• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV. KELANJUTAN KARYA KERASULAN INSTITUT SEKULAR D

B. Panggilan Sekuler

Pada bagian ini sedikit memberikan keterangan sebagaimana juga terjadi pada tahun 1553, yang lama berkembang secara historis, Institut sekular telah ada dari duluh sebagai perkumpulan umat yang mengikrarkan tiga nasehat Injil. Secara pribadi dihadapan pimpinan yang diakui secara resmi oleh Gereja. Santa Angela Mericilah yang mendirikan Institut sekular pada tahun 1553, dan berubah menjadi lembaga hidup religius ordo Santa Ursula (Ursulin) disingkat menjadi OSSU, dan dalam tingkat kepausan.

Dalam perbedaannya adalah Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, yang masih dalam tingkat keuskupan setempat, dan masih asli tidak berubah menjadi Institut religius. Sedangkan dalam kesamaannya terdapat hubungan erat antara Institut Sekulir, Gereja dan

125

. Tom Jacobs “Gereja Menurut Vatikan II” Kanisius, Yogyakarta. tahun 1989. hlm. 31.

Dunia.126 Gereja ada dalam jaman dan dunia. Orang-orang kristiani yang menyerahkan dirinya kepada Allah lewat pengikraran ikatan suci nasehat-nasehat Injili, dan pada waktu yang sama menghayati serta menjadi saksinya, secara perorangan atau hidup bersama dalam keluarga, atau dalam kelompok persaudaraan.

Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, memilih hidup dalam kelompok

persaudaraan dan mengembangkan hidup kebersamaan dalam Institut.127 Dengan cara hidup

bersama ini ISMAIK mau mewujudkan rasa persaudaraan dan kegembiraan yang diciptakan bersama, menjadi tolok ukur hidup sebagai povo (rakyat) yang tercerai-berani oleh situasi politik. Seringkali terjadi diantara masyarakat Timor sendiri, masih membeda-bedakan antara suku dan bahasa dengan istilah loro-sae loro-monu, firaku kaladi, inilah yang menjadi kendala dan saling bermusuhan antara sesama. Perang saudara yang terjadi di Timor. Sesuai dengan pembagian wilayah secara militer, Region Ujung Timor; Lospalos, Viqueque, Baucau dan Manatuto, Region Tengah; Dili, Aileu, Ermera, dan Liquica dan Region Perbatasan; Suai, Ainaro, Maliana dan Ambeno. Sumber: Chega-CAVR, 2009.128

1. Panggilan Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu

Bergabung dengan Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, panggilan yang adikodrati yaitu panggilan pribadi dari Tuhan untuk mengabdikan hidup seseorang kepada- Nya untuk menyucikan dalam pekerjaan sehari-hari dan dalam kehidupan sosial. Institut Sekular menjadikan pekerjaan dan hubungan sosial sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan untuk membantu orang lain menjadi dekat dengan Allah. Institut Sekular

126

. Lihat Pe. Antonio Gonsalves, “Suatu tinjaun Sejarah tentang Institut Sekular” tahun 2003. Tesis, hlm. 2.

127

. Lihat Joos Van Vugt, “Dengan Kepedulian dan Kesederhanaan” Tahun 2005. hlm. 96-97.

128

. Avelino M. Coelho “Dua Kali Merdeka” Djaman Baroe, Yogyakarta. tahun 2012. hlm. 69.

menekankan tanggung jawab setiap anggota untuk mencari kekudusan diri dan untuk mencapainya melalui situasi hidup yang umum, tanpa mengharapkan imbalan untuk menghayati iman.129 Ingin terlibat dengan dunia, sesuai dengan Karisma dan Spiritualitas Institut.

