• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Urban Farming di Kabupaten Gresik

PENYAJIAN, ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI TEORITIK Dalam bab ini, akan disajikan data yang telah didapat selama proses

III.1. Penyajian dan Analisis Data

III.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Urban Farming di Kabupaten Gresik

Dalam pelaksanaan program publik terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi proses pelaksanaan program Urban farming dalam upaya pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan lahan yang sempit oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. Faktor-faktor pengaruh implementasi ini berpedoman pada kerangka teoritik yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Faktor-faktor yang digunakan disini yaitu diantaranya komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap pelaksana, struktur birokrasi dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik (dukungan kelompok sasaran).

III.1.2.1. Komunikasi

Komunikasi berpengaruh dalam proses pelaksanaan program Urban farming yang dilakukan oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dengan tujuan pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan lahan sempit. Karena komunikasi antar stakeholder pelaksana akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari program tersebut. Stakeholder utama yang berperan disini yaitu pembuat program yakni Kepala Badan itu sendiri yang kemudian informasi akan disampaikan kepada pelaksana program (implementor) yang berasal dari Badan Pelaksana Penyuluhan itu sendiri yang ditunjuk oleh Kepala Badan ataupun yang memangku jabatan fungsional penyuluh, dari dinas terkait, dan dari tim PKK yang disini juga menjadi penyuluh bagi masyarakat.

Komunikasi yang berjalan dalam pelaksanaan urban farmingini dimulai dari proses perencaan yang dilakukan dengan pengenalan program tentang maksud, tujuan dan bagaimana proses akan berlangsung sehingga dapat berjalan efektif. Kemudian pada proses sosialisasi yang melibatkan para kelompok sasaran dan dinas maupun stakeholder yang terkait. Dan sampai pada saat proses pelaksanaan program di lapangan. Dalam komunikasi juga terdapat beberapa dimensi penilaian yang perlu diperhatikan.

III.1.2.1.1. Tranformasi (Transmission)

Dalam indikator transformasi atau transmisi ini program urban farming harus disampaikan oleh pembuat program kepada para pelaksana program dan juga para kelompok sasaran, ini dikarenakan agar semua aktor yang terlibat dalam pelaksanaan program mengetahui dengan jelas maksud dan tujuannya. Selain itu program ini juga disampaikan pada pihak lain yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Proses komunikasi seperti ini dapat terlihat dari petikan wawancara berikut:

“Kita mulai pada start awal mas,kita memiliki pola pikir untuk membuat urban farming ini kan karena sekarang sudah berubah, perkotaan itu sudah menjadi lebih banyak dari desa. Jadi kita ubah pola itu menjadi urban farming yaitu perpindahan pertanian dari desa menuju kota. Dak kita juga kan memiliki tim penyuluh yang nantinya sebagai pendamping

di lapangan”.11

Hal serupa juga disebutkan dalam wawancara berikut:

“Kita memiliki tenaga pendamping saat pelaksanaan disana, yang terjun sehari-hari di lapangan ya para penyuluh kita itu, sebagai kepanjangtanganan dari kita. Mereka yang tau semua yang terjadi di

lapangan kan memang tugasnya sebagai pengawasan dan pendamping”.12

Dari petikan wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa jabatan teknis di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian ini sebagai stakeholder pembuat program yang akan dilaksanakan oleh implementor yang juga berasal dari Badan tersebut namun diambli dari jabatan fungsional penyuluhan. Tim penyuluhan inilah yang nantinya sebagai pelaksana program di lapangan.

Sementara untuk memberikan informasi kepada masyarakat atau kelompok sasaran, maka dapat dijelaskan dalam wawancara berikut:

11

Wawancara dengan Bapak Labat selaku Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, perikanan dan Kehutanan tanggal 7 Maret 2016.

12

Wawancara dengan Bapak Agus selaku Sekretariat Umum Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan tanggal 15 Maret 2016.

“Pada mulanya ya kita sosialisasi kepada mereka, kita jelaskan bahwa ada program begini-begini, nah kemudian dilatih dan pada saat action

yang mendampingi dari penyuluh”.13

“...jadi kita libatkan masyarakat sebagai pelaksana, kita masuk melalui sosialisasi, kita jelaskan dulu semuanya bahwa ada program seperti ini dengan maksud pemanfaatan lahan dan membantu perekonomian masyarakat. Jadi kalau banyak masyarakat yang tertarik maka kita

jalan”.14

Untuk memberikan kejelasan program urban farming kepada kelompok sasaran, dalam hal ini dilakukan proses sosialisasi program agar tercipta persamaan pandangan dari pelaksana dan juga kelompok sasaran. Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan adanya kejelasan pemahaman dari kelompok sasaran agar dalam pelaksanaan akan berjalan efektif.

