• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor efektivitas program sakinah, mawaddah, warahmah ( Samara) dalam pembinaan keluarga islam di radiao dakta 107 FM Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor efektivitas program sakinah, mawaddah, warahmah ( Samara) dalam pembinaan keluarga islam di radiao dakta 107 FM Bekasi"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KELUARGA ISLAMI DI RADIO DAKTA 107

FM BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh Diah Anggraini NIM: 107051002626

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 Maret 2011

(5)

ABSTRAK Diah Anggraini

Faktor-Faktor Efektivitas Program “ Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA)” dalam Pembinaan Keluarga Islami di Radio Dakta 107 FM Bekasi

Keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA) merupakan keluarga yang dibangun berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Yakni keluarga yang didalamnya terdapat keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan secara materi (bersifat kebendaan) dan kebutuhan secara non materi (kasih sayang dan cinta). Dalam hal ini, Radio Dakta memiliki tujuan untuk membina masyarakat Bekasi untuk membina keluarganya menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah, dengan bantuan narasumber yang ahli dibidang keluarga. Keefektifannya dalam menyampaikan pesan-pesan keluarga sakinah yang dikemasnya sesuai dengan kebutuhan pendengar mampu memberikan kontribusinya dalam menyelesaikan problematika keluarga dan mampu memasangkan ± 20 pasangan. Adapun pembahasan lebih rinci terumuskan dalam pertanyaan: (1) apa faktor pendukung efektivitas format siaran program Samara?, (2) apa faktor pendukung pesan yang dikemas tim produksi?, (3) apa faktor pendukung efektivitas kerja tim produksi?, dan (4) bagaimana keseimbangan program Samara on air dan off air?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif –analisis, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor efektivitas program Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA) dalam pembinaan keluarga Islami di Bekasi. Melalui observasi partisipan, wawancara, Focus Group Disscution (FGD) pada pendengar Samara, dan dokumentasi berupa rekaman program Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA) yang disiarkan secara on air dan foto-foto kegiatan Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA) secara off air.

Hasil penelitian ini menunjukkan 1) format yang digunakan adalah format Prolog Skrip Kasus, Prolog Pendalaman Materi dengan Dua Arah, dan Tanya Jawab Multimedia,dengan faktor pendukung yang berorientasi pada narasumber, 2) faktor pendukung pesan yang terdiri dari: (a)urutan pesan deduktif, (b) gagasan menarik selanjutnya menerima pesan, (c) imbauan rasional, imbauan motivasi, dan imbauan emosional sebagai faktor pendukung, (d) abstraksi pesan, dan (e) pesan nonverbal, 3) faktor pendukung seorang komunikator yang terdiri dari: (a) kredibiilitas prior ethos, (b) atraksi narasumber, dan (c) kekuasaan tim produksi, dan 4) faktor pendukung keseimbangan program Samara on air dan off air adalah (a) kerjasama tim produksi dan keaktifan narasumber dalam menyeimbangkan pra-produksi sampai produksi bahkan sampai pasca produksi, (b) profesi radio sebagai Radio Islam, Radio Dakwah, (c) faktor nonverbal (pesan paralinguistik), dan (d) faktor komunikator yang menunjukkan kredibilitasnya.

(6)

KATA PENGANTAR





Segala puji syukur kehadirat Illahi Rabbi, karena dengan rahmat, hidayah-Nya, serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.

Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan serta kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Pitoyo dan Ibunda tercinta Warih Septiarti serta Kakak ku Teguh Indrianto beserta Istrinya, Nurmalia Susanti dan Ricky Restianto yang selalu memberikan semangat dan pembelajaran yang tiada hentinya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Seketaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. DR. Armawati Arbi, M. Si yang telah menyempatkan waktu untuk memberikan bimbingannya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini berdasarkan cara penulisannya, tujuannya, dan manfaat bagi masyarakat akademik.

(7)

6. Pimpinan dan segenap staff Radio DAKTA 107 FM, yang telah bekerjasama dalam kelancaran penelitian skripsi ini serta motivasinya.

7. Ust. Anwar Anshari Mahdum Spd. yang telah bekerjasama dalam memenuhi data-data penelitian serta motivasinya untuk menyelesaikan penelitian.

8. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah .

9. Semua sahabat – sahabat ku seperjuangan KPI 2007, yang telah bersama-sama berjuang dan saling memberikan pengalaman dan motivasi.

10.Semua sahabat – sahabatku di Dewan Alumni SMAN (DASMAN) 3 Bekasi, teman-teman Dewan Kepengurusan Masjid (Rohis) SMAN 3 Bekasi dan sahabat – sahabatku di Bekasi. Semoga Allah memudahkan langkah kita. 11.Semua sahabat – sahabatku di UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK)

Syahid, dan Komisariat Dakwah Ushuludin dan Dakwah (KOMDA USWAH), terima kasih atas doanya. Allah selalu bersama kita.

Akhirnya penulis menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, penulis telah berupaya menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Penulis berharap semoga Allah swt, memberikan balasan yang lebih dari semua pihak pada umumnya.

Bekasi, Maret 2011

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Permasalahan 1

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 5

D. Tinjauan Pustaka 6

E. Kerangka Konsep 8

F. Metodologi Penelitian 11

G. Teknis Penulisan 13

H. Sistematika Penulisan 13

BAB II. KAJIAN TEORI 15

A. Format Program Radio 15

B. Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Pesan 28 C. Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Seorang Komunikator 37 BAB III. GAMBARAN UMUM PROGRAM SAMARA DAN RADIO

DAKTA 107 FM BEKASI 43

A. Sejarah Radio Dakta 107 FM Bekasi 43 B. Profil Program Samara Dakta On air 47 C. Profil Program Samara Dakta Off air 51 BAB IV. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG EFEKTIVITAS

(9)

A. Faktor Pendukung Format Program Samara 54 B. Faktor Pendukung Pesan Program Samara 60 C. Karakter Komunikator Program Samara 80 D. Keseimbangan Program Samara On air dan Off air 89

BAB V. PENUTUP 93

A. Kesimpulan 93

B. Saran 94

DAFTAR PUSTAKA 96

(10)

BAB. I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi yang efektif apabila pesan yang disampaikan komunikator dapat dipahami oleh komunikannya, baik komunikasi secara langsung atau melalui chanel. Makna pesan yang disampaikan komunikator haruslah sama saat pesan itu sampai pada komunikan. Sehingga komunikator dapat mempengaruhi sikap komunikan. Efektivitas dalam memaknai pesan timbul adanya sikap komunikan dalam melaksanakan pesan yang diterimanya. Misalnya saja seorang anak kepada orang tuanya. Jika si anak melakukan perintah orang tuanya sesuai dengan keinginan orang tuanya, maka komunikasi yang terjalin efektif. Kemudian keefektifan komunikasi terlihat dari kenyamanan dan kesenangan komunikan saat menjalin interaksi dengan komunikator. Kesenangan ini yang akan mengembangkan suasana komunikasi. Pesan yang disampaikan akan seragam sampai akhirnya komunikator dan komunikan menimbulkan sikap saling percaya.

