• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

F. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Pencapaian prestasi belajar pada siswa sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berperan dalam belajar (Sugihartono, 2007: 155). Muhamad Irham (2014: 264) menambahkan bahwa apabila faktor – faktor tersebut dapat terpenuhi dan diperhatikan dengan baik, akan dapat menunjang prestasi belajar siswa. Sebaliknya jika tidak terpenuhi dan diperhatikan akan menimbulkan masalah dan hambatan bagi proses pembelajaran. Secara garis

30

besar, Muhibbin Syah (2006: 183) mengelompokkan faktor – faktor yang menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa menjadi dua macam, yaitu:

1. Faktor internal siswa, yakni hal – hal atau keadaan – keadaan yng muncul dari dalam diri siswa sendiri.

2. Faktor eksternal siswa, yakni hal – hal atau keadaan – keadaan yang datang dari luar diri siswa.

Kedua faktor tersebut meliputi aneka ragam hal atau keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.

1. Faktor Internal

Mulyono Abdurrahman (2003: 13) berpendapat bahwa penyebab utama faktor internal kesulitan belajar adalah kemungkinan adanya disfungsi neurologis yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti (1) faktor genetik, (2) luka pada otak karena trauma fisik atau kekurangan oksigen, (3) biokimia yang hilang, (4) biokimia yang merusak otak, (5) pencemaran lingkungan, (6) gizi yang buruk, dan (7) pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan anak. Berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan gangguan dengan taraf ringan hingga berat.

Pendapat lain dikemukakan oleh Muhamad Irham (2014: 265). Menurut Muhamad Irham faktor – faktor internal yang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa ada dua, yaitu:

a. Faktor fisiologis, misalnya kondisi siswa yang sedang sakit, kurang sehat. Kondisi jasmani yang kurang sehat seperti

31

siswa yang sering batuk, pilek, demam, atau sakit kepala dapat mengakibatkan tidak bergairah belajar (M. Dalyono, 2009: 55). Hal lainnya adalah kelemahan atau cacat tubuh. Keadaan tubuh yang cacat akan mengganggu proses belajar karena ia membutuhkan alat bantu khusus untuk mengurangi pengaruh kecacatannya (Slameto, 2013:55).

b. Faktor psikologis, meliputi beberapa hal, yaitu tingkat intelegensia yang pada umumnya rendah ,bakat yang rendah, motivasi yang rendah, kondisi kesehatan mental yang kurang baik, tipe khusus siswa dalam belajar, serta minat belajar yang kecil. M. Dalyono (2009: 57) berpendapat bahwa minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah, begitu juga sebaliknya. Dalam hal bakat, Slameto (2009 : 58) mengatakan bahwa hasil belajar seseorang akan lebih baik bila yang dipelajarinya sesuai dengan bakat yang dimiliki karena senang dalam belajar dan akan lebih giat lagi dalam belajar.

Jika Muhammad Irham memandang faktor internal penyebab kesulitan belajar dari kondisi fisiologi dan psikologi siswa, Muhibbin Syah mengelompokkan faktor internal penyebab kesulitan belajar berdasarkan sifatnya. Menurut Muhibbin Syah (2006: 183) faktor internal penyebab kesulitan belajar meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, yang bersifat:

32

1) kognitif (ranah cipta), seperti rendahnya kapasitas intelektual / intelegensi siswa;

2) afektif (ranah rasa), antara lain labilnya emosi dan sikap; 3) psikomotor (ranah karsa) seperti terganggunya alat – alat

indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).

Untuk lebih lengkapnya, Dimyati dan Mudjiono (Sugihartono, 2007: 156) menjabarkan faktor internal yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut :

1) Sikap dalam belajar

Sikap merupakan suatu kecenderungan dalam diri individu untuk memberi respon dan berbuat (Noehi Nasution, 1992: 84). Noehi Nasution ( 1992: 18 ) menambahkan bahwa sikap terdiri dari tiga aspek yaitu aspek kogntif, afektif, dan konasi.

a) aspek kognitif, berkenaan dengan dengan informasi, pengetahuan yang dimiliki seseorang dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri.

b) aspek afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi yang dirasakan seseorang.

c) aspek konatif berkaitan dengan kemauan seseorang yang menentukan perbuatan yang akan dia lakukan.

33 2) Motivasi belajar

a) Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang berasal dari diri sendiri tanpa rangsangan atau bantuan orang lain (Noehi Nasution, 1992: 9). Adanya motivasi intrinsik dapat terlihat dengan adanya keterlibatan siswa dalam belajar, adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa dalam belajar, adanya upaya siswa untuk senantiasa memelihara atau menjaga motivasi belajarnya (Sugihartono, 2007: 78). Menurut Conny R. Semiawan (1999: 294) motivasi intrinsik memiiki sumbangan yang besar bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan hasil yang memuaskan. Oleh karena itu, hasi belajar siswa pada umumnya meningkat jika motivasi belajar dari dalam dirnya juga bertambah (Noehi Nasution, 1992: 9).

b) Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang timbul karena rangsangaan dari luar ( Noehi Nasution, 1992: 9 ). Noehi Nasution ( 1992: 9 ) menambahkan bahwa rangsangan dari luar itu dapat berupa nilai, takut akan hukuman, dan lain sebagainya. Motivasi ekstrinsik tidak dapat memaksimalkan proses belajar siswa karena saat takut atau tertekan, kapasitas syaraf untuk berfikir rasional mengecil. Otak hanya beroprasi pada tingkat

34

bertahan sehingga otak tidak dapat mengakses secara maksimal.

3) Kebiasaan belajar

Kebiasaan belajar dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar seseorang. Kebiasaan belajar yang tidak memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan (M. Dalyono, 2009: 57). Misalnnya anak yang biasa belajar dengan mendengarkan music atau menonton televisi dengan berbagai alasan. Tentu saja kebiasaan seperti ini kurang baik karena otak akan lebih maksimal bekerja bila tidak mendapat gangguan. Kebiasaan belajar siswa juga mempengaruhi tipe belajarnya. M. Dalyono (2009 :237) menyebutkan terdapat tiga kelompok tipe belajar, yaitu : a) tipe visual, akan cepat mempelajari bahan – bahan yang

disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar,

b) tipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara,

c) tipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa gerakan.

35 4) Cita – cita siswa.

Hal – hal tersebut adalah faktor penyebab kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri siswa sendiri dan memberikan pengaruh pada prestasi belajar siswa

2. Faktor Eksternal

Muhamad Irham (2014: 265) membagi faktor eksternal penyebab kesulitan belajar berdasarkan sifatnya, yaitu:

a. Faktor – faktor nonsosial

Faktor nonsosial yang menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa peralatan belajar atau media belajar yang kurang baikatau bahkan kurang lengkap, kondisi ruang belajar atau gedung yang kurang layak, kurikulum yang sangat sulit dijabarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa, waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang disiplin, dan sebagainya.

b. Faktor – faktor sosial

Faktor sosial yang menyebabkan kesulitan pada siswa misalnya faktor keluarga, faktor sekolah, teman bermain, dan lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Secara lebih rinci, Muhibbin Syah (2006: 183) menerangkan faktor – faktor eksternal yang bersifat sosial penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa sebagai berikut :

36

1) Lingkungan keluarga. Conny R. Semiawan (1997: 200) mengatakan bahwa dalam hal belajar, peran keluarga lebih banyak bersifat memberikan dukungan baik dalam hal fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Pola asuh dan kualitas hubungan antara anak dan orang tua adalah dua hal yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar siswa di rumah. Menururt Conny R Semiawan ( 1992: 208), terdapat tiga jenis pola asuh yang biasa diterapkan oleh orang tua yaitu :

Tabel 1. Tipe Pola Asuh Oang Tua

Tipe Perilaku orang tua Karakteristik Anak Otoriter

Permisif

Otoritatif

Kontrol yang ketat, menuntut, dan penilaian yang kritis terhadap perilaku anak. sedikit dialog secara verbal, kurang hangat, dan kurang terjalin secara emosional.

Tidak mengontrol, tidak menuntut, hangat, sedikit menerapkan hukuman, penggunaan nalar.

Mengontrol, menuntut, rasional, berdialog secara verbal, disiplin.

Menarik diri dari pergaulan, tidak puas dan tidak pecaya pada orang lain.

Kurang harga diri, kurang dapat mengendalikan diri, kecenderungan dalam bereksplorasi yang tidak terkontrol. Mandiri, bertanggung jawab, memiliki kendali diri, eksploratif yang terkontrol, percaya diri.

2) Lingkungan perkampungan / masyarakat. Semakin bertambah usia, anak akan lebih banyak menggunakan waktu diluar rumah

37

bersama teman sebayanya (Hartup , 1999 :163). Karena itu, teman sebaya di lingkungan masyarakatnya memiliki pengaruh yang besar baik dalam hal positif maupun negatif (Rita Eka Izzaty, 2007: 115). Selain pergaulan dengan teman sebaya, media informasi juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi perilaku anak khususnya televisi (Conny R. Semiawan, 1999: 237). Program televisi dapat memberi pengaruh baik terhadap siswa khususnya dapat menambah wawasan dan pengetahuan anak (Conny R. Semiawan, 1999:238). Namun, apabila tidak mendapat kontrol yang baik dari orang tua akan memberi daptak yang kurang baik., Program – program hiburan yang disukai siswa dapat menimbulkan sikap kekaguman pada tokoh – tokoh dalam program tersebut. Hal itu akan membuat semangat dan minat belajar anak akan menurun (Slameto, 2013: 70).

3) Lingkungan sekolah. M. Dalyono (2009: 59) menyatakan keberhasilan belajar anak yang rendah dapat dipengaruhi oleh beberapa hal di lingkungan sekolah seperti metode mengajar dan kualitas guru, fasilitas sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid dalam satu kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan tingkat kedisiplinan. M. Dalyono (2009: 59) menjelaskan, bila sekolah yang kurang memperhatikan kedisiplinan dan tidak menjalankan tata tertib dengan baik dapat menyebabkan

38

siswanya kurang mematuhi perintah guru. Hal ini akan berakibat mereka tidak mau belajar dengan sungguh – sungguh di sekolah maupun di rumah. Sugihartono (2007: 157) juga menambahkan bahwa kebijakan penilaian dan kurikulum sekolah juga dapat menjadi faktor eksternal penyebab kesulitan belajar siswa. Akan tetapi, guru sering menuntut standar pembelajaran di atas kemampuan siswa tanpa mengukur kemampuan siswa. Hal ini menyebabkan hanya sebagian kecil siswa saja yang dapat berhasil dengan baik (M. Dalyono, 2007:243).

Faktor – faktor yang sering menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa di sekolah – sekolah dasar diantaranya adalah:

1. Faktor internal. Sikap dalam belajar, motivasi, konsentrasi siswa, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, dan cita – cita siswa.

2. Faktor Eksternal. Lingkungan sekolah, lingkungan rumah (masyarakat), dan lingkungan keluarga.

Dokumen terkait