• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keuangan perusahaan .1Firm Size .1Firm Size

Firm size (ukuran perusahaan) adalah suatu skala di mana dapat

diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain-lain (Sirait, 2011). Ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang umum digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan (Purwanto,

2011). Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal (Wulandari, 2012). Perusahaan dengan ukuran yang lebih kecil akan rentan terhadap kebangkrutan. Diharapkan perusahaan yang besar tingkat kesehatan keuangannya juga lebih baik.

Hasil penelitian Chen dan Wong (2004) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva pada perusahaan asuransi berpengaruh secara signifikan terhadap kesehatan keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan faktor penentu penting dari kekuatan keuangan perusahaan asuransi, baik di negara maju dan negara berkembang.

2.1.3.2Investment Performance

Menurut Chen dan Wong (2004) investment performance merupakan kinerja investasi yang mengungkapkan efektif dan efisiennya keputusan investasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Return On Assets atau Return On Investment untuk menghitung investment performance. Return on Assets (ROI) yaitu perbandingan antara laba bersih dengan jumlah penjualan selama setahun yang menunjukkan ukuran tingkat laba terhadap aktiva yang digunakan dalam menghasilkan laba tersebut. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan, dan juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan dan dapat menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini memberikan indikasi tentang baik buruknya manajemen dalam melaksanakan

kontrol biaya ataupun pengelolaan hartanya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Kritsonis (2004) mengemukakan bahwa ROA yang tinggi diperoleh dari hasil BEP perusahaan tinggi dan lebih rendah biaya bunga yang terkait dengan pemanfaatan biaya. Hasil penelitian Chen dan Wong (2004) menyimpulkan kinerja investasi secara positif mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan dinegara maju dan berkembang.

2.1.3.3Operating Margin

Operating Profit Margin yaitu rasio yang digunakan untuk menghitung profitabilitas tanpa memperhitungkan pajak dan bunga (David, 2009). Operating profit margin diperoleh dari pendapatan sebelum bunga dan pajak terhadap total penjualan. Rasio yang rendah menunjukkan keadaan yang kurang baik karena bahwa setiap rupiah penjualan terserap dalam biaya yang tinggi dan mendapatkan laba yang rendah. Jika perusahaan terus menerus mendapatkan laba yang rendah, maka kecendrungan kesehatan keuangan perusahaannya juga tidak akan baik.

Kegunaan rasio ini adalah mutu pengelolaan harga pokok produksi (yang berarti kinerja bagian produksi) dapat dimonitor dari waktu ke waktu dan untuk meramalkan besarnya laba kotor pada waktu yang akan datang atas dasar estimasi penjualan (Kuswadi, 2006). Hasil penelitian Chen dan Wong (2004) menunjukkan bahwa margin usaha positif signifikan bagi kesehatan keuangan perusahaan.

2.1.3.4Price Earning Ratio

Price Earning Ratio (PER) membandingkan harga saham perusahaan

terhadap pendapatan dan nilai buku per saham. Nilai pasar dan rasio harga saham akan tinggi, jika likuiditas pengelolaan aset, pengelolaan hutang dan rasio profitabilitas yang menguntungkan. Rasio ini menunjukkan berapa banyak investor bersedia membayar untuk setiap rupiah dari keuntungan perusahaan.

PER merupakan suatu ukuran yang penting bagi para investor dalam berinvestasi, karena PER diakui sebagai metode penilaian yang baik, serta mencakup keseluruhan perusahaan, termasuk dalam memperkirakan nilai saham, menentukan nilai saham di masa yang akan datang dan menentukan besarnya modal dalam saham (Jayanto, 2012). Apabila harga per lembar saham dan tingkat pertumbuhan laba suatu perusahaan meningkat, maka price earning ratio juga meningkat (Prasetyorini, 2013). Semakin besar price earning ratio berarti harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin baik.

Rasio ini lebih tinggi untuk perusahaan yang kuat prospek pertumbuhan, namun lebih rendah untuk perusahaan yang berisiko (Kritsonis, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh (Kritsonis, 2004) menghasilkan bahwa Harley Davidson dipandang sebagai perusahaan lebih beresiko daripada perusahaan lain, memiliki prospek pertumbuhan yang lebih buruk.

2.1.3.5Surplus Growth

Surplus Growth atau rasio pertumbuhan yaitu kemampuan perusahaan

untuk mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan ekonomi dan industri (David, 2009). Pada penelitian ini peneliti menggunakan rasio

pertumbuhan yang diliat dari segi tingkat penjualan. Tingkat penjualan dapat dihitung dari persentase pertumbuhan tahunan dalam total penjualan. Jika nilai perbandingan semakin besar, maka tingkat pertumbuhan penjualan perusahaaan semakin baik.

Pertumbuhan perusahaan yang sehat dianggap sebagai persyaratan dasar dari keberhasilan perusahaan (Kirmizi dan Agus, 2011). Pertumbuhan penjualan mencerminkan maniprestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang, pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri (Deitiana, 2011). Penelitian Chen dan Wong (2004) menghasilkan

surplus growth merupakan rasio pertumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif

signifikan terhadap kesehatan keuangan perusahaan.

2.1.3.6Liquidity

Liquidity atau rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang akan jatuh tempo ( David, 2009). Pada penelitian ini untuk menentukan likuit tidaknya suatu perusahaan peneliti menggunakan current ratio. Current Ratio yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditur jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang

kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya (Munawir, 2004).

Hasil penelitian (Kritsonis, 2004) menyatakan bahwa pemegang saham/kreditur memiliki perspektif yang berbeda pada perusahaan dengan rasio lancar yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Wong (2004)mengemukakan bahwa rasio likuiditas secara positif berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan asuransi.

Dokumen terkait