(11)

dilihat dari urutan pesannya, struktur pesannya, bahasa verbal dan non-verbalnya, imbauan pesan dan ada/tidaknya abstraksi dalam pesan.1

Karakter efektivitas komunikasi tersebut tidak hanya dilakukan saat komunikasi secara face to face (pertemuan langsung), tetapi juga melalui media massa. Pesan yang disampaikan terurut dan terstruktur sehingga komunikan yang membaca atau yang mendengarnya paham dengan maksud komunikatornya. Seperti halnya penyampaian pesan melalui media massa elektronik, Radio. Radio memiliki peranan yang sangat signifikan sebagai sarana komunikasi yang mempunyai pengaruh luas. Radio memiliki posisi yang stragtegis dan banyak kelebihan, diantaranya radio memiliki kesederhanaan probability dan kemampuan menjangkau setiap pendengarnya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan lain sekalipun, atau bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh penyiar dan pada saat itu juga dapat diterima oleh masyarakat, walaupun sasaran yang dituju sangat jauh.2

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki radio membuat komunikator untuk mengemas pesannya sehingga komunikan paham dengan apa yang didengarnya dan menyikapi apa yang telah didengarnya. Seperti radio Dakta yang dapat menyampaikan visi-misinya melalui pesan-pesan yang dikemas dalam program-programnya. Radio Dakta adalah radio komersial yang memiliki karakter sebagai radio informasi. Memberikan informasi secara

1

Jalaluddin Rakhmat, M. Sc. Psikologi Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2008), h. 256-294

2

(12)

umum dengan realitas yang ada dan memberikan informasi tentang keislaman. Walaupun sebagai radio informatif, Radio Dakta hanya memberikan informasi-informasi yang bermanfaat bagi pendengarnya. Terutama informasi keislaman, yang dikemas dalam program-program unggulan. Salah satu progam yang memberikan informasi tentang keislaman adalah program Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah (SAMARA) Dakta dalam pembinaan keluarga Islami di masyarakat Bekasi. Untuk selanjutnya penulis mengangkatnya dengan nama “Samara”.

Program Samara merupakan program yang pesannya membina masyarakat, khususnya di Bekasi untuk menerapkan keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah. Program ini terbentuk dari banyaknya pertanyaan yang masuk dalam program antatas alwanah religi (anda bertanya kami menjawab) mengenai problematika keluarga dan belum juga bertemu dengan jodohnya, sehingga membentuk program Samara. Adapun faktor lainnya, adalah kurangnya pemahaman masyarakat dalam mengelola keluarga sesuai dengan syariat Islam. Seperti yang dijelaskan dalam surat ar-Ruum ayat 21.



(13)

Program Samara telah menyumbangkan paradigmanya tentang keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah dalam kehidupan masyarakat di Bekasi. Banyak yang antusias dengan program tersebut dengan mengikuti kegiatan program Samara baik on air maupun off airnya. Pada program Samara on air

yang secara live disiarkan pendengar dapat bertanya langsung pada narasumber. Narasumber memberikan paradigma kajian ilmiah mengenai keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Sehingga membuat pendengar memahami syariat Islam baik dalam mengelola keluarga maupun dalam meraih pasangan hidup kedepannya. Sedangkan program Samara off air

merupakan program Samara turunan yang bersifat konsultasi yang tidak dibatasi dengan waktu dan berinteraksi langsung dengan narasumbernya dalam bentuk kajian/ta’lim dan pembentukkan kelompok (halaqah).

Dalam Program Samara dengan narasumber memberikan pengalaman dan pemahamannya dalam mengelola keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah dengan pesan-pesan yang dikemas sesuai dengan karakter pendengarnya. Sehingga masyarakat khususnya keluarga di Bekasi, mampu memahami dan melaksanakan makna pesan dari narasumbernya. Mampu mengatasi permasalahan rumah tangga dan mampu mengatasi kegelisahan karena belum mendapat pendamping hidup sebanyak 20 pasang sampai saat ini.3 Tidak hanya itu, pendengar juga ikut mensukseskan kajian Samara off air sehingga menjadi anggota Samara.

3

(14)

Berangkat dari pemikiran di atas penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian “FAKTOR-FAKTOR EFEKTIVITAS PROGRAM

“SAKINAH, MAWADDAH, WA RAHMAH (SAMARA)” DALAM

PEMBINAAN KELUARGA ISLAMI DI RADIO DAKTA 107 FM

BEKASI”. Yakni menganalisis lebih dalam faktor-faktor efektivitas program

Samara di Radio Dakta 107 FM.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan MasalaH

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada tim produksi, pesan dan channel efektivitas yaitu format program Samara di Radio Dakta 107 FM Bekasi, baik program Samara on air maupun off air.

2. Perumusan Masalah

Untuk itu, permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi faktor-faktor efektivitas yang meliputi sebagai berikut:

a. Apa faktor-faktor pendukung efektivitas format siaran yang disiarkan program Samara di Radio Dakta?

b. Apa faktor-faktor pendukung efektivitas pesan yang dikemas oleh tim produksi?

c. Faktor-faktor pendukung efektivitas kerja tim produksi program Samara di Radio?

(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung efektivitas format siaran terhadap siaran langsung program Samara di Radio Dakta,

b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung efektivitas pesan yang dikemas dalam program Samara di Radio Dakta,

c. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung efektivitas kerja tim produksi dalam program Samara di Radio Dakta,

d. Untuk mengetahui program Samara on air dan off air saling mendukung efektivitas program.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dari pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis: menambah dan memperkaya wawasan pengetahuan

konsep efektivitas dalam produksi program.

b. Secara praktisi: memberikan gambaran pada media massa lainnya yang menjadi sarana dakwah untuk memakai metode dan format yang sesuai dengan kebutuhan objek dakwah.

D. Tinjauan Pustaka

Ulfatun Ni’mah menulis skripsi dengan judul “ Studi terhadap Konseling

Keluarga pada Program Samara di Radio Dakta 107 FM”.4 Kesamaan

4

Ulfatun Ni’mah. Studi Terhadap Konseling Keluargga Pada Program Samara Di Radio

(16)

penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah pada objek penelitiannya yaitu program Samara di Radio Dakta 107 FM. Juga subjeknya yang mengarah pada pendengar Radio Dakta 107 FM dalam konteks keluarga. Juga metodologinya dengan pendekatan kualitatif, analisis-deskriptif. Perbedaannya penelitian penulis terhadap penelitian sebelumnya adalah pada permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Ulfatun Ni’mah mengenai

studi konseling program Samara, sedangkan penelitian penulis mengenai faktor-faktor efektivitas program Samara dalam mengemas pesan keluarga yang Islami.

Gita Desie Permanasari menulis skripsi dengan judul “ Efektivitas

Program Iklan TV Produk Minuman Okky Jelly Drink terhadap Mahasiswa

Fisip UI”.5 Perbedaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitiannya pada efektivitas iklan terhadap mahasiswa UI. Objek dan subjeknya pun berbeda, objeknya terhadap efek mahasiswa UI, subjeknya pada program iklan minuman Okky Jelly Drink dengan metode survei. Sedangkan penelitian ini fokus penelitiannya pada faktor-faktor efektivitas program Samara, maka objek penelitian ini adalah program Samara, sedangkan subjeknya adalah tim produksi dan pendengar program Samara.

Silma Mausuli menulis skripsi dengan judul “Efektivitas Dakwah

Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Provinsi DKI Jakarta

melalui Program Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tahun 2009”6.

5

Gita Desie Permanasari. Efektivitas Program Iklan TV Produk Minuman Okky Jelly Drink terhadap Mahasiswa Fisip UI. Skripsi Komunikasi. Fakultas Fisip. Universitas Indonesia. 2006

6

(17)

Perbedaan dengan penelitian ini adalah fokus penelitiannya pada efektivitas dakwah pada lembaga. Subjek dan objeknya berbeda, subjeknya terhadap Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an, sedangkan objeknya terhadap

program Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Metode yang digunakan adalah survei lapangan. Sedangkan penelitian ini fokus peneliannya pada faktor-faktor efektivitas program Samara, maka objek penelitian ini adalah program Samara, sedangkan subjeknya adalah tim produksi dan pendengar program Samara.

