• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran umum untuk mendiskripsikan faktor eksternal pertama-tama harus

merincikan pembahasan secara eksplisit mengenai faktor ini.

1. Situasi Geografis Dili

Distrik (kabupaten) Dili terletak disepanjang pantai Utara pulau Timor Loro Sa’e, sekitar 60 km kearah Timor dari perbatasan dengan Barat. Secara geografis Distrik Dili beraneka ragam. Disamping jalan pesisir dan pantainya. Distrik ini menjangkau sampai daerah bergunung-gunung yang tidak datar. Distrik Dili seluas sekitar 170 km persegi. Distrik Dili mencakup pulau Atauro, yang sekitar 30 km ke arah utara pantai Kota Dili. Pada arah selatan Dili berbatasan dengan Distrik Aileu, ke arah barat, Distrik Liquica dan ke arah timur, Distrik Manatuto.

Menurut data terakhir dari bagian sensus dan statistik, Distrik Dili mempunyai jumlah penduduk pada saat ini sebanyak 137.879 dan jumlah kepala keluarga sebanyak 26.785. Jumlah penduduk orang perempuan sebanyak 65.225 dan jumlah penduduk orang laki-laki sebanyak 72.133. Daerah yang paling terpadat penduduk di Distrik Dili adalah Zona Dom Aleixo, Zona Cristo Rei dan Zona Vera Cruz, di mana jumlah penduduknya

36

. Wawancara dengan Fransisco dos Santos, tanggal 22 Agustus 2012, di Klinik Bairopite, Dili Timor Leste.

antara 30.000 dan 40.000 orang. Jumlah pendatang baru yang dilaporkan oleh para chefe dos suco (kepala desa) di Distrik Dili sekitar beberapa ribu, yang mayoritasnya ditempatkan kembali di zona Don Aleixo. Hal ini sebagian besar disebabkan kenyataan bahwa jumlah rumah yang dibakar dan dihancurkan lebih rendah daripada di zona yang lain. CNRT dan pemimpin setempat menyebut keberadaan pendatang baru sebagai salah satu faktor yang menyumbang kepada kegoncangan stabilitas di Dili. Jumlah pengungsi dalam negeri (IDP) di Dili merupakan persoalan besar dan memerlukan tindakan terkoordinasi pada tingkat nasional dan distrik.37

Distrik Dili adalah salah satu distrik terbesar di Timor Loro Sa’e. Ada enam sub- distrik (kecamatan) yang terdiri atas 48 suco (desa) dan 243 aldeia (kampung). Utara, Atauro ada (5 socu), Selatan, Vera Cruz (11 suco), Timur, Cristo Rei (10 suco) dan Metinaro (3 suco), Barat, Dom Aleixo (10 suco), Kota Dili, Nain Feto (9 suco).

1.1.Letak Suco Dare

Situasi geografis dan secara khusus pusat pembinaan ISMAIK. Letak rumah pusat pembinaan ISMAIK di pegunungan Dare di sebelah selatan ibu kota Dili, dalam wilayah Kabupaten Dili, sub-distrik Selatan Vera Cruz dengan jarak 14 km dari kota. Rumah pusat pembinaan ini dibangun dalam wilayah satu Paroki, dan mempunyai dua stasi. Yang pertama terletak di Laulara, 4 km di sebelah selatan paroki Dare. Stasi yang kedua adalah Besilau, kecamatan Laulara, 18 km di sebelah utara di wilayah paroki Dare.

Pembagian stasi dan wilayah paroki Dare mengikuti pembagian dua Distrik yaitu distrik (kabupaten) Dili dan Aileu. Oleh karena itu masing-masing stasi seperti halnya paroki Dare, mempunyai beberapa wilayah berdasarkan desa-desa yang ada. Rumah pusat pembinaan sendiri termasuk desa Dare, dan masih terbagi lagi delapan aldeia

37

. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Timor_Leste, diakses, tanggal 27 November 2012.

