• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Carolus Borromeus Fajar Triprasetyanto 101134235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Carolus Borromeus Fajar Triprasetyanto 101134235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

ii

SKRIPSI

(4)

iii

SKRIPSI

(5)

iv

Persembahan

Skripsi ini ku persembahkan kepada: Allah Bapa yang bertahta di Surga Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Kedua Orang Tuaku, Bapak Markus Riyadi & Ibu Antonia Dwi Usmaniyati

Kakakku Yoseph Doni Prasetyo, Valentina Dewi Prasetyowati dan Hastri Eva Febriantari

Adikku Thomas Catur Prsetyo Adi

Kekasihku Ursula Wahyu Dwi Widyaningsih Sahabat-sahabatku

(6)

v Motto

Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan padamu.

Hidup adalah perjuangan dan setiap perjuangan itu mengandung konsekuensi.

Sapa tekun bakal tinemu.

Eling sangkan paraning dumadi.

Yang bercucuran keringat dan berpeluh air mata akan menuai dengan sorak sorai.

Ora et labora.

Di dalam hidup ini semua ada waktunya. Ada waktunya

menabur, ada juga waktunya menuai.

Sabar menanti waktu Tuhan, karena Tuhan tidak akan

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Juni 2014 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Carolus Borromeus Fajar Triprasetyanto Nomor Mahasiswa : 10 1134 235

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH

DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 10 Juni 2014

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II

Carolus Borromeus Fajar Triprasetyanto Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini dilaksanakan karena dalam proses pembelajararan IPS di kelas V Sekolah Dasar masih banyak ditemui guru yang mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional, guru mendominasi kegiatan pembelajaran dengan ceramah dan tanya jawab. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada materi menghargai jasa-jasa tokoh dalam persiapan kemerdekaan Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah quasi experimental tipe nonequivalent control group design. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 2, sampel kelompok eksperimen adalah kelas VA dengan jumlah 30 siswa dan sampel kelompok kontrol adalah kelas VB dengan jumlah 26 siswa. Instrumen penelitian menggunakan soal tes untuk mengukur variabel prestasi belajar. Instrumen penelitian menggunakan 20 soal pilihan ganda yang valid dan reliabel. Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Uji validitas menggunakan korelasi Point Biserial dengan taraf signifikansi 0,05 dan nilai r tabel 0,361. Uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,898 yang termasuk kualifikasi sangat tinggi. Teknik pengumpulan data menggunakan soal pretest dan soal posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis data menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows dengan Independent t-test.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan prestasi belajar IPS siswa sekolah dasar secara signifikan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Hal tersebut terbukti dari nilai signifikansi (2tailed) sebesar 0,00 (atau < 0,05). Sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional.

(10)

ix

ABSTRACT

THE DIFFERENCE IN THE SOCIAL SUBJECTACHIEVMENT OF THE TIFTH GRADE ELEMENTARY STUDENTS BY IMPLEMENTING

COOPERATIVE LEARNING MODEL JIGSAW II TYPE

Carolus Borromeus Fajar Triprasetyanto Sanata Dharma University

2014

This research was conducted because in the learning process of social science (IPS) in the 5th grade, conventional learning method ware still used often, teachers tend to dominate the learning activity by giving explanation and conducting question-answer session. The purpose of this research was to find out the difference in the social subject achievement of the fifth grade elementary students by implementing cooperative learning model Jigsaw II type in the material of appreciating the figures in the preparation of the independence of Indonesia.

This research was a quasi-experimental research nonequivalent control group design type. The population was the fifth grade students of SD Negeri instrument were conducted using SPSS 20 for windows program. The validity test was conducted using the Point Biserial correlation with the 0.05 significance level and the 0.361 r table score. Alpha Cronbach was used for reliability test with the reliability coefficient of 0.898 which was very high. The data was gathered using pretest and posttest for the experimental group and control group. The data was analyzed using SPSS 20 for windows program with Independent t-test.

The result of the research showed that there was the significant difference in the social subject achievement of the elementary students with the implementation of cooperative learning model Jigsaw II type. It was proven by the significance score (2tailed) of 0.00 (or < 0.05). It could be concluded that the implementation of cooperative learning model Jigsaw II type was more effective than the conventional learning model.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Perbedaan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Atas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II”.

Skripsi ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu syarat memperolah gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakulktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J, S.S., B.ST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. Y.B. Adimassana, M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang bersedia meluangkan waktu, memberikan bantuan, dukungan, arahan, dorongan dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Selaku dosen pembimbing II yang bersedia meluangkan waktu, memberikan arahan, dorongan dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Drs. Sukawit, M.A., selaku kepala SD Negeri Tegalrejo 2 yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian ini.

7. Iswanto, S.Pd., selaku guru kelas VA yang berkenan memberikan arahan, waktu dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini.

8. Sugiarsih, S.Pd., selaku guru kelas VB yang berkenan memberikan arahan, waktu dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian ini.

(12)

xi

10. Seluruh dosen Prodi PGSD yang telah memberikan dukungan dan bimbingan serta bantuannya selama penulis kuliah.

11. Pak Hermoyo, Bu Tri, Mas Arifin (Sekretariat PGSD), atas kerjasamanya dalam melayani selama kuliah dan pembuatan surat izin penelitian.

12. Kedua orang tuaku Bapak Markus Riyadi, S.Pd. dan Ibu Antonia Dwi Usmaniyati, S.Pd. yang telah memberikan kasih sayang, doa, dukungan secara moriil maupun materiil.

13. Kakakku Yoseph Doni Prasetyo, Valentina Dewi Prasetyawati dan Hastri Eva Febriantari serta adikku Thomas Catur Prasetyo Adi yang selalu memberi dukungan, bantuan dan semangat.

14. Ursula Wahyu Dwi Widyaningsih kekasihku, terima kasih atas semangat dan pendampinganmu dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman Payung Jigsaw: Novem, Lala, Arma, Titin, Iren, Dina, Oca, Bumen, Septi kita telah berjuang bersama.

16. Teman-teman seperjuangan PPL SDN Tegalrejo 2: Tama, Zega, Titin, Novem, Apri, Zulfan, Agung.

17. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantuku selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 10 Juni 2014

Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.5.1 Manfaat teoritis ... 7

1.5.2 Manfaat praktis ... 7

1.5.2.1 Bagi guru ... 7

1.5.2.2 Bagi siswa ... 7

1.5.2.2 Bagi sekolah ... 7

1.5.2.2 Bagi peneliti ... 7

1.5.2.2 Bagi peneliti lain ... 7

BAB IILANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian teori ... 8

2.1.1Belajar ... 8

2.1.1.1 Pengertian belajar ... 8

2.1.1.2 Ciri-ciri belajar ... 10

(14)

