• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3. Faktor – Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

a. Motivasi Belajar

Hasil wawancara menunjukkan bahwa dorongan mereka berangkat ke sekolah bukanlah untuk belajar, melainkan untuk bertemu dan bermain dengan teman – teman di sekolah. Hal tersebut tercermin dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 4 juni 2015. Pada hari itu, suasana kelas saat pelajaran tidak kondusif, banyak siswa yang ramai bermain dan ngobrol sehingga tidak memperhatikan pelajaran. Pada hari itu, Ag tidak bersiap untuk

menerima pelajaran melainkan ngobrol dan berjalan – jalan di dalam kelas mengganggu temannya. Begitu pula dengan Hg yang tidak bisa

duduk tenang di bangkunya. Hg terlihat selalu ramai selama mengikuti

pelajaran dan tidak bisa diam. Tugas dari guru kurang diperhatikan,

tidak membawa buku pelajaran dengan tertib, sering berkata kasar dan

kotor, suka mengganggu temannya, dan pakaian tidak tertib dan rapi.

Hal yang sedikit berbeda ditunjukkan oleh Nv. Nv terlihat diam dalam

mengikuti pelajaran, ngobrol dengan temannya namun tidak begitu

68

dengan perintah guru. Namun, Nv terlihat sulit berkonsentrasi saat

pelajaran berlangsung. Sedangkan Ct, pada observasi hari Jumat, 6

Juni 2015 terlihat diam dan tidak ramai di kelas. Namun, ia juga tidak

memperhatikan pelajaran. Beberapa kali dia mengajak teman

sebangkunya bercerita atau melamun saat pelajaran.

Hal tesebut didukung oleh hasil wawancara yang dapat dilihat

pada cuplikan berikut ini. Peneliti : “Apa saja yang membuat adik semangat belajar di

sekolah?”

Ag : “Karena banyak teman di sekolah, bisa bercanda dan bermain di sekolah” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Bertemu dengan teman, bermain, dan mendapat uang saku. Saya lebih semangat bersekolah bila mendapat uang saku dari ayah atau ibu..” (Jumat, 5 Juni 2015)

Hg : “Ketemu, ngobrol, dan main sama teman-teman.”

(Kamis, 4 Juni 2015)

Nv :“Teman-teman di sekolah. Trus aku suka belajar.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara, siswa tidak belajar apabila tidak ada PR atau soal yang harus dikerjakan.

Peneliti : “Apakah adik belajar meski tidak ada PR?”

Ag : “Tidak.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Tidak selalu.” (Jumat, 5 Juni 2015)

Hg :“Tidak, hehehe.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Nv : “Belajar.”(Kamis, 4 Juni 2015) Peneliti : “Belajar apa saja?”

Ag : “Saya tidak pernah belajar saat di rumah. Kalau ada PR juga jarang saya kerjakan.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Banyak, biasanya PKn.” (Jumat, 5 Juni 2015)

Hg :“Belajarnya mengerjakan soal-soal, belajar sama

bapak.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Nv : “Biasanya belajar soal-soal di buku.” (Kamis, 4 Juni 2015)

69

Hal lainnya dari observasi yang telah dilakukan adalah siswa belajar dan mengerjakan tugas dengan baik karena mereka tidak ingin mendapat hukuman. Pada hari Kamis, 4 Juni 2015, Ag dan Hg baru mau mengerjakan tugas setelah guru memperbolehkan siswa pulang jika tugasnya sudah selesai. Begitu pula yang terjadi pada hari Jumat, 5 Juni 2015. Ct dan Ag mau mengerjakan tugas setelah guru mengatakan bahwa siswa – siswa diperbolehkan istirahat setelah semuanya selesai mengerjakan tugas. Nv dalam wawancara tanggal 4 Juni 2015 mengatakan, bahwa ia suka belajar agar nilainya bagus dan bisa naik ke kelas VI. Selain itu, siswa – siswa akan belajar dengan tenang dan tertib saat kepala sekolah mereka yang mengajar. Hal tesebut juga tercermin cuplikan hasil wawancara berikut ini.

Peneliti : “Apakah suasana pelajaran kelasnya tenang?

Ag : “Kalau yang masuk kepala sekolah.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Kalau diajar Bu Kepala Sekolah.” (Jumat, 5 Juni 2015)

Hg :“Kalau Bu Kepala Sekolah yang mengajar.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Nv : “ Saat Bu Kepala Sekolah masuk. Soalnya pada takut dimarahi.”(Kamis, 4 Juni 2015)

Bu Lasmi: “Kalau diajarin oleh Ibu Kepala Sekolah pasti mereka sangat tenang dan disiplin.” (Rabu, 10 Juni 2015)

Meskipun Meski demikian, guru kelas V dalam wawancara pada tanggal 10 Juni 2015 menyatakan siswa selalu berangkat ke sekolah dan tidak membolos

Berbagai paparan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik siswa untuk belajar belum terlihat. Belum ada keinginan untuk belajar secara sadar

70

dari dalam diri sendiri. Motivasi belajar yang dimiliki siswa tersebut masih hanya berupa motivasi ekstrinsik dimana mereka belajar dan mengerjakan tugas masih karena 1) takut dimarahi, 2) ganjaran yang akan mereka terima seperti tidak boleh pulang atau istirahat sebelum menyelesaikan tugas dan denda yang dibebankan jika mereka tidak mengerjakan tugas, 3) alasan ingin memperoleh nilai saja.

b. Kebiasaan Belajar

Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 4 dan 5 Juni 2015, dapat diketahui bahwa kebiasaan belajar masing – masing siswa berbeda. Beberapa dari mereka belajar sembari menonton televisi atau mendengarkan musik seperti yang dilakukan oleh Hg dan Ct. Berbeda dengan Nv yang lebih maksimal belajar dalam suasana yang sepi. Sedangkan Ag mengaku tidak memiliki kesebiasaan belajar karena ia tidak pernah belajar saat di rumah. Namun, mereka memiliki satu kesamaan yaitu, mereka tidak mengalokasikan waktu khusus untuk belajar setiap harinya.

Hasil wawancara dengan guru kelas V pada 10 Juni 2015 mengungkapkan bahwa tipe belajar yang lebih mudah dipahami oleh anak didiknya adalah dengan bekerja (melakukan suatu kegiatan). Pernyataan tersebut dapat kita lihat pada cuplikan wawancara berikut ini.

Peneliti :“Metode apa yang membuat siswa lebih mudah belajar?”

Bu Lasmi :”Mereka senangnya sebenernya bekerja. Jadi kalau metodenya menuntut mereka untuk aktif mereka lebih

71

senang bukan duduk mendengarkan dan memperhatikan.” (Rabu, 10 Juni 2015)

Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 5 Juni 2015. Pada hari itu, siswa tampak senang dan tenang saat mendapat tugas untuk membuat gambar batik. Suasana tersebut berbeda dengan suasana saat guru menerangkan pelajaran dengan ceramah.

Hg, Ct, dan Nv juga lebih senang belajar dengan bekerja misalnya mengerjakan soal – soal. Hg dalam wawancara tanggal 4 Juni 2015 mengatakan bahwa saat belajar, ia lebih senang sambil mendengarkan radio atau televisi. Sebaliknya dengan Nv, yang lebih senang belajar dalam suasana sepi. Sedangkan Ct sering belajar sambil menonton televisi, meskipun dengan melkukan itu ia merasa belajarnya kurang maksimal.

Kebiasaan belajar yang dimiliki siswa Ag, Hg, Ct, dan Nv termasuk tipe belajar kinestetik. Tipe belajar kinestetik menunjukkan bahwa seseorang lebih maksimal dalam belajar dengan mengerjakan sesuatu (gerakan). Siswa Hg juga dapat belajar dengan mendengarkan musik atau televisi yang menunjukkan bahwa ia memiliki tipe belajar audio-kinestetik.

c. Sikap dalam Belajar

Siswa Ag, Ct, Hg, dan Nv mudah merasa bosan dengan pelajaran. Saat merasa bosan mereka akan ngobrol, bermain, bahkan mengganggu teman mereka yang lain. Hal tersebut tentu akan

72

mengganggu proses pembelajaran secara keseluruhan di dalam kelas. pernyataan tersebut, ada dalam cuplikan wawancara berikut ini.

Peneliti : “Apa saja yang adik lakukan saat memiliki kesulitan

dalam belajar dan merasa bosan?”

Ag : “Kalau mengalami kesulitan saya tidak mengerjakan tugas dari pada nyontek. Saya kadng juga bertanya pada guru meski tidak saya pelajari lagi di rumah. Kalau saya tidak suka matei yang disampaikan guru saya bercerita dan ramai di kelas. Soalnya kalau kelasnya tenang itu membuat bosan dan tidak menyenangkan. Sering kalau bosan jadi bercerita dan ramai di kelas. Soalnya kalau kelasnya tenang itu membuat bosan dan tidak menyenangkan” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Jika mengalami kesulitan belajar saya akan bertanya pada teman dan belajar. Saya biasanya ngobrol, melamun, atau mainan bolpoint jika tidak suka drengan materi yang diajarkan. Saya juga sering bosan dengan pelajaran jadi biasanya ngobrol atau melamun. Nanti kalo ditegur terus memperhatikan.” (Jumat, 5 Juni 2015)

Hg : “Kalau mengalami kesulitan saya duduk aja atau tanya

teman yang dekat tempat duduk. Kalau saya tidak suka materi yang disampaikan guru saya biasanya main sendiri atau sama teman. Begitu juga kalau sedang

bosan. Karena saya sering bosan dengan pelajaran.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Nv : “Kalau mengalami kesulitan saya diam saja/tanya

teman. Kalau saya tidak suka matei yang disampaikan guru saya diam aja, kerjakan semampunya. Kadang bisa

merasa bosan sih, tapi saya diam aja sampai ngantuk.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Pada cuplikan wawancara di atas, dapat kita ketahui juga bahwa siswa kelas V memiliki kesamaan dalam menghadapi kesulitan belajar yang mereka alami. Saat mengalami kesulitan belajar, mereka mau bertanya pada guru atau teman yang dianggap lebih memahami. Meskipun, hal itu mungkin bukanlah respon yang pertama mereka lakukan saat menemukan kesulitan dalam belajar. Pada observasi

73

tanggal 4 Juni 2015 Ag terlihat bertanya kepada guru mengenai beberapa hal yang tidak dia mengerti. Hg lebih memilih menyontek temannya sedangkan Nv mengerjakan tugasnya sendiri dan sesekali berdiskusi dengan teman sebangkunya. Berbeda dengan hasil observasi pada tanggal 5 Juni 2015 Ag, Hg, Ct, dan Nv terlihat mencontek jawaban teman – teman mereka saat menemukan kesulitan.

Berdasarkan observasi tanggal 5 Juni 2015, terlihat Hg, Ag, dan Ct tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Ct bahkan beberapakali menanyakan jawaban pertanyaan tersebut kepada peneliti. Sebagian besar pertanyaan lisan yang diberikan oleh guru tidak dapat mereka jawab.

Observasi hari jumat, 5 Juni 2015, Hg terlihat terampil dalam mengerjakan tugas menggambar batik yang diberikan. Dia dapat menggambar garis dengan rapih dan lurus. Demikian juga dengan Nv. Ag terlihat kurang telaten dalam menggambar sehingga gambarnya kurang rapih. Banyak warna yang keluar dari garis saat mewarnai. Sedangkan Ct, menggambar dengan rapih tetapi ukuran gambarnya sangat kecil dibanding dengan ukuran kertas yang ia gunakan.

Hasil wawancara dan observasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Ag, Hg, Ct, dan Nv sering tidak dapat mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan dengan tepat. Perilaku mereka pun hampir sama saat mengalami kesulitan belajar. mereka lebih suka menyalin

74

jawaban teman daripada bertanya mengenai hal – hal yang belum mereka ketahui. Mereka tidak peduli apabila tidak memahami pelajaran. Keterampilan psiomotorik Hg dan Nv dalam mengerjakan tugas sudah cukup baik. Berbeda dengan Ag dan Ct yang terlihat kurang terampil.

d. Minat Belajar

Siswa Ag dan Ct tidak menampakkan ketertarikan pada pelajaran di kelas. Dari hasil wawancara mereka mengaku tidak pernah tertarik dengan pelajaran yang ada di sekolah. Hal ini diperkuat dengan jawaban wawancara mereka yang dapat dilihat dalam cuplikan wawancara berikut ini.

Peneliti : “Apakah setiap pelajaran adik selalu tertarik dengan pelajaran yang disampaikan guru?”

Ag : “Saya tidak pernah tertarik dengan pelajaran yang diberikan.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Saya tidak pernah tertarik dengan pelajaran yang

diberikan.” (Jumat, 5 Juni 2015)

Berbeda dengan Nv, dalam wawancara pada tanggal 4 Juni 2015 ia mengatakan selalu tertarik dengan pelajaran di sekolah. Hal tersebut karena ia merasa suka belajar. Hal tersebut didukung dengan hasil observasi pada tanggal 4 dan 5 Juni 2015. Nv terlihat menyiapkan buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai. Dia juga terlihat senang saat mengikuti pelajaran. Sedangkan Hg, dia hanya tertarik dengan pelajaran olahraga dan menggambar. Observasi hari Jumat, 5 Juni 2015 Hg terlihat mengerjakan tugas menggambar dengan tenang dan senang tidak seperti pelajaran – pelajaran sebelumnya. Sedangkan

75

pada hari Sabtu, 6 Juni 2015 Hg hanya membawa baju olahraga dan bola ke sekolah meskipun tidak ada pelajaran olahraga.

Siswa Ag, Ct, dan Hg tidak menunjukkan adanya perhatian pada pelajaran di kelas. Observasi pada hari Jumat, 5 – 6 Juni 2015 memperlihatkan mereka bertiga lebih suka dan sering ngobrol dengan temannya dari pada memperhatikan pelajaran. Bahkan tugas yang diberikan kepada mereka juga tidak diperhatikan dengan baik. Sedangkan Nv beberapa kali memang terlihat ngobrol saat pelajaran. Namun itu tidak terlalu lama dan tidak mengganggu karena ia kembali mengikuti pelajaran. Data tersebut dapat menunjukkan bahwa minat belajar Ag, Ct, dan Hg rendah. Sedangkan minat belajar Nv cukup tinggi.

Keterlibatan siswa Ag, Ct, Hg, dan Nv dalam kelas pada observasi tanggal 4 – 6 Juni 2015 tidak terlalu tampak. Siswa Ag dan Nv kadang bertanya mengenai hal – hal yang belum mereka pahami. Berbeda dengan Hg dan Ct yang sangat acuh dan tidak pernah mengajukan pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru kelas berikut ini.

“Angga kadang itu masih mau terlibat dalam pelajaran. Dia mau mengerjakan dan memperhatikan pelajaran. Malah kalau sedang mau, dia bisa tanya terus pada saya kalau saya ladeni terus bisa sampai tugasnya selesai dikerjakan. Tapi maunya itu yang jarang – jarang. Kalau Hg dan Ct itu jarang erlibat. Apalagi Ct dia diam sekali tapi tidak konsentrasi sebenarnya. Sedangkan Nv paling dia termasuknya aktif bertanya dan mau kerja kelompok.” (Rabu, 10 Juni 2010)

76

Hasil observasi dan wawancara tersebut menyimpulkan bahwa siswa Ct tidak memiliki minat belajar, siswa Ag memiliki minat belajar yang rendah, siswa Hg hanya memiliki minat belajar pada pelajaran tertentu yaitu olahraga dan menggambar, sedangkan siswa Nv memiliki minat belajar yang cukup tinggi pada semua mata pelajaran.

e. Bakat

Berdasarkan hasil wawancara pada Kamis, 4 Juni 2015, Hg memiliki bakat dibidang olahraga. Hg memiliki minat dan prestasi yang bagus dalam bidang olahraga. Prestasinya dalam bidang olahraga juga ditampilkan dalam poster sekolah dengan fotonya bersama piala yang berhasil diraihnya. Bidang olahraga yang ditekuni Hg adalah sepak bola. Ia sudah meraih prestasi hingga ke tingkat antar provinsi di Jawa. Selain sepak bola, Hg juga suka menggambar. Pada observasi hari Kamis, 4 Juni 2015 observer melihat buku tulis Hg banyak gambar yang dia buat.

Siswa Ct bakat yang menonjol di bidang lain. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini.

Peneliti : “Apakah adik memiliki hobi di luar sekolah?”

Hg : “Sepak bola. Ikut club sepak bola, seminggu latihan

3 kali.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Peneliti : “Prestasi apa yang diperoleh Hg yang terdapat pada poster sekolah?”

Bu Lasmi: “Kalau Hngge itu punya bakat di sepak bola dan sudah berprestasi. Prestasinya sudah sampai se-jogja dan jawa tengah. Sedangkan Ct sempat meraih juara tiga tartil sekecamatan gedong tengen. Anak – anak

77

disini memang tidak terlalu bagus di akademiknya” (Rabu, 10 Juni 2015)

Berdasarkan data di atas, siswa Hg dan Ct memiliki bakat dibidang diluar akademik yaitu bidang olahraga dan tartil Quran. Sedangkan siswa g dan Nv tidak memiliki bakat di luar bidang akademik sekolah.

f. Cacat Tubuh

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, tidak ada cacat tubuh pada siswa yang dapat mengganggu proses belajar siswa.

g. Lingkungan Keluarga

Setiap siswa memiliki latar belakang keluarga yang berbeda – beda. Dalam sesi wawancara pada tanggal 4 Juni 2015, dapat diketahui keluarga Ag kurang memberikan dukungan baik dalam hal penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Pola asuh orang tua Ag cenderung permisif dimana orang tua cenderung memberikan banyak kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan kontrol. Ag juga mengatakan bahwa orang tuanya tidak pernah menyuruh belajar, menanyakan pelajaran sekolah, nilai, dan ulangan. Dia juga tidak pernah dimarahi atau ditegur saat nilainya jelek. Orang tuanya tidak pernah melarangnya bermain meski Ag sering pulang larut malam. Ibu Ag yang bekerja sebagai PRT membuat waktu dan tenaga untuk keluarga menjadi berkurang. Menurut guru kelas V pada wawancara hari Rabu, 10 Juni 2015, Ag

78

juga memiliki latar belakang keluarga yang kurang baik. Hal dapat dilihat dari cuplikan wawancara dengan guru kelas berikut ini.

“Angga itu memang kemampuannya kurang, disisi lain dia ada konflik dalam keluarganya.na` ma orang tua di akta kelahiran dan KK itu berbeda. Dia tinggal dengan ibu yang tertulis di KK, saat saya konfirmasi katanya beliau itu budenya Angga. Tapi setahu saya, belau hanya punya satu anak saja yaitu Angga. Selain itu saat kelas 4 bapaknya meninggal karena miras oplosan. Mungkin konflik seperti, ditambah kemampuan anak yang tidak terlalu baik akhrinya sifat dan prestasinya buruk. Dulu sebenarnya tidak senakal dan sejelek itu nilainya, dulu masih mau belajar, tapi di kelas V ini malah semakin buruk. Itu terjadi semenjak ayahnya meninggal.” (Rabu, 10 Juni 2015)

Konflik keluarga yang dialami Ag mungkin mempengaruhi kualitas hubungan Ag dan keluarganya..

Kondisi Ag tersebut berbeda dengan Ct. Keluarga Ct cukup memberi dukungan dalam hal penyediaan fasilitas dan penciptaan suasana belajar yang kondusif. Dukungan belajar diberikan oleh saudaranya dengan mendampingi Ct saat belajar. Ct juga memiliki ruang belajar sendiri di kamarnya. Orang tua Ct memiliki pola asuh yang cenderung otoriter. Ibu Ct tidak bekerja sehingga memiliki lebih banyak waktu dan tenaga untuk keluarganya. Hal ini terlihat dari cuplikan wawancara di bawah ini.

“Pulang sekolah harus tidur siang dulu baru boleh main. Kalau belum tidur saya tidak boleh main. Sore saya juga harus belajar kalau tidak nanti dimarahi bapak. Biasanya kakak saya yang membantu saya belajar. Kalau kakak saya tidak ada saya nonton tv sambil pura- pura baca buku. Saya dekat dengan orang tua, biasanya ngobrol saat nonton tv, trus dibantu mengerjakan PR sama kakak.”

79

Dukungan belajar yang cukup baik juga diberikan orang tua kepada Hg. Orang tua terutama ayahnya mendampingi Hg saat belajar. Pola asuh Hg cenderung otoritatif, hal ini terlihat dari dukungan ayahnya pada prestasi Hg dibidang lain yang menjadi hobinya yaitu sepak bola. Ibu Hg yang tidak bekerja juga membuat Hg tetap mendapat perhatian yang cukup di rumah. Berikut cuplikan wawancara yang dilakukan kepada Hg.

“Bapak selalu mengingatkan buat belajar dan biasanya saya

belajar bersama bapak. Saya pernah dimarahin bapak gara-gara mbolos les sepak bola. Bapak marah soalnya udah bayar mahal

malah bolos.”

Hubungan keluarga yang cukup baik juga dimilikii oleh Nv. Dukungan keluarga Nv terhadap belajar yang cukup baik ditunjukkan dengan didampinginya Nv saat belajar oleh kakak. Demikian kesimpulan wawancara pada tanggal 4 Juni 2015 yang dilakukan kepada Nv. Hasil tersebut didukung oleh pernyataan guru kelas V pada wawancara tanggal 10 juni 2015 di bawah ini.

“Kata Ayahnya, di rumah kalau sedang mau belajar ya belajar tapi kalau tidak mau biasanya sampai disuruh – suruh belajar sama kakaknya.”

Terdapat beberapa hal dalam lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa dari pemaparan hasil wawancara di atas. Pertama adalah dukungan keluarga pada proses belajar siswa. Dukungan tersebut dapat berupa penciptaan suasana penyediaan fasilitas belajar, dan adanya pendampingan saat siswa belajar di rumah. Suasana yang kondusif dapat membuat siswa lebih tenang dan

80

nyaman saat belajar, fasilitas membantu siswa semakin mudah dalam belajar, dan pendampingan belajar membuat siswa lebih terbimbing dalam mengatasi materi yang sulit mereka pahami. Pola asuh orang tua yang diterapkan dan kualitas hubungan antara orang tua dan anak juga memberikan dampak pada bentuk perilaku siswa dalam belajar. Pola asuh yang permisif membuat siswa tidak dapat mengendalikan diri dan membagi waktu untuk belajar. Siswa tidak peduli dengan hasil belajarnya karena orang tua mereka juga tidak memperdulikannya. Kualitas hubungan siswa dengan orang tua dapat dilihat dari besar kecilnya perhatian yang diberikan orang tua yang juga dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua siswa. Hal lain yang turut mempengaruhi proses belajar adalah permasalahan dalam keluarga yang memberi dampak pada motivasi belajar dan beban pikiran yang ditangung oleh siswa.

h. Lingkungan Masyarakat

Tempat tinggal siswa yang berbeda membuat lingkungan masyarakat yang berbeda juga. Di lingkungan masyarakat Ag terdapat banyak anak – anak seusia Ag, sehingga Ag menghabiskan lebih banyak waktu dengan bermain bersama mereka di rumah . Mereka biasa bermain sepak bola di sore hari dan nongkrong di malam harian. Cuplikan wawancara kepada Ag berikut ini dapat menunjukkan hal tersebut.

”Teman – teman saya suka mengganggu mengajak saya bermain

81

pulang sekolah main terus sorenya main sepak bola sampai jam 6. Pulang mandi, nongkrong sama teman – teman sampai jam 11. Terus di rumah nonton televisi sampai tidur” (Kamis, 4 Juni 2015)

Waktu yang dihabiskan Ct untuk bermain dengan teman sebayanya tidak sebanyak Ag. Ct hanya bermain bersama mereka di sore hari. Sedangkan Hg tidak memberi keterangan mengenai teman bermainnya di rumah. Namun menurut Hg lingkungannya nyaman untuk belajar. Hal tersebut disampaikan oleh keduanya dalam cuplikan wawancara berikut ini.

Peneliti : “Apakah lingkungan rumah adik naman digunakan untuk belajar?”

Hg : “Lingkungan rumah nyaman digunakan untuk

belajar, tidak berisik, biasa saja.” (Kamis, 4 Juni 2015)

Ct : “Baik, enak diajak bermain. Biasanya main sama

mereka sore hari. Kami main sepak bola.” (Jumat, 5 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara yang dlakukan pada Nv, lingkungan masyarakat di sekitar rumah Nv juga cukup baik. Nv sering datang ke tempat bimbingan belajar dari KKN bersama teman di rumahnya. Dia juga tidak bermain keluar rumah setelah malam hari. Hal tersebut terdapat pada pernyataan Nv berikut ini.

“Llingkungan rumah saya nyaman untuk belajar, kadang berisik sih. Saya senang karena di lingkungan rumah ada les dari kakak-kakak yang KKN saya datang kesana bersama teman - teman.”

Dokumen terkait