(RT), yaitu aldeia Kasnafar, Lelaus, Laulara, Sukalau, Fila be Matua, Fatunaba, Lumarana, Nahaek. Jarak dari satu aldeia ke aldeia lain bisa dicapai dengan jalan kaki selama satu sampai tiga jam. Tinggalnya berdekatan melainkan hidup di kampung-kampung yang jauh dan terpencar. Penduduknya tinggal diwilayah-wilayahnya sendiri sesuai dengan tanah yang dimiliki.

1.2. Keadaan Alam dan Geografis

Wilayah Dare sucu (desa) ini, terletak di atas lereng-lereng gunung, namun alamnya sangat subur penuh dengan hutan rimba. Tetapi dibeberapa lereng itu juga sangat gundul dan ada jurang yang memperlihatkan kecenderungan untuk erosi, ketika musim hujan. Pergantian musimnya dua kali dalam setahun musim panas dan hujan, biasanya

musim panas mulai dari bulan Mei-November dan musim hujan hujan Desember-April.38

Situasi alam dan musim seperti inilah menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat untuk beraktivitas.

1.3. Matapencaharian.

Alam yang ditempati penduduk ikut menentukan matapencaharian dan kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Yang ditempati itu daerah lereng dan pengunungan, maka matapencaharian utama terdapat bidang pertanian seperti; penanaman kopi, jagung, ubi-ubian, sayur-sayuran, dan pemeliharaan ternak sapi, kambing, babi dan ayam. Dan sebagai tambahan produksi arak dengan cara yang tradisional. Sebagian kecil dari masyarakat setempat menjadi pegawai pemerintah dan buruh.

Berhasil tidaknya kehidupan ekonomi masyarakat tergantung pada musim.

38

. Maria de Lourdes Martins “Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institut for Liberation, Dili,2001, hlm. 10.

Musim kemarau atau musim kering masyarakat sulit untuk mendapatkan air dan tanah menjadi gersang dimana-mana. Ketika jatuh musim hujan lumpur, sumber mata air juga banyak. Kehidupan ekonomi juga tergantung dari musim, bila musimnya baik kehidupannya dikatakan baik juga. Tetapi musimnya tidak baik seperti hujan yang tidak teratur, datangnya badai merusak tanaman sepanjang tahun bisa menderita. Salah satu untuk mengatasi masalah tersebut mencari bantuan dari daerah-daerah tetangga lain, dengan cara menjual ternak peliharaannya berupa uang atau makanan, dan juga sistem barter.39

Masyarakatnya tinggal di pedesaan yang sangat sulit dengan perdagangan, karena sulit dijangkau oleh angkot. Kendalanya kurang alat tranportasi dan jalan raya yang menghubungkan antara desa dan kota berhubung dengan pasar. Barang-barang yang harus

dijual diangkut sesuai dengan tenaga manusia.40 Faktor kemiskinan yang tak teratasi

menjadi pintu masuk lahirnya beragam persoalan sosial lainnya yang sulit diurai. Kemiskinan masih ada dan menjadi sumber masalah bagi masyarakat Timor Leste. Apakah kemiskinan lahir dari diri sendiri, oleh kemalasannya? Atau ada sesuatu yang diluar dirinya yang menciptakan kondisi sehingga masyarakat tidak mengubah pola kehidupan? Ada banyak pihak meyakini kemiskinan yang lahir akibat yang datang dari luar, karena situasi politik yang datang silih berganti. Dalam sejarahnya para penguasa tidak memberikan kesempatan kepada orang pribumi untuk mengali potensi yang ada. Menciptakan lapangan kerja hanya sebatas buruh kasar, dan bergerak diruang lingkup yang dibatasi.41

39

. Berdasarkan pengamatan dan pengelaman peneliti atas situasi masyarakat. 40

. wawancara dengan Bapak Jose Maia, tanggal 26 Juli 2010, di Pasar Halilaran, Dili Timor Leste.

