• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kesehatan Keuangan Perusahaan

Perusahaan yang bangkut berarti memiliki tingkat kesehatan keuangan yang buruk, sebaliknya perusahaan yang jauh dari ancaman bangkrut berarti mempunyai tingkat kesehatan baik. Bangkrut atau pailit didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan berada didalam keadaan insolven, perusahaan tidak mampu melunasi kewajibannya dengan sumberdaya yang dimilikinya (Assegaf, 1993). Menurut (assegaf, 1993), suatu perusahaan dinyatakan bangkrut bila jumlah total pasiva melebihi nilai wajar total aktivanya sehingga kekayaan perusahaan itu sendiri adalah negatif.

Rustamadji (2008) mengemukakan bahwa tingkat kesehatan suatu perusahaan yang sudah go public menjadi penting untuk diketahui dan dimonitor oleh pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya. Pendekatan penilaian kesehatan perusahaan akan bernilai dengan melibatkan unsur-unsur yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan tersebut. Kondisi perekonomian yang kadang tidak stabil dan tingkat persaingan yang makin ketat makin kuat memberi dorongan kepada banyak pihak yang berkepentingan untuk menaruh perhatian besar pada kelangsungan hidup perusahaan. Untuk kepentingan berbagai pihak, monitor tingkat kesehatan perusahaan menjadi penting untuk pengambilan keputusan. Hal penting ini akan lebih terasa bagi perusahaan yang

go public dan terdaftar di Bursa Efek dimana sahamnya dimiliki oleh masyarakat umum. Untuk masing-masing kepentingannya, pihak-pihak terkait dituntut jeli dalam menilai sehat tidaknya suatu perusahaan. Tingkat kesehatan suatu perusahaan tidak bisa diukur hanya karena perusahaan memiliki gedung yang megah atau aset yang banyak tetapi harus dilihat secara lebih komprehensif yang melibatkan banyak indikator keuangan. Dengan menggunakan model yang tersedia, pengolahan data dari suatu laporan keuangan dapat mengantarkan kita pada penilaian kesehatan suatu perusahaan. Selanjutnya tingkat kesehatan perusahaan go public selayaknya dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak tertentu yang berkepentingan, seperti misalnya pengaruhnya terhadap resiko, return (tingkat pengembalian saham) dan sebaran resiko/return (koefisien varians) utnuk dimasa pasca laporan keuangan diterbitkan.

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek (Rustamadji, 2008), maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau dikenal dengan istilah delist. Dalam kondisi perusahaan yang dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibandingkan kreditur atau pemegang obligasi. Artinya setelah semua aset perusahaan tersebut terjual, terlebih dahulu dibagikan kepada kreditur atau pemegang obligasi dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan sedang menghadapi masalah krisis jika dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan deviden secara

berturut-turut selama beberapa tahun dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

Pasar modal yang sedang mengalami peningkatan (Bullish) atau mengalami penurunan (Bearish) terlihat dari naik turunnya harga-harga saham yang tercatat yang tercermin melalui suatu pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurut (Rustamadji, 2008) IHSG merupakan indikator pergerakan harga saham yang tercatat dibursa, baik saham biasa maupun preferens yang mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham. Dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market)”.

IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham ditentukan oleh adanya penawaran dan permintaan atas saham tersebut. Apabila permintaan akan suatu saham sangat tinggi, maka harga saham tersebut akan naik demikian pula sebaliknya. Faktor utama yang mempengaruhi harga saham di pasar modal adalah kesehatan perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Selain itu, nilai Indeks Harga Saham Gabungan dapat menjadi leading indicator economic pada suatu negara. Pergerakan indeks sangat dipengaruhi oleh ekspektasi investor atas kondisi fundamental negara maupun global. Adanya informasi baru akan berpengaruh pada ekspektasi investor yang akhirnya akan berpengaruh pada IHSG.

Hasil penelitian (Kritsonis, 2004) untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan harus membangun strategi jangka panjang untuk menurunkan rasio utang, mengelola persediaan mereka lebih efisien, dan meningkatkan penjualan,

kesuksesan finansial bertambah dengan perusahaan membeli utang mereka merupakan indikator kesehatan keuangan yang baik dimasa depan. Wing et al. (2003) menunjukkan bahwa menganalisa kesehatan keuangan perusahaan dengan struktur modal, profitabiltas, kemampuan untuk membayar utang dan likuiditas.

Salah satu model yang digunakan untuk menentukan sehat tidaknya suatu perusahaan adalah dengan menghitung Z-score. Z-score dikembangkan oleh Edward I Altman, seorang professor dan ekonom keuangan dari New York

University’s Stern School of Business pada tahun 1968. Menurut (Sudjiyatno dan Puspitasari, 2010) model Altman diprediksi dengan akurasi 95% terhadap sampel perusahaan-perusahaan yang mengajukan kebangkrutan dalam waktu 12 bulan. Altman’s Zscore sebagai pengukur kinerja perusahaan dari sisi potensi menurunnya investasi yaitu kebangkrutan (Sudjiyatno dan Puspitasari,, 2010).

Altman Z-score merupakan indikator untuk mengukur potensi kebangkrutan

suatu perusahaan. Hal itu diturunkan berdasarkan pada analisis multivariate diskriminan yang diseleksi dari faktor-faktor yang paling relevan (dari 22 faktor kemungkinan yang dinilai) dan relative penting untuk setiap faktornya. Diskriminan analisis merupakan suatu teknik untuk membedakan antara titik data dari beberapa karakteristik pengukuran. Z-score merupakan bentuk dari analisis kinerja perusahaan yang menggunakan angka rasio-rasio keuangan yang dikombinasikan dalam suatu bentuk persamaan matematis. Z-score merupakan salah satu model kebangkrutan dengan pendekatan Multiple Discriminant

Analysis (MDA). Model ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu

Altman (2006) mengungkapkan nilai Z-score diperoleh dari penjumlahan hasil perkalian suatu nilai konstanta tertentu masing-masing dengan 5 unsur rasio;

working capital to total assets, retairned earning to total assets, earning before

interest and tax to total assets, market value of equity book value of total debt,

and total revenue to total assets. Rasio-rasio tersebut menggambarkan rasio dari kemampuan manajemen di dalam mengelola aktiva perusahaan, sehingga Altman Z-score dapat juga digunakan sebagai mengukur kinerja perusahaan, yaitu dari sisi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.

Bentuk persamaan Z-score untuk Model Altman (2006) adalah sebagai berikut:

= 0,717 �1+ 0,847 �1+ 3,107 �1+0,420 �4+ 0,998 �5

Dimana:

1 : Working Capital to Total Assets 2 : Retained Earnings to Total Assets

3 : Earnings before Interest and Taxes to Total Assets 4 : Market value of Equity to Book Value of Total Debt 5 : Sales to Total Assets

Hasil perhitungan Z-score dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Z > 2,90 : Perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan

1,23 < Z < 2,9 : Perusahaan mempunyai sedikit masalah keuangan (meskipun tidak serius)

Z < 1,23 : Perusahaan mengalami masalah dengan kondisi Keuangan yang serius

Penelitian Riadi menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan, harga saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kesehatan korporasi, sedangkan tingkat kebijakan dianggap tidak signifikan terhadap tingkat kesehatan korporasi.

Dokumen terkait