xiii

2.1.1.4.Prestasi belajar ... 17

2.1.2. Model Pembelajaran kooperatif ... 21

2.1.2.1. Definisi model pembelajaran kooperatif ... 21

2.1.2.2.Karakteristik model pembelajaran kooperatif ... 23

2.1.2.3.Tujuan model pembelajaran kooperatif ... 25

2.1.2.4. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif ... 26

2.1.2.5. Macam-macam model pembelajaran kooperatif ... 29

2.1.2.6. Perbandingan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I dan Jigsaw II... 33

2.1.2.7. Penghargaan (Reward)model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II .... 35

2.1.3. Mata pelajaran IPS di SD ... 36

2.1.3.1.Hakekat mata pelajaran IPS di SD ... 36

2.1.3.2 Ciri-ciri mata pelajaran IPS di SD ... 37

2.1.3.3.Tujuan mata pelajaran IPS di SD ... 38

2.1.3.4. Efektivitas Pembelajaran IPS di SD dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ... 41

2.1.3.5. Standar kompetensi dan kompetensi dasar ... 43

2.2 Kajian penelitian terdahulu ... 43

2.3 Kerangka berpikir ... 47

2.4 Hipotesis penelitian ... 48

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 49

3.1 Jenis penelitian... 49

3.2 Waktu dan tempat penelitian ... 51

3.2.1 Waktu penelitian ... 52

3.2.2 Tempat penelitian ... 52

3.3 Populasi dan Sampel ... 52

3.4 Variabel penelitian ... 52

3.5 Definisi operasional ... 53

3.6 Instrumen penelitian ... 54

3.7 Uji validitas dan reliabilitas Instrumen ... 55

3.7.1 Penentuan validitas instrumen. ... 55

3.7.1.1.Validitas isi. ... 55

3.7.1.2. Validitas konstruk. ... 56

3.7.1.3Validitas empiris. ... 57

3.7.2 Penentuan reliabilitas instrumen. ... 59

(15)

xiv

3.9 Teknik analisis data ... 61

3.9.1 Teknik analisis deskriptif ... 61

3.9.1.1 Ukuran tendensi sentral(mean,median,modus) ... 61

3.9.2 Teknik analisis inferensial ... 62

3.9.2.1 Uji normalitas ... 62

3.9.2.2 Uji homogenitas ... 63

3.9.2.3 Uji bedapretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ... 64

3.9.2.4 Uji pengaruh perlakuan ... 65

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN... 68

4.1 Hasil penelitian ... 68

4.1.1Deskripsi data ... 68

4.1.2 Perbedaanprestasi belajar IPS siswa kelas V SD dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ... 72

4.1.2.1Uji normalitas... 72

4.1.2.2Uji homogenitas ... 76

4.1.2.3 Uji beda pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ... 78

4.1.2.4 Uji pengaruh perlakuan ... 79

4.2 Rangkuman hasil penelitian... 82

4.3 Pembahasan ... 85

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

5.2.1 Saran umum ... 90

5.2.2 Saran untuk sekolah ... 90

5.2.3 Saran untuk guru ... 90

5.2.4 Saran saran untuk penelitian selanjutnya ... 90

5.3 Keterbatasan penelitian ... 91

DAFTAR REFERENSI ... 92

(16)

xv

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Poin kemajuan individu ... 35

Tabel 2.2 Poin kemajuan kelompok ... 36

Tabel 3.1 Waktu penelitian ... 51

Tabel 3.2 Waktu pengambilan data ... 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 55

Tabel 3.4 Item soal valid ... 59

Tabel 3.5 Kualifikasi koefisien realibilitas ... 60

Tabel 3.6 Hasil uji reliabilitas ... 60

Tabel 3.7 Pengumpulan data variabel prestasi belajar ... 61

Tabel 4.1 Data prestasi belajar IPS ... 71

Tabel 4.2 Hasil uji normalitaspretest kelompok kontrol... 73

Tabel 4.3 Hasil uji normalitasposttestkelompok kontrol ... 73

Tabel 4.4 Hasil uji normalitaspretest kelompok eksperimen ... 74

Tabel 4.5 Hasil uji normalitasposttestkelompok eksperimen ... 75

Tabel 4.6 Hasil uji homogenitas ... 77

Tabel 4.7Hasil uji beda ... 78

Tabel 4.8 Hasil uji pengaruh perlakuan ... 81

Tabel 4.9 Kriteria effect size ... 84

Tabel 4.10 Rangkuman data prestasi belajar IPS ... 85

Tabel 4.11 Rangkuman uji homogenitas ... 85

Tabel 4.12 Rangkuman hasil uji beda ... 85

Tabel 4.13 Rangkuman uji pengaruh ... 85

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1 Literatur map penelitian terdahulu ... 46

Gambar 3.1 Desain penelitian ... 50

Gambar 3.2 Variabel penelitian ... 53

Gambar 4.1 Kurva nilai pretest kelompok kontrol ... 73

Gambar 4.2 Kurva nilai posttest kelompok kontrol ... 74

Gambar 4.3 Kurva nilai pretest kelompok eksperimen ... 74

Gambar 4.4 Kurva nilai posttest kelompok eksperimen ... 75

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Surat Izin penelitian ... 96

Lampiran 2. Surat keterangan melaksanakan penelitian ... 98

Lampiran 3. Silabus ... 99

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 106

Lampiran 5. Hasil validitas empirik ... 137

Lampiran 6. Kisi-kisi instrumen prestasi belajar ... 139

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa (LKS) dan materi ajar ... 143

Lampiran 8. Butir pretest dan posttest kelompok kontrol dan eksperimen ... 158

Lampiran 9. Hasil uji normalitas ... 162

Lampiran 10. Hasil uji homogenitas ... 162

Lampiran 11. Hasil uji beda ... 163

Lampiran 12. Hasil uji pengaruh perlakuan ... 164

Lampiran 13. Foto kegiatan pembelajaran ... 165

Lampiran 14. Lembar observasi Jigsaw II ... 170

Lampiran 15. Hasil uji validitas konstruk dan validitas isi ... 172

Lampiran 16. Nilai r tabel product moment ... 187

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I ini peneliti akan membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

1.1 Latar belakang masalah

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Basleman, 2011:12). Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh banyak aspek, salah satunya proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu mencapai prestasi belajar tinggi.

Guru sebagai pendidik diharapkan mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang berlandaskan PAILKEM (pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, dan menyenangkan) (Uno, 2012:10). Setiap siswa memiliki kemampuan-kemampuan yang harus diarahkan oleh guru agar dapat berkembang secara optimal dalam pencapaian prestasi belajar secara signifikan. Siswa sebagai subyek belajar hendaknya dikondisikan sebagai pembelajar aktif yang melakukan pembelajaran, mengeksplorasi pengetahuannya sendiri. Sedangkan guru sebagai fasilitator belajar harus mampu mengupayakan kondisi-kondisi yang kondusif. Pembelajaran yang menyenangkan tentu menambah gairah siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Indikator pembelajaran yang menyenangkan adalah terjalinnya pembelajaran yang harmonis dan komunikasi aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan guru dengan guru (Lie, 2010:28).

(20)

2

geografi, dan ekonomi serta ilmu sosial lainnya. IPS dianggap penting untuk diajarkan di SD karena melalui belajar IPS siswa memahami interaksi dalam masyarakat, budaya, kebutuhan, sumber daya alam dan pemanfaatannya. Pendapat Susanto (2013:138) menyatakan bahwa dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan mengalami perkembangan secara komperhensif baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, selanjutnya susanto menegaskan melalui pembelajaran IPS mampu mengembangkan pemahaman kehidupan dalam masyarakat sehingga mencetak warga Negara yang baik dan memiliki tanggung jawab pada Negaranya.

Kenyataannya dalam pembelajaran IPS tidak sedikit guru mendominasi kegiatan pembelajaran (teacher center) dengan ceramah atau menyuruh siswa mencatat serta menghafal siswa cenderung pasif dalam belajar sebagai obyek belajar. Menurut guru dalam pembelajaran IPS jika siswa mampu menghafalkan banyak materi maka siswa sudah dikatakan pandai. Pembelajaran seperti ini akan mengurangi minat dan perhatian siswa, bahkan membatasi kemampuan siswa untuk memahami materi ajar secara mendalam untuk mengembangkan pencapaian kompetensi secara menyeluruh baik ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini membuat jenuh sehingga menghambat siswa dalam mencapai prestasi belajar yang optimal khususnya dalam mata pelajaran IPS (Isjoni, 2008:146).