E. Kerangka Konsep

Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (1974:9-14), komunikasi yang efektif menimbulkan tanda-tanda pengertian, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan sosial yang baik dan tindakan. Pengertian yang dimaksud disini adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud

Faktor-faktor Pendukung

Efektivitas Komunikasi

Efektivitas Komunikator - Kredibilitas - Atraksi - Kekuasaan

Efektivitas Pesan - Urutan pesan - Sturktur pesan - Imbauan pesan - Abstraksi - Non-verbal Faktor Pendukung Pengemasan program

(18)

oleh komunikator. Apa yang dimaksud komunikator dipahami oleh komunikan. Kesenangan bukanlah mencari informasi. Akan tetapi, komunikasi yang dilakukan untuk menimbulkan kehangatan, akrab dan menyenangkan. Mempengaruhi sikap, merupakan komunikasi yang dilakukan memiliki tujuan dan maksud tertentu. Sedangkan hubungan sosial yang baik akan melahirkan tindakan dalam masyarakat7. Seperti Lott dan Lott (1966) menemukan bahwa murid-murid belajar bahasa Spanyol lebih cepat bekerja sama dengan orang-orang yang mereka senangi.

Efektivitas komunikator dipengaruhi oleh faktor kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. Kredibilitas merupakan persepsi komunikan terhadap komunikator. Tingkat kepercayaan yang ditimbulkan komunikan terhadap komunikator. Atraksi merupakan komunikasi yang dilakukan komunikator terhadap komunikan dikarenakan adanya kesamaan dan daya tarik fisik. Akan tetapi, atraksi lebih banyak terjadi jika ada kesamaan satu sama lain. Sedangkan kekuasaan, kekuatan komunikator dalam komunikasi. Komunikator memiliki kekuatan untuk melakukan apapun terhadap komunikas. Hal ini, tidak lain merupakan hasil dari kredibilitas dan atraksi komunikator terhadap komunikan.8

Aristoteles, dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorika, menerangkan peranan taxis dalam memperkuat efek pesan persuasif. Yang dimaksud taxis ialah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan. Penyusunan pesan ditujukan untuk mudah dingat dan dapat melahirkan perubahan sikap. Pesan yang tersusun akan mudah dipahami oleh komunikannya. Setelah pesan

7

Jalaluddin Rakhmat, M. Sc. Psikologi Komunikasi. (PT.Remaja Rosdakarya: Bandung, 2008), h. 13-15

8

(19)

itu tersusun, pesan juga terstruktur. Struktur pesan menunujukkan konsisten pesan oleh komunikator sehingga dapat mempengaruhi komunikan, baik dari sikap maupun cara berpikirnya. Imbauan pesan bermaksud untuk mempengaruhi orang lain dengan menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku komunikate. Kemudian, pesan yang terstruktur dilihat kembali supaya mengurangi bahasa-bahasa yang abstrak. Pesan verbal dan non-verbal pun termasuk dalam efektivitas pesan. Karena pesan itu dikatakan efektif apabila komunikator memberikan keyakinan pada komunikannya. Salah satu pemberian keyakinan itu dilihat dari penampilannya dan expresinya.9

Komunikator memiliki tujuan dalam menyampaikan pesan terhadap komunikan. Tujuan dari komunikator dalam program Samara adalah pesan yang terkandungan dalam Surat ar-Rum ayat 21. Kata litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Tuhan menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tentram terhadap yang lain. Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan.

Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga, dan yang ideal biasanya jarang terjadi, oleh karena itu ia tidak terjadi mendadak, tetapi ditopang oleh pilar-pilar yang kokoh, yang memerlukan perjuangan serta butuh waktu serta pengorbanan terlebih dahulu.10

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

9

Jalaluddin Rakhmat, M. Sc. Psikologi Komunikasi. (PT.Remaja Rosdakarya: Bandung, 2008), h. 282-302

10

(20)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian deskriptif-analisis kualitatif dan paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme, dimana tiap individu akan memberikan pengaruh terhadap masyarakatnya, dengan catatan tindakan sosial dilakukan oleh individu harus berhubungan dengan rasionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari melalui penafsiran serta pemahaman (interpretive understanding).11 Dalam hal ini pendengar dan tim produksi program Samara di Radio Dakta 107 FM Bekasi yang menjadi subjek penelitian. Adapun untuk menggambarkan realitas objek penelitian berdasarkan fakta-fakta dan informasi-informasi yang tampak.

Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan teknik pengumpulan penelitian lapangan (Field Reseach), yakni mengumpulkan data dengan observasi, wawancara mendalam (interview) dan dokumentasi.

2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di kantor Radio Dakta 107 FM Bekasi, yang berlokasi di Jl. KH. Agus Salim 77, Bekasi 17112. Adapun waktu penelitian ini dilaksakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2011. 3. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pendengar (anggota Samara) dan program Samara, yang disiarkan setiap Senin malam pukul 20.00 wib. Sedangkan objeknya yaitu efektivitas program Samara di Radio Dakta 107 FM Bekasi.

4. Tahap Penelitian

11

(21)

Prosedur penelitian menggunakan berbagai instrument, sebagai berikut: a. Teknik Pengumpulan Data

Instrument-instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Observasi

Teknik observasi dilakukan untuk mengetahui atraksi tim produksi pada pendengar saat mendengarkan program Samara di Radio Dakta 107 FM. Serta teknik penyampaian Ustad Anwar Anshari sebagai pembicara dalam kajian Samara off air.

2) Wawancara

Wawancara mendalam sebagai primer dilakuan kepada tim produksi untuk mengetahui riwayat hidup, pengalaman dan cara kerja tim produksi program SAMARA Dakta di Radio Dakta 107 FM. 3) Focus Group Disscusion.

Intstrument ini digunakan untuk mengetahui efektivitas pesan (imbauan pesan dan verbal & non-verbal) terhadap pendengar.

4) Dokumentasi

Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen. b. Teknik Pengolahan Data

(22)

c. Teknik analisis data

Temuan ditafsirkan berdasarkan kerangka konsep.

G. Teknis Penulisan

Teknis penulisan dalam skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dam Disertasi)”, yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

H. Sistematika Penulisan

Untuk menggambarkan dan menguraikan secara jelas mengenai hal-hal yang terkandung dalam skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Masing-masing bab terbagi ke dalam sub-sub bab, dengan rincian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: TINJAUAN TEORITIS

Format Program Radio, Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Pesan, dan Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Seorang Komunikator

BAB III: GAMBARAN UMUM PROGRAM “Sakinah, Mawaddah, wa

Rahmah (SAMARA)” DAN RADIO DAKTA 107.00 FM BEKASI

(23)

BAB IV: FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG EFEKTIVITAS

PROGRAM “Sakinah, Mawaddah, wa Rahmah (SAMARA)” DAKTA

RADIO DAKTA 107.00 FM BEKASI

Faktor Pendukung Format Program Samara, Faktor Pendukung Pesan Program Samara, Faktor Pendukung Karakter komunikator Program Samara, dan Faktor Keseimbangan program on air dengan off air.

BAB V: PENUTUP

(24)

BAB II. KAJIAN TEORI A. Format Program Radio

Radio merupakan salah satu jenis media massa (mass media), yakni sarana atau saluran komunikasi massa (channel of mass communication), seperti hal suratkabar, majalah atau televisi. Ciri khas radio adalah auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran. 12

Media radio dipandang sebagai “kekuatan kelima” (the fifth estate) setelah lembaga eksekutif (pemerintah), legislative (parlemen), yudikatif (lembaga peradilan), dan pers atau surat kabar. Disebut kekuatan kelima karena

dianggap sebagai “adiknya” suratkabar. Yang menjadikan radio sebagai

kekuatan kelima karena radio memiliki kekuatan langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, dan memiliki daya tarik sendiri seperti kekuatan sauara, musik, dan efek suara13.