41

. George J. Aditjondro “Menyongsong Matahari Terbit Di Puncak Ramelau”

“Dalam laporan sejarah bahwa perkembangan ekonomi sesudah perang dunia II, Timor Leste itu dimasukan kedalam Imperio Portugal dan ke dalam “Espaco Economico Nacional” yang diciptakan oleh Salazar. Hal itu berarti mendukung dan mempermudah perdagangan antara anggota Imperio Portugal itu meskipun letak jauh satu sama lain dan mempersulit perdagangan dengan daerah-daerah yang sesungguhnya dekat dan lebih mudah dihubungi. Tetapi karena daerah-daerah itu tidak termasuk Imperio Portugal dan tidak memakai bahasa Portugis, maka perdagangan dengan mereka dipersulit karena ekonomi yang lemah dan bahasa yang digunakan.. Perkembangan ekonomi dalam Espaco Economico Nasional itu terhambat karena kedudukan ekonomis Portugal yang sangat lemah dalam lingkungannya di Eropa. Di Eropa Portugal menjadi Negara pinggiran. Hal ini membawa akibat bagi Timor Leste, ialah bahwa kemampuan ekonominya kurang dapat berkembang”.42

2. Situasi Politik

Situasi politik yang muncul dengan pertentangan ideologi. Partai-partai politik

yang ada atau elit politik tertentu di Timor Timur mulai mendirikan perhimpunan politik tetap menjadi privinsi Portugal (pilih Uni Demoktatik Timor. Uniao Democratica Timorense (UDT) bergabung dengan Indonesia pilihannya, Asociacao popular Democratica Timorense (Apodete) dan mereka (100%) pilih Frente Revolucionara do

Timor Leste Independente (Fretilin) ingin merdeka sendiri.43 Partai UDT, Kota dan

Apodete kalah dalam militer dan politik maka ketiga partai ini meninggalkan wilayah Teritorial Timor Leste. Dengan begitu, Fretilin tinggal satu-satunya kekuatan yang sah dan

42

. Albert Rutten, “Curso da Historia de Timor Leste” (tanpa penerbit) tahun 2006.

hlm. 46. 43

. Avelino M. Coelho (Shalar Kosi FF), “Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste” Djaman Baroe, Yogyakarta. tahun 2012. hlm. 2-3.

ril. Diambil dari kata pengantar Max Lane dalam buku Dua Kali Merdeka Esei Sejarah politik.

2.1. Persoalan Politik

Perselisihan politik yang terjadi di Timor Timur menjadi awal dari kehancuran

ideologi yang dibentuk oleh masing-masing partai politik. Perubahan yang paling mendasar terjadi dalam tubuh ASDT. Selama bulan Juni dan Agustus 1974, ASDT telah bekerja penuh di daerah-daerah. Meskipun tidak menjadi partai paling besar, tetapi ASDT berhasil meraih dukungan dikalangan Liurai (raja) yang menguasai wilayah-wilayah yang lebih strategis. Di Timor Leste para Liurai (raja) memiliki wewenang atau kekuasaan yang tinggi, dan sangat dijunjung dan hormati dimana-mana. Dukungan ini disimbolkan dengan bertemunya para pemimpin partai dengan Dom Boaventura, seorang Liurai (raja) pemimpin pemberontakan tahun 1912. Selama berkampanye, ASDT berulang kali menghadapi tuntutan untuk mewujudkan transisi ke kemerdekaan lebih jauh ketimbang yang lebih disebut dalam programnya. Keadaan ini membuat anggota ASDT merasa perlu mengubah struktur organisasi dan sasarannya. Hal ini dilakukan dalam sebuah konfrensi di Dili pada tanggal 12 September 1974. ASDT berubah menjadi organisasi politik baru, bernama Fretilin. Perubahan itu untuk mempertahankan gagasan mengenai hak menentukan nasib sendiri; sedang Fretilin dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan.44

Perang saudara terjadi pada tahun 1975, pada saat itu terdapat dua kelompok yang bersengketa, yaitu Fretilin di satu pihak, dan kelompok gabungan Apodete, UDT, Kota dan Trabalhista di pihak lain. Fretilin mempunyai aliran yang radikal memilih untuk merdeka sendiri, sedangkan kelompok Apodete, UDT, Trabalhista, dan Kota mendukung

44

. John G. Taylor, “Perang Tersembunyi“ Sejarah Timor Timur Yang Dilupakan,

integrasi dengan Indonesia. Kedua kelompok ini saling bersengketa mengenai masa depan Timor-Timur.

