• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEOR

C. Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Seorang Komunikator

Persuasi tercapai karena personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang yang baik daripada orang lain: ini berlaku umunya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya; sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya (Aristoteles, 1954:45).48

Aristoteles menyebutkan karakter komunkator ini sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will).

Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator adalah sebagai berikut:

47

Ibid, h. 289-294

48

Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 255

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate (pelaku persepsi) tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal yaitu kredibilitas adalah persepsi komunikate; jika tidak inheren dalam diri komunikator, dan kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator.49

Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi.

Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikasi sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut prior ethos (Andersen, 1972: 82). Misalnya tekun mendengarkan ceramah dengan penceramahnya diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya. Kemudian prior ethos juga dipengaruhi oleh tindakan verbal dan non-verbal dari komunikator.50

Dalam penelitiannya mengenai kredibilitas dengan deskripsi verbal, Kelman dan Hovland (1974:138-149) memutar kaset didepan subjek eksperimen. Pada suatu kelompok dikatakan bahwa pembicara adalah hakim yang banyak menulis masalah kenakalan remaja (kredibilitas tinggi); dan kelompok lain dilukiskan pembicara sebagai pengedar narkotika (kredibilitas rendah). Keduanya berbicara tentang perlunya perlakuan yang lebih ringan terhadap remaja-remaja yang nakal. Segera setelah komunikasi, sikap subjek diukur. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek cenderung lebih setuju pada komunikator yang berkredibilitas tinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa

49

Ibid, h. 257

50

prior ethos mempengaruhi perubahan sikap komunikate ke arah yang dikehendaki komunikator. 51

Selain persepsi dan topic yang dibahas, faktor situasi juga mempengaruhi kredibilitas. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT.

Kredibilitas dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya.52

Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978: 144-147) menambahkan empat komponen lagi:

a. Dinamisme; dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Hal ini memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.

b. Sosialibilitas; kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul.

c. Kooreientasi; kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang disenangi, mewakili nilai- nilai kita. 51 Ibid. 52 Ibid, h. 260

d. Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikate.53

2. Atraksi

Atraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Secara tidak langsung komunikasi terjalin pertama kali melihat dari wajahnya yang cantik atau tampan, hal ini dibuktikan oleh Shelly Chaiken (1979), yang menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi dengan studi lapangan. Chaiken merekrut 110 komunikator – pria dan wanita - . Ia membaginya dengan keadaan fisik cantik- tampan dan jelek. Mereka dilatih untuk menyampaikan persuasif tentang seruan agar universitas tidak lagi menyediakan makan pagi dan makan siang di ruang makan asrama. Hasil akhir, komunikator yang cantik dan tampan ternyata lebih berhasil meyakinkan responden dan mendapat persetujuan dengan menandatangi petisi yang disebarnya.54

Banyaknya kesamaan antar komunikator dengan komunikate juga merupakan faktor efektivitas komunikator. Rogers membuktikan pengaruh faktor kesamaan ini dari penelitian-penelitian sosiologis. Orang mudah berempati dan merasakan perasaan orang lain yang dipandang sama dengan mereka. Stotland dan Patchan (1961) juga menunjukkan bahwa kesamaan antara komunikator dan komunikate memudahkan terjadinya perubahan pendapat. 53 Ibid. 54 Ibid, h. 261

Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dengan komunikate, Kenneth Burke, ahli retorika, menyebut upaya seperti ini sebagai

“ strategy of identification”. Hebert W. Simons (1976) menamainya sebagai

“establishing common grounds”. Menyamakan pandangan antara komunikator

dengan komunikate dengan menegaskan persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.55

3. Kekuasaan

Dalam kerangka teori Kelman, kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan

seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendanya kepada orang lain,

karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. Lima jenis kekuasaan:

a. Kekuasaan Koersif (coercive power). Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman kepada komunikate.

b. Kekuasaan Keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator.

c. Kekuasaan Informasional (informational power). Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator.

55

d. Kekuasaan rujukan (referent power). Komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. e. Kekuasaan legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari

seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan.56

Kekuasaan adalah pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan identifikasi dan internalisasi. Maka, kekuasaan sepatutnya digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator.

56

BAB III.

GAMBARAN UMUM PROGRAM SAMARA DAN RADIO DAKTA 107

Dokumen terkait