Stasiun penyiaran radio komersial dalam upaya mengoptimalkan pendapatannya berawal dari target dan perolehan pendengar. Data pendengar yang diperoleh dijadikan dasar untuk melakukan promosi oleh pengiklan, selanjutnya memberi slot waktu penyiaran radio tersebut.14

Tujuan program stasiun penyiaran radio komersial adalah untuk menyiarkan atau mengudarakan sesuatu yang bisa menarik perhatian

pendengar, kemudian bisa “dijual” kepada para pengiklan. Untuk mengetahui

bagaimana membuat program menarik dan mendapatkan pendengar

12

Asep Syamsul M. Romli. Broadcast Journalism. ( Bandung: Nuansa, 2004), h. 19 13

Ibid, h. 19

14

(25)

merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam konsep radio-programming dan setara dengan pengembangan format. Misalnya sebuah stasiun penyiaran radio komersial yang berhasil akan menerima dan meraih kelompok pendengar tertentu, maka konsep programming-nya harus memenuhi keinginan yang diharapkan oleh para pendengarnya.15

1. Format

Pengelola stasiun penyiaran radio terlebih dahulu memperhatikan positioning yang dicapai dalam menentukan programming penyiaran radio. Positioning itu sendiri adalah upaya agar pendengar yang ingin diraih sesuai dengan citra yang dikehendaki. Salah satu upayanya adalah membuat format acara yang akan diudarakan kepada pendengar, sehingga antara positioning dan format akan membentuk citra stasiun penyiaran.

Format adalah kerangka kerja, konseptualisasi dari sebuah stasiun siaran. Format siaran radio merupakan variasi – sekaligus distributor – program siaran informasi, musik, dan iklan. Setiap radio ,erancang format siarannya untuk target-target tertentu, yaitu: hiburan khalayak, peringkat rating, profesionalisme memproses informasi-auditif, dan memasok persepsi masyarakat akan informasi tertantu, serta merebut perhatian khalayak16.

Menyusun format, sebaiknya memperhatikan faktor persaingan penyiaran radio, geografis-demografis-psikografis-perilaku-individu dalam jumlah populasi penduduk dan yang paling penting adalah memahami bagaimana

15

Ibid, h. 47

16

(26)

peluang periklanan dari positioning dan format stasiun untuk usaha penyiaran radio.17

Dalam penataan acara, yang akan dihadapi adalah elemen pendukung acara seperti musik, kata-kata, identitas stasiun, iklan, gaya siaran, dan penjadwalan acara sesuai dengan segmen-segmen waktu yang direncanakan. Oleh karena itu, setiap jamnya mengatur elemen-elemen acara yang sudah

direncanakan agar tertata dengan baik, dalam kepenyiaran disebut “ Hot

Clock” atau “ Format Wheel”. Kemasan inilah yang nantinya menjadi “roh” penyiaran dengan kemasan produksi yang khas dan beda dari stasiun penyiaran radio lain18.

Gambar 2.1 “Format wheel at all-news station

Sumber: Joseph R. Dominick, “Dynamics of Mass Commmunication

17

Harley Prayudha. Radio: Suatu Pengantar untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), h. 47

18

(27)

Gambar 2.2 Contoh Format Program Durasi 60 Menit Pada umunya, radio memiliki format penyiaran sebagai berikut: a. Siaran informasi.

Informasi menjadi materi utama dalam siaran. Informasinya selalu diaktualisasikan, berdasarkan perkembangan peristiwa yang baru terjadi. Iklan menyusup sesekali, mengiringi sajian informasi. Talk show dipakai sebagai sisipan lain yang memperjelas pemberitaan.

b. Siaran musik-informasi.

Format ini menekankan musik sebagai targetnya. Dalam komposisi 60-70% musik dan 30-40% informasi, format siaran radio ini mengisi kebuuhan masyarakat akan hiburan lewat radio.

c. Siaran informasi-musik.

(28)

d. Siaran musik

Format siaran radio ini mencirikan stasiun radio yang menekankan musik sebagai piranti utamanya. Jumlah siaran informasi, termasuk program-program informasi singkat dan siaran berita, tidak melebihi 10-20% waktu siaran. Selebihnya 80-90% diisi dengan siaran musik.19

Upaya yang dilakukan untuk menentukan jenis-jenis program yang menarik sesuai tipe pendengar yakni identifikasi format-format yang mendekati pendengar khusus. Suatu format pada dasarnya merupakan pengaturan elemen-elemen program: musik, identitas stasiun, informasi, dan spot komersial ke dalam suatu susunan yang menarik untuk mempertahankan segmen pendengar yang dicari stasiun penyiaran radio. Misalnya, sebuah format yang diberi nama

Top 40” atau CHR ( Contemporary hit Radio) disusun dari rekaman-rekaman

musik yang paling populer disajikan kepada pendengar remaja belasan tahun dan usia awal dua puluhan20.

Rumusan untuk membuat format, mungkin bisa disebut sebagai produksi, personalitas, dan pembuatan program. Bagaimana ketiga komponen tersebut menjadi satu ke dalam sebuah format tergantung pada keputusan penjualan dari pengelolaan stasiun penyiaran radio yang bersangkutan. Keputusan itu biasanya, berdasarkan sebuah analisis persaingan yang cermat untuk disuguhkan kepada target pendengar dengan harapan pendengar itu akan

19

Septiawan Santana K. Jurnalisme Kontemporer. ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 109

20

(29)

menyukai dan setia terhadap stasiun radio tersebut. Format kemudian menjadi sebuah daya tarik positioning yang dapat menarik pendengar lebih banyak21.

Format sangat penting karena menjadikan pribadi stasiun penyiaran radio tersebut dimaksimalkan untuk menarik pendengar. Penyiaran radio merakit formatnya dalam berbagai cara, hal termudah yang sering dijumpai yaitu membuat program yang diletakkan dibeberapa segmen waktu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan populasi dan demographi (usia, ekonomi, dan lainnya) pendengar akan dipengaruhi oleh ketertarikan pengdengar terhadap program-program yang disajikan. Ketertarikan itu disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan pendengar, misalnya dipagi hari tentang lalu lintas, karena pendengar membutuhkan info lalu lintas, siangnya suasana santai dengan menyiarkan lagu-lagu, dan malamnya sesuai dengan program yang ingin didengar seperti talkshow22.

2. Penyiar Radio

Yang menjadikan radio sebagai kekuatan kelima karena radio memiliki kekuatan langsung, tidak mengenal jarak dan rintangan, dan memiliki daya tarik sendiri seperti kekuatan suara, musik, dan efek suara23.

Kekuatan suara dan efek suara dipengaruhi oleh penyiarnya (announcer). Penyiar (announcer) adalah orang yang bertugas membawakan atau memandu acara radio, misalnya acara berita, pemutaran lagu pilihan, talk show, dan sebagainya. Penyiar menjadi ujung tombak sebuah stasiun radio dalam berkomunikasi dengan pendengar. Keberhasilan sebuah program acara – dengan parameter jumlah pendengar dan pemasukan iklan – utamanya

21

Ibid, h. 51-52

22

Ibid, h. 53-54

23

(30)

ditentukan oleh kepiawan penyiar dalam membawakan sekaligus

“menghidupkan” acara tersebut.24

Penyiar paling tidak selain harus memiliki suara yang bagus, bisa mengoperasikan peralatan siaran, juga harus memiliki kemampuan menulis paling tidak untuk mempersiapkan bahannya sendiri ketika siaran. Secara luas penyiar bisa diartikan sebagai penyaji musik dan kata-kata. Penyiar pada stasiun-stasiun penyiaran radio terkadang bisa juga difungsikan menjadi orang yang bertugas dalam produksi program, serta bisa menjadi operator studio, atau terkadang bisa berfungsi menjadi teknisi jika penyiar memiliki bakat dan memahami teknik, misalnya menangani komputer siaran, menempatkan mikrofon, menghidupkan dan mematikan pemancar. Tetapi, yang paling penting di masa sekarang dalam penyiaran radio, untuk menjadi penyiar selain harus memiliki dasar suara yang bagus, juga harus mampu memahami tentang penjualan stasiun penyiaran radio, serta tanggap terhadap hal-hal yang dihadapi dalam melakukan tugas-tugas kepenyiaran.25

a. Kecakapan Penyiar

Ada beberapa kecakapan yang harus dimiliki seorang penyiar (announcer’s skill).

