidak jelas sikapnya yang termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Pada subindikator nomor tiga yaitu “Tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan”. Pilihan sangat setuju dipilih oleh 11 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 27 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 38 atau 80,85% dan termasuk dalam krietria sangat kuat. Artinya, sebanyak 38 mahasiswa setuju bahwa tingkat keterbacaan yang terlalu sulit sering menghambat pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif ini yaitu 2 atau 4,25% yang termasuk dalam kriteria sangat lemah. Hal ini terlihat pada pilihan sangat tidak setuju dipilih tidak mendapat pilihan oleh mahasiswa dan pilihan setuju tidak dipilih oleh 2 mahasiswa, berarti sebanyak 2 mahasiswa yang merasa tidak kesulitan untuk memahami isi bacaan yang tingkat keterbacaannya terlalu sulit. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,90% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Kemudian subindikator nomor empat yaitu “Teks yang terlau banyak kata -kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Pada subindikator ini jumlah sikap positif yaitu 39 atau 82,98% yang termasuk dalam kriteria sangat kuat, hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat setuju berjumlah 16 dan pilihan setuju 23. Artinya sebanyak 39 mahasiswa setuju jika teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Sebaliknya, sikap yang dipandang negatif berjumlah 1 atau 2,12% dan termasuk dalam kriteria sangat lemat. Hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju yang berjumlah 0 atau tidak mendapat pilihan dari mahasiswa dan pilihan tidak setuju berjumlah 1 mahasiswa. Artinya, hanya 1 mahasiswa yang tidak setuju jika
teks yang terlau banyak kata-kata asing sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,90% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Selanjutnya pada subindikator nomor lima yaitu,“Struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan”. Subindikator nomor lima ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 39 atau 82,98% yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 12 dan jumlah pilihan setuju 27, berarti sebanyak 39 mahasiswa setuju jika struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 2 atau 4,25% yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 2 mahasiswa. Artinya, sebanyak 2 mahasiswa tidak setuju jika struktur teks yang tidak sistematis sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang mereka baca. Namun, sebanyak 6 mahasiswa atau 12,77% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Pada Subindikator nomor enam yaitu “Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya”, pilihan sangat setuju dipilih oleh 7 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 23 mahasiswa. Jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 30 atau 63,82% yang termasuk dalam kriteria kuat, berarti sebanyak 30 mahasiswa setuju jika bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk
memahami isinya. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 10 mahasiswa atau 21,28% yang termasuk dalam kriteria lemah, hal ini dapat dilihat pada pilihan sangat tidak setuju berjumlah 1 dan pilihan setuju berjumlah 9. Artinya, sebanyak 10 mahasiswa tidak setuju jika bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang mahasiswa pelajari, mahasiswa sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,90% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Pada subindikator nomor tujuh yaitu “Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan.” Pilihan sangat setuju dipilih oleh 13 mahasiswa dan pilihan setuju dipilih oleh 23 mahasiswa. Oleh karena itu jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap positif ini yaitu 36 atau 76,59% yang termasuk dalam kriteria sangat kuat. Artinya sebanyak 36 mahasiswa setuju jika sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Sebaliknya, jumlah sikap yang dipandang negatif hanya 3 atau 6,38% yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari jumlah pilihan sangat tidak setuju 0 atau tidak mendapat pilihan dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 3 mahasiswa. Artinya, sebanyak 3 mahasiswa tidak setuju jika sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, mahasiswa akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Namun, sebanyak 8 mahasiswa atau 17,02% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
Selanjutnya subindikator terakhir pada indikator faktor teks: keadaan bacaan, bahasa yang dipakai dalam teks, tata tulis teks, dan tingkat keterbacaan teks, yaitu “Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang -kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan”. Subindikator nomor delaapn ini, jumlah sikap yang dipandang positif yaitu 36 atau 76,60% yang termasuk dalam kriteria cukup. Hal tersebut diketahui dari jumlah pilihan sangat setuju 8 dan jumlah pilihan setuju 28, berarti sebanyak 36 mahasiswa setuju jika meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Sebaliknya, jumlah yang dipandang sebagai sikap negatif yaitu 4 atau 8,51% yang termasuk dalam kriteria sangat lemah, hal ini dapat dilihat dari pilihan sangat tidak setuju 1 mahasiswa dan pilihan tidak setuju tidak dipilih oleh 3 mahasiswa. Artinya sebanyak 3 mahasiswa tidak setuju jika meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang mahasiswa pelajari, kadang-kadang mahasiswa mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Namun, sebanyak 7 mahasiswa atau 14,89% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
d) Masih kuatnya pengaruh budaya lisan
Masih kuatnya pengaruh budaya lisan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Kuatnya budaya lisan seringkali membuat kita kesulitan untuk memahmi isi bacaan. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa pemahaman yang berbeda antara yang kita sudah kita
pahami sebelumnya dengan yang sebenarnya. Misalnya, kata-kata yang baku dengan kat-kata yang sudah biasa kita ucapkan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Indikator Masih kuatnya pengaruh budaya lisan
NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1
Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan.
4 11 9 20 3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya ada satu subindikator dari indikator masih kuatnya pengaruh budaya lisan, yaitu “Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan”, pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 3 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 20 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 23 atau 48,93% dan termasuk dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 23 mahasiswa setuju jika masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang dibacanya.
Sebaliknya, pilihan sangat tidak setuju dipilih oleh 4 mahasiswa dan pilihan tidak setuju dipilih oleh 11 mahasiswa. Jadi, jumlah dari sikap yang dipandang sebagai sikap negatif ini adalah 15 atau 31,91% dan termasuk dalam kriteria lemah, berarti sebanyak 15 mahasiswa tidak setuju jika masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup mahasiswa, sering mempersulit pemahaman isi bacaan yang dibacanya. Namun, sebanyak 9 mahasiswa atau 19,14% yang sikapnya tidak jelas dan termasuk dalam kriteria sangat lemah.
e) Kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi) Kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman. Acara televisi yang kini sudah sangat beragam membuatnya lebih menarik daripada kegiatan membaca. Ada satu subindikator yang termasuk dengan indikator kuatnya pengaruh media elektronik khususnya menonton televisi tersebut, yaitu jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi) NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1
Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi.
1 6 4 18 18
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya ada satu subindikator dari indikator kuatnya pengaruh media elektronik (khususnya menonton televisi), yaitu “Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi”, pilihan sangat setuju berjumlah atau dipilih oleh 18 mahasiswa dan pilihan setuju berjumlah atau dipilih oleh 18 mahasiswa. Jumlah dari subindikator yang dipandang sebagai sikap positif ini adalah 36 atau 76,60% yang termasuk dalam kriteria cukup. Artinya, sebanyak 36
mahasiswa setuju jika acara televisi menarik, kegiatan membaca mahasiswa