Persoalan menjadi lebih rumit setelah perselisihan dan pertentangan antara

kelompok UDT dan Fretilin berujung pada Perang Saudara, dan ribuan senjata berbagai jenis dan caliber eks Portugal ketangan Fretilin. Dengan senjata itu pula ribuan warga Pro- Intergrasi dibantai dan dibunuh oleh kelompok Fretilin. Hingga kini kenangan tentang pembantaian ini masih dapat dilihat dan didengar dalam bentuk monumen yang dibangun di daerah Same dan Aileu, serta kesaksian orang-orang yang selamat dari pembantain. Puncaknya Perang Saudara 1975, yang dipicu oleh kegagalan dekolonisasi. Portugal secara tidak bertanggung jawab akhirnya meninggalkanTimor Timur.45

2.2.Situasi Yang Tidak Terkendali

Pengambilan ibu kota Timor Leste, Dili, pada 7 Desember 1975 mengadung

implikasi yuridis. Artinya, pristiwa politik militer tersebut mengakhiri hukum Tata Negara RDTL yang baru saja dilahirkan sebagai Negara baru melalui proklamasi kemerdekaan secara unilateral.46 Salah satu kekerasan sesudah pemungutan suara di Dili yang paling banyak dilaporkan adalah serangan tanggal 6 Septermber terhadap kompleks kediaman Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, tepat sekitar 5.000 orang mengungsi setelah pemungutan suara. Setidaknya satu orang dibunuh dalam serangan tersebut dan beberapa terluka, termasuk setidaknya seorang anak kecil. Namun serangan terhadap kediaman Uskup menjadi mencolok bukan karena jumlah orang yang dibunuh, melainkan karena fakta bahwa serangan itu merupakan satu dari empat serangan yang hampir sama terhadap tempat pengungsian di Dili dalam waktu 24 jam. Serangan-serangan terorganisasi ini,

45

. Zacky Anwar Makarin, dkk “Hari-hari Terakhir Timor Timur”, Sebuah Kesaksian PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. tahun 2003. hlm. 22-23.

46

. Avelino M. Coelho (Shalar Kosi FF), “Dua Kali Merdeka Esei Sejarah Politik Timor Leste” Djaman Baroe, Yogyakarta. tahun 2012. hlm. 24.

yang semuanya mengakibatkan setidak 17 orang meninggal, menandai metode yang digunakan bersama oleh Milisi, Polri, dan TNI di seluruh wilayah Timor Timur untuk mendesak penduduk lari ke Timor Barat (Lihat Studi Kasus: Penidasan paksa dan pembunuhan pengungsi di Dili).47

3. Situasi Keuskupan Dili

Membahas soal situasi Gereja Katolik di Timor Leste tidak terlepas dari

sejarahnya. Berhubung cukup luas ruang lingkup karya misi Gereja Timor maka akan membatasi pembahasan mengenai situasi di keuskupan Dili dan peranannya. Inilah sejarah berdirinya Dioses Dili. “Diketahui bahwa pada tahun 1512-1561 telah datang ke pulau Timor dua orang Misionaris dari Ordo Dominikus yaitu Frei Antonio Taveiro OP. dan Frei Antonio da Cruz OP. Kedatangan mereka bersamaan dengan kaum penguasa, namun tujuan para misionaris adalah memperkenalkan dan mengajar agama Katolik kepada penduduk asli”.48

