PERMASALAHAN KECELAKAAN KERJA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
oleh:
WALIYYIL ILMI BIAHKAMILLAH
6661101686
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
i Apalah arti daya dan upaya
Tanpa adanya ridho-Mu
Apalah arti harapan dan kesabaran Tanpa doa ku pada-Mu
PERSEMBAHAN :
Waliyyil Ilmi Biahkamillah. NIM 6661101686. 2015. Pengawasan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Dalam Permasalahan Kecelakaan Kerja. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Dr. Abdul Apip M.Pd., dan Pembimbing II Anis Fuad S.Sos. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pemikiran yang kritis terkait permasalahan kecelakaan kerja yang merupakan ancaman bagi pengusaha maupun pekerja khususnya di wilayah Kota Tangerang Selatan. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pengawasan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam Permasalahan kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan teori manajemen Pengawasan dari Rusdiana dan Ghazin (2014). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Kurang sosialisasi antara Dinas dan Perusahaan serta kurangnya melakukan Pengawasan dikarenakan masih banyaknya Perusahaan dan pekerja yang tidak mementingkan keamanan dan masih banyak angka kecelakaan kerja di Tangerang Selatan khususnya pada Tahun 2014. Kesimpulan penelitian ini yaitu Pengawasan Kecelakaan kerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan untuk menanggulangi angka kecelakaan kerja Kurang Baik. Saran penelitian ini yaitu (1) meningkatkan upaya Pengawasan, (2) menambah jumlah personil pengawas ketenagakerjaan (3) pengawasan terkait jadwal kunjungan harus lebih dioptimalkan (4) lebih memaksimalkan bagian bidang pengawasan ketenagakerjaan agar terlaksana dengan baik.
Waliyyil Ilmi Biahkamillah. NIM 6661101686. 2015. Monitoring Social Service Manpower and Transmigration South Tangerang City Problems In Work Accident. Program Study of Public Administration. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I Dr. Abdul Apip M.Pd., and Advisor II Anis Fuad S.Sos.
This research was motivated by the critical thinking problems related accidents that are a threat to employers and workers, particularly in the South Tangerang City. The problems of this research is how the supervision of the Social Service Manpower and Transmigration South Tangerang City in the accident problem. This study uses the theory of management and supervision of Rusdiana Ghazin (2014). This study used descriptive qualitative method. These results indicate that the Department of Social, Manpower and Transmigration South Tangerang City Less supervise because there are many company and the workers were not concerned with security and many number of accidents in South Tangerang especially in 2014. The conclusion of this research that the Monitoring Accidents conducted by the Department of Social, Manpower and Transmigration South Tangerang City to cope with the numbers of workplace accidents Less Good. Suggestion of this study are (1) increasing efforts Supervision, (2) increase the number of personnel inspectors (3) supervision-related scheduled visits should be optimized (4) maximizing the field of labor inspection to be better performing.
i
Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat bagi ALLAH
SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada peneliti untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul
“Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota
Tangerang Selatan Dalam Permasalahan Kecelakaan Kerja”. Shalawat serta
salam semoga tetap tercucahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat
kelengkapan dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Saya
sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan baik teknik penyusunan penulisan maupun isi dari
materi yang disajikan, hal ini disebabkan tiada lain oleh keterbatasan
kemampuan dari penulis.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya
bimbingan, bantuan, nasehat, saran, dan perhatian berbagai pihak. Pada
kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Untuk Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas
ii Dosen Pembimbing Akademik.
3. Untuk Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Untuk Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Untuk Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
6. Untuk Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Ketua Jurusan Program Studi
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Untuk Bapak Riswanda, S.Sos, M.Pa., Sekretaris Jurusan Program
Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Untuk Bapak Dr. Abdul Apip, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I
Peneliti.
9. Untuk Bapak Anis Fuad, S.Sos, Selaku Dosen Pembimbing II Peneliti.
10.Untuk Bapak H. Purnama, S.Sos, M.Si, Selaku Kepala Dinas Sosial,
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sekaligus
yang telah memberikan izin untuk mencari data dan informasi terkait
iii
oleh peneliti terkait permasalahan tentang bidang pengawasan
ketenagakerjaan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan.
12.Untuk Bapak Drs. Agustin, M.Si, Selaku Pelaksana Bidang
PENTAKERJA yang telah membantu memberikan data dan informasi
yang peneliti butuhkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi terkait masalah Mediator dan Hubungan Industrial.
13.Untuk Bapak Nuhiodi, SE, M.Si, selaku seksi pengawasan norma kerja
yang telah membantu memberikan data dan informasi yang peneliti
butuhkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi terkait
masalah Norma Kerja.
14.Untuk Bapak Siswanto,ST, MM, selaku seksi Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan data dan
informasi yang peneliti butuhkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terkait permasalahan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
15.Untuk Ibu Silvia Rosalinda, SE, M.SI, selaku Sub Bagian Keuangan
yang telah memberikan data dan informasi yang peneliti butuhkan di
Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang
Selatan terkait Keuangan.
16.Untuk Bapak H. Syaiful Bachrum, SE, Bapak Drs. Tua Rusli, ST,
MM, Bapak Tubagus Agus Dhani, SE, Bapak Abdul Basit, S.IP,
Bapak Imawan Yuni Azhar, SE, Bapak AA Jajat Sudrajat, SE, Bapak
Oney Muhamad Oji yang telah membantu peneliti terkait keseluruhan
iv
untuk mengumpulkan seluruh informasi dan data yang dibutuhkan.
18.Untuk Bapak Mujiono yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti
terkait pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan terhadap Perusahaan dan
Industri.
19.Untuk Bapak Fajar yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti
terkait pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan terhadap Perusahaan dan
Industri.
20.Untuk Ayah Drs. H Harun Al-rasyid M,Si dan Ibu Hj. Ruhida S.Pdi
yang tercinta yang selalu memberikan cinta kasih yang tulus dan tak
terhingga dan selalu memberikan doa, dan motivasi baik secara materil
maupun non materi.
21.Untuk kawan-kawan mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara dan
Ilmu Komunikasi dari angkatan tahun 2010, serta kawan-kawan
seperjuangan untuk Bahru Rozi, Septian Eka Maulana, Indri Sutopo,
Andri Wijaya, Syandi Negara, Utami Puji Lestari, Ingga, Nelly
Sulastiningsih, Nabila, Abdul Yusuf dan kawan-kawan seperjuangan
lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang selalu
memberikan semangat, masukan dan dukungannya serta hari-hari yang
penuh tawa disaat kuliah sampai sekarang ini.
22.Untuk Sahabat-Sahabat sepermainan, khususnya untuk Sobari Fachri,
M. Surya Atmaja, Rendy Leonardi, Alm. Heru Sadiwijaya, Dini
Suryani, Dina Suryana, Indri Ardian, Indra Rostiana Akbar, Muksin
yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta memberikan
v
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang
membutuhkan baik sebagai bahan acuan maupun sebagai bahan bacaan.
Semoga Allah SWT selalui meridhoi dan senantiasa membimbing kita dalam
segala hal ke arah yang lebih baik. Amin.
Tangerang, 01 Februari 2016
Penulis
vi
LEMBAR JUDUL ...
DATA ORISINALITAS ...
LEMBAR PERSETUJUAN ...
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...
ABSTRAK ...
ABSTRACT ...
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 16
1.3 Batasan Masalah ... 17
1.4 Rumusan Masalah ... 18
1.5 Tujuan Penelitian ... 18
1.6 Manfaat Penelitian ... 18
1.7 Sistematika Penulisan ... 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka... 24
2.1.1 Pengawasan ... 25
2.1.1.1 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 28
vii
2.1.1.5 Teknik-teknik Pengawasan ... 31
2.1.2 Kecelakaan Kerja ... 32
2.1.3 Tinjauan Umum Mengenai Keselamatan Kerja ... 36
2.1.4 Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Kerja ... 44
2.1.5 Tinjauan Umum Tentang Hubungan Industrial ... 46
2.1.6 Penelitian Terdahulu ... 49
2.1.6.1 Penelitian 1 ... 49
2.1.6.2 Penelitian 2 ... 51
2.1.7 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 52
2.1.8 Asumi Dasar ... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 54
3.2 Fokus Penelitian ... 56
3.3 Lokasi Penelitian ... 57
3.4 Instrumen Penelitian ... 57
3.5 Informan Penelitian ... 61
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 65
3.7 Pengujian Keabsahan Data ... 68
viii
4.1.1 Deskripsi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 71
4.1.2 Struktur Organisasi ... 77
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial,
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi ... 78
4.2 Deskripsi Data ... 88
4.3 Pembahasan ... 88
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ... 143
5.2 Saran ... 146
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
ix
GAMBAR 1.1 Data Objek Pengawasan ... 7
GAMBAR 1.2 Data Kecelakaan Kerja dan Penyakit Kerja ... 10
GAMBAR 1.3 Alamat Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 72
GAMBAR 1.4 Peta Wilayah Tangerang Selatan ... 73
GAMBAR 1.5 Perusahaan di Tangerang Selatan ... 92
GAMBAR 1.6 Kegiatan Perindustrian USM (Usaha Sumber Mandiri) ... 95
x
TABEL 2.1 Pedoman Wawancara ... 58
TABEL 2.2 Informan Penelitian ... 63
TABEL 2.3 Waktu Penelitian ... 70
TABEL 2.4 Luas Wilayah Tangerang Selatan ... 74
TABEL 2.5 Data Kecelakaan Kerja Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 111
TABEL 2.6 Persentase Kegiatan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 123
TABEL 2.7 Perusahaan Yang Terdarfar BPJS Ketenagakerjaan ... 132
TABEL 2.8 Anggaran Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 ... 138
xi
BAGAN 3.1 Model Analisis ... 65
BAGAN 3.2 Pelaksanaan Undang-Undang ... 75
BAGAN 3.3 Struktur Organisasi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 77
BAGAN 3.4 Proses Pembuatan P2K3 ... 101
BAGAN 3.5 Penyidikan Kecelakaan Kerja Pengawas ... 103
BAGAN 3.6 Penyebab Kecelakaan Kerja ... 104
BAGAN 3.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja ... 121
BAGAN 3.8 Pendaftaran BPJS Dalam Hubungan Kerja... 130
BAGAN 3.9 Langkah Mendinamiskan Organisasi ... 133
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Sejalan dengan proses era globalisasi kehidupan masyarakat Indonesia
mengalami banyak perubahan yaitu dari masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri dimana persaingan dibidang usaha semakin tinggi.
Banyak alat bantu yang digunakan manusia untuk membantu menyelesaikan
pekerjaannya dengan mudah. Manusia merancang berbagai alat yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan manusia, alat dibuat dan
dirancang dengan sebaik mungkin sehingga manusia dapat nyaman dalam
menggunakannya serta untuk mempercepat proses produktivitas disuatu
industri, baik itu industri kecil, sedang maupun besar dituntut untuk semakin
meningkatkan kualitasnya untuk tetap bertahan dibidang usahanya. Namun
tuntutan dibidang peningkatan kualitas tersebut tidak hanya mengenai mutu
hasil produksi tetapi orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Dengan perkembangan yang tinggi dan semakin pesatnya industri,
tentu berbanding lurus dengan munculnya tantangan dan permasalahan
didunia industri. Salah satu tantangan dan permasalahan yang muncul adalah
bagaimana mengatasi kecelakaan kerja di lingkungan industri atau perusahaan
itu sendiri. Kecelakaan kerja dapat merugikan perusahaan dan menurunkan
produktivitas. Ada tuntutan peningkatan tersebut, hal ini tentunya juga
memerlukan pengarahan tenaga kerja secara intensif pula dari para pekerja.
Sehingga sering kali para pekerja diharuskan bekerja diluar batas
kemampuannya, akibatnya keselamatan dan kesehatan dari pekerja sering
terabaikan.
Sehubungan dengan pertumbuhan industri dan persaingan usaha, maka
semakin bertambah pula penggunaan mesin-mesin sebagai alat untuk
mempermudah pekerjaan. Dengan penggunaan mesin-mesin tersebut tentu
saja akan memperlancar proses produksi, tetapi resiko terjadinya kecelakaan
kerja yang dapat menimpa tenaga kerja juga lebih besar pula. Bahan-bahan
yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, serta cara-cara kerja yang
buruk. Kekurangan pengetahuan untuk penanganan peralatan yang serba baru
dan mutakhir, dan tidak adanya latihan kerja serta pengetahuan tentang
sumber bahaya yang baru senantiasa menjadi sumber-sumber penyakit bagi
para pekerja yang terlibat oleh mesin itu sendiri. Oleh karenanya tenaga kerja
dalam bekerja perlu adanya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan
yang maju dan tepat serta di lengkapi alat pelindung diri sehingga dapat
memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang
timbul akibat kerja.
Selain itu karyawan atau pekerja harus mengembangkan kemampuan
dalam bidangnya, pengembangan tersebut adalah suatu proses yang harus
dilakukan secara terus menerus, karena dalam perusahaan yang dinamis akan
selalu timbul masalah baru baik dibidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan
kebutuhan jabatan–jabatan baru yang lebih kompleks dan memerlukan
penanganan yang baik dan terpadu. Setiap karyawan harus mempunyai
kemampuan dan keterampilan yang memadai guna mencapai kualitas kerja
dan peningkatan karir serta memperkecil kecelakaan kerja bagi karyawan itu
sendiri. pentingnya pengembangan untuk meningkatkan kemampuan tekhnis,
teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2007;69).
Bitner dan Zeithaml dalam Riorini, (2004:22) menyatakan perusahaan
harus memberikan suatu peranan dalam suatu sistem pengawasan untuk dapat
meningkatkan kualitas kerja (performance quality) ada beberapa cara yang
dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan pelatihan atau
training, memberikan insentif atau bonus yang memungkinkan para pekerja
akan senantiasa semangat dalam bekerja serta kedisiplinan pekerja dan
efektifitas kerja.
Pengusaha sebagai pihak yang mempekerjakan tenaga kerja wajib
memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dan pengusaha
wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan sesuai dengan UU No.7 Tahun
1981. Disinilah dibutuhkan kesadaran dari pihak pengusa mengingat
penyediaan alat perlindungan diri maupun penyediaan lingkungan kerja yang
sehat memerlukan biaya. Namun begitu biaya yang dikeluarkan jauh lebih
kecil di bandingkan dengan kerugian yang ditumbulkan jika terjadi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Hal itu disebabkan karena melindungi tenaga kerja,
secara tidak langsung melindungi perusahaan tempat kerjanya, agar usahanya
tidak mengalami hambatan-hambatan atau kegagalan dalam berproduksi
dikarenakan ketidakhadiran beberapa buruh karena terkena penyakit tertentu
kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,
kerusakan atau kerugian ditempat kerja berupa mesin seperti alat kerja, atau
bahan-bahan kimia yang dapat merugikan pekerja.
Menurut Summamur (2001:1), Keselamatan kerja yang
setinggi-tingginya dapat tercapai bila kesehatan berada dalam taraf yang
sebaik-baiknya. Antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja
terdapat korelasi yang nyata. Setiap tenaga kerja yang sehat dan selamat
mampu melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien sehingga produksi
berada pada tingkat yang sebaik-baiknya. Dalam keadaan sakit tenaga kerja
tersebut tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan mungkin tidak
dapat bekerja seperti biasa lagi sehingga tentunya pekerjaan menjadi tidak
optimal, sehingga dapat menyebabkan beban bagi perusahaan dan tenaga kerja
itu sendiri.
Beban tersebut bagi perusahaan bisa berupa:
1. Menurunkan produksi,
2. Pembayaran ongkos pengobatan yang sampai berhari-hari bahkan
berbulan-bulan,
3. Menurunkan moral pengusaha dalam pandangan masyarakat.
Adapun bagi tenaga kerja beban tersebut dapat berupa:
1. Menurunkan kepercayaan dari pengusaha
2. Menurunkan kemampuan kerja yang dapat berakibat berkurangnya
Menurut data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan atau BPJS Ketenagakerjaan mengatakan bahwa angka
kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 16.900 kasus kecelakaan kerja.
perusahaan yang tinggi tingkat kecelakaan kerja adalah disektor mesin atau
perusahaan yang sering menggunakan alat dan mesin yang canggih untuk
membantu produktifitas. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di
sebabkan beberapa faktor di antaranya :
1. Pekerja
a. tidak disiplin pada peraturan yang berlaku
b. tidak mengerti tentang teknologi (mesin las, mesin press, dll)
c. kurangnya pengetahuan tentang bahan yang berbahaya (menghirup
gas atau bahan kimia).
2. Perusahaan
a. Kurangnya penyuluhan atau pengetahuan yang di berikan kepada
pekerja bagaimana cara mempergunakan alat-alat industri dan
penggunaan bahan-bahan kimia atau yang mudah terbakar
b. Tidak memperdulikan kondisi mesin atau alat yang sudah rusak
atau tidak layak lagi untuk di pakai
c. Kurang pengertian terhadap pekerja (memberikan bonus
upah/gaji).
Keselamatan kerja bukan saja tugas dari perusahaan tetapi juga fungsi
pemerintah untuk mengawasi. Menurut keputusan Walikota Tangerang
Selatan No.3 pasal 1 Tahun 2001 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas
Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan
mempunyai tugas untuk melaksanakan wewenang otonomi daerah di bidang
dinas terkait adalah pelaksanaan pengawasan norma kerja, pelaksanaan
koordinasi dengan instansi atau perusahaan lainnya yang terkait perumusan
pengawasan norma kerja dan penindakan pelanggaran norma kerja yang
mengacu pada perundang-undangan ketenagakerjaan. Bersumber dari data
yang peneliti dapatkan dari Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 tentang pengawasan rekapitulasi
wajib lapor perusahaan di sektor Kelompok Lapangan Usaha Indonesia
Dari data tersebut Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan dan pembinaan pada tahun 2014
sedikitnya 2.080 perusahaan yang sudah terdata dari 5.127 perusahaan yang
ada baik itu perusahaan kecil, sedang maupun besar, dan 41 perusahaan yang
mampu mencapai nol kecelakaan (zero accident), dan setiap tahunnya ada
sekitar 410 kasus kecelakaan kerja baik itu sakit, cacat fisik, maupun
meninggal dunia. Namun berbanding terbalik dengan jumlah personil yang
ada. Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan
memiliki 5 personil yang terlibat dalam pengawasan dan pembinaan terhadap
pekerja maupun perusahaan. Dari data diatas mengidentifikasikan bahwa
tingkat kecelakaan kerja yang terjadi di Tangerang Selatan masih tergolong
tinggi, sehingga perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
tentunya harus ditingkatkan baik dari pekerja, perusahaan dan dinas yang
terkait di dalamnya.
Oleh karena itu pengawasan ketenagakerjaan di Tangerang Selatan
sangat dibutuhkan dalam proses meminimalisirkan kecelakaan kerja di
perusahaan. Pengawasan ketenagakerjaan itu sendiri adalah fungsi publik dari
administrasi ketenagakerjaan yang memastikan sesuai dengan
perundang-undangan ketenagakerjaan ditempat kerja untuk melindungi seluruh pekerja.
Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan mitra sosial atas kebutuhan untuk
mematuhi undang-undang ditempat kerja dan kepentingan bersama terkait
dengan hal ini melalui langkah-langkah pencegahan dan edukasi. Pengawasan
ketenagakerjaan berupa dalam konteks berupa konseling dan edukasi kepada
bahaya pekerjaan yang bersifat memberikan informasi dan saran kepada
pengusaha, pekerja dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Dan tujuan
utama dari pengawasan ketenagakerjaan adalah termasuk untuk memastikan
bahwa :
1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku dipatuhi ditempat kerja dengan tujuan mencapai dan kondisi kerja yang layak,
2. Pengusaha dan pekerja mendapatkan informasi dan panduan mengenai bagaimana mematuhi persyaratan-persyaratan hukum dan UU,
3. Pengusaha dapat menempatkan pekerja mereka dalam resiko-resiko yang terkait dengan keamanan dan kesehatan, dan
Berdasarkan tabel diatas sumber kecelakaan kerja terbanyak dari
beberapa sektor di karenakan mesin industri (mesin pons, mesin pres, gerjaji,
mesin bor,dll) dengan jumlah 125 orang. Dan sektor lain yang terbanyak
sumber kecelakaan kerjanya terdapat pada sektor industri pengolahan yaitu
dengan jumlah 70 orang pada sumber kecelakaan kerja pesawat angkat. Tidak
adanya sanksi yang membuat jera perusahaan atau pekerja menjadi penyebab
kecelakaan kerja di Kota Tangerang Selatan khususnya tidak berkurang sama
sekali dan bahkan kecelakaan kerja setiap tahunnya bertambah.
Menurut data yang peneliti dapatkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terkait pembinaan (penyuluhan dan
pelatihan) yang juga masih terbatas yang disebabkan oleh keterbatasan
anggaran, sehingga Dinas terkait meminimalisirkan pengeluaran dengan cara
membatasi program-program dan kinerja pengawasan disetiap perusahaan.
Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan
memiliki anggaran untuk pengawasan bidang ketenagakerjaan sebesar kurang
lebih Rp.2.090.375.000,-. Hal ini tidak sebanding dengan banyaknya program
dan kegiatan yang ada di Dinas terkait. Berikut adalah rekapan anggaran yang
di dapat peneliti dari badan keuangan Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terbagi dalam 3 bagian di bidang
Ketenagakerjaan, yaitu:
1. Perlindungan pengawasan, perlindungan, penegakan hukum terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu :
a. Pemberian penghargaan Zero Accident bagi perusahaan sebesar
b. Pembinaan teknis ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebesar
Rp.138.750.000,-
a. Sosialisasi Kesehatan di tempat kerja sebesar Rp.54.950.000,-
2. Peningkatan pengawasan, perlindungan, dan penegakan hukum
terhadap norma kerja
a. Pengawasan norma ketenagakerjaan sebesar Rp.49.667.000,-
b. Lomba cepat tepat norma ketenagakerjaan sebesar Rp.63.140.000,-
c. Bintek pengawasan norma kerja sebesar Rp.140.372.500,-
3. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum tenaga kerja wanita,
anak dan BPJS Ketenagakerjaan
a. Pemantauan kepesertaan BPJS ketenagakerjaan sebesar
Rp.22.400.000,-
Dengan demikian dinas terkait meminimalisirkan kegiatan dan
memilih bagian yang terpenting untuk dimasukkan pada program kerja dinas
tersebut. Dalam rangka pengawasan dan pembinaan ke setiap
perusahaan-perusahaan yang terdata di Tangerang Selatan (rutinitas untuk kunjungan
dinas terkait di Kota Tangerang Selatan kepada perusahaan guna mengetahui
masalah yang ada dalam perusahaan tersebut dan memberikan pemaparan atau
pemahaman tentang pentingnya terkait kecelakaan kerja yang akan merugikan
kedua belah pihak) tujuan dari kunjungan ini adalah untuk menetapkan apakah
peraturan ketenagakerjaan diterapkan, kunjungan tersebut dibagi dalam 3
katagori yaitu, pertama kunjungan pertama: ini adalah kunjungan untuk
mengetahui desas-desus tentang pendirian, pemindah tanganan atau
berkala: pengawas ketenagakerjaan kadangkala di minta untuk melakukan
kunjungan tempat kerja guna menyelesaikan persoalan mengenai penerapan
undang-undang, pencegahan bahaya, pelaksanaan hak-hak serikat kerja, untuk
memberikan pendapat mengenai rancangan tempat kerja atau perancangan
layanan sosial. Yang ketiga kunjungan darurat: kunjungan yang di tentukan
oleh kejadian-kejadian yang membutuhkan pengawasan saat itu juga (contoh,
kecelakaan di tempat kerja) yang membutuhkan tindakan baik praktis dan
hukum atau karena ledakan dan bom. Pengawas dapat menyelidiki siapa yang
harus bertanggung jawab atau merekomendasikan untuk mencegah kejadian
tersebut terulang kembali. serta memberikan kursus atau pelatihan-pelatihan
bagi pekerja, memberikan jaminan-jaminan sosial keselamatan dan kesehatan.
Kunjungan tersebut biasanya dilakukan 3 kali dalam seminggu oleh pengawas
yang bertugas. Namun karena minimnya jumlah pengawas yang ada maka
pengawasan tidak sesuai dengan target. Berdasarkan observasi awal yang
peneliti lakukan, ditemukan beberapa permasalahan terkait Pengawasan Dinas
Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Dalam
Mengatasi Permasalahan Kecelakaan Kerja dalam menanggulangi masalah
kecelakaan kerja di Perusahaan yaitu,
Pertama, menurut Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan mendapatkan anggaran kurang dan berbanding
terbalik dengan kegiatan dan program yang ada di dinas tersebut, sehingga
banyak kegiatan dan program kerja yang tidak terlaksana. Selain itu dari hasil
tanya jawab peneliti dengan dinas terkait tentang kunjungan perusahaan guna
dilakukan, sehingga masih terabaikannya perusahaan yang tidak mendapatkan
pengawasan dan pembinaan yang tidak merata.
Kedua, jumlah personil yang ada pada Dinas Sosial, Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan pada bidang pengawasan dan
pembinaan hanya berjumlah 5 personil hal ini tidak sebanding dengan
banyaknya perusahaan dan pekerja di Kota Tangerang Selatan yang terdata di
tahun 2014. Selain kurangnya anggota personil hal ini di pengaruhi oleh
terbatasnya sumber daya aparatur dinas pada bidang pengawasan yang secara
kuantitas masih terbatas maupun secara kualitatif masih memerlukan
peningkatan standar kompetensi keahlian terutama di bidang pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Ketiga, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota
Tangerang Selatan masih kurang dalam Pengawasan dan kegiatan pokok
indikator kinerja seperti mempromosikan keselamatan kerja dan kesehatan
kerja termasuk masalah pencegahan kecelakaan dan penyakit, serta dukungan
sumber yang lebih nyata antara perusahaan dan pihak dinas yang terkait di
Kota Tangerang Selatan salah satunya dalam mengawasi perilaku pekerja,
mengawasi bahan atau mesin yang dianggap berbahaya serta memberikan
penyuluhan secara singkat padat dan jelas.
Keempat, Tidak adanya sanksi yang tegas terkait pengawasan tentang
UU No.7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan dan Peraturan
Dalam hal ini Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Tangerang Selatan harus selalu memberikan perlindungan kepada pekerja dan
pengusaha di Kota Tangerang Selatan. Hal ini disebabkan karena pekerja
merupakan aset pembangunan Nasional yang secara normatif di jamin oleh
UU dan hal tersebut adalah suatu hak yang harus diterima oleh pengusaha.
Maka dalam hal ini Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota
Tangerang Selatan harus mengadakan perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja dan penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja terhadap para pekerja dan pengusaha.
Namun ada kalanya penyelenggaraan dan perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja terhadap pekerja dan pengusaha tersebut tidaklah sesuai
dengan apa yang telah di atur dalam Peraturan Daerah No.3 Tahun 2011
Tentang Pelayanan Ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena kurangnya
sosialisasi antara pengusaha dan pekerja terhadap pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Konteks pengawasan yang dimaksud oleh penelitian ini adalah proses
pemenuhan tanggung jawab Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kota Tangerang Selatan sebagai organisasi sosial sesuai dengan
penanggulangi permasalahan kecelakaan kerja di perusahaan. Penjelasan
tersebut di maksudkan untuk memfokuskan arti pengawasan yang luas dan
beragam sehingga peneliti menjelaskan dalam latar belakang ini bahwa yang
menjadi objek penelitian ini, yaitu pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi yang dimaksud adalah apakah sudah sesuai dengan yang
kepada undang-undang, dari para pelaku-pelaku dalam proses
penyelenggaraan kegiatan permasalahan kecelakaan kerja di perusahaan itu
sendiri dalam hal penanggulangan kecelakaan kerja di Kota Tangerang
Selatan.
Pemaparan peneliti sebelumnya mengenai Dinas Sosial,
ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terlihat bahwa
sebagai salah satu bentuk organisasi publik yang khususnya memberikan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya pekerja dalam ranah permasalahan
mengenai kecelakaan kerja di perusahaan. sungguh sangat disayangkan jika
kurang berperan aktif dalam penanggulangan kecelakaan kerja di perusahaan
oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menambahkan masalah-masalah
tersebut dengan mengkaji lebih dalam mengenai Pengawasan Dinas Sosial,
ketenagakerjaan dan Transmigrasi dalam hal penanggulangan permasalahan
kecelakaan kerja di perusahaan dengan judul penelitian Pengawasan Dinas
Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Dalam Permasalahan Kecelakaan Kerja
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan hasil survei, peneliti menyimpulkan beberapa identifikasi
masalah yang berkaitan dengan permasalahan kecelakaan kerja yaitu, sebagai
berikut:
1. Kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Dinas Sosial, ketenagakerjaan
dan Transmigrasi Kota Tangerang sebesar Rp.247.000.000,- bidang
2. Kurangnya jumlah Personil pengawasan yang ada di Dinas Sosial,
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan.
3. Pengasawan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota
Tangerang Selatan terkait pengawasan dan pembinaan masih kurang
optimal.
4. Tidak adanya sanksi yang tegas terkait pengawasan tentang UU No.7
Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan dan Peraturan Daerah
No.3 Tahun 2011 tentang Pelayanan Ketenagakerjaan.
1.3 Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti
memfokuskan permasalahan untuk menjaga agar permasalahan dalam
penelitian ini tidak terlalu luas dan pembahasan lebih mengarah pada
pemahaman yang lebih baik, dalam penelitian ini membatasi masalah pada
ruang lingkup permasalahan mengenai pengawasan kecelakaan kerja di
perusahaan Kota Tangerang Selatan dalam menanggulangi masalah
kecelakaan kerja di Kota Tangerang Selatan. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan
1.4 Rumusan masalah
Melihat dari latar belakang diatas penulis mencoba merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan
kerja?
1.5 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi dalam mengatasi permasalahan kecelakaan di Kota Tangerang
Selatan yaitu, “Untuk mengetahui Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan
dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan
kerja”
1.6 Manfaat penelitian
Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang
didapat dari penulis ini adalah :
1. Manfaat teoritis
a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data
sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
b. Untuk sedikit memberi pemikiran dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan pada umumnya.
c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama
menjalani kuliah strata satu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta memberikan landasan untuk
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang Administasi
Negara sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang
terkait dengan masalah yang diteliti.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian yang masing-masing
terdiri dari sub bagian, yaitu sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup
dan kedudukan masalah yang akan di teliti. Bentuk penerangan dan penjelasan
penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke masalah yang spesifik
dan relevan dengan judul skripsi.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang
akan diteliti, dikaitkan dengan tema/topik/judul penelitian.
1.3 Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan
dana maka peneliti membatasi penelitian ini.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah
yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam bagian ini
juga akan didefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam kalimat
tanya.
1.5 Tujuan Penelitian
Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin di capai dengan
dilaksanakannya penelitan terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan
rumusan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.
1.6 Manfaat Penelitian
Menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis terkait dengan
temuan peneliti
1.7 Sistematika Penulisan
Menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulis skripsi
BAB II : DESKRIPSI TEORI
2.1 Landasan Teori
Landasan teori mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan
dengan masalah penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian yang
sangat jelas.
2.2 Penelitan Terdahulu
Penelitan terdahulu merupakan kajian penelitian yang pernah
dilakukan oleh penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber
ilmiah.
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitan
Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai
kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan
kepada pembaca mengenai asumsi dasarnya.
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Merupakan Jawaban sementara dan akan diuji kebenarannya
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode apa yang
akan digunakan dalam penelitian ini.
3.2 Fokus Penelitian
Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian
penelitian yang akan dilakukan.
Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan , yaitu
menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya locus tersebut untuk dijadikan
tempat penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data
yang digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti sendiri dan akan
disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam pengumpulan
data dan observasi.
3.5 Informan Penelitian
Informan penelitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik
secara lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informan biasanya
didapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Menjelaskan teknik analisis dan rasionalisasinya, yaitu memaparkan
teknik pengolahan data dan analisis data yang akan digunakan dalam
penelitian ini.
3.7 Jadwal Penelitian
Menjelaskan jadual penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan
dilakukan, serta dilengkapi dengan tabel jadual penelitian.
BAB IV : PEMBAHASAN
Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan obyek
penelitian.
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah
dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.
4.3 Pembahasan
Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data
BAB V : Penutup
5.1 Simpulan
Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas,
dan mudah dipahami.
5.2 Saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang di
teliti baik secara teoritis maupun praktis.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam
penyusunan skripsi ini.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Memuat lampiran yang dianggap perlu dan relevan, tersusun secara
berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan pustaka
Setiap penelitian merupakan selalu menggunakan teori. Kerlinger
dalam Sugiyono (2009:41) mengemukakan bahwa, Theory is a set of
interrelated construct (concepts), definitions and propositions that present a
systematic view of phenomena by specifying relations among variables with
purpose of explaining and predicting the phenomena. Teori adalah
seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk
melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antar
variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
Menurut Satori dan Komariah (2010:7), menyatakan bahwa suatu
teori/konsep yang dijadikan dasar penelitian berguna untuk membaca
fenomena empirik sehingga konsep atau teori ini berfungsi untuk “to
understand”, yaitu peneliti dapat mengerti fenomena empirik. Mengerti
tentang sesuatu merupakan modal bagi peneliti untuk dapat menjelaskan “to
describle” dan kadar yang lebih tinggi lagi adalah dapat mendeskripsikan
secara cermat dan utuh “to explan”. Apabila peneliti sudah dapat menjelaskan
maka dapat mengontrol suatu fenomena dan dapat membuat prediksi terhadap
hasil-hasil temuan empirik. Fungsi teori/konsep yang berangkat dari fenomena
empirik dapat menjadi instrument untuk mengetahui suatu kondisi yang
diinginkan di masa depan, atau disebut juga dengan “to predict”.
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada bagaimana
pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang
Selatan dalam kecelakaan kerja karyawan di perusahaan terkait khususnya di
Tangerang Selatan. Sesuai dengan fokus penelitian, maka diperlukan beberapