• Tidak ada hasil yang ditemukan

STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 51-55)

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

43 3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

50 -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011

Mikro Kecil Menengah

Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan II-2011, pangsa kredit MKM tercatat 84.23%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 82,12% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non

Performing Loan (NPL) sebesar 3,47% pada akhir triwulan II tahun 2011.

3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif.

3.4.1 Risiko Kredit

Pada triwulan II-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.47%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya

Grafik 3.18.

Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)

Grafik 3.17.

Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

- 50 100 150 200 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 Menengah Kecil Mikro

51 0.00 4.00 8.00 12.00 -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kredit (Rp miliar) NPL (%)

perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.

Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 57,85% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,2%.

3.4.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.

Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan) yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK-nya.

Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110,76%, meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 108,04%. Perlu digaris

Grafik 3.19.

Kredit & NPLs Sektoral Tw. II-2011

Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri

4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi

6 = PHR

7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa

9 = Lainnya (Konsumsi)

52 - 50 100 150 200 250 Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung Q2 2010 Q4 2010 Q2 2011

bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.

Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado sebesar 101,02%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabu paten Minahasa sebesar 170,77%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 134,68%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 113,46%, dan Kota Bitung sebesar 105,40%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya

diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.

3.4.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga, meskipun ada sedikit peningkatan suku bunga akibat kenaikan BI Rate, namun dampak dari kenaikan ini relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.

3.4.4 Indikator perbankan lainnya

 Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II-2011 memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Juni 2011 sebesar 2,43%, mengalami kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,15%. Hal ini mencerminkan bertambahnya jumlah kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara lebih besar.

Grafik 3.20.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan

Kabupaten/Kota

53

 Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait

kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net

Interest Margin (NIM) pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar

Rp827 miliar, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp730 miliar.

 Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan meningkat yang tercermin dari penurunan rasio BOPO bank umum dari 77,08% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 72,06% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank sudah lebih efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Kondisi ini patut dipertahankan secara berkesinambungan terutama dalam menjaga daya saing perbankan nasional dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asia (MEA).

 Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan II-2011, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 2,2%, mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,96%. Peningkatan rasio ROA ini didorong oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.

Grafik 3.22.

Net Interest Margin Bank Umum

(Rp Miliar) Grafik 3.21.

Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

Sumber: Bank Indonesia Manado Sumber: Bank Indonesia Manado

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2010 Plafond 10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 -1 2 3 4 5 6 7 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 % Rp Miliar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 2010 2011 Pend.Bunga 363 748 1,1 1,5 490 1,0 2,0 2,0 576 1,1 Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332 NIM 285 513 805 1,1 356 730 1,5 1,5 414 827 -200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 -500 1,000 1,500 2,000 2,500

54

Grafik 3.24.

Return On Asset Bank Umum

Grafik 3.23.

Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 51-55)

Dokumen terkait