3.1. Sejarah Singkat Dioses Dili

Santo Padre Pio XII mendirikan Dioses Dili pada tahun 1940, lewat Solemnibus

Conventionibus. Administradores Apostolicos no Bispos, ne’ebe ukun Diocese Dili nia naran mak ne’e (uskup-uskup yang berkarya di Dioses Dili dengan nama-nama) yaitu: P. Jaime Garcia Goulart, Misionaris yang masuk di Timor pada tahun 1942, menerima tugas sebagai Administrador Apostolico (1941-1945). Menjabat Uskup Dili pada tahun 1945-1967. Menggantikan Uskup Jose Joaquim Ribero dari tahun 1967-1977. Indonesia masuk di Timor

47

. Geoffrey Robinson “Timor Timur 1999 Kejahatan Terhadap Umat Manusia” Perkumpulan Hak dan Elsam, Dili dan Jakarta. tahun 2003. hlm. 154.

48

. Maria de Lourdes Martins “Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institute for Liberation, Dili Timor Lorosae. tahun 2001. hlm. 3-4.

tanggal 7 Desember 1975. Dan menggantikan Jose Joaquim Ribero, uskup Martinho da Costa Lopes, uskup peribumi Administrador Apostolico tahun 1977-1983. Padre Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB, Administrator Apostolico (1981-1983) dan menjabat sebagai Uskup 1983-2002. Pada tahun 1996 Paus memberikan ijin untuk mendirikan Dioses Baucau dengan Uskup baru Basilio do Nacimento Pr. Dan Uskup Belo menerima hadia Nobel da Paz. Pada tanggal 30 Agustus 1999 Timor Timur lewat jajak pendapat ingin menentukan nasib sendiri. Bulan November 2002; uskup Carlos dipindahkan ke Portugal oleh komunitasnya. Dan yang menggantikan Uskup Basilio do Nasimento, sebagai Administrador Apostolico 2002-2004. Pada tanggal 6 Maret 2004, Pe. Alberto Reicardo da Silva menjabat sebagai uskup Dioses Dili. Paus Benediktus XVI mengangkat Pe. Norberto do Amaral, menjadi uskup Dioses Maliana pada tanggal 31 Januari 2010 Dioses baru di Timor Leste.”SEARA”.49

3.2. Gereja Dan Peranannya

Suasana di kota Dili semakin rumit untuk dikendalikan oleh pihak pemerintah

dan keamanan, karena rancangan di Timor Timur dalam masa sesudah gencatan senjata lebih mudah operasi karena berlimpahnya informasi daripada sebelumnya. Informasi itu tidak hanya dari surat-surat, dan cerita para pengungsi, atau pun dari gerakan kemerdekaan itu sendiri yang dalam waktu singkat berhasil membangun kembali jalur radionya dengan Australia Utara selama tahun 1985, tetapi bahan atau dokumen yang dikeluarkan oleh pihak Gereja menjadi bukti. Ini sekaligus merefleksikan semakin meningkatnya operasi terhadap kehadiran Indonesia, terjadi tidak hanya di kalangan pastor wilayah tetapi juga dari wali Gereja pada jajaran lebih tinggi. Ini menunjukkan Gereja mulai memainkan peranan secara

49

kualitatif baru, salah satunya adalah menentang kekuasaan kolonial yang mengontrol Timor Timur.50

Secara unik Gereja telah melibatkan dirinya dalam masyarakat Timor Loro Sa’e.

Pe. Martinho G. da Silva Gusmao, mengatakan dalam “SEARA 50 TAHUN”51 Bahwa Gereja

dan Masyarakat Timor Loro Sa’e: Sebuah Realitas Paradoksal. Pertama: Pada tingkat

populis wajah Gereja dapat dilukiskan dengan sebuah kepentingan yang sangat menduniawi. Masyarakat Timor Loro Sa’e melihat Gereja sebagai sebuah institusi yang dengan gagah

berani membela kepentingan rakyat. Kedua: Pada tingkat politik masyarakat Timor Loro

Sa’e memperlakukan Gereja sebagai sebuah kekuatan oposisi lokal dalam politik tandingan. Banyak tokoh politik yang berusaha memakai “wibawa” Gereja untuk mencari dukungan politis. Ketiga: secara teologis muncullah perbedaan tajam antara kekatolikan yang doktrinal

(doctrinal Catholicism) dan kekatolikan yang popular (popular catholicism). Gereja Katolik di Timor Leste pada situasi politik sangat berperan penting dan aktif melibatkan diri untuk memperjuangkan nasib kaum kecil, karena Gerejalah satu-satuya sebagai tempat perlindungan rakyat.