1) Berbicara. Pekerjaan penyiar adalah berbicara, mengeluarkan suara, atau

melakukan komunikasi secara lisan. Karenanya penyiar harus “lancar

bicara” dengan kualitas vocal yang baik – seperti pengaturan suara,

pengendalian irama, tempo, artikulasi, dan sebagainya. Kelancaran berbicara dengan kualitas vocal yang baik dapaat sibentuk dengan latihan

24

Ibid, h. 31

25

(31)

pernafasan, latihan intonasi (nada suara), latihanan aksentuasi (konsep penekanan kata), latihan speed (kecepatan berbicara), dan latihan artikulasi (kejelasan pengucapan).

2) Membaca. Spoken reading, yakni membaca naskah siaran namun terdengar seperti bertutur atau tidak membaca naskah.

3) Menulis. Menulis naskah siaran merupakan bagian dari persiapan sebelum melakukan siaran.26

Menurut Ben G. Hennke dalam bukunya The Radio Announcer’s Handbook (1954), kecakapan yang harus dimiliki penyiar meliputi:

1) Komunikasi gagasan. Seorang penyiar mampu menyampaikan gagasan, pemikiran, atau informasi dengan baik dan mudah dipahami pendengar, 2) Komunikasi kepribadian,

3) Proyeksi kepribadian. Penyiar harus memproyeksikan dirinya sebagai pribadi yang memiliki keaslian suara, kelincahan dalam berbicara sehingga dinamis dan penuh semangat, keramah tamahan sehingga hangat dan akrab di telinga pendengar, dan kesanggupan menyesuaikan diri,

4) Pengucapan yang jelas dan benar atas setiap kata atau istilah yang dikemukakan,

5) Kontrol suara, meliputi pola titinada (pitch), kerasnya suara (loudness), tempo (time), dan kadar suara (quality)27.

b. Keterampilan Penyiar Radio

Adapun beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang penyiar adalah, sebagai berikut:

26

Asep Syamsul M. Romli. Broadcast Journalism. ( Bandung: Nuansa, 2004), h. 32-33

27

(32)

1) Suara.

Kebutuhan dasar seorang penyiar adalah suara. Suara yang sangat diharapkan adalah suara yang jelas, bergema dan tenang. Suara penyiar dalam media penyiaran radio memang lebih mementingkan kejelasan dan resonansi.

Latihan dapat memungkinkan seseorang untuk meningkatkan keterampilan dan meningkatkan kualitas suara. Yang paling penting agar suara terdengar jelas dapat dipahami, bertenaga, resonansi yang bagus diperlukan latihan mengolah “Suara Diafragma”, yaitu suara yang keluar dari perut.

2) Pengucapan.

Pengucapaan yang benar menjadi hal yang penting bagi penyiar dan yang dipahamai oleh pendengar. Perbedaan antar individu menurut latar belakang asal muasal penyiar diperlukan pembiasaan hal-hal yang menjadi standar

penyiaran. Pengucapan yang “lebih disukai” oleh karya-karya referensi, tokoh

public, dan oleh sejawat seharusnya menjadi pedoman penyiar. Gunakan keyakinan penuh dalam memilih pengucapan.

3) Artikulasi

Hal ini berkaitan dengan pengucapan vocal, konsonan, dan difrong. Artikulasi harus jelas dan menyenangkan tanpa terlalu menarik perhatian. Pertimbangkan lagi posisi pendengar dalam hubungannya dengan orang yang ada di depan mikrofon. Mikrofon berjarak sangat dekat dengan penyiar. Pendengar di rumah juga sama dekatnya dengan yang berbicara di depan mikrofon, karena suara. Pendengar akan sangat cepat tanggap terhadap kecerobohan dan perbedaan pada penyiar yang tidak terlatih.

(33)

Kejelasan ucapan dan pembendaharaan kata hamper sama, jika mengacu pada pengucapan, dimana menghasilkan suara dan kata-kata, tetapi mereka berbeda. Bagaimanapun tekniknya, kejelasan ucapan adalah perpindahan kata-kata yang dibuat sebagai perubahan dan gangguan pada aliran udara yang dikirim dari paru-paru.28

Maka, artikulasi yang baik membutuhkan suplai udara yang banyak, kerongkongan yang rileks, penggunaan kepaladan gerakan bibir, lidah, dan rahang yang kuat dan cerdas.

4) Penekanan

Penyiar menggunakan penekanan untuk menunjukkan pada pendengar hal-hal yang penting atau tidak penting dalam suatu materi bacaan. Catatan untuk penyiar, bahwa perilaku yang empatik dan antusias dapat diterima jika sesuai

dengan produk dan program acara, tapi jika penyiar melakukan “teriakan”

dalam memberi penekanan, boleh jadi akan membuat pendengar tidak antusias dan malah bisa berakibat tidak suka.

5) Warna kata

Warna kata sangat berkaitan dengan penekanan. Penekanan terutama yang berkaitan dengan kuat lemahnya suara, warna kata dengan kualitas suara serta sikap emosional. Seorang penyiar radio tidak hanya menampilkan denotation (tanda) saja yang telah diterima umum, tapi impression (kesan), behavior (perilaku), dan mood (suasana jiwa) juga harus dikomunikasikan kepada pendengar.

6) Kecepatan atau tempo

Ada dua faktor yang berhubungan dengan kecepatan, yang pertama kecepatan keseluruhan, yaitu tingkat atau jumlah kata per menit, dan yang

28

(34)

kedua kecepatan dalam mengucapkan kata per kata. Pilihan kecepatan bisa mempengaruhi tingkat pemahaman. Penyiar perlu untuk mengetahui kapan harus lambat, bagaimana memperlihatkan kontras dalam ritme, dan bagaimana menggunakan jeda.

7) Infleksi (perubahan nada suara)

Bahasa mempunyai pola melodi yang khusus. Pola melodi yang sangat umum adalah mekanis (menahan suara secara tradisional), pola menyanyi dan pola naik –turun.

8) Perilaku

Hal terpenting dari perilaku pribadi penyiar adalah kepercayaan diri. Harus tenang dan percaya diri saat mengudara.

9) Gaya

Ini bisa dikatakan sebagai “personalitas” penyiar waktu mengudara. Seorang penyiar mungkin memiliki kehangatan, kekuatan dan terlihat seperti seorang teman yang menarik; penyiar yang lain mungkin membuat pendekatan “homey (seperti di rumah)”, yang berbicara sebagai seorang tetangga kepada tetangga yang lewat pagar belakang; yang lain mungkin percaya pada jaminan kewenangan, yang secara jelas tidak terganggu oleh sesuatu atau seseorang; penyiar menggunakan perilaku yang gembira dan lembut.

(35)

Iklan dan kontinuitas acara kadang-kadang berhubungan dengan memori, meskipun praktik ini sekarang lebih jarang dilakukan dibandingkan dengan masa-masa awal penyiaran.

12)Sinkronisasi

Penyiar radio harus mampu membayangkan bahwa pendengar dekat di sampingnya ketika dia membaca narasi. Penyiar harus tahu apa yang benar-benar bisa dibayangkan untuk mengarahkan perhatian pendengar, dan melalui nuansa ketika penyiar membaca, memberikan penekanan pada hal-hal tertentu.29

3. Produksi Penyiaran Radio

Untuk menghasilkan bunyi atau efek tertentu yang diproduksi dari sebuah stasiun penyiaran radio bisa diciptakan atau dibentuk dengan menggunakan berbagai sumber. Suara yang unik dari sebuah stasiun penyiaran radio akan tercipta dari beberapa hal yaitu, kombinasi jenis musik yang memang diprogram sesuai rencana, gaya dan tatanan vokal yang diudarakan oleh para penyiar, teknik-teknik yang digunakan dalam proses produksi iklan komersial serta pada iklan layanan masyarakat, sound efek yang digunakan untuk mengiringi siaran, dan sejumlah teknik perekaman khusus lainnya serta penggunaan metode-metode produksi suara.