(21)

3

antara model pembelajaran dengan mata pelajaran sehingga membantu pencapaian prestasi belajar siswa secara optimal.

Salah satu model pembelajaran inovatif yang menarik dan bermakna bagi kegiatan belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2009: 56) model pembelajaran kooperatif merupakan pengimplementasian dari konsep yang menyatakan bahwa siswa akan lebih mudah dalam belajar dan memahami konsep yang sulit melalui kegiatan diskusi dengan teman sehingga terbantu dalam memahami materi ajar. Model pembelajaran kooperatif mampu mengaktifkan serta membantu siswa memperkaya pengetahuan melalui berdiskusi. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang memungkinkan antar siswa saling tatap muka; saling mengutarakan pendapat tentang suatu bahasan materi. Siswa memiliki tanggung jawab perorangan untuk menguasai materi sehingga siswa harus mempersiapkan materi yang dibahas.

(22)

4

Jigsaw II siswa bekerja dalam kelompok dengan latar belakang, jenis kelamin,

kemampuan yang heterogen. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diawali dengan siswa mengerjakan kuis awal. Kemudian siswa dibagi

dalam kelompok asal. Siswa dalam kelompok asal mempelajari materi yang telah disediakan guru secara keseluruhan, lalu setiap anggota kelompok diberikan lembar ahli yang berbeda-beda.

Kelompok ahli terdiri siswa yang mempelajari sub materi yang sama. Kemudian siswa berkumpul dalam kelompok ahli untuk saling bertukar pikiran dan gagasan tentang materi yang dipelajari oleh masing-masing siswa. Setelah saling mengungkapkan pemahamannya, siswa kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan hasil temuan dalam kelompok ahli. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kuis untuk menjajagi pemahaman siswa. Hasil kuis masing-masing siswa digunakan untuk pemberian penghargaan (reward) berdasarkan rekognisi tim. Pembelajaran hendaknya tidak hanya didominasi ceramah guru namun perlu divariasikan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sehingga memaksimalkan pencapaian prestasi belajar siswa. Menurut hasil wawancara dengan guru, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II belum pernah diimplementasikan di kelas V SD Negeri Tegalrejo 2.

(23)

5

motivasi belajar secara signifikan antara siswa yang mengikuti kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional.

Arinata, (2011) berjudul pengaruh model kooperatif teknik Jigsaw II terhadap kemampuan membaca ditinjau dari sikap. Menyatakan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan dalam kemampuan membaca bahasa inggris pada siswa yang mengikuti kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional.

Budiawan, N. (2013) berjudul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berbasis peta konsep terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV.

Hasil penelitian menyatakan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berbasis peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Wacika (2013) meneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari sikap sosial dalam pembelajaran

IPS kelas V SDN Panjer. Hasil penelitian menunjukkan terdapat selisih hasil belajar yang tinggi antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Perbedaan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar Atas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

(24)

6

sub tema. Dalam mata pelajaran IPS SD di kelas V memuat materi sejarah yang cukup abstrak bagi pemahamansiswa sehingga sesuai untuk dikemas dengan menggunakan model pembelajaran inovatif, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajar.

1.2Pembatasan masalah

Peneliti melaksanakan penelitian dengan metode quasi eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen di SD Negeri Tegalrejo 2 kelas V semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada mata pelajaran IPS standar kompetensi 2. (Menghargai

peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia) pada kompetensi dasar 2.2 (Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia). Penerapan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw II dilakukan untuk mengatahui perbedaan prestasi belajar IPS dalam ranah kognitif siswa dalam taksonomi Bloom.

1.3Rumusan masalah

Apakah ada perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V Sekolah Dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

1.4Tujuan penelitian

(25)

7

1.5Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini menambah wawasan tentang salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

1.5.2 Manfaat praktis:

1.5.2.1. Bagi guru kelas

Guru mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan menambah wawasan guru untuk mengimplementasikannya.

1.5.2.2. Bagi Siswa

Memacu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.

1.5.2.3. Bagi sekolah

Menambah referensi bacaan atas implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II di SD Negeri Tegalrejo 2.

1.5.2.4. Bagi peneliti

Memberi pengalaman dalam implementasi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II serta memberi feedback bagi peningkatan pelaksanaan pembelajaran berikutnya.

1.5.2.5. Bagi peneliti lain

(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II berisi kajian pustaka yang akan dibahas. Kajian penelitian yang relevan memuat beberapa hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan topik penelitian. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis yang menjadi dugaan/jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

2.1. Kajian pustaka

2.1.1. Belajar

Dalam belajar peneliti hendak membahas tentang pengertian belajar, ciri-ciri belajar, faktor yang mempengaruhi belajar dan pengertian prestasi belajar.

2.1.1.1. Pengertian belajar

Suyono dan Hariyanto (2011:9) belajar merupakan proses pemerolehan pengetahuan yang disertai dengan adanya proses peningkatan keterampilan, perbaikan perilaku dan sikap, serta pengokohan kepribadian. Pengalaman yang dilalui seseorang berulang kali dapat memunculkan pengetahuan. Proses belajar dianggap berhasil apabila pembelajar mampu menerapkan kembali materi belajar yang telah diperoleh. Selanjutnya Winkel (2007:56-59) mengungkapkan belajar merupakan proses psikis yang berlangsung dalam diri manusia dan lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil dari belajar yang bersifat menetap dan membekas pada diri manusia.

(27)

9

sekitar yang didorong oleh kebutuhan yang hendak dicapai. Hamalik (2007:27) mengemukakan belajar sebagai modifikasi atau tindakan memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Masidjo (2008:11) mengemukakan belajar adalah proses perubahan aktivitas mental yang memiliki tujuan, terjadi dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan (keluarga, sekolah) dalam jangka waktu tertentu yang menghasilkan tingkah laku baru/penyempurnaan tingkah laku lama yang bersifat konstan.

Piaget dalam Rusman (2010:202) menyatakan bahwa belajar merupakan proses aktif antara siswa dan guru dan pengetahuan diperoleh melalui penyusunan dalam pikiran siswa. Gagne (1984) dalam Dahar (2011) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku manusia/organisme karena memperoleh pengalaman. Basleman (2011:12) mengartikan belajar sebagai proses perubahan tingkahlaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Djiwandono (2006:120) menerangkan bahwa belajar merupakan perolehan informasi siswa dengan berbagai cara baik disengaja maupun tidak disengaja. Suryabrata (2004:232) menjelaskan belajar merupakan suatu perubahan dalam diri manusia secara aktual dan potensial dalam kecakapan baru.

(28)

10

perubahan pada tingkah laku baru seseorang yang berasal dari pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Syah (2008:68) mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam diri manusia secara menyeluruh yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan aspek kognitif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengartikan belajar sebagai proses perubahan dalam diri siswa yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman yang dilakukan secara sadar meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.1.1.2. Ciri-ciri belajar

Djamarah (2011:15-16) dan Syah (2008:118-119) mengungkapkan bahwa belajar memiliki ciri-ciri, pendapat mereka memiliki perbedaan dan persamaan. Persamaan gagasan kedua tokoh tentang ciri-ciri belajar adalah:

Pertama perubahan dalam belajar bersifat fungsional secara efektif. Perubahan belajar dalam diri siswa berlangsung secara berkelanjutan, serta menetap dalam diri siswa. Perubahan siswa akan menghasilkan perubahan pada tingkatan berikutnya dan memberi manfaat dalam hidupnya serta dalam proses belajar selanjutnya. Misalnya: siswa yang belajar bilangan, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak mengetahui bilangan menjadi tahu. Perubahan belajar akan berkembang secara berkelanjutan sampai pengetahuan bilangan semakin sempurna. Kemudian dengan pengetahuan tentang bilangan siswa akan memperoleh pengetahuan selanjutnya dalam melakukan penyelesaian operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian dan perkalian.

(29)

11

yang telah ditetapkan. Sebab perubahan belajar dalam diri siswa memiliki arah dan disadari. Bahwa melalui belajar seseorang menyadari akan terjadinya perubahan.

Ketiga perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan belajar selalu bertambah dan menuntun manusia untuk memperoleh yang baik dan lebih baik. Pengalaman belajar yang kompleks dan usaha keras dalam belajar mempengaruhi perubahan belajar yang didapat. Perubahan belajar bersifat aktif artinya perubahan itu tidak terjadi secara sendirinya, namun melalui usaha keras siswa tersebut.

Selain pendapat di atas, Djamarah (2011:15-16) menambahkan 3 ciri-ciri dalam belajar, yaitu:

Pertama perubahan yang terjadi secara sadar. Siswa yang belajar menyadari terjadinya perubahan sebagai akibat belajar. Perubahan tingkah laku yang disebabkan pengaruh minuman keras atau obat-obatan tidak termasuk dalam perubahan belajar, karena terjadi dalam kondisi yang tidak sadar. Perubahan belajar dapat diketahui; misal bertambahnya pengetahuan siswa, keterampilan hidup dan kecakapan hidup dan sebagainya.

Kedua perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. Perubahan belajar berlangsung menetap dalam diri manusia, bahkan perubahan itu selalu berkembang dan tidak mudah hilang. Siswa yang belajar bermain pianika maka hasil belajar itu tidak akan pernah hilang dalam dirinya, namun berkembang dan menetap dalam diri siswa itu apabila selalu diasah dan digunakan.

(30)

12

tersebut. Sebab satu aspek dalam perubahan belajar memiliki kaitan dengan aspek lain baik kognitif, afektif dan psikomotorik.

Banyak hal yang sebenarnya merupakan gejala hasil belajar. Winkel (2004:13) menjelaskan ciri khas kegiatan belajar sebagai terjadinya suatu perubahan pada orang yang belajar; dia mengalami perubahan dari “belum tahu/belum mampu ke sudah tahu/mampu. Manusia mengalami banyak perubahan karena ia telah belajar banyak: Pertama belajar memperoleh pengetahuan dan pemahaman (bidang belajar kognitif). Kedua belajar memperoleh ketrampilan (bidang belajar sensorik-psikomotorik). Ketiga belajar untuk memperoleh nilai dan sikap (bidang belajar dinamik-afektif).

Belajar mendasari sebagian besar dari perkembangan. Adanya tahap perkembangan tertentu mempengaruhi pada hal-hal yang dipelajari anak dan bagaimana cara anak belajar. Sehingga perkembangan anak harus diatur dan diarahkan agar perubahan positif yang diharapkan dapat terjadi dan tercapai. Pengarahan belajar dapat melalui pendidikan formal maupun informal.

(31)

13

2.1.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Hamalik (2003:32-33), Sudjana (1989:39) dalam Susanto (2013:15-19) dan Syah (2002:132-138) memberi gagasan tentang faktor-faktor dalam belajar. Gagasan ketiga tokoh itu memiliki kesamaan yaitu:

Pertama aspek fisiologis kondisi jasmani menandai organ tubuh mempengaruhi intensitas dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi kesehatan yang lemah mempengaruhi unsur kognitif siswa sehingga materi pelajaran tidak dapat diserap secara maksimal. Kemudian kemampuan dan berfungsinya indra secara baik, terutama pendengar dan penglihat sangat berpengaruh besar terhadap penyerapan materi di dalam kelas.

Kedua aspek psikologis secara esensial dianggap sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa yang terdiri atas:

Intelegensi siswa. Intelegensi siswa tidak berhubungan dengan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ tubuh lain. Walaupun harus diakui bahwa hubungan kualitas otak dengan intelegensi lebih menonjol, karena otak yang menjadi pengontrol seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan/intelegensi sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa yang kecerdasannya tinggi maka semakin besar peluangnya untuk meraih kesuksesan dan sebaliknya. Intelegensi membantu dalam proses penyerapan materi ajar serta pemecahan-pemecahan siswa dalam proses belajar oleh siswa, sehingga dengan demikian dapat menjadi tolak ukur pencapaian keberhasilan belajar, meskipun hal ini bukan menjadi faktor tunggal yang menentukannya.

(32)

14

Sehingga kegiatan belajar mencapai prestasi jika didukung oleh tingkat kematangan yang berhubungan dengan minat dan kebutuhan siswa. Kesiapan merupakan gejala internal berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang atau barang secara positif dan negatif. Ketika siswa memberikan sikap positif dalam mengikuti pembelajaran,ini menandakan proses belajar yang berlangsung baik. Siswa yang memberi sikap negatif dalam mengikuti pembelajaran, apalagi siswa benci maka siswa tentu akan mengalami kesulitan belajarnya. Sikap conserving mungkin tidak memberi dampak kesulitan belajar siswa, namun tentu akan menjadi kendala bagi perolehan prestasi belajar secara maksimal.

terakhir minat siswa. Minat mempengaruhi kualitas pencapaian prestasi belajar siswa. Minat menambah gairah dalam belajar siswa sehingga siswa mampu memusatkan perhatian secara intensif serta menggairahkan keinginan belajar lebih giat yang mendukung pencapaian prestasi belajar secara maksimal.

Selanjutnya Sudjana (1989:39) dalam Susanto (2013:15-19) dan Syah (2002:132-138) menguraikan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, pendapat mereka memiliki kesamaan pada:

(33)

15

Kedua kemauan/ gairah/ motivasi belajar. Salah satu kesulitan guru dalam memandu pembelajaran adalah membiasakan siswa untuk rajin belajar dan menanamkan pada siswa bahwa belajar merupakan kebutuhan siswa bagi hidupnya sekarang dan dimasa depan. Motivasi merupakan keadaan internal yang mendorong orang untuk bertingkahlaku secara terarah. Motivasi intrinsik memiliki kapasitas pendorong yang lebih besar dan cenderung menetap dibandingkan motivasi ekstrinsik sebab dengan motivasi intrinsik siswa memperoleh dorongan dari dalam dirinya sendiri. Motivasi tentu akan mendorong siswa untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi, karena dari dalam diri siswa memiliki dorongan untuk memahami pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depan anak.

Ketiga lingkungan sosial. Keluarga yang mendidik anaknya dengan baik akan menghasilkan anak yang baik dan sebaliknya. Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan awal yang membentuk karakter anak, sehingga kesalahan pendidikan yang diberikan orang tua akan berpengaruh juga pada kesuksesan anak. Selain itu juga masyarakat, pergaulan di masyarakat berpengaruh pada kepribadian seorang siswa. Anak yang berada di lingkungan masyarakat yang kondusif dan baik mendukung siswa tersebut untuk belajar secara giat dan mencapai prestasinya dibandingkan anak yang berkembang di tengah lingkungan yang masyarakatnya kriminal sering melakukan kekerasan dan kejahatan.

(34)

16

mendukung siswa dalam mencapai keberhasilan belajar, pribadi dan sikap guru berkitan dengan pembawaan perilaku, sifat, kepribadian guru dalam menemani siswa dalam belajar tentu menentukan tanggapan siswa dalam mengikuti proses belajar, entah aktif, pasifnya siswa dalam mengikuti. Hal ini berpengaruh pada gairah dan keinginan siswa dalam belajar yang akhirnya berpengaruh pula pada pencapaian prestasi belajarnya, suasana pengajaran berkitan dengan suasana pembelajaran yang tenang, kondusif, terjalin komunikasi aktif antara siswa-guru, siswa-siswa dan guru-siswa tentu mendukung dalam pencapaian prestasi belajar tinggi bagi siswa, kompetensi guru berkaitan dengan guru hendaknya menguasai kompetensi profesional sebab dengan demikian guru akan lebih menguasai kelas. Guru yang profesional akan cenderung inovatif dalam memilih metode, model pembelajaran dan media pembelajaran yang akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan mencapai keberhasilan belajar. Faktor ini dipandang turut dalam menentukan prestasi belajar. Siswa dan guru hendaknya jeli dalam mensikapi kondisi-kondisi ini sebab jika siswa tidak mampu mengarahkan dirinya sendiri, hal ini juga akan merugikan bagi diri anak.

Hamalik menjelaskan hal yang berbeda dengan Sudjana (1989:39) dalam Susanto (2013:15-19) dan Syah (2002:132-138) terkait faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

(35)

17

Kedua belajar memerlukan latihan agar materi pelajaran dapat diingat perlu adanya review dengan tujuan agar pelajaran mudah diingat dan mudah dipahami.

Ketiga belajar memerlukan pengasosiasian pengalaman, perlu diurutkan antara pengalaman lama dengan pengalaman baru sehingga menjadi kesatuaan pengalaman.

Keempat pengalaman belajar lama memberikan peranan yang besar dalam kegiatan belajar. Sebab pengalaman lama menjadi dasar untuk memperoleh pengalaman baru dan pengertian baru.

Kelima pencapaian tujuan belajar memberikan motivasi belajar, siswa perlu mengetahui ketercapaian tujuan belajar. Dengan mengetahui keberhasilan belajar siswa akan mendorong dirinya untuk belajar.

Berdasar urain diatas dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

Pertama faktor yang berasal dari diri siswa (intern): Kecerdasan/intelegensi, minat belajar, motivasi belajar, bakat, sikap siswa dalam belajar, kesiapan belajar, latihan.

Kedua faktor yang berasal dari luar diri siswa (ekstern): suasana belajar, keluarga/masyarakat, cara penyampaian materi, kompetensi pengajar, sikap/pribadi pengajar.

2.1.1.4. Prestasi belajar

(36)

18

diperoleh siswa dalam suatu kegiatan yang dikerjakan, diselesaikan dan diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok. Selanjutnya Darsono (2000) merumuskan pengertian prestasi belajar sebagai hasil perubahan yang diperoleh siswa meliputi ranah kognitif, ranah afektif serta ranah psikomotorik melalui interaksi siswa dengan lingkungannya. Sehingga prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan, mengerjakan, diciptakan setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Sudjana (2009:3) hasil belajar merupakan perubahan-perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari dalam diri siswa setelah memperoleh pengalaman belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Purwanto (2009) menambahkan bahwa hasil perubahan dalam diri siswa tersebut diperoleh dari proses belajar siswa. Winkel (2004:226) mengemukakan prestasi belajar merupakan keberhasilan yang dicapai seseorang. Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar berupa pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Selanjutnya Bloom dalam Arikunto (2009:22) memperinci ada tiga ranah hasil belajar yaitu:

Pertama ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Kedua ranah afektif. Ranah afektif berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

(37)

19

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Selanjutnya Kasmadi (2013:36-40) menambahkan penjabaran domain prestasi belajar terdiri atas:

Ranah kognitif. Domain kognitif proses belajar melibatkan otak, sehingga diperoleh perubahan perilaku yang terjadi dalam otak berupa kemampuan menyelesaikan masalah. Kemudian menurut Anderson (2001) dalam Kasmadi (2013:36-40) mengklasifikasikan domain kognitif atas enam tingkatan.

Kemampuan yang paling rendah adalah mengingat, merupakan kemampuan hafalan untuk pemanggilan kembali (reheresel) informasi yang tersimpan dalam memori otak untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan dalam aspek mengingat adalah mengenali ulang, mengingat ulang, membandingkan dan mengidentifikasi.

Selanjutnya kemampuan memahami, berkaitan bagaimana memaknai suatu materi. Kemampuan memahami dikategorikan menjadi beberapa hal, yaitu: mengintepretasikan, mencontohkan, mengklasifikasi, dan menyimpulkan.

(38)

20

kognitif adalah mencipta, kemampuan mencipta berupa kegiatan menilai berdasarkan patokan tertentu, dengan sehingga memunculkan ide-ide inovatif bagi siswa untuk merancang suatu penemuan baru.

Ranah afektif. Ranah afektif berkaitan dengan sikap. Menurut Krathwol dalam Kasmadi (2012: 37-39) ranah afektif dijabarkan sebagai berikut:

Kemampuan menerima berkaitan dengan kemampuan merefleksikan suatu perbedaan, kemampuan memaknai kekurangan dan kelebihan serta kemampuan bersinergi. Selanjutnya kemauan menanggapi yang berkaitan dengan kemampuan menanggapi, berpartisipasi aktif, mengungkapkan perasaan, menyesuaikan diri, berempati, dan menyesuaikan diri. Berikutnya kemampuan menilai yang berkaitan dengan kemampuan menentukan pilihan atas kondisi/keadaan yang terjadi.Sehingga mengembangkan kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Berikutnya mengorganisasi, yakni kemampuan memecahkan masalah melihat gagasan-gagasan yang ditulis secara sistematis, mendiskusikan suatu permasalahan, menyamakan persepsi, menemukan kaitan antar nilai sehingga harmoni. Yang terakhir karakterisasi berhubungan dengan kemampuan manusia menyelaraskan perilakunya dengan norma yang telah ditetapkan.

(39)

21

menggambar simbol, bermain congklak, kemampuan meniru suara hewan. Selanjutnya gerakan kemampuan fisik, kemampuan ini didapat melalui pelatihan, meliputi: melakukan senam, olahraga bola besar, lompat tinggi, lompat jauh, acrobat, berselancar, mengangkat barbell, menari dan lainnya. Berikutnya gerak terampil, meliputi: berselancar, jungkat-jungkit, bersepeda, bermain panah. Terakhir adalah gerak kreatif dan keindahan. Gerakan ini memberikan keindahan/nilai estetika. Gerakan ini meliputi: gerakan memahat, gerak menari, gerakan grouping dan sebagainya.

Sehingga peneliti merumuskan definisi prestasi belajar sebagai hasil/kompetensi yang dikuasai/diperoleh siswa melalui kegiatan belajar yang dikerjakan, diselesaikan dan diciptakakan setelah mengalami pengalaman belajar meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Penelitian ini lebih memfokuskan pada prestasi belajar ranah kognitif.

2.1.2. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif membahas definisi model pembelajaran kooperatif, karakteristik model pembelajaran kooperatif, tujuan model pembelajaran kooperatif, unsur-unsur model pembelajaran kooperatif, macam-macam model pembelajaran kooperatif, perbandingan pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I dan tipe Jigsaw II, penghargaan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2.1.2.1. Definisi model pembelajaran kooperatif

(40)

22

secara bersama-sama guna mencapai tujuan. Melalui pembelajaran kooperatif setiap siswa memiliki tugas dan tanggungjawab yang sama untuk mencapai keberhasilan kelompok. Kelas kooperatif terbentuk atas kelompok kecil yang terdiri dari siswa yang sederajat namun heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin, ras dan masing-masing saling membantu. Melalui belajar dalam kelompok memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif baik dalam berfikir maupun mengikuti kegiatan belajar. Siswa saling membantu dalam memahami materi yang disajikan oleh guru untuk mamahami secara mendalam dan menyeluruh sehingga tercapai ketuntasan materi.

(41)

23

melakukan kerjasama dengan siswa lain dalam mengerjakan tugas yang disediakan guru secara terstruktur. Isjoni (2008:156) menguraikan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengkondisikan siswa terbagi dalam kelompok kecil terdiri dari 4-5 siswa yang melakukan kerjasama dengan tujuan belajar bersama. Majid (2013:175) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan dua fungsi bagi siswa yakni sebagai pembelajar yang membelajarkan dirinya sendiri dan pembelajar yang membelajarkan siswa lain.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan pembelajaran kooperatif adalah proses belajar yang menekankan kerjasama dan gotong royong antar siswa di dalam kelompok kecil sehingga siswa memiliki kesempatan berinteraksi serta saling membelajarkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara optimal.

2.1.2.2. Karakteristik model pembelajaran kooperatif

Taniredja (2011:56), Ibrahim dalam Majid (2013:176) dan Johnson dan Johnson dalam Taniredja (2011:59) menguraikan ciri-ciri pembelajaran kooperatif dengan kesamaan pendapat sebagai berikut:

(42)

24

kerjasama dan hubungan yang harmonis dengan pemberian penghargaan/reward kelompok unggul.

Johnson dan Johnson (1984) dalam Taniredja (2011:59) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang berbeda dari gagasan di atas, yaitu: Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa memiliki hubungan saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok. Selain itu siswa memiliki tanggung jawab secara pribadi. Setiap siswa berperan sebagai pemimpin bagi temannya. Pembelajaran kooperatif memberikan tugas yang dikerjakan siswa secara bersama dalam kelompok.

Melalui kerja sama kelompok menanamkan keterampilan sosial. Pembelajaran kooperatif menempatkan guru berperan sebagai fasilitator/pengamat proses belajar.

Efektivitas kegiatan belajar kelompok tergantung pada peranan masing-masing siswa.

(43)

25

2.1.2.3. Tujuan model pembelajaran kooperatif

Johnson dan Johnson dalam Trianto (2009:57) menjelaskan tujuan pembelajaran kooperatif adalalah mengoptimalkan proses belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta pemahaman materi secara individu maupun kelompok. Zamroni (2000) dalam Trianto (2009:57) juga menambahkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif mampu mengatasi kesenjangan pendidikan antar siswa serta meningkatkan solidaritas sosial antar siswa. Sehingga pembelajaran kooperatif dapat mencetak generasi baru yang memiliki prestasi tinggi serta memiliki rasa solidaritas sosial yang kokoh. Menurut Trianto (2009:58) pembelajaran kooperatif meningkatkan partisipasi siswa, mengkondisikan siswa untuk dapat mengambil keputusan kelompok serta mengakomodasai siswa dalam mengupayakan interaksi dan belajar secara bersama-sama dengan latar belakang yang berbeda. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa sekaligus sebagai guru yang saling membelajarkan. Pengemasan pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa bekerjasama dan aktif, siswa terlatih untuk mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama yang sangat mengakomodasi bagi kehidupan di masyarakat.

Depdiknas dalam Taniredja (2011:60) dan Majid (2013:175) memiliki persamaan gagasan terkait tujuan pembelajaran kooperatif yaitu:

(44)

26

yang lebih tinggi karena siswa memahami secara mendalam materi-ateri ajar yang disediakan.

Kedua mengajarkan kepada siswa untuk menerima dan menghargai perbedaan yang dimiliki setiap pribadi, baik secara fisik, ras, agama, strata sosial, prestasi belajar maupun latar belakang siswa.

Ketiga mengembangkan keterampilan sosial siswa sebagai makhluk sosial yang mampu berkomunikasi aktif, bekerjasama dan mengambil keputusan dalam kelompok dan kepekaan sosial pada teman.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan kinerja siswa akan materi-materi ajar secara bersama-sama guna meningkatkan prestasi belajar siswa, memberi pemahaman siswa untuk menghargai dan menerima perbedaan yang ada antara siswa satu dengan yang lain, menyiapkan generasi yang cerdas serta diimbangi dengan kepekaan dan keterampilan sosial yang tinggi.

2.1.2.4. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif

Pendapat Roger dan David Johnson dalam Lie (2010:31-35) menjelaskan bahwa tidak semua belajar dalam kelompok dapat dikatakan pembelajaran kooperatif. Berikut ini unsur-unsur pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil belajar secara optimal:

(45)

27

andil dalam pembelajaran guna memperoleh nilai yang tinggi untuk dirinya sendiri serta bagi kelompok.

Tanggung jawab perorangan, cooperatif learning membuat siswa merasa bertanggung jawab dalam mencapai hasil yang terbaik. Masing-masing siswa mempersiapkan dengan sebaik-baiknya materi/tugas yang yang harus diselesaikan. Sebab jika tidak dipersiapkan dengan baik akan terlihat bahwa siswa belum menyiapkan materi yang akan dipelajari, misalnya dalam tipe Jigsaw II siswa yang tidak mempersiapkan diri akan terlihat dengan mudah.

Tatap muka, setiap kelompok diberi kesempatan untuk berdiskusi yang akan menguntungkan dalam kegiatan belajar. Sebab siswa saling bertukar pikiran sehingga dapat memperkaya pengetahuan antar anggota. Siswa saling membelajarkan dan saling membantu apabila ditemui kesulitan dalam memahami suatu materi. Sekaligus siswa juga mampu melakukan interaksi dengan antar teman secara pribadi.

(46)

28

Evaluasi proses kelompok, guru perlu menjadwalkan kegiatan evaluasi proses kerja siswa dan kelompoknya agar kerjasama antar siswa dalam belajar dalam kelompok semakin efektif dan meningkatkan pemahaman siswa akan materi ajar.

Isjoni (2012: 78-79) menguraikan unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

Siswa yang bekerja dalam kelompok hendaknya memahami dengan baik tujuan dari kegiatan kerja kelompok, sehingga pemerolehan materi dapat lebih mendalam dan luas.

Level Kooperasi. Guru harus memantau bagaimana jalannya diskusi kelompok, apakah diskusi dapat memberi pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari serta bagaimana kemajuan belajar siswa melalui kegiatan belajar yang telah ditempuh.

Pola interaksi. Siswa dalam kelompok saling menjalaskan materi yang dibahas, saling membatu memahami, menyampaikan dan menerima gagasan mendorong semangat belajar. Melalui langkah ini dengan sendirinya siswa akan berinteraksi dengan teman-teman kelompoknya secara dekat.

Evaluasi. Kegiatan evaluasi ditekankan pada kemajuan prestasi belajar siswa dan kontribusi kelompok dalam membelajarkan teman-temannya.

(47)

29

2.1.2.5. Macam-macam pembelajaran kooperatif

2.1.2.5.1. Student Team Achivement Devision (STAD)

Menurut Huda (2012:116) menjelaskan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa masuk dalam kelompok dengan gender, ras, kemampuan latar belakang yang berbeda-beda. Pertama-tama siswa mengerjakan soal pretest, kemudian siswa dalam kelompok mempelajari materi bersama teman dengan saling membelajarkan. Setelah itu siswa secara mandiri mengerjakan kuis yang disediakan guru, siswa tidak boleh saling membantu. Skor kuis kemudian dibandingkan dengan nilai pretest. Peningkatan nilai tiap siswa dibandingkan dengan poin kemajuan siswa. Kelompok yang unggul dalam pembelajaran diberikan penghargaan kelompok berdasarkan kemajuan siswa dalam tim sehingga siswa termotivasi untuk memperoleh skor tinggi.

2.1.2.5.2. Teams Games Tournament (TGT)

Slavin (1995) dalam Huda (2012:116-117) memaparkan bahwa praktek STAD dan TGT sebenarnya tidak jauh berbeda, yang membedakan adalah jika pada STAD terdapat kuis, maka dalam TGT diganti dengan istilah game akademik. Siswa dalam tim yang berjumlah 5 anggota memainkan game di meja turnamen.

(48)

30

2.1.2.5.3. Team Acceleraleted Instruction (TAI)

Huda (2012:125) menjelaskan bahwa dalam tipe TAI siswa bergabung berdasarkan kemampuan yang beragam yang terdiri dari 4-5 siswa. Pada mulanya TAI diterapkan khusus untuk mata pelajaran matematika/keterampilan hitung. Melalui TAI siswa saling bekerjasama untuk saling mengecek tugas temannya dan saling memberi bantuan jika dibutuhkan. Pemberian nilai dilakukan dengan memberikan tes individu dan guru memperhatikan setiap siswa. Perhatian itu bukan hanya sejauh mana siswa dapat menyelesaikan tugas, namun juga bagaimana siswa dapat mengerjakan tugas secara mandiri tanpa mancontek. Kelompok yang unggul dalam rata-rata nilai atas kontribusi tiap siswa diberi penghargaan (reward). Akuntabiilitas individu sangat dibutuhkan pada tipe ini.

2.1.2.5.4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Menurut Stavens (1987) dalam Huda (2012:126) menjelaskan bahwa tipe CIRC digunakan untuk meningakatkan ketrampilan membaca dan menulis. Langkah-langkah CIRC meliputi penilaian awal (pretest) dan kuis. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang mengalami peningkatan secara signifikan dalam ketrampilan membaca dan menulis. Setiap siswa belajar sesuai level kemampuan yang telah dikuasai. Kontribusi anggota kelompok didasarkan dari perolehan hasil dari kerja mandiri.

2.1.2.5.5. Jigsaw I

(49)

31

mengajarkannya kepada teman dalam kelompoknya. Seluruh gambaran informasi yang bergabung tersebut seperti layaknya puzzle utuh.

Isdjoni (2008) menambahkan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I siswa berkelompok 4-6 anggota kelompok yang heterogen. Kunci dari Jigsaw I adalah saling ketergantungan, yaitu setiap siswa bergantung pada teman satu kelompoknya utuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Dalam pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw I siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa diberi tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, kemudian diberi lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda. Topik-topik tersebut yang akan menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca.

2.1.2.5.6. Jigsaw II

(50)

32

beraktifitas dan saling mambantu dalam kelompok untuk memahami materi ajar sehiingga tercapai prestasi belajar yang optimal.Untuk mencapai efektivitas pembelajaran serta pencapaian prestasi belajar yang signifikan dalam mata pelajaran sejarah, salah satu tipe yang tepat untuk digunakan adalah Jigsaw II (Isjoni, 2008:157).

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan model pembelajaran yang mengkondisikan siswa belajar secara berkelompok dengan anggota 4-6 siswa, setiap siswa diberikan kesempatan untuk memahami keseluruhan materi yang kemudian berdiskusi dalam kelompok ahli dan kembali dalam kelompok asal untuk saling membelajarkan dimana setiap anggota kelompok saling memiliki ketergantungan positif antara satu siswa dengan yang lainuntuk dapat saling membelajarkan sehingga semua siswa mengalami perkembangan belajar yang termuat dalam prestasi belajar untuk dikontribusikan bagi pemerolehan penghargaan kelompok (reward).

2.1.2.5.7. Jigsaw III

Jigsaw III dikembangkan oleh Kagan (1990). Menurut Huda (2012:122)

menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang menonjol antara tipe Jigsaw IIdan Jigsaw III, perbedaan tipe Jigsaw III adalah dalam pelaksanaan tipe Jigsaw III

(51)

33

2.1.2.6. Perbandingan langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw I dan tipe Jigsaw II

2.1.2.6.1. Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw I

Menurut Stepen, Sikes dan Snapp (1978) dalam Rusman (2011) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai berikut: Siswa dibagi dalam kelompok dengan jumlah 1 sampai 5 siswa. Kemudian tiap siswa dalam kelompok diberikan materi yang berbeda. Setiap siswa dalam kelompok diberikan materi yang ditugaskan. Selanjutnya setiap siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda yang telah mempelajari materi yang sama saling berkumpul dikelompok baru (kelompok ahli) untuk saling berdiskusi. Kemudian siswa yang ahli dalam materi masing-masing kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan materi yang dikuasainya dan teman lain memperhatikan dengan seksama. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. Guru memberikan kuis/evaluasi.

2.1.2.6.2. Langkah-langkah Jigsaw II

Slavin (2008: 237) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II cocok untuk materi yang berbentuk narasi. Jigsaw II mengkondisikan siswa bekerja dalam kelompok dan tersusun secara heterogen. Kelompok yang unggul dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diberikan penghargaan (reward) atas keberhasilan tim. Penentuan tim unggul sama dengan cara penentuan skor rekognisi tim pada STAD. Pertama-tama siswa diberikan kuis awal untuk menentukan kemampuan awal siswa yang nantinya dibandingkan dengan kuis akhir sebagai kemajuan belajar siswa serta kemajuan belajar kelompok.

(52)

34

kelompok asal. Dalam kelompok asal siswa diberi tugas untuk membaca secara mendalam salah satu topik yang berbeda. Kemudian setelah membaca materi-materi itu siswa menuju dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan materi-materi-materi-materi yang menjadi tugas mereka. Kelompok ahli terdiri dari siswa yang mempelajari materi sama. Lalu siswa kembali ke dalam kelompok asal untuk mengutarakan hasil diskusi dalam kelompok ahli sampai semua anggta mamahami. Kegiatan diakhiri dengan kuis yang mencakup keseluruhan materi, hasil kuis menjadi kontribusi anggota bagi kelompok; penskoran didasarkan pada skor perkembangan individu. Selanjutnya kontribusi anggota itu untuk menentukan kelompok yang mendapat penghargaan.

Huda (2012:118) mengungkapkan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II setiap kelompok berkompetensi untuk meraih penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok dipertimbangkan berdasarkan penampilan masing-masing anggota kelompok untuk memacu meningkatkan kualitas kinerja kelompok.

Implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II berbeda dengan implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I. Perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II bahwa dalam Jigsaw II siswa telah mempelajari secara keseluruhan materi ajar

(53)

35

Jigsaw I juga tidak ada pemberian penghargaan bagi kelompok yang memacu

peningkatan prestasi belajar siswa.