Gereja ini sebenarnya sangat tersembunyi dan belum banyak direfleksikan.

Gereja dan gejolak di arus bawah itu akan sangat menentukan peran dan penilaian orang atas sikap Gereja Katolik di Timor Loro Sa’e. Konflik yang terjadi sebenarnya ialah pergolakan di kalangan elit politik, pro dan kontra di satu sisi dan sisi lainnya ialah pengorbanan (penderitaan) di kalangan rakyat kecil. Di antara kedua konflik itulah Gereja harus menentukan sikap. Dan Gereja telah menyatakan diri dan membentuk aliansi dengan rakyat

50

. John G. Taylor “PERANG TERSEMBUNYI” Sejarah Timor Timur yang Dilupakan, Forum Solidaritas untuk Rakyat Timor-Timur. Jakarta. tahun 1998. hlm. 271- 275.

51

. SEARA Boletim Eclesiastico da Diacese de Dili Timor oriental 50 Tahun (1949- 1999) AA. No. Ex.1. +87.12.05. him. 43-48.

kecil. Sikap Gereja sebagaimana dirumuskan oleh Uskup Belo ialah menjadi suara dari kaum yang tak bersuara” (voice of voiceless people of East Timor). Gereja memainkan peran yang sangat besar. Kebutuhan terhadap pimpinan Gereja sering digambarkan sama kuatnya untuk menyatakannya tidak lebih besar dengan kepatuhan terhadap pimpinan adat/suku maupun terhadap birokrat pemerintah.52 Pada September 1978, Dom Martinho da Costa Lopes, saat itu Administrador Apostolik Dili, juga berhasil mengirimkan pesannya ke dunia luar, terutama yang mengungkapkan bahwa sebab-sebab kelaparan itu terkait erat dengan upaya kejam Indonesia untuk mengendalikan dan memindahkan penduduk. Tetapi dimulai pada periode 1979-1980 laporan-laporan yang mengerikan sampai di dunia luar Gereja dan sumber-sumber lain tentang pembantaian-pembantaian terhadap para pendukung Fretilin di tempat-tempat seperti pelabuhan Dili, pantai Areia Branca, dan Quelicai. Yang palin terkenal adalah pembantaian penduduk sipil di desa Kraras dekat Viqueque pada bulan Agustus 1983.53

Peranan Uskup Belo di masa perjuangan Timor Loro Sa’e, sangat berpengaruh

baik dalam Gereja Katolik maupun politik. Jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol di Gereja Katolik Timor. Rakyat sangat mempercayainya dan menggambarkan sebagai tokoh pejuang yang tanpa pamrih.

Pada tahun 1990, satu tahun sesudah kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Dili,

uskup Belo pergi ke Roma untuk kunjungan “ad limina”, suatu kunjungan ke Vatikan yang tiap lima tahun harus dilakukan oleh semua Uskup seluruh dunia. Ia pergi ke Vatikan, tetapi tidak diterima. Selama lebih dari dua minggu mereka membiarkan dia menunggu di kamar tunggu. Akhirnya ia dapat bertemu dengan Paus Yohanes Paus II sendiri, yang waktu itu

52

. Zacky Anwar Makarin, dkk “Hari-Hari Terakhir Timor-Timur Sebuah Kesaksian” PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. tahun 2003. hlm. 94.