Struktur departemen dari stasiun penyiaran radio sangat bervariasi disesuaikan dengan ukuran.

Tingkatan manajer memiliki tanggung jawab akan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan stasiun penyiaran radio, pemelihara hubungan dengan

29

(36)

komunitas, serta monitoring isi program, jumlah pendengar, dan informasi penjualan.

(37)

tidak membuang-buang waktu. Do something (lakukan sesuatu), biarkan tim kerja melakukan pekerjaannya sehingga menimbulkan keterarikan dan keseriusan serta kepedulian terhadap stasiun penyiaran radio.

2) News department, bertanggung jawab untuk mengumpulkan, menulis, dan menyiarkan berita-berita atau informasi baik lokal, nasional, maupun internasional.

3) Sales, memiliki fungsi merencanakan dan mengelola kegiatan promosi dan penjualan stasiun penyiaran radio sesuai dengan strategi promosi yang telah ditentukan, serta segala aktivitas penjualan untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.30

B. Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Pesan

Jose Delgado (1969) mengembangkan alat-alat stimulasi yang dapat merangsang otak. Dengan menggunakan transdermal stimoceiver yang ditanamkan pada otak pasien, dari jauh Delgado dapat menggerakkan tingkah laku orang: mengubahnya dari agresif menjadi tenang atau sebaliknya, dari gembira menjadi sedih atau sebaliknya. Dengan demikian Delgado

menyatakan “ predictable behavioral and mental responses may be induced in

direct manipulation of the brain.” (Perilaku dan respon mental yang dapat diramalkan dapar diinduksikan sengan manipulasi otak secara langsung).31

30

Harley Prayudha, M.Si. Radio: Suatu Pengantar untuk Wacana dan Praktik Penyiaran. (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), h. 79

31

(38)

Delgado bekerja keras untuk mengidentifikasi daerah pada otak manusia, membuat peta otak, mengembangkan alat-alat elektronis halus; semua mengendalikan dan menggerakkan manusia.32

Goerge A. Miller menyatakan ada alat yang bisa mempengaruhi perilaku manusia, dapat mengendalikan pikiran manusia. Teknik ini telah digunakan manusia sejak presejarah. Teknik pengendalian perilaku orang lain ini lazim disebut bahasa. Bahasa yang merupakan kumpulan dari beberapa kata, dapat mengatur perilaku orang lain. Misalnya tangisan anak dapat menggerakan perilaku ibunya. Dengan aba-aba “maju, jalan” , seorang sersan dapat menggerakkan puluhan terntara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan langkah-langkah tegap. Inilah kekuatan bahasa, kekuatan kata-kata, the power of words.33

1. Urutan pesan

Aristoteles, dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorica menerangkan peranan taxis dalam memperkuat efek pesan persuasif. Taxis yang dimaksud adalah pembagian atau rangkaian penyusunan pesan. Urutan pesan seperti: pengantar, pernyataan, argument, dan kesimpulan.34

Beighley pada tahun 1952 meninjau berbagai penelitian yang membandingkan efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti yang nyata yang menunjukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah dimengerti daripada pesan yang tidak tersusun baik. 35

32

Ibid, h. 267

33

Ibid, h. 267

34

Ibid, h. 294

35

(39)

Retorika mengenal enam macam organisasi pesan, yaitu deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topical. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Urutan kronologis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab ke akibat atau akibat ke sebab. Urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat, sedangkan urutan topical, pesan diurutkan berdasarkan topik pembicaraan. Klasifikasinya dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah menjadi sukar, dari yang dikenal kepada yang asing (Rakhmat, 1982:46).36

Alan H. Monroe menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan

yang di sebut “motivated sequence”, yaitu sebagai berikut:

a) Attention (perhatian) b) Need (kebutuhan) c) Satisfaction (pemuasan) d) Visualization (visualisasi) e) Action (tindakan)37

Jadi, pertama kali yang harus dilakukan untuk mempengaruhi orang lain adalah perhatiannya, selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan itu, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan diperoleh bila menerapkan atau tidak

36

Ibid, h. 295

37

(40)

menerapkan gagasan tersebut, maka pada akhirnya mendorong untuk bertindak.

2. Struktur Pesan

Menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang memiliki pemikiran yang berbeda haruslah terstruktur isi pesannya. Tentukan terlebih dahulu pesan yang akan disampaikan apakah yang penting terlebih dahulu atau yang tidak penting.

Koehler et al. (1978: 170-171), dengan mengutip Cohen, menyebutkan kesimpulan struktur pesan:

a. Bila pendengar secara terbuka memihak satu sisi argumen, sisi yang lain tidak mungkin mengubah posisi mereka.

b. Pembicara menyajikan informasi tentang persoalan yang menarik perhatian pendengarnya, sehingga akan diingat dan diterapkan. c. Menyajikan informasi yang menyenangkan bagi orang lain. d. Urutan pro-kontra lebih baik dibandingkan kontra-pro

e. Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama diantara dua pesan, dan pengujian segera terjadi setelah pesan kedua.38

3. Imbauan Pesan

Pesan-pesan yang disampaikan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain dengan menyentuh motif yang menggerakkan atau mendorong perilaku komunikate. Secara psikologis imbauan khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan yang disampaikan, dipengaruhi oleh imbauan rasional,

38

(41)

imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran, dan imbauan motivasional.39

Imbauan rasional menganggap manusia sebagai makhluk yang rasional yang baru bereaksi pada imbauan emosional bila imbauan rasional tidak ada. Menggunakan imbauan rasional artinya meyakinkan orang lain dengan pendekatan logika atau penyajian bukti-bukti.40

Imbauan emosional menggunakan penyataan-pernyataan atau bahasa yang menyentuh emosi komunikate. Lewan dan Stotland (1961) menunjukkan bahwa pengaruh imbauan emosional oleh pengalaman sebelumnya. Efek imbauan emosional akan kurang kuat jika topik yang dibicarakan bukan sesuatu yang baru, artinya, komunikate bereaksi berdasarakan kerangka rujukan yang sudah mapan. Betiinghaus (1973) menyarankan beberapa hal untuk membangkitkan emosi manusia, yaitu:

a. Gunakan bahasa yang penuh muatan emosional untuk melukiskan situasi tertentu,

b. Hubungan gagasan yang diajukan dengan gagasan yang tengah populer atau tidak popular.41

Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam, atau meresahkan. Penelitian pertama menelaah imbauan takut dilakukan oleh Janis dan Feshbach (1953). Mereka menyampaikan topik kerusakan gigi pada siswa-siswa sekolah menengah. Sebagian menerima pesan yang sangat menakutkan, dan sebagian lagi menerima pesan yang kurang menakutkan.