Selain dari pelaksana program dan juga kelompok sasaran, komunikasi juga harus dilakukan dengan aktor lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung dengan program ini. Aktor lain yang terlibat disini yaitu adanya sektor privat yang membantu dalam fasilitasi baik dana maupun peralatan. Komunikasi yang terjalin disini dapat dilihat dari wawancara berikut:

“...ya kita juga bekerjasama CSR dengan pihak swasta, seperti

Petrokimia, Pertamina, PJB, dan ada juga PKK untuk mau membantu kita. Tapi ya kita harus masukkan dulu proposal program kita mengenai apa maksud dan tujuannya secara jelas dan rinci, dan yah kebanyakan

mereka mau membantu mas”.15

Komunikasi yang terjalin dengan sektor privat ini dilakukan dengan kerjasama CSR antara pemerintah dan juga swasta, memanfaatkan CSR untuk memberikan informasi mengenai program yang dijalankan. Dari sini dapat dikatakan bahwa dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian ini dapat berkomunikasi dan memberikan informasi dengan baik kepada seluruh pihak yang akan membantu dalam kelancaran programurban farmingini.

13

Ibid.

14

Wawancara dengan Bapak Labat selaku Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, perikanan dan Kehutanan tanggal 7 Maret 2016.

15

Wawancara dengan Ibu Nurul selaku Fungsional Penyuluh Pertanian di BP4K Kabupaten Gresik tanggal 21 Maret 2016.

III.1.2.1.2. Kejelasan (Clarity)

Dalam indikator kejelasan ini menghendaki pelaksana program untuk memberikan kejelasan tentang tujuan utama dari program urban farming ini. Sehingga program yang akan dijalankan ini dapat diterima dengan jelas serta para kelompok sasaran maupun pelaksana program itu memahami dan mengetahui apa yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran serta substansi dari program urban farmingtersebut.

Stakeholder pembuat program dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan harus menjelaskan secara detail setiap tahapan yang akan diimplementasikan oleh para pelaksana dan juga kelompok sasaran. Kejelasan mengenai informasi yang dikomunikasikan kepada kelompok sasaran dapat dilihat dari petikan wawancara berikut:

“...selain adanya sosialisasi kepada masyarakat, nantinya juga kan ada

pendamping di lapangan dari tim penyuluh kita. Yah disana nanti masyarakat bisa mendapat informasi yang lebih lagi mengenai program ini, prosesnya atau tahapan dalam melaksanakan program. Mereka juga akan dapat ilmu yang baru mengenai urban farming ini, bagaimana cara menanam sayuran atau buah-buahan dengan mamanfaatkan lahan yang sempit, kan jarang yang punya pemikiran seperti itu. Makanya kita taruh pendamping yang sudah terlatih dan mempunyai pemahaman lebih

tentang program ini”.16

Dari uraian hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa adanya komunikasi yang terjadi secara intensif dalam pelaksanaan program urban farming. Komunikasi dimulai dilakukan oleh pembuat program yaitu pemangku jabatan teknis di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dengan pelaksana program yaitu tim penyuluh pertanian atau pendamping dari Badan Pelaksana Penyuluhan itu juga yang benar-benar sanggup dan mengetahui seluk beluk dari program tersebut mulai dari proses awal perencanaan sampai pada penerapan di lapangan.

16

Wawancara dengan Bapak Agus selaku Sekretariat Umum Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan tanggal 15 Maret 2016.

Kemudian dari para pelaksana program ini melakukan sosialisasi kepada kelompok sasaran dan tentunya didampingi oleh pembuat program sebagai stakeholder utama disini. Setelah melakukan sosialisasi barulah sampai pada tahapan pelaksanaan, dimana dalam pelaksanaan ini masih terdapat komunikasi yang terjalin antara pelaksana dengan kelompok sasaran. Tim penyuluh dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian yang ditempatkan sebagai pendamping di lapangan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai program yang dijalankan dan tentunya dengan praktek atau implementasi. Jadi kelompok sasaran yang sebelumnya kurang mengetahui tentang ini, dapat bertanya secara detail mengenai programurban farmingini.

III.1.2.1.3. Konsistensi (Consistency)

Dalam indikator konsistensi ini menghendaki bahwa komunikasi harus berjalan lurus (konsisten) tidak berubah-ubah antara aktor satu dengan aktor yang lainnya. Selain itu, informasi atas programurban farming mengenai arti, maksud, tujuan dan sasaran ini tetap konsisten dan tidak berubah sewaktu-waktu. Jadi apa yang ditransmisikan kepada para implementor dan juga pada masyarakat inilah yang akan dijalankan, jika sewaktu-waktu berbah maka akan menimbulkan kebingungan dalam pelaksanaannya.

Telah diketahui bahwa program urban farming ini telah berjalan antara dua sampai tiga tahun, dan dari penjelasan mengenai arti, maksud dan tujuan serta sasaran program urban farming ini masih tetap sama seperti dua tiga tahun sebelumnya. Seperti pada hasil wawancara yang sebelumnya mengenai program ini bahwa urban farming mempunyai maksud dan tujuan pemberdayaan masyarakat perkotaan dengan memanfaatkan lahan sempit yang ada. Dengan sasaran yaitu masyarakat perkotaan rumah tangga maupun kelompok-kelompok kerja PKK yang ada di sekitar perkotaan.

Berdasarkan ketiga indikator penilaian keefektifan komunikasi yang terjalin antar aktor program tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi mengenai perencanaan sampai pelaksanaan yang terjalin dari stakeholder pembuat

program dan pelaksana program serta kelompok sasaran berjalan dengan baik dan efektif. Namun terdapat satu kendala dalam satu tahapan terakhir pelaksanaan program urban farming yang kurang menunjukkan komunikasi berjalan kurang baik antara pembuat program dengan kelompok sasaran. Dimana dalam tahapan monitoring dan evaluasi ini, yang didalamnya terdapat ruang lingkup evaluasi atas pencapaian hasil sementara masih terkendala dengan kurangnya data hasil program yang dimiliki oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian untuk dijadikan bahan evaluasi atas perkembangan program urban farming untuk keberlanjutannya. Hasil pelaksanaan program ini dapat ditunjukkan dengan hasil pencapaian panen dari suatu komoditi tertentu setiap bulan maupun tahunnya. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan dalam wawancara berikut:

“yah, kalau untuk perkembangan urban farming tiap tahunnya itu kita kurang jelas mas, soalnya dari kelompok sasaran sendiri itu banyak dari hasil panen mereka itu konsumsi sendiri atau kadang juga mereka jual untuk tambahan ekonomi rumah tangga mereka. Kan memang program ini untuk pemberdayaan mereka juga, mereka yang menanam dan memanen sendiri, tapi biasanya untuk yang kelompok ada yang menyetor. Tapi kita nggak bisa memutuskan begitu saja gimana perkembangannya dengan data akurat. Soalnya biaya yang kita keluarkan untuk program kan ada untuk perorangan dan kelompok, dan nanti kalau

biaya yang masuk cuma dari kelompok kan gak seimbang jadinya”.17

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat dijelaskan bahwa komunikasi dalam proses evaluasi program masih kurang berjalan baik. Dimana dari kelompok sasaran tidak memberikan data pencapaian hasil program secara keseluruhan, yang sebenarnya hal ini dapat menunjukkan keberhasilan dan keberlanjutan perkembangan urban farming. Hal ini juga dapat dikarenakan kurangnya monitoring dari pelaksana program yang seharusnya sampai pada tahap evaluasi program.

17

Wawancara dengan Ibu Eny selaku Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan di Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan tanggal 7 Maret 2016.

III.1.2.2. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam pelaksanaan suatu program maupun program publik dan akan secara langsung berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan programurban farmingini. Karena jika tanpa didukung oleh adanya sumberdaya yang memadai, maka program tersebut akan sangat sulit untuk diimplementasikan.

Dalam pelaksanaan program urban farming di Kabupaten Gresik ini, sumberdaya yang harus dimiliki oleh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dalam hal ini meliputi sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran (dana), sumberdaya peralatan (fasilitas) serta sumberdaya informasi dan kewenangan (authority).