• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian teori

2.1.1 Belajar

2.1.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Hamalik (2003:32-33), Sudjana (1989:39) dalam Susanto (2013:15-19) dan Syah (2002:132-138) memberi gagasan tentang faktor-faktor dalam belajar. Gagasan ketiga tokoh itu memiliki kesamaan yaitu:

Pertama aspek fisiologis kondisi jasmani menandai organ tubuh mempengaruhi intensitas dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi kesehatan yang lemah mempengaruhi unsur kognitif siswa sehingga materi pelajaran tidak dapat diserap secara maksimal. Kemudian kemampuan dan berfungsinya indra secara baik, terutama pendengar dan penglihat sangat berpengaruh besar terhadap penyerapan materi di dalam kelas.

Kedua aspek psikologis secara esensial dianggap sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang terdiri atas:

Intelegensi siswa. Intelegensi siswa tidak berhubungan dengan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ tubuh lain. Walaupun harus diakui bahwa hubungan kualitas otak dengan intelegensi lebih menonjol, karena otak yang menjadi pengontrol seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan/intelegensi sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa yang kecerdasannya tinggi maka semakin besar peluangnya untuk meraih kesuksesan dan sebaliknya. Intelegensi membantu dalam proses penyerapan materi ajar serta pemecahan-pemecahan siswa dalam proses belajar oleh siswa, sehingga dengan demikian dapat menjadi tolak ukur pencapaian keberhasilan belajar, meskipun hal ini bukan menjadi faktor tunggal yang menentukannya.

Selanjutnya kematangan, sikap dan kesiapan siswa. Merupakan kondisi berfungsinya organ-organ tubuh secara optimal dan sebagaimana mestinya.

14

Sehingga kegiatan belajar mencapai prestasi jika didukung oleh tingkat kematangan yang berhubungan dengan minat dan kebutuhan siswa. Kesiapan merupakan gejala internal berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang atau barang secara positif dan negatif. Ketika siswa memberikan sikap positif dalam mengikuti pembelajaran,ini menandakan proses belajar yang berlangsung baik. Siswa yang memberi sikap negatif dalam mengikuti pembelajaran, apalagi siswa benci maka siswa tentu akan mengalami kesulitan belajarnya. Sikap conserving mungkin tidak memberi dampak kesulitan belajar siswa, namun tentu akan menjadi kendala bagi perolehan prestasi belajar secara maksimal.

terakhir minat siswa. Minat mempengaruhi kualitas pencapaian prestasi belajar siswa. Minat menambah gairah dalam belajar siswa sehingga siswa mampu memusatkan perhatian secara intensif serta menggairahkan keinginan belajar lebih giat yang mendukung pencapaian prestasi belajar secara maksimal.

Selanjutnya Sudjana (1989:39) dalam Susanto (2013:15-19) dan Syah (2002:132-138) menguraikan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, pendapat mereka memiliki kesamaan pada:

Pertama bakat anak. Merupakan potensi yang dimiliki siswa dalam mencapai prestasi pada tingkatan tertentu. Sehingga bakat pun berpengaruh terhadap prestasi belajar. Bakat merujuk seseorang untuk menekuni tugas/pekerjaan tertentu. Sehingga akan lebih baik hasilnya apabila siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakatnya melalui pendidikan formal, tanpa orang tua memaksakan kehendak si anak.

15

Kedua kemauan/ gairah/ motivasi belajar. Salah satu kesulitan guru dalam memandu pembelajaran adalah membiasakan siswa untuk rajin belajar dan menanamkan pada siswa bahwa belajar merupakan kebutuhan siswa bagi hidupnya sekarang dan dimasa depan. Motivasi merupakan keadaan internal yang mendorong orang untuk bertingkahlaku secara terarah. Motivasi intrinsik memiliki kapasitas pendorong yang lebih besar dan cenderung menetap dibandingkan motivasi ekstrinsik sebab dengan motivasi intrinsik siswa memperoleh dorongan dari dalam dirinya sendiri. Motivasi tentu akan mendorong siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, karena dari dalam diri siswa memiliki dorongan untuk memahami pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depan anak.

Ketiga lingkungan sosial. Keluarga yang mendidik anaknya dengan baik akan menghasilkan anak yang baik dan sebaliknya. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal yang membentuk karakter anak, sehingga kesalahan pendidikan yang diberikan orang tua akan berpengaruh juga pada kesuksesan anak. Selain itu juga masyarakat, pergaulan di masyarakat berpengaruh pada kepribadian seorang siswa. Anak yang berada di lingkungan masyarakat yang kondusif dan baik mendukung siswa tersebut untuk belajar secara giat dan mencapai prestasinya dibandingkan anak yang berkembang di tengah lingkungan yang masyarakatnya kriminal sering melakukan kekerasan dan kejahatan.

Keempat lingkungan non sosial. Lingkungan non sosial adalah hal-hal yang berasal dari diri siswa dan diri guru. Dipandang dari pihak guru, hal yang perlu diperhatikan adalah: model penyajian materi pelajaran berkaitan dengan materi yang berwarna-warni, menarik, indah serta mudah dipahami tentu

16

mendukung siswa dalam mencapai keberhasilan belajar, pribadi dan sikap guru berkitan dengan pembawaan perilaku, sifat, kepribadian guru dalam menemani siswa dalam belajar tentu menentukan tanggapan siswa dalam mengikuti proses belajar, entah aktif, pasifnya siswa dalam mengikuti. Hal ini berpengaruh pada gairah dan keinginan siswa dalam belajar yang akhirnya berpengaruh pula pada pencapaian prestasi belajarnya, suasana pengajaran berkitan dengan suasana pembelajaran yang tenang, kondusif, terjalin komunikasi aktif antara siswa-guru, siswa-siswa dan guru-siswa tentu mendukung dalam pencapaian prestasi belajar tinggi bagi siswa, kompetensi guru berkaitan dengan guru hendaknya menguasai kompetensi profesional sebab dengan demikian guru akan lebih menguasai kelas. Guru yang profesional akan cenderung inovatif dalam memilih metode, model pembelajaran dan media pembelajaran yang akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan mencapai keberhasilan belajar. Faktor ini dipandang turut dalam menentukan prestasi belajar. Siswa dan guru hendaknya jeli dalam mensikapi kondisi-kondisi ini sebab jika siswa tidak mampu mengarahkan dirinya sendiri, hal ini juga akan merugikan bagi diri anak.

Hamalik menjelaskan hal yang berbeda dengan Sudjana (1989:39) dalam Susanto (2013:15-19) dan Syah (2002:132-138) terkait faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama faktor kegiatan. Melalui belajar siswa menemukan pengetahuan, sikap dan kebiasaan. Hasil temuan dari akibat belajar itu perlu untuk diterapkan dalam kehidupannya agar penguasaan hasil belajar semakin mantap.

17

Kedua belajar memerlukan latihan agar materi pelajaran dapat diingat perlu adanya review dengan tujuan agar pelajaran mudah diingat dan mudah dipahami.

Ketiga belajar memerlukan pengasosiasian pengalaman, perlu diurutkan antara pengalaman lama dengan pengalaman baru sehingga menjadi kesatuaan pengalaman.

Keempat pengalaman belajar lama memberikan peranan yang besar dalam kegiatan belajar. Sebab pengalaman lama menjadi dasar untuk memperoleh pengalaman baru dan pengertian baru.

Kelima pencapaian tujuan belajar memberikan motivasi belajar, siswa perlu mengetahui ketercapaian tujuan belajar. Dengan mengetahui keberhasilan belajar siswa akan mendorong dirinya untuk belajar.

Berdasar urain diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

Pertama faktor yang berasal dari diri siswa (intern): Kecerdasan/intelegensi, minat belajar, motivasi belajar, bakat, sikap siswa dalam belajar, kesiapan belajar, latihan.

Kedua faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern): suasana belajar, keluarga/masyarakat, cara penyampaian materi, kompetensi pengajar, sikap/pribadi pengajar.

Dokumen terkait