39

Ibid, h. 298

40

Ibid, h. 298

41

(42)

Mereka menemukan bahwa tingkat imbauan takut yag rendah lebih efektif dalam mengubah sikap anak-anak terhadap kesehatan gigi. Mereka menduga tingkat kecemasan yang tinggi akan menimbulkan kecemasan yang tinggi sehingga komunikate kurang memperrhatikan pesan dan lebih banyak memusatkan perhatian pada kecemasannya sendiri.42

Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate sesuatu yag mereka perlukan atau yang mereka inginkan.43

Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif (motif appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. Imbauan motivasional diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu motif biologis dan motif psikologis44, berikut penjabarannya:

Tabel 2.1 Imbauan Motif

No. Motif Imbauan motif

1. Biologis

- Lapar dan dahaga Kenikmatan, kesenangan, kemewahan - Lelah Reaksi, permainan, pelepasan dari tegangan - Seks Daya tarik seks, perkosaan, penistaan

- keselamatan Kesehatan, keamanan perlindungan, ketentraman

2. Psikologi

 Organismis

- Ingin tahu Pengetahuan, pengalaman, petualangan variasi - Prestasi Perjuangan, kemampuan, ambisi, kreasi, hasrat

membangun

 Sosial

- Kasih sayang Kesetiaan, kekeluargaan, simpati, rasa belas, hasrat meniru

- Harga diri Kebanggaan, kemuliaan, gengsi, perhatian - Kekuasaan Kekuatan, paksaan, pengaruh, kebebasan

 Transendental

- Rasa agama Pemujaan, kesucian, mirakel, kegaiban, kepercayaan

(43)

4. Abstraksi

Abstraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk membedakannya dari hal-hal yang lain (Taylor el al., 1977: 48). Misalnya saja buku cerita. Buku cerita merupakan kumpulan dari kertas yang dijilid. Jadi, buku cerita satu kategori dengan buku induk di kantor, buku catatan anak sekolah. Hal ini diabstraksikan berdasarkan materialnya. Sedangkan apabila diabstraksikan berdasarkan fungsi informasinya, seperti media cetak, maka dikategorikan dengan surat-kabar, majalah, pamflet, buletin dan sebagainya.45

Abstraksi menyebabkan cara-cara penggunaan bahasa yang tidak cermat. Delapan buah diantaranya adalah:

a. Dead level abstracting (abstraksi kaku). Berhenti pada abstraksi tertentu. Misalnya pembangunan, keadilan. Pada tipe ini biasanya digunakan oleh para politisi yang bertujuan untuk menarik perhatian dan mendapat dukungan.

b. Undue identification (identifikasi yang tak layak). Maksudnya banyak menggunakan kata-kata abstrak. Misalnya “dasar batak”,

“perempuan semuanya matrealistis”, dan sebagainya.

c. Two-valued evaluation (penilaian dengan dua nilai). Adalah kecenderungan menggunakan hanya dua kata untuk melukiskan keadaan. Misalnya hitam-putih, baik-buruk, benar-salah, dan sebagainya.

45

(44)

d. Intensional, yakni menggunakan makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambing. Misalnya makna ibu. Orang berbeda-beda memaknai kata ibu.

e. Isomorfisme, yakni pengelompokan makna sesuai dengan kesamaan budaya, status social, pendidikan, dan ideologi.

Misalnya kelompok remaja mempunyai bahasa “prokem”: doku,

bokap, bacut, sableng, teter, dan sebagainya.

f. Inferensial, yakni objek, gagasan, pikiran, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. Misalnya “jari-jari” dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda sepeda, atau bagian tangan. g. Significance, yakni menunjukkan istilah sejauh dihubungkan

dengan konsep-konsep yang lain.

h. Tidak menggunakan kata dengan rujukan

i. Tidak mempengaruhi pengamatan dengan kesimpulan46 5. Pesan non-verbal

Duncan menyebutkan enam jenis pesan non-verbal, yaitu:

a. Pesan kinesik, merupakan pesan yang disampaikan dengan menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Pesan kinesik dapat dilihat dari tiga komponen:

b. Pesan fasial, menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Leathers (1976: 33) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah; wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah

46

(45)

komunikator memandang objeknya baik atau jelek, wajah mengkomunikasikan berminat dan tak berminat pada orang lain atau lingkungan, wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu situasi, wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri, dan wajah mengkomunikasikan adanya atau kurangnya pengertian.

c. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna.

d. Pesan postural, berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Mahrabain menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan postur: immediacy, power, dan responsiveness. Immediacy adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Individu mengkomunikasikan responsiveness bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan, secara positif dan negetif.

(46)

(seperti seragam pegawai kantor), dan formalitas (seperti memakai batik untuk situasi informal). Sedangkan kosmetik, mengungkapkan kesehatan, sikap yang eskpresif dan komunikatif, dan kehangatan (dengan mengatur warna bibir).

f. Pesan paralinguistik adalah pesan non-verbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Pesan paraliungstik terdiri atas nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme.47

C. Faktor-Faktor Pendukung Efektivitas Seorang Komunikator

Persuasi tercapai karena personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang yang baik daripada orang lain: ini berlaku umunya pada masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya; sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya (Aristoteles, 1954:45).48

Aristoteles menyebutkan karakter komunkator ini sebagai ethos. Ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will).

Ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator adalah sebagai berikut:

47

Ibid, h. 289-294

48

(47)

1. Kredibilitas

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate (pelaku persepsi) tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal yaitu kredibilitas adalah persepsi komunikate; jika tidak inheren dalam diri komunikator, dan kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator.49

Karena kredibilitas itu masalah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikate), topik yang dibahas, dan situasi.

Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikasi sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut prior ethos (Andersen, 1972: 82). Misalnya tekun mendengarkan ceramah dengan penceramahnya diperkenalkan sebagai Kiai Haji Doktor, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang kelompok yang mendalami ilmu agamanya. Kemudian prior ethos juga dipengaruhi oleh tindakan verbal dan non-verbal dari komunikator.50

Dalam penelitiannya mengenai kredibilitas dengan deskripsi verbal, Kelman dan Hovland (1974:138-149) memutar kaset didepan subjek eksperimen. Pada suatu kelompok dikatakan bahwa pembicara adalah hakim yang banyak menulis masalah kenakalan remaja (kredibilitas tinggi); dan kelompok lain dilukiskan pembicara sebagai pengedar narkotika (kredibilitas rendah). Keduanya berbicara tentang perlunya perlakuan yang lebih ringan terhadap remaja-remaja yang nakal. Segera setelah komunikasi, sikap subjek diukur. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek cenderung lebih setuju pada komunikator yang berkredibilitas tinggi. Penelitian ini membuktikan bahwa

49

Ibid, h. 257

50

(48)

prior ethos mempengaruhi perubahan sikap komunikate ke arah yang dikehendaki komunikator. 51

Selain persepsi dan topic yang dibahas, faktor situasi juga mempengaruhi kredibilitas. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT.

Kredibilitas dipengaruhi oleh dua komponen, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya.52

Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978: 144-147) menambahkan empat komponen lagi:

a. Dinamisme; dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan berani. Hal ini memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.

b. Sosialibilitas; kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senang bergaul.

c. Kooreientasi; kesan komunikate tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang disenangi, mewakili nilai-nilai kita.

51

Ibid.

52

(49)

d. Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikate.53

2. Atraksi

Atraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Secara tidak langsung komunikasi terjalin pertama kali melihat dari wajahnya yang cantik atau tampan, hal ini dibuktikan oleh Shelly Chaiken (1979), yang menelaah pengaruh kecantikan komunikator terhadap persuasi dengan studi lapangan. Chaiken merekrut 110 komunikator – pria dan wanita - . Ia membaginya dengan keadaan fisik cantik-tampan dan jelek. Mereka dilatih untuk menyampaikan persuasif tentang seruan agar universitas tidak lagi menyediakan makan pagi dan makan siang di ruang makan asrama. Hasil akhir, komunikator yang cantik dan tampan ternyata lebih berhasil meyakinkan responden dan mendapat persetujuan dengan menandatangi petisi yang disebarnya.54

Banyaknya kesamaan antar komunikator dengan komunikate juga merupakan faktor efektivitas komunikator. Rogers membuktikan pengaruh faktor kesamaan ini dari penelitian-penelitian sosiologis. Orang mudah berempati dan merasakan perasaan orang lain yang dipandang sama dengan mereka. Stotland dan Patchan (1961) juga menunjukkan bahwa kesamaan antara komunikator dan komunikate memudahkan terjadinya perubahan pendapat.

53

Ibid.

54

(50)

Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai dengan menegaskan kesamaan antara dirinya dengan komunikate, Kenneth Burke, ahli retorika, menyebut upaya seperti ini sebagai

“ strategy of identification”. Hebert W. Simons (1976) menamainya sebagai

“establishing common grounds”. Menyamakan pandangan antara komunikator

dengan komunikate dengan menegaskan persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.55

3. Kekuasaan

Dalam kerangka teori Kelman, kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikate. Kekuasaan menyebabkan

seorang komunikator dapat “memaksakan” kehendanya kepada orang lain,

karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting. Lima jenis kekuasaan:

a. Kekuasaan Koersif (coercive power). Kekuasaan koersif menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau hukuman kepada komunikate.

b. Kekuasaan Keahlian (expert power). Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator.

c. Kekuasaan Informasional (informational power). Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator.

55

(51)

d. Kekuasaan rujukan (referent power). Komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. e. Kekuasaan legal (legitimate power). Kekuasaan ini berasal dari

seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan.56

Kekuasaan adalah pengaruh yang paling lemah dibandingkan dengan identifikasi dan internalisasi. Maka, kekuasaan sepatutnya digunakan setelah kredibilitas dan atraksi komunikator.

56

(52)

BAB III.

GAMBARAN UMUM PROGRAM SAMARA DAN RADIO DAKTA 107 FM BEKASI

A. Sejarah Radio Dakta 107 FM Bekasi

Sejarah Radio Dakta 107 FM Bekasi meliputi profil dan perkembangan, visi dan misi radio, dan program kerja radio. Berikut penjelasannya:

1. Profil dan Perkembangan

Eksistensi Radio Dakta berawal dari keinginan Bapak H. Iman Loebis, sebagai pemilik PT Java Motors yang bercita-cita untuk membangun sebuah radio sebagai sarana menyebarkan informasi dan dakwah ditengah masyarakat. Pada awal tahun 1991 beliau membeli izin Radio Famor yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Setelah melalui berbagai proses administrasi dan persiapan teknis maka dipindahkanlah izin penyiarannya ke wilayah Bekasi dengan tujuan agar daya pancarnya bisa menjangkau wilayah Jabodetabek.

(53)

Dalam perjalanannya Radio Dakta menglami beberapa kali perubahan format, yaitu beralih ke format Radio Sahabat Wanita, Radio Keluarga hingga akhirnya memantapkan kembali formatnya menjadi Radio Informasi bernuansa Islami sejak 1 Februari 2005 hingga sekarang.

Sejak awal bersiaran Radio Dakta memang dikenal masyarakat sebagai radio yang telah memberikan kontribusi dan melayani masyarakat luas, khususnya di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi dengan menyajikan format

interaktif, edukatif dan solutif. Kini radio Dakta dengan motto “ Bijak dan

Cerdas” berkomitmen untuk memberikan sajian yang mencerdaskan dan

mencerahkan bagi pendengar. Kami juga terus membangun kesadaran masyarakat tentang citizen journalism yang memungkinkan bagi pendengar untuk memberikan informasi secara langsung, menyampaikan saran dan keluhan tentang fasilitas dan pelayanan publik serta memberikan tanggapan dan opini mengenai berbagai isu-isu aktual yang sedang menjadi perhatian masyarakat.

(54)

Kegiatan Radio Dakta 107 FM tidak hanya terpaku pada siaran on air, tetapi juga pada kegiatan off air yang sesuai dengan moment-moment tertentu atau sesuai dengan keadaan masyarakat seperti mother’s day, bakti sosial, pengobatan murah dan kegiatan kemanusiaan lainnya. Radio Dakta memiliki pendengar setia yang bergabung dalam member dakta card dan audience call-nya adalah rekan dakta.

Member dakta card memiliki berbagai fungsi yang menguntungkan pendengar setianya, yaitu:

1. Sebagai kartu anggota Komunitas Radio Dakta

2. Sebagai kartu Diskon diberbagai tempat belanja (rumah makan, busana, rumah sakit, toko buku, bengkel, apotik, lembaga pendidikan, dan lain-lain)

3. Sebagai kartu ATM Bank Syariah Mandiri.57

Dengan komitmen dan kedispilanan yang tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi para pendengarnya, didukung oleh team work yang senantiasa melahirkan kreatifitas dalam menyampaikan informasi, hiburan serta dakwahnya memberikan keyakinan pada Radio Dakta untuk tetap berkontribusi untuk kemakmuran umat.

2. Visi dan Misi

Visi dan misi bagi sebuah organisasi merupakan arah dan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi. Visi dan misi merupakan gambaran tentang program yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi sehingga dengan

57

(55)

adanya visi dan misi suatu organisasi akan lebih mudah dalam menentukan program kerja sesuai dengan tujuan organisasi tersebut.

Visi dari Radio Dakta 107 FM adalah “Menjadi media informasi dan

pembelajaran terbaik di Indonesia yang bernafaskan Islam sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan”.58

Sedangkan misi yang diusungnya adalah:

a. Membangun image sebagai radio pemersatu umat Islam,

b. Radio yang memberi referensi ke-Islam-an yang lengkap dan baik ,

c. Mengantarkan kepada kemaslahatan umat59.

3. Program Siaran

Program acara yang disiarkan Radio Dakta 107 FM Bekasi merupakan program acara yang bersifat informasi dan pembelajaran terbaik di Indonesia yang bernafaskan Islam sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Secara umum Radio Dakta mengudara setiap harinya dari pukul 04.45-23.00 WIB dengan program yang dikemas secara rapih dan diklasifikasikan. Menghadirkan siaran yang beraneka ragam mulai dari acara hiburan, berita dan agama. Dalam persentase acara yang disiarkan yaitu format siaran: siaran kata 60%, iklan 25%, lagu 15%. Komposisi acara:

58

Company Profile Radio Dakta 107 FM Bekasi

59

Gambar

Gambar 2.1 “Format wheel at all-news station”
Gambar 2.2 Contoh Format Program Durasi 60 Menit
Tabel 2.1 Imbauan Motif
GAMBARAN UMUM PROGRAM SAMARA DAN RADIO DAKTA 107
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian terdahulu yang dilakuan oleh Zulkarnaen (2017) yang berjudul Pengaruh Religiusitas dan Etika Kerja Islam Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi Kerja

Karena permasalahan di atas maka diperlukannya sebuah sistem yang membantu informasikan rute yang harus dilalui menuju objek tujuan memerlukan suatu metode yang

keterlambatan dan/atau menanggung Biaya akibat kondisi tersebut, Kontraktor berhak, dengan pemberitahuan, berdasarkan Sub- Klausula 20.1 [ Klaim Kontraktor ] untuk: (a)

Dengan putusan Mahkamah Konstitusi yang bersifat final dan mengikat maka MPR tidak lagi harus melakukan voting dalam rapat pripurnanya untuk menentukan jadi atau

Ketuntasan butir soal nomor 5.. dikatakan aktif karena prosentase aktivitas siswa yang aktif lebih tinggi dari pada aktivitas siswa yang tidak aktif; 3) Respon siswa terhadap

Myös Grönfors korostaa muistiinpanojen laadun ja kirjaamisen tavan tärkeyttä (Grönfors 2015, 156). Siksi kirjoitin kenttämuistiinpanoni puhtaaksi tietokoneella heti..

telah dilakukan mulai bulan Maret 1992, sejalan dengan selesainya jadwal pembangunan pabrik pada tanggal 1 November 1995. GOLDSTAR ASTRA sempat berganti nama menjadi PT. LG ASTRA