53

. Geoffrey C. Gunn “500 Tahun Timor Loro Sa’e” Sa’he Institute for Liberation (SIL) Farol, Dili Timor Leste. Tahun 2005. hlm. 446.

tidak ada di Vatikan tetapi di suatu tempat lain di luar kota Roma. Kepada Paus Uskup Belo dapat menceritakan segala kejadian yang terjadi di Timor.54

3.3. Kaum Awam dan Peranannya

Pengertian awam berarti biasa, bukan klerus atau biarawan. Awam berarti orang yang tidak termasuk golongan khusus atau istimewa. Konsili Suci beberapa kali berbicara mengenai awam tetapi tidak memberi pengertian yang pasti tentang awam. “Peranan Kaum Awam dalam hidup Gereja” (Joao Manuel Belo, S.Ag) Dosen IPI-Filial Sto. Tomas Aquinas,

Dili.55 Kaum awam juga mempunyai peranan penting dalam pelayanan baik dalam Gereja

maupun diluar Gereja. Orang-orang awam, agar mampu hidup menurut ajaran kristiani dan mewartakannya sendiri dan, jika perlu, dapat membelanya, lagi pula agar dapat menjalankan peranannya dalam merasul, terikat kewajiban dan mempunyai hak untuk memperoleh pengetahuan tentang ajaran itu, yang disesuaikan dengan kemampuan serta kedudukan masing-masing. (Kan. 229). Kitab Hukum Kanonik yang menjelaskan peranan kaum awam yang hidup menurut ajaran Kristiani dan mewartakannya.

4. Perkembangan Sistem Pendidikan Di Timor

Sekolah Liceu pertama di buka di Dili tahun 1952. Seminario menengah sebagai Liceu dibuka pada tahun 1954. Sekolah-sekolah Dasar sebagai persiapan untuk masuk ke Liceu dibuka oleh pemerintah sekitar tahun 1962 di Dili, Bobonaro, Baucau, dan pantai Makasar. Jumlah siswa yang terdaftar di Liceu pada tahun 1966-1967 itu 833. Apa yang diharapkan oleh para siswa di Liceu ialah supaya mereka nanti dapat meneruskan studi mereka di Lisboa. Tetapi hanya sedikit yang dapat mencapai hal itu. Apalagi lulusan di Universitas Lisboa itu tidak berarti bahwa mereka lalu dapat kembali ke Timor Loro Sa’e dan

54

. Albert Rutten, “Curso da Historia de Timor Leste” (tanpa penerbit) tahun 2006. hlm. 66.

55

. SEARA Boletim Eclesiastico da Diocese de Dili Timor oriental 50 Tahun (1949- 1999) AA. No. 759. Ex.1. +87.12.05. hlm. 54.

bekerja disana. Yang dikirim ke Timor Loro Sa’e itu orang-orang dari Afrika dari Goa atau Macao. Lulusan dari Lisboa yang berasal dari Timor dikirim ke Angola atau Mozambique.56

Usaha Gereja untuk memperkenalkan pendidikan di Timor Loro Sa’e itu lebih kuat daripada usaha pemerintah. Yang sebelum 1962, membuka sekolah di pegunungan di Timor Loro Sa’e itu hanya Gereja saja. Menjelang penyerangan Indonesia pada tahun 1975, Gereja sudah menjalankan 57 eskolah primaria (tingkat sekolah dasar), dan satu eskola segundaria (satu sekolah SMA) dan ada dua seminario menengah yang tingkatannya sama dengan Liceu. Sebagian dari pemimpin-pemimpin pertama dari Partido Fretilin (Partai Fretilin) lulusan seminario di Dare, termasuk Presiden Fretilin yang pertama yang lulusan seminario tinggi di Macao.

Bagaimanapun juga pada tahun 1974 masih ada 90 % dari rakyat yang tidak mempunyai kebiasaan membaca-menulis. Dari jumlah orang muda yang umurnya sudah cukup untuk bersekolah itu pada tahun 1970-1971 hanya 28 % yang jadi masuk sekolah. Tetapi tiga tahun kemudian jumlah itu sudah bertambah betul-betul menjadi 77 %. Jadi dalam tahun ketujuh puluhan keinginan untuk berkembang itu menjadi kuat sekali.

Dokumen terkait