• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan KB

fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak yang pada akhirnya terjadilah perwujudan niat yang berupa perilaku.

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari perubahan berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo, 2003).

2.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan KB

Berdasarkan teori Green (1980) terdapat tiga faktor-faktor yang dapat mempegaruhi seseorang dalam perilaku pengguaan KB, yaitu:

1. faktor Predisposisi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, tingkat kekayaan, dan budaya

2. Faktor Enabling dipengaruhi oleh fasilitas kesehatan, dan sumber informasi yang didapat untuk memenuhi perilaku penggunaan KB.

3. Faktor Reinforcing dipengaruhi oleh tokoh masyarakat, dukungan orang sekitar, dan petugas kesehatan.

28

2.3.1 Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau masalah, dalam hal ini keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan.

Demikian sebaliknya, dengan usia kurang dari 16 tahun maka kemungkinan kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi perubahan dan adaptasi setelah melahirkan. Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut (Siregar, 2010).

Hal ini jelas terlihat dari wanita yang berumur 15 – 19 tahun lebih sedikit yang menggunaakan kontrasepsi yang hanya 20%, dibandingkan dengan wanita yang berumur 30 - 39 tahun sebanyak 35% yang menggunakan kontrasepsi (Adam, 2010).

29

2.3.2 Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan (praktik) untuk memelihara (mengatasi masalah-masalah), dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran. Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2007) tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang menyerap dan memakai pengetahuan, demikian halnya dengan pemilihan alat kontrasepsi. Wanita yang memiliki tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan penghasilan baik lebih cenderung untuk memakai kontrasepsi dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan dan pekerjaan yang lebih rendah (WHO, 2013).

Penelitian Hutauruk (2006) menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. WUS yang berpendidikan tinggi berpeluang 2,5 kali menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Selain itu penelitian Fatimah (2010) di Tasikmalaya menyatakan

30

ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.

2.3.3 Tingkat Kekayaan

Tingkat kekayaan keluarga adalah tingkatan tentang karakteristik latar belakang rumah tangga yang digunakan sebagai pendekatan untuk mengukur standar hidup rumah tangga dalam jangka panjang. Tingkat didasarkan pada data karakteristik perumahan dan kepemilikan barang, jenis sumber air minum, fasilitas toilet dan kakakteristik lain terkait dengan status sosial ekonomi rumah tangga (BPS, 2013).

Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB. Kemajuan tersebut berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi. Dengan suksesnya program KB maka perekonomian suatu Negara akan lebih baik karena dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan lebih tercukupi dan kesejahteraan terjamin (Rohmawati, 2013).

Berdarkan penelitian Mashfufah (2006) ada hubungan yang sangat signifikan antara tingkat ekonomi/kekayaan dengan pemakaian kontrasepsi. Dari nila kekuatan hubungan OR, diketahui responden yang tingkat ekonominya rendah mempunyai peluang menggunakan kontrasepsi 2,66 kali dibandingkan dengan responden yang tingkat ekonominya tinggi dengan memiliki peluang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 2,85 kali.

31

2.3.4 Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyambungan informasi baik media dan non media. Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronik (TV, radio, computer) dan media luar , sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kea rah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan jenisnya media dibagi menjadi 2 yaitu media cetak dan media elektronik, yaitu:

1. Media

a) Media Cetak

1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam bentuk buku baik tulisan maupun gambar.

2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi berupa lembaran yang dilipat berbentuk gambar atau kombinasi.

3) Flayer (selebaran) berbentuk seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.

4) Flipchart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi dalam bentuk lembar balik.

32

6) Poster yaitu bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi yang biasanya ditempel di tembok, tempat umum atau kendaraan umum.

b) Media Elektronik

Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronik. Adapain macam-macam media elektronik tersebut, yaitu:

1) TV, penyampaian pesan dalam bentuk sandiwara, sinetron, farum diskusi atau tanya jawab, atau serta kuis cerdas cermat.

2) Radio penyampaian pesan atau informasi berbentuk obrolan (tanya jawab) sandiwara dan ceramah.

3) Video

4) Media Papan

Papan tau billboard dapat diisi dengan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat, mencakup pesan yang ditulis dalam lembaran yang ditempel di kendaraan umum (Notoadmodjo, 2010).

2. Non Media

a) Keluarga yaitu suatu kelompok kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan. Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat

33

mempengaruhi pengetahuan. Didalam keluarga pengetahuan diperoleh dari orang tua.

b) Tenaga kesehatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang perawatan organ reproduksi bagian luar. Sumber informasi dapat diperoleh dari dokter, bidan perawat.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi (2009) wanita yang terpapar infotmasi KB melalui media cetak mempunyai kecenderungan 1,3 kali untuk memakai kontrasepsi khususnya modern dibandingkan mereka yang tidak terpapar. Kondisi serupa juga terlihat dari informasi melalui media elektronik yang menunjukan hubungan bermakna dan nilai OR = 1,1 kali.

Dari hasil penelitian Iswarati (2009) menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) KB melakui poster maupun tv terhadap peserta kontrasepsi, dengan p-value = 0,000.

2.3.5 Jumlah Anak

Mantra (2006) mengatakan bahwa kemungkinan seseorang istri untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkan. Seorang istri mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang wanita melahirkan

34

anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal.

Pada awal program KB, penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak. Dengan berjalannya waktu dan pelayanaan program maka lebih banyak wanita dengan paritas yang lebih kecil akan menggunakan alat kontrasepsi. Gejala ini melandasi pengaruh jumlah anak terhadap penggunaan alat kontrasepsi (Muttiara, 1998).

Berdasarkan penelitian Fienalia (2012) di Depok menyatakan ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak idup dengan penggunaan kontrasepsi. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan Purba (2008), responden yang memiliki anak > 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 38,9% dan tidak memakai sebanyak 61,1%. Sedangkan yang memiliki anak ≤ 2 orang memakai alat kontrasepsi sebanyak 15,2% dan tidak memakai 84,8%. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi (Sig = 0,016).

2.3.7 Kunjungan dari Petugas KB

Dari hasil penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh Handayani dkk, (2012) bahwa masih banyak akseptor yang menentukan metode yang dipilih hanya berdasarkan informasi dari akseptor lain berdasarkan pengalaman masing-masing. Sebagian

35

petugas kesehatan kurang melakukan konseling dan pemberian informasi yang menyebabkan kurangnya pengetahuan klien dalam memilih jenis KB.Namun masyarakat mentolerir pelayanan KB meskipun pelayanan KB belum seluruhnya memenuhi syarat pelayanan berkualitas. Informasi yang baik dari petugas membantu klien dalam memilih dan menentukanmetode kontrasepsi yang dipakai. Informasi yang baik akan memberikan kepuasan klien yang berdampak pada penggunaan kontrasepsi yang lebih lama sehingga membantu keberhasilan KB.

Pemberian informasi dalam program KB dikenal dengan nama KIE KB. KIE adalah suatu kegiatan dimana terjadi proses komunikasi dengan penyebaran informasi yang mempercepat terjadinya perubahan prilaku dari masyarakat. Adapun bentuk dari KIE KB dapat berupa poenyuluhan dan kunjungan oleh petugas KB. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara pemberian informasi dengan keikusertaan ber-Kb. Ibu yang mendapat informais tentang alat kontrasepsi dari petugas kesehatan umumnya memilih ikut serta ber-KB dibandingkan ibu yang tidak mendapat informasi tentang KB mempunyai pengetahuan kurang. Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p value 0,005 dimana (p < α 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak (Lina, dkk, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Iswarti (2009) di Indonesia, ada kunjungan petuga lapangan KB (PLKB) dalam 6

36

bulan terakhir pada klien berpengaruh secara signifikan terhadapat kersertaan penggunaan kontrasepsi, dengan p-value = 0,018.

2.3.8 Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Kunjungan ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara operasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan survei demografi di Nepal, wanita yang mengunjungi fasilitas kesehatan pada 6 bulan terahir lebih cenderung mengunakan kontrasepsi sebanyak 40% (Sharma dll, 2011).

Selain itu, berdasarkan penelitian lain diketahu 48% responden mengatakan alasan utama mereka mengunjungi klinik (fasilitas kesehatan) untuk melakukaan metode kontrasepsi dengan menggunakan metode yang baru, untuk terus lanjut meggunakan metode kontrasepsi sebelumnya yang telah digunakan, atau untuk konsultasi tentang masalah metode yang sedang digunakannya (Frost dkk, 2012).

37

Dokumen terkait