• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

BAGAN 3.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja

Peralatan/alat Bahan Lingkungan

Penyebab

Manusia Prosedur Metode

(Sumber : Peneliti, 2015)

Dari tabel di atas penyebab-penyebab kecelakaan kerja bisa di lihat dari beberapa faktor, selain faktor di atas pengawasan dari pengawas pun tidak kalah penting terkait hasil dari penyebab itu sendiri. Penyebab atau hasil dari produktifitas suatu perusahaan bisa mengarah ke arah yang baik dan buruk.

Dan dalam hasil pelaporan peneliti mewawancarai dengan Informan 1.6 di jelaskan mengenai bahwa pengawas Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan akan melakukan penindakan secara preventif apabila pada saat pengawasan dan pemeriksaan pengawas tersebut menemukan pelaksanaan norma kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja ada penyimpangan. Tindakan tersebut berupa pembinaan secara lisan dan tertulis yang diketahui oleh kepala dinas. Pengawas juga akan melakukan penindakan secara represif apabila pengawas selama pemeriksaan menemukan penyimpangan terhadap norma kerja serta keselamatan dan kesehatan kerja secara berulang tanpa ada itikad untuk memperbaikinya. Pengawas dapat mengusulkan kepada Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang untuk diproses penyidikan dengan koordinasi dengan polisi untuk diajukan ke Pengadilan setempat melalui penuntutan.

Selain itu peneliti juga memewawancarai langsung dengan bidang pengawasan ketenagakerjaan Informan i.4, yang mengatakan :

“kecelakaan kerja identik dengan kerugian dan pengorbanan, untuk itu harus dilakukan pengawasan dan kajian-kajian menyangkut kecelakaan kerja sedini mungkin untuk memperkecil kecelakaan kerja yang sampai mengorbankan korban jiwa, gunanya pengawasan adalah mengurangi dampak dari kecelakaan kerja itu sendiri, misalnya yang tadinya sekira akan kehilangan nyawa menjadi luka parah, yang semula luka parah hanya mengalami luka kecil, dan seterusnya”.

Terkait kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ternyata belum semua maksimal pelaksanaannya dilapangan, berikut adalah persentase pelaksanaan program bidang ketenagakerjaan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan :

Tabel. 2.6 Persentase Kegiatan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

Kegiatan dan program persentase

Pembinaan dan pengawasan 47%

Pemeriksaan kecelakaan kerja 51%

Pemberdayaan kegiatan 29%

(Sumber : Dinsosnakertrans Kota Tangsel, 2014)

Dengan demikian dalam kinerja yang sudah dilaksanakan oleh dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan masih rendah dalam persentasenya.

3. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban

Menurut Rusdiana dan Ghazin inti dari Mempertebal rasa tanggung jawab dan seluruh kegiatan selalu dalam keadaan bekerja efektif dan efisien serta sesuai yang diharapkan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan adalah salah satu Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan yang mempunyai tugas membantu Walikota salah satunya melaksanakan koordinasi pengawasan bidang ketenagakerjaan dalam rangka pembenahan sumber daya manusia yang lebih baik. Dalam pengawasan ketenagakerjaan salah satunya adalah seksi pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Seksi pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai tugas merencanakan, melaksanakan pembinaan dan koordinasi pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja. Dan berikut adalah tugas pengawasan norma keselamatan dan kesehatan kerja yang termasuk bagian dari pelaksanaan kontrol terkait jadwal pelaksanaaannya:

1. pelaksanaan bimbingan terhadap pencegahan kecelakaan kerja dan bimbingan mengenai kesejahteraan pekerja

2. pelaksanaan bimbingan pembentukan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3)

3. pelaksanaan pengawasan, pemeriksaan dan pengujian norma keselamatan dan kesehatan kerja

4. pelaksanaan pemeriksaan kecelakaan kerja (terjadi kecelakaan kerja, seperti kebakaran, dll)

5. pemberdayaan pelaksanaan kegiatan ahli K3

6. pemberdayaan pelaksanaan kegiatan perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja (PJK3)

dalam melakukan tugas yang dilakukan oleh Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi di atas rangka pengawasan dan pembinaan ke setiap perusahaan-perusahaan yang terdata di Tangerang Selatan terkait permasalahan kecelakaan kerja (rutinitas untuk kunjungan dinas terkait di Kota Tangerang Selatan kepada perusahaan guna mengetahui masalah yang ada dalam perusahaan tersebut dan memberikan pemaparan atau pemahaman

tentang pentingnya terkait kecelakaan kerja yang akan merugikan kedua belah pihak) tujuan dari kunjungan ini adalah untuk menetapkan apakah peraturan ketenagakerjaan di terapkan, kunjungan tersebut di bagi dalam 3 katagori yaitu,

pertama kunjungan pertama, ini adalah kunjungan untuk mengetahui tentang perusahaan tersebut seperti pendirian, pemindah tanganan dan pemindahan perusahaan itu sendiri yang normal, kunjungan yang ini tidak ada pemberitahuan yang di berikan tujuannya untuk mengetahui bidang yang dijalani oleh perusahaan tersebut

kedua kunjungan berkala, pengawas ketenagakerjaan kadangkala di minta untuk melakukan kunjungan tempat kerja guna menyelesaikan persoalan mengenai penerapan undang-undang, pencegahan bahaya, pelaksanaan hak-hak serikat kerja, untuk memberikan pendapat mengenai rancangan tempat kerja atau perancangan layanan sosial yang dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Namun ternyata pada dasarnya pengawasan yang dilakukan setiap 6 bulan sekali tidak memberikan banyak pengaruh terhadap pengurangan angka kecelakaan kerja di Tangerang Selatan, karena 6 bulan sekali jangka waktunya terlalu panjang dan lama sehingga menimbulkan penyimpangan yang terjadi di perusahaan.

a. Pelaksanaan bimbingan pembentukan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3)

b. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan ahli K3

c. Hubungan industrial

Kunjungan ini bersifat pembinaan dan penyelesaian masalah industrial, yang artinya terjadinya perselisihan antara pekerja dan pengusaha, oleh karenanya Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dituntut untuk menjadi penengah dan melerai permasalahan tersebut. Namun pada Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam kasus perselisihan hanya 4 kasus dari 17 yang berhasil melerai permasalahan yang terjadi di Tahun 2014.

Yang ketiga kunjungan darurat, kunjungan yang di tentukan oleh kejadian-kejadian yang membutuhkan pengawasan saat itu juga (contoh, kecelakaan di tempat kerja) yang membutuhkan tindakan baik praktis dan hukum atau karena ledakan dan bom. Pengawas dapat menyelidiki siapa yang harus bertanggung jawab atau merekomendasikan untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali. serta memberikan kursus atau pelatihan-pelatihan bagi pekerja, memberikan jaminan-jaminan sosial keselamatan dan kesehatan. Jadwal kunjungan ini tidak menentu hanya jika keadaan yang darurat.

Hasil observasi peneliti terkait kunjungan darurat juga masih ada keganjalan-keganjalan yang terjadi di Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dikarenakan kebanyakan Perusahaan tidak langsung menghubungi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan bila terjadi insiden. Salah satunya terlalu berlarut-larut dalam memecahkan permasalahan yang terjadi, dan bahkan tidak jarang

permasalahan tersebut tidak dapat terungkap penyebabnya yang terjadi adalah penumpukan berkas terkait kasus kecelakaan kerja di tahun 2014, serta memberikan pelatihan dan kursus dengan alat yang seadanya.

Hal ini di pertegas oleh Informan 1.6 atas wawancaranya peneliti dengan beliau :

“pengawas yang dimiliki dinas masih minim, semakin banyak pengawas ketenagakerjaan semakin cepat proses pengawasan di bidang ketenagakerjaan guna membaiki SDM yang ada di Tangerang Selatan ini, kurangnya anggaran menjadi salah satu dampak kurangnya pengawas ketenagakerjaan ini. Pengawas ketenagakerjaan yang mendaftarkan di Dinas tidak begitu saja masuk walaupun memang calon pengawas tersebut sudah mengenal betul atau sudah berwawasan yang tinggi di bidang ini, namun ada beberapa proses dan fase sebelum diangkatnya calon pengawas dan itu menjadi menjadi tanggungan dari Dinas kepada calon pengawas untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan yang memakan anggaran Dinas mencapai Rp. 60.000.000/6bulan untuk perorang yang mencalonkan diri menjadi pengawas ketenagakerjaan.”.

Diharapkan dengan adanya pengawasan yang rutin, setiap unit organisasi baik perusahaan dan pekerja dapat selalu mengerjakan semua tugas yang diberikan secara benar dan selalu menggunakan alat pelindung diri untuk pekerja sehingga, kesalahan dalam melaksanakan tugas akan kecil kemungkinannya akan muncul. Serta dari perusahaan diharapkan agar selalu mengikuti prosedur terkait mengenai pemeriksanaan dan pengujian terhadap peralatan berbahaya atau instalasi pendukung sekurang-kurangnya 1 tahun untuk peralatan berbahaya dan 2 tahun untuk pendukung instalasi yang dibantu oleh perusahaan jasa inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja yang telah mendapat ijin operasi dari kementerian tenaga kerja dan transmigrasi

Republik Indonesia sesuai Perda No.3 Tahun 2011 tentang Pelayanan Ketenagakerjaan pasal 59 ayat (2) yaitu :

“pemeriksaan dan pengujian ulang untuk peralatan berbahaya dilakukan 1 tahun sekali sedangkan pemeriksaan dan pengujian ulang instalasi pendukung produksi dilakukan sekurang-kurangnya 2 tahun sekali”

Hal sama juga di ungkap oleh Informan 1.6 yang mengatakan bahwa : “ pemeriksaan yang dilakukan yang pertama kali dilakukan oleh perusahaan itu sendiri, guna melihat sejauh mana kegiatan yang dilakukan pekerja dalam kontribusi produktifitasnya. Pengawas Ketenagakerjaan hanya mengontrol lewat data dan sosialisasi. Dan hal yang paling diperhatikan oleh pengawas adalah bagaimana cara kerja alat tersebut dan bagaimana perawatan untuk alat itu sendiri serta pemakaiannya apakah sudah benar atau tidak serta pengawasan terhadap alat pelindung diri yang diberikan secara cuma-cuma. Dan itu semua Pengawas lah yang bertanggung jawab atas pengawasan itu. Tujuannya tidak lain untuk mengurangi angka kecelakaan kerja di Tangerang Selatan dan untuk mensejahterakan pekerja.”

Tetapi sangat sangat disayangkan hal ini tidak sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti ke salah satu tempat perusahaan di Tangerang Selatan, ditemukan banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja dan masih minimnya pengetahuan tentang alat yang dipergunakan pekerja dalam pekerjaannya. Berikut hasil wawancara dengan Informan 2.1 :

“walaupun industi ini termasuk dari pengawasan dari dinas Ketenagakerjaan namun sampai saat ini tidak ada yang namanya dikasih alat pelindung diri, ini punya bos saya, dan sekalipun ada pengawas tidak memperhatikan pekerja terhadap pelindung diri. Biasanya petugas pengawas hanya memeriksa lewat laporan ahli k3”.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan oleh Informan 2.1 guna untuk memastikan apakah pengawas Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sudah sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Ketenagakerjaan Pasal 54. Ternyata dari hal itu masih jauh dari perkiraan yang peneliti bayangkan.

Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan dalam hal ini Dinas dan Perusahaan sangat kurang dalam sosialisasi terhadap penekanan kecelakaan kerja, yang membuat para pekerjanya tidak memakai alat pelindung diri. Oleh karena itu pengawasan terkait jadwal kunjungan terhadap pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan belum optimal, karena dengan jumlah yang minim dengan banyaknya perusahaan akan tidak efisien dan memerlukan waktu yang panjang, karena itu juga pengwasan menjadi longgar dan banyaknya perusahaan dan pekerja yang melanggar peraturan yang berlaku.

Pada dasarnya Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan bukan hanya tertuju pada apa yang dilakukan pengusaha dan pekerja yang berkerja sama untuk memproduksi suatu barang dan jasa dan pengawas yang mengawasi perusahaan, pekerja dan mesin saja, tetapi bagaimana perusahaan itu juga bertanggung jawab atas pekerjanya dengan cara mendaftarkan perusahaan tersebut. Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan menghimbau bagi setiap Perusahaan yang memiliki pekerja lebih dari 10 orang harus mendaftarkan kepada BPJS ketenagakerjaan guna memberikan solusi untuk keadaan yang mendesak

terkait kecelakaan kerja sesuai dengan Perda No.3 Tahun 2001 Pasal 50 ayat (2)

“bahwa perusahaan yang menyelenggarakan sendiri (mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 10 orang) wajib memiliki ijin penyelenggaraan dari dinas”

Dokumen terkait