2.1.2.7. Penghargaan (reward) dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

Menurut Slavin (2010) dalam Jigsaw II diberikan penghargaan (reward) atas keunggulan kelompok. Dalam pemberian penghargaan berdasarkan rekognisi tim. Penentuan reward dilakukan dengan melihat kemajuan skor tertinggi. Penentuan skor kemajuan siswa didasarkan pada penentuan skor kemajuan pada STAD.

2.1.2.7.1. Poin kemajuan individu

Penentuan penghargaan individu, pertama-tama guru memberikan soal awal (pretest) untuk menentukan skor awal masing-masing siswa. Setelah diperoleh nilai awal dan pelaksanaan pembelajaran, guru memberikan soal kuis untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pertemuan tersebut. Poin kemajuan individu ditentukan dengan membandingkan skor awal dan skor kuis. Penentuan kemajuan poin individu pada pembelajran Jigsaw II sama dengan penentuan kemajuan poin dalam STAD. Berikut tabel penentuan poin kemajuan individu menurut Slavin (2010):

Tabel 2.1. Poin kemajuan individu

No. Skor kuis Poin kemajuan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2 10-1 di bawah skor awal 10

3 Sampai 10 di atas skor awal 20

4 Lebih dari 10 skor awal 30

(54)

36

2.1.2.7.2. Penghargaan kelompok

Menurut Rusman (2011:216) pemberian penghargaan kelompok diberikan atas akumulasi poin kemajuan individu. Berikut ini kualifikasi predikat penghargaan skor kelompok:

Tabel 2.2. Poin kemajuan kelompok

No. Rata-rata skor Kualifikasi

1 0 ≤ N ≤ 5 -

2 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good team)

3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang sangat baik (Great team)

4 21 ≤ N ≤ 30 Tim istimewa (Super team)

2.1.3. Mata pelajaran IPS di SD

Mata pelajaran IPS di SD membahas: hakekat mata pelajaran IPS SD, ciri-ciri mata pelajaran IPS SD, tujuan mata pelajaran IPS SD, efektivitas pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, standar kompetensi dan kompetensi dasar.

2.1.3.1. Hakikat IPS SD

(55)

37

studi. Pasal 37 UU sisdiknas tahun 2003, menyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS yang memuat ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangakan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat”. Menurut Trianto (2010:171) IPS dirumuskan berdasarkan kenyataan dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari cabang-cabang ilmu sosial.

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan hakekat mata pelajaran IPS di SD adalah ilmu yang mempelajari tentang ilmu ekonomi, geografi, politik, hukum dan sejarah yang diintegrasikan dalam satu bidang studi yang membantu siswa memiliki pengetahuan, pemahaman dan keterampilan sebagai bekal menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab terhadap kondisi sosial.

2.1.3.2. Ciri-ciri mata pelajaran IPS di SD

Trianto (2010:172-175) menguraikan ciri-ciri IPS adalah merupakan integrasi dari cabang-cabang ilmu sosial, standar kompetensi dan kompetensi dasar berasal dari struktur keilmuan yang terintegrasi, materi IPS menyangkut masalah-masalah kehidupan nyata, standar kompetensi dan kompetensi dasar berhubungan dengan peristiwa dan perubahan kehidupan.

(56)

38

pertama, Materi IPS adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial dan humaniora yang cocok bagi siswa SD karena lebih bermakna dan kontekstual dengan kehidupan siswa. Kedua, Materi sosial sesuai dengan masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan zaman global. Ketiga, Materi IPS meliputi fakta, konsep dan generelalisasi terkait ranah kognitif, afektif, psikomotorik dan nilai-nilai spiritual.

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan ciri-ciri IPS SD meliputi: materi IPS meliputi berisi cabang ilmu sosial yang berupa fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, materi IPS bermakna dan kontekstual dengan kehidupan siswa, diajarkan di sekolah dasar.

2.1.3.3. Tujuan pelajaran IPS di SD

(57)

39

Selanjutnya Nurhadi (1997:13) dalam Susanto (2013: 146) mengutarakan tujuan IPS adalah:

Knowladge yaitu sesuai dengan tujuan utama IPS yakni memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi siswa tentang cakupan ilmu IPS yaitu tentang diri sendiri, lingkungan serta muatan sosiologi, ekonomi, antropologi, politik serta sejarah. Selanjutnya skill yaitu berkaitan dengan keterampilan menalar. Membangun penalaran fikir yang logis, sistematis dan kritis guna memahami dan mengupayakan penyelesaian yang berkaitan dengan ilmu IPS. Berikutnya attitude bahwa IPS mengarahkan siswa dalam menentukan tingkah laku berfikir serta tingkah laku sosial yang berkenaan manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Terakhir value berkaitan dengan nilai yang diperoleh manusia baik dari pergaulan dalam masyarakat serta lembaga pemerintahan yang mencakup agama, ekonomi, dan hukum.

Inti dari pengajaran IPS di SD adalah meningkatkan kesadaran siswa untuk mengenal diri sendiri, mengenal lingkungan sehingga membentuk karakter warga Negara yang baik yang memiliki ciri sebagai berikut: Pertama memiliki sikap nasionalisme, cinta tanah air, cinta bangsa. Kedua memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menjunjung tinggi nilai, pranata serta mampu mengaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Ketiga memiliki sikap integritas sosial dan kesadaran bertanggung jawab pada bangsa. Keempat memiliki sikap menghargai pada budaya dan tradisi yang diwariskan bangsanya. Kelima menyadari dalam ikut ambil bagian hidup demokrasi dan tanggap pada permasalahan sosial.

(58)

40

Mengenalkan siswa pada konsep lingkungan dan masyarakat. Berikutnya memacu siswa untuk memiliki pemikiran logis, kritis, ingin tahu, inkuiri, pemecahan masalah serta kecakapan hidup sosial.selanjutnya memiliki komitmen dan kesadaran penuh terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.selain itu memberi bekal pada siswa untuk mampu berkomunikasi, bekerjasama serta mampu berkompetensi secara sehat di tengah masyarakat yang plural, pada tingkat lokal, nasional, dan global.

Selanjutnya Supardi (2009:186-187) menambahkan tujuan IPS di SD meliputi:

Pertama memberikan bekal pengetahuan pada siswa untuk mampu menjadi warga Negara yang baik, menyadari sebagai makhluk ciptaan Tuhan, paham hak dan kewajibannya, memiliki rasa tanggung jawab serta memiliki jiwa nasionalisme. Kedua mengembangkan kemampuan berfikir kritis, inkuiri sehingga memahami selanjutnya memiliki keterampilan sosial untuk mampu mengatasi masalah-masalah sosial.

Gambar

Gambar 4.5 Perbandingan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen .................................................................................
Tabel 2.1. Poin kemajuan individu
Tabel 2.2. Poin kemajuan kelompok
Gambar 2.1 Literatur map Prestasi belajar - Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

sejarah bangsanya sendiri, sehingga dengan sikap mereka menyebabkan sejarah yang selama ini ada menjadi terlupakan bahkan hilang karena Lampion, kepada masyarakat

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun, kemudian tingkat keberhasilan

Komponen protein pada kedelai dan karbohidrat yang ada padajagung manis akan memungkinkan terjadinya interaksi antara protein dan karbohidrat yang berpengaruh pada

bahwa dalam rangka pembinaan, penataan, dan pengendalian atas setiap kegiatan mendirikan, merubah, dan/atau menambah bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau

bahwa bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2000

 Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal Bagian lateral dan anterior dari traktus corticospinal (pyramidal) merupakan jalur desending yang terdiri dari

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada