• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 37-42)

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

36

lain daging ayam ras, beras, bawang merah, daging babi, mie, emas perhiasan, daun bawang, semen, pepaya, dan parfum. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabe rawit, gula pasir, bawang putih, minuman ringan, sandal kulit, telur ayam ras, cakalang asap, kentang, jeruk nipis/limau, dan cabe merah.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan II-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) mengalami tekanan relatif minimal.

2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Inflasi Inti (core inflation) pada Juni 2011 tercatat 2,11% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan II-2011. Tekanan inflasi inti meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,46% (yoy) dengan sumbangan 0,79% terhadap total inflasi triwulan I 2011, namun lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama periode sebelumnya yang tercatat sebesar 3,47% (yoy) dengan sumbangan 1,89% terhadap total inflasi triwulan II 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diprakirakan antara lain berasal dari faktor musiman dan hari raya di tengah terus meningkatnya permintaan sejalan dengan prakiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, faktor ekspektasi masyarakat yang dipengaruhi oleh tingginya harga komoditas internasional dan belum menentunya kebijakan pemerintah mengenai bahan bakar bersubsidi diprakirakan juga turut andil dalam menambah tekanan inflasi. Dari sisi eksternal,

Grafik 2.8.

Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

Grafik 2.9.

Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.

-6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2010 2011

IHK Volatile Administered Core

-4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2009 2010 2011

37 Ket:

Kapasitas produksi (%) berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado Indeks Penjualan Riil hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado

tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih cenderung meningkat.

 Interaksi Permintaan dan Penawaran

Permintaan konsumen Kota Manado pada triwulan II 2011 cenderung meningkat dipicu oleh (i) kenaikan daya beli masyarakat sebagai dampak kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat Sulawesi Utara terutama bagi kalangan PNS/TNI/Polri dan petani perkebunan (ii) pola musiman perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur serta persiapan menjelang Bulan Suci Ramadhan. Hal ini tercermin dari tren kenaikan indeks penjualan eceran hasil Survei Pedagang eceran (SPE) Kota Manado yang tercatat sebesar 248,98 pada akhir triwulan II 2011 atau lebih tinggi dari akhir triwulan lalu yang tercatat hanya sebesar 194,62. Sementara dari sisi penawaran, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 88,27% pada triwulan I-2011 menjadi 96,91% pada triwulan laporan. Peningkatan permintaan yang diikuti oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi menahan tekanan inflasi yang bersumber dari tekanan permintaan dan penawaran.

Grafik 2.10.

Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi 0 100 200 300 400 500 600 -20 40 60 80 100 120 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2007 2008 2009 2010 2011

Kapasitas Produksi (left axis) Indeks Penjualan Riil (right axis)

38

Grafik 2.11.

Perkiraan Harga Barang & Jasa Menurut Pengusaha di Sulawesi Utara

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado

Grafik 2.12.

Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado

0 50 100 150 200 250 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 2007 2008 2009 2010 2011

Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad

(20.00) (10.00) -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* 2008 2009 2010 2011  Ekspektasi Inflasi

Selanjutnya di sisi domestik, ekspektasi para pelaku ekonomi di Sulawesi Utara terhadap laju inflasi cenderung meningkat. Hal ini terutama tercermin dari sisi pengusaha (grafik 2.11) dan pedagang eceran (grafik 2.12) di Sulawesi Utara. Peningkatan ekspektasi tersebut terutama dipengaruhi oleh (i) belum adanya kepastian mengenai rencana kebijakan pemerintah terkait BBM bersubsidi dan kelangkaan BBM bersubsidi yang masih berlanjut di Provinsi Sulut (ii) rencana konversi minyak tanah ke LPG (iii) rencana kenaikan harga LPG ukuran 50 kg dan 12 kg secara bertahap dan (iv) masih berlanjutnya tren kenaikan harga komoditas internasional

 Eksternal

Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga minyak dan harga emas dunia yang berpengaruh pada harga bahan bakar non subsidi dan harga emas perhiasan domestik. Walaupun sempat menunjukkan penurunan, harga minyak diprakirakan masih cenderung meningkat dan diikuti oleh kenaikan harga komoditas-komoditas lainnya terkait masih tingginya permintaan akan komoditas-komoditas internasional, baik yang berasal dari negara-negara emerging markets maupun negara-negara maju. Tekanan inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation)

39 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Cabe Rawit Bawang Merah -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Beras Superwin

Minyak Goreng

Grafik 2.14.

Perkembangan Harga World Texas Intermediate (WTI) dan Harga Emas di Pasar Internasional

Sumber: http://blogs.worldbank.org/

Grafik 2.13.

Perkembangan Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Bloomberg

Sumber : Disperindag Prov. Sulut

Grafik 2.18.

Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Minyak Goreng Kota Manado Triwulan I-2011

Sumber : Disperindag Prov. Sulut

8,000 8,500 9,000 9,500 10,000 10,500 11,000 11,500 12,000 12,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2008 2009 2010 2011 Rp/USD Kurs 2.2.2 Non Fundamental  Volatile foods

Kelompok volatile foods Kota Manado pada Juni 2011 tercatat mengalami inflasi 14,95% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang mencatat inflasi sebesar 22,06% (yoy). Penurunan laju inflasi volatie foods terutama disebabkan oleh membaiknya kondisi pasokan sehingga harga komoditas kelompok tersebut berangsur kembali kearah normal setelah mengalami lonjakan harga pada awal tahun 2011.

700 900 1100 1300 1500 1700 20 40 60 80 100 120 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 2009 2010 2011 USD/Barrel $/Oz

WTI (left axis) Emas (right axis)

Grafik 2.19.

Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado

40

 Administered Price

Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan II-2011 cenderung menurun. Pada Juni 2011 inflasi kelompok administered price tercatat 0,47% (yoy) dengan sumbangan 0.09% terhadap total inflasi, lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu sebesar 3,47% (yoy) maupun triwulan sebelumnya sebesar 1,58% (yoy). Hal ini merupakan dampak dari belum adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh pada inflasi kelompok ini.

Namun demikian, rencana pencabutan subsidi minyak tanah dan kelangkaan BBM bersubsidi di Sulawesi Utara dapat menjadi risiko meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok administered price. Rencana pencabutan subsidi minyak tanah menyebabkan sejumlah aksi borong oleh masyarakat yang berpotensi menyebabkan peningkatan harga minyak tanah. Selain itu, kelangkaan BBM subsidi masih berlanjut hingga akhir Juni 2011 di sejumlah daerah di Sulawesi Utara. Kebijakan pembatasan pembelian Premium oleh pemerintah dapat sedikit meredam antrian di sejumlah SPBU di Sulut namun masih belum dapat mengatasi perilaku penimbunan dan menjamurnya pedagang bensin eceran.

41 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Total Aset 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,925 16,695 17,504 17,984 19,202 Tumbuh Y.o.Y (%) 26.33 21.76 20.24 9.17 10.85 11.87 12.35 18.52 18.99 20.58 DPK (Rp Miliar) 8,907 9,448 9,725 9,987 10,220 10,604 11,114 11,428 11,797 12,601 Tumbuh Y.o.Y (%) 23.90 21.67 22.64 12.72 14.74 12.24 14.28 14.42 15.43 18.83

Kredit outstanding (Rp Miliar) 9,095 9,627 10,004 10,485 10,846 11,457 11,904 12,681 12,955 13,958

Plafond Kredit (Rp Miliar) 10,187 10,647 11,031 11,731 13,133 13,620 14,079 14,986 15,436 16,375

Tumbuh Y.o.Y (%) 33.30 22.60 18.34 17.36 19.25 19.00 18.98 20.95 19.44 21.83 LDR (%) 102.11 101.90 102.88 104.98 106.12 108.04 107.11 110.97 109.81 110.76 NPL (%) 3.86 3.72 3.58 2.83 3.57 3.51 3.54 3.18 3.83 3.74 kredit UMKM 5,841 6,185 6,270 6,414 8,767 9,408 9,926 10,533 11,158 11,757 Share UMKM 64.22 64.25 62.67 61.17 80.83 82.12 83.38 83.06 86.13 84.23 NPL UMKM (%) 4.91 4.96 5.18 4.32 3.49 3.49 3.37 2.94 3.44 3.47 2009 2010 Komponen 2011

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 37-42)

Dokumen terkait