Panggilan ini adalah suatu bentuk khusus dari panggilan umum Kristiani yang telah diterima di Sakramen Pembaptisan. Dan panggilan ini membawa para anggota mencari kesucian dan partisipasi dalam Gereja sesuai dengan semangat jemaat pertama. Oleh sebab itu Institut Sekular mau memfokuskan perhatian terutama pada usaha-usaha membantu masyarakat di daerah-daerah terpencil, yang haus akan Sabda Tuhan. Membantu dalam hal disini bukan memberikan barang-barang berupa materi, melainkan membantu dalam hal memberi semangat, dorongan dan motivasi untuk berjuang dan melangkah merubah hidup yang layak.

1.1. Cara Pengembangan Semangat Persaudaraan

Suasana yang dikembangkan dalam komunitas Institut Sekular, semangat bela-rasa kekeluargaan dan persaudaraan menjadi dasar hidup Institut. Dengan semangat persaudaraan para anggota membawa diri sebagai anak bagi yang tua, kakak untuk yang muda dan kecil, saudara-saudari bagi yang sesama, dan tanpa membedakan status, golongan, ras, dan agama. Melalui cara hidup ini, para anggota memperjuangkan dan terus-menerus mengupayakan tindakan nyata melalui pekerjaan sehari-hari. Sebagai garam dan terang dunia dapat diwujudkan dalam masyarakat yang haus akan persaudaraan, perhatian dan cinta kasih. Semangat dan Spiritualitas ISMAIK.130 Persaudaraan yang dikembangkan menjadi tindakkan konkret berdasarkan cara hidup Institut Sekular. Para anggota dari tarekat yang sama hendaknya memelihara persekutuan antar mereka, dengan mengusahakan secara tekun

129

. Diambil dari cacatan harian “Pendiri Agenda” tahun 2005. 130

kesatuan semangat serta persaudaraan sejati. Kan.716 ayat 2. Sebagaimana semangat persaudaraan menjadi salah satu bentuk hidup dalam ISMAIK di Timor Leste dengan kekhasannya tersendiri serta menyatukan dengan budayanya.

1.2. Usaha Pengembangan Semangat Persaudaraan

Untuk mengembangkan semangat persaudaraan. Betapa indahnya kehidupan dalam persaudaraan yang tidak hanya terikat pada hubungan darah melainkan karena nilai kekeluargaan yang meningkat dalam satu wilayah yang sama mencari kehidupan dan menikmati kebaikan Allah. Institut Sekular meningkatkan persaudaraan melalui perwujudan iman umat. Semangat persaudaraan dan kegembiraan yang tulus ikhlas akan membawa kebebasan, kedamaian dan kepercayaan, keterbukaan ketenangan bagi sesama yang dilayani. Kesederhanaan juga harus nampak pula dalam pembawaan diri sebagai saudara bagi sesama.

Persaudaraan merupakan sesuatu yang ideal untuk seluruh umat manusia, yang terhimpun dalam persaudaraan universial. Keterbukaan pun diharapkan dari segi pelayanan bagi umat dan masyarakat, dengan memperioritaskan kaum kecil dan miskin. Suatu persaudaraan akan tegak selalu berusaha untuk meningkatkan semangat dan pelayanan itu sendiri. Pengembangan semangat persaudaraan dan kekeluargaan menjadi salah satu semangat baru, yang diperjuangkan terus-menerus sebagai identitas ISMAIK yang khas.

Kesederhanaan dalam persaudaraan yang nampak dalam setiap perjuangan hidup Institut, yang membuktikan lewat usaha kerja keras Pendiri dan para anggota yang memberikan dirinya bagi hidup sesama yang menderita. Persaudaraan tanpa membedakan status, golongan, ras dan agama. Melalui cara ini, Institut ingin berusaha dan menciptakan untuk memperdalam persaudaraan itu sendiri di dalam hidup bersama, baik dalam komunitas, bersama masyarakat yang dilayani di pedesaan dan dimana saja para anggota berada dan menciptakan suasana semangat persaudaraan.

2. Hidup Bersama Menjadi Moment yang Penting

Hidup bersama dan solidaritas menjadi moment yang penting dalam hidup bersama di dalam komunitas Institut. Melalui hidup kebersamaan dalam persaudaraan menunjukan personalitasnya yang unik dalam ISMAIK. Berjuang bersama dan memelihara untuk memperlihatkan hal-hal yang mempengaruhi orang lain, dan tertuju pada Allah.

Perjuangan bersama dalam persaudaraan mudah dan akan membuka mata bagi kesulitan-kesulitan orang lain, untuk menanggapi situasi aktual. Dan menjadi inspirasi, dan inspirasi itu sendiri berarti motivasi. Motivasi langsung berhubungan dengan iman. Maka dari itu suatu inspirasi yang sungguh-sungguh kiranya tidak dapat diharapkan dari agama di luar iman kristiani.131 Tanggung jawab merasul ini bagian hakiki panggilan Kristiani, demikian hal ini juga merupakan bagian dari hakikat panggilan ISMAIK.

2.1. Menghayati Semangat Hidup Pelayanan

Para anggota yang mempunyai semangat hidup menghayati Karisma dan Spiritualitas Institut. Hal itu nampak dalam hasil pembinaannya Pendiri selama masa persiapan calon menjadi anggota. Setelah para anggota selesai dari tahap pembinaan mampu mewujudkan penghayatan Karisma dan Spiritualitas Institut dalam karya dan pelayanannya. Hal ini menunjukkan bahwa para anggota mampu memberikan diri untuk melayani sesama, karena berhasilnya didikan Pendiri. Pendiri atau pemimpin hendak memperhatikan sungguh- sungguh kerohaninan para anggota, (KHK. kan 724 ayat 2).

Teladan dari para anggota pendahulu menghayati Karisma ISMAIK yaitu sederhana, siap sedia dan gembira itu dapat dirasakan oleh orang-orang yang dilayaninya. Perlu menghayati Karisma dan Spiritualitas sebagai buah yang dianugerahkan dari Roh Allah, yang membuahkan melalui Pendiri dan menyalurkan kepada para anggota-anggota

131

. Tom Jacobs “Hidup Membiara Makna dan Tantangannya” Kanisius, Yogyakarta, tahun 1987. hlm. 168.

Institut. Usaha tersebut mendapat kesempatan yang baik untuk mengembangkan diri melalui pelayanan-pelayanan di pedesaan.. Dan disadari bahwa demi pelayanan kepada umat agar lebih efektif dan demi perkembangan Gereja, maka membutuhkan kebersamaan dan kerja sama yang baik.

2.2. Perwujudan Pelayanan Institut di Timor

Institut merupakan awam hidup bakti yang bersifat apostolis aktif. Dengan tujuannya membantu dan mendampingi, baik dalam penghayatan dan pengembangan iman. Perwujudan iman yang dilaksanakan berdasarkan panggilan khusus sebagai awam hidup bakti. Maka Institut hidup tidak terlepas dari kehidupan masyarakat setempat, dengan kesederhanaan dimana masyarakat itu hidup atau tinggal. Seperti yang dikatakan oleh Mana Lu.132

Institut halo adaptasaun tuir povo nia necesidade, hodi fo responde ba povo nia situasaun actual. Membros sira hatudu sira nia sasin iha povo nia le’et, liu hosi hahalok, serbisu no lia fuan. (Institut berdaptasi dengan situasi aktual masyarakat, untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Para anggota mewujudkan tindakkan ini melalui perbuatan, dan tindakan konkret).

Pengembangan pelayanan ini, diungkapkan melalui usaha kerja kerasnya Pendiri dan para anggota, calon dan kolaborator untuk memperlihatkan identitas pelayanannya. Untuk mengembangkan pelayanan, para anggota coba menyesuaikan diri dengan situasi yang saat ini berkembang. Para anggota berusaha untuk menekuni pelayanan sebagai tugas pokok dalam panggilan menjadi Sekular. Para anggota karya kerasulan tidak hanya harus memperhatikan perkembangan iman umat, melainkan juga perkembangan masyarakat

132

. Wawancara dengan Mana Lu (Pendiri) ISMAIK, selasa tanggal 21 Agustus 2012. di pusat pembinaan Dare, Dili Timor.

melalui kegiatan sosial, sesuai dengan bidang rohani, sosial, pendidikan dan ketrampilan.133 Pelayanan itu sendiri diwujudkan melalui tindakan konkret sehari-hari dalam hidup. Maka para anggota dan kolaborator yang ditugaskan diwilayah dan dimana saja berada, mampu memurnikan motivasi panggilannya sebagai sekular yang hidup ditengah dunia ramai.

C.

Pengembangan Pelayanan

Dalam mengembangkan pelayanan, Pendiri dan para anggota dengan kejeliannya mencoba menyesuaikan diri dengan situasi aktual yang ada. Pendiri merasa bahwa situasi masyarakat Timor Leste, yang menjadi persoalan untuk berggerak dibidang pengembangan pelayanan pastoral integral dan pendampingan. Masyarakat di mana para anggota Institut berkarya, menginginkan agar para anggota meluaskan karya kerasulannya di pedesaan- pedesaan yang terpencil di Timor Leste. Namun ISMAIK, berhubung tenaganya masih berkurang maka dipedesaan yang terdekat hanya mendampingi menjelang paskah dan natal saja. Masyarakat penuh kerinduan untuk mengetahui dan mempraktekkan ajaran kristiani tetapi kurangnya pewarta. Masyarakat membutuhkan saksi iman yang hidup, melalui tindakan konkret.

Pelayanan-pelayanan yang dilakukan oleh para anggota dan kolaborator Institut Sekular berdasarkan pada panggilan khususnya, yaitu sebagai awam, tetapi sebagai awam “Consagrada” (yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan), yang dipanggil Tuhan untuk mengusahakan kesempurnaan cinta kasih demi pengudusan dunia terutama dari dunia itu sendiri. Pembaktian dirinya dalam kegiatan kerasulan seperti dalam kanon, (KHK kan. 713). Kitab Hukum Kanonok yang menjelaskan tentang para anggota yang membaktikan diri.

133

. Maria de Lourdes Martins “Kelompok Gerejani Basis” Yayasan Hak dan Sahe Institute for Liberation, Dili, Timor Leste. tahun 2001. hlm. 84.

1. Usaha Pelayanan Pastoral

Pandangan baru yang terungkap dalam Gaudium et Spes ialah bahwa dimensi iman tidak harus ditambahkan, melainkan ditemukan dalam realita hidup konkret. Maka usaha pastoral pertama-tama berarti kepekaan untuk karya Allah dalam diri manusia.134 Pastoral adalah segala usaha yang tertuju kepada perkembangan iman sebagai unsur hidup. Karya pastoral, membantu dan menunjang proses penyadaran iman. Bukan mewartakan iman kepada orang, melainkan membantu orang menyadari iman yang sudah ada (baik pada orang yang sudah dibaptis, maupun yang belum). Namun karya pastoral tidak hanya berarti proses penyadaran. Yang pokok segala usaha untuk membantu dan mendukung perkembangan iman dan membuatnya semakin relevan dalam hidup manusia.

Tujuan utama karya pastoral ialah pengintegrasian iman ke dalam keseluruhan hidup. Maka Institut Sekular ingin mengambil bagian dalam karya pastoral, terutama tumbuh dari bawah. Institut nia serbisu iha povo nia le’et. Iha povo nia le’et hodi hamatan, hamaluk, koidado liu hosi serbisu hotu nebe halao. Institut serbisu hamutuk ho povo ba disenvolmento hodi hadian moris, ho sistema nebe Institut iha. Institut uza sistema pratika mak ba nia teoria. 135 (Institut berkarya di tengah dunia. Di tengah dunia mau mendampingi, mengarahkan, memperhatikan, melalui karya yang dikembangkan. Institut bekerjasama dengan masyarakat untuk usaha pengembangan hidup, melalui sistem yang digunakan oleh Institut. Institut mengunakan sistem praktek mendahului teori, maksudnya terjung ke lapangan untuk melihat keadaan masyarakat setempat, kebutuhan apa yang mendesak dan harus di jawab sebagai kebutuhan mendasar). Maka Institut berusaha dan kerjasama dengan outoridade (pihak yang berwewenang) untuk mencari solusinya, untuk mengatasi kebutuhan

134

. Tom Jacobs, “Gereja Menurut Vatikan II" Kanisius, Yogyakarta. tahun 1989. hlm. 36.

135

. Dalam Sharing Mana Lu bersama dua orang anggota Lena dan Minggas tanggal 27 Juli 2012, di Viqueque, Timor Leste.

masyarakat setempat. Seperti yang dikembangkan dengan pelayanan kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung di daerah pendesaan, melalui perobatan yang alternatif dengan ramuan tradisional, dan bergerak dibidang pendidikan non formal dan kolaborasi ISMAIK dengan masyarakat di dalam pendidikan.

2. Perkembagan Pelayannan Institut

Perkembangan pelayanan Institut Sekular di pedesaan Timor Leste tidak sebanding berapa, melainkan usaha yang diperjuangkan menjadi salah satu jawaban atas permasalahan masyarakat. Pelayanan-pelayanan yang dilaksanakan oleh Pendiri, para anggota dan kolaborator Institut Sekular berdasarkan pada panggilan serta misinya. Memprakarsai kegiatan-kegiatan konkret untuk membangun hubungan persaudaraan dan persatuan antara masyarakat yang terpecah belah. Pelayanan Institut Sekular diberbagai bidang sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat yang dilayani. Kebutuhan masyarakat yang berbeda, juga menantang Pendiri dan para anggota untuk berfikir dan lihai untuk menjawab kebutuhan masyarakat setempat. Masyarakat adalah dinamis, yang selalu berubah- ubah dalam segi kehidupan dan kebutuhan.

Oleh karena itu, mulailah meningkatkan dan mengembangkan mutuh pendidikan bagi para anggota maupun kolaborator untuk mengejar ketinggalannya. Dengan tujuan agar karya pelayanannya sungguh dapat berkembang dan dapat dirasakan oleh masyarakat Timor Leste, sesuai dengan tuntutan jamannya. Jaman berkembang manusiapun berkembang mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan jamanpun membawa serta sisi negatif dan positif yang bisa dialami dan dirasakan oleh orang yang hidup pada jaman ini. Agama-agama berlomba-lomba untuk menampilkan yang terbaik dalam agamanya untuk menarik perhatian banyak orang.

Tak ketinggalan Gereja, dari hari ke hari berusaha untuk menemukan cara yang cukup relevan untuk membuat orang begitu cepat dan kebutuhan tetap tegar dalam imannya

akan Yesus Kristus. Selain dengan media komunikasi, ditemukan juga unsur yang tak kalah saingnya dengan jaman yakni kesaksian hidup yang nyata. Banyak orang bersaksi tentang imannya dengan cara yang baik, tanpa banyak kata, tanpa banyak ajaran, tanpa banyak

berkotbah, hanya pada “kesaksian hidup yang nyata” yang membawa keselamatan.136

Perkembangan karya ISMAIK yang saat ini diusahakan dan dikembangkan di pedesaan Timor Leste, perlu digaris bawahi bahwa sangat membutuhkan suatu proses yang panjang dalam sejarah Institut Sekular di dalam Gereja.

Proses yang diperjuangkan untuk mensejahterakan rakyat tidak semuda yang dipikirkan dan dibayangkan, melainkan perjuangan yang terus-menerus dan perlu adanya motivator yang menggerakan. Perlu adanya kebersamaan yang di dorong oleh Roh, untuk berinteraksi dengan sesama melalui suatu komunitas, dan dalam membina kebersamaan tersebut. Kini perkembangan situasi masyarakat setempat menantang misi kelanjutan pelayanannya itu sendiri. Benar-benar lihai dengan perkembangan masyarakat. Masyarakat melihat adanya tindakan yang konkret, yang efektif dan kreatif dalam mengembangkan pelayanan baik dalam Gereja maupun dalam sosial masyarakat. Dan sekarang masyarakat semakin berkembang dan berpikir kritis terhadap terhadap situasi dimana mereka berada.

Sudah jelas kiranya bahwa lahirnya Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, serta perkembangan pelayanan yang dikembangkan oleh Pendiri para anggota dan kolaborator dimana ISMAIK berkarya. Hal ini menunjukan bahwa para anggota dan kolaborator mampu memberikan diri untuk melayani sesama karena hal didikan Pendiri. Maka ISMAIK ada karena situasi rakyat dan atas dorongan Roh Kudus, kini Institut berkembang dengan misinya. Oleh karena itu, para anggota dan kolaborator harus lihai membaca tanda-tanda jaman, terutama situasi dimana Institut berkarya.

136

. Majalah Misi Rosario, edisi IV tahun I Oktober-Desember 2012. Gembala yang baik menyerahkan nyawa bagi Domba-dombanya, susteran PRR St. Fransiskus Asisi Depok Jawa-Barat tahun. 2012. hlm. 17.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pokok-pokok pembahasan dalam skripsi ini, maka pada bab II, III, dan bab IV dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui sejarah lahirnya Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu” di Timor Leste dari tahun 1989-2009, harus mengetahui sejarahnya lebih dahulu. Untuk mengenal sejarah perlu mengenal Pendirinya yaitu Maria de Lourdes Martins Cruz, beserta karisma dan spiritualitasnya. Karena dan spiritualitas kongregasi ISMAIK itu bersumber pada Pendiri. Kendati demikian diharapkan supaya para anggota tetap mempertahankan ciri khas Sekular dari dunia di dalam dunia, melalui profesi dan karisma masing-masing, melalui kegiatan-kegiatan dan kesaksian hidup, agar dengan demikian sungguh menjadi ragi dan terang bagi dunia.

Dengan mengenali sejarah dalam pelayanan kongregasi ISMAIK, akan lebih mudah untuk mengetahui bagaimana kongregasi ISMAIK lahir di Timor Leste. Pendiri ingin menolong dan membangun komunitas basis untuk pengabdiannya. Karisma dan Spiritualitas itu diwujudkan dalam karya pelayanan sehari-hari.

Lahirnya ISMAIK di Gereja Timor Leste, pada dasarnya karena adanya situasi Gereja di Timor saat itu, khususnya kaum kecil yang sangat membutuhkan tenaga untuk karya pewartaan dan pendampingan iman umat di daerah-daerah yang terpencil di Timor Leste. Akhirnya dari pihak Gereja mengakui dan mengesahkan ISMAIK sebagai kongregasi pribumi dibawah naungan uskup setempat. Untuk dapat berkarya terutama mengerakkan Gereja dari bawah, para anggota mencoba untuk mengenal karakter orang di masing-masing tempat dimana ISMAIK berkarya. Sehingga memperlancar komunikasi dan dapat diterima dan juga dapat melayani mereka dengan baik, bahkan dapat bekerja sama dengan baik.

Setelah 10 tahun kongregasi ISMAIK berkarya di Timor Leste terutama di daerah yang jauh dari kota, dan melihat bahwa partisipasi dalam masyarakat, dan merasa bahwa menjawab kebutuhan mereka, serta memungkinkan untuk menerima ISMAIK sebagai tempat sandaran masyarakat.

Demi perkembangan pelayanan, maka ISMAIK dengan tekun berusaha mengembangkan yang terbaik demi melayani sesama di pedesaan. Dengan berbagai cara yang telah diusahakan, walaupun mengalami beberapa kendala. Namun kendala-kendala yang ada juga dapat diatasi dengan baik berkat kejelihan Pendiri dan para anggota dalam menanggapi situasi masyarakat. Semuanya ini berkat usaha dan kerja sama dalam persaudaraan ISMAIK sehingga misi pelayanan berjalan dengan lancar. Dengan demikian ISMAIK di Gereja Timor Leste sejak merintisnya sampai tahun 2009 dapat dikatakan maju dan berkembang dengan baik.

B. Saran

1. Semoga Nama Tuhan semakin dimuliakan dan semakin diabadikan. Dengan adanya penulisan skripsi tentang Institut Sekular “Maun Alin Iha Kristu”, ini semoga dapat membantu kongregasi ISMAIK untuk semakin lebih mengutamakan dan memperhatikan pelayanan terhadap sesama yang membutuhkan pertolongan dari ISMAIK. Dengan mengetahui sejarah awal merintisnya ini semoga kongregasi ISMAIK dapat mengambil maknanya untuk mendidik dan dapat berkembang juga menghasilkan buah yang lebih baik pula.

2. Dalam pelayanan di ISMAIK hendaknya semakin banyak diperkenalkan dengan Mana Lu sebagai Pendiri kongregasi ISMAIK, dan memahami tentang spiritualitas kongregasi ISMAIK, sehingga mereka dapat meresapkan dan akhirnya menjadikan miliknya sendiri yang akan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dalam pelayanan di ISMAIK hendaknya selalu ditekankan untuk menyadari betapa berharganya Pendiri dan para perintis atau pendahulu, karena merekalah yang telah berjuang dalam kongregasi ISMAIK. Dari mereka dapat diambil teladanya dalam menghidupi Spiritualitas dalam persaudaraan, solidaritas, kegembiraan dan kesederhanaan.

4. Semoga dengan tulisan ini dapat membantu para Mana dan Maun, dan semua yang ada di ISMAIK untuk semakin merefleksikan diri dalam keanggotaannya sebagai bagian dari ISMAIK. Dengan demikian akan tergeraklah hatinya untuk semakin menghidupi Karisma dan Spiritualitas ISMAIK yang diwujudkan dalam karya perutusannya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Anton Haryono. (2009) Awal Mulanya adalah Muntilan. Yogyakat: Kanisius.

Arief Subyantoro dan FX. (2006) Metode Teknik Penelitian Sosial. Yogyakarta: ANDI. Aditjondro, George J. (2000) Menyongsong Matahari Terbit di Puncak Ramelau. Dili Timor Loro Sa’e: Yayasan Hak dan FORTILOS.

Coelho,Avelino M. (Shalar Kosi FF). (2012) Dua Kali Merdeka: Esai Sejarah Politik Timor Leste. Djaman Baroe, Yogyakarta.

Chega. (2005) Laporan Komisi Penerimaan, Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor Leste (CAVR).

Durand Frederic. (2002) Istoria Timor Leste Nian. LIDEL.

Soerjono Soekanto. (1988) Fungsionalisme dan Teori Konflik Dalam Perkembangan Sosiologi. Sinar Grafika.

Gunn C. Geoffrey. (2005) 500 Tahun Tomor Loro Sa’e, Sa’he Institute for Liberation: (SIL) dan Nagasaki University.

Jacobs, Tom, SJ. (1987) Hidup Membiara Makna dan Tantangannya..Yogyakarta: Kanisius.

_____________(1987) Gereja Menurut Vatikan II, Yogyakarta : Kanisius.

Mgr. V. Kartosiswoyo dan Mgr. Ign. Suharyo, (2009) Kitab Hukum Kanonnik. Konfrensi

Waligereja Indonesia, Jakarta.

Maria de Lourdes Martins, (2001) Kelompak Gereja Basis. Yayasan HAK dan Sahe Institut for Liberti: Dili.

Nevins, Joseph. (2008) Pembantaian Timor-Timur Horor Masyarakat Internasional.

Yogyakarta: Galangpress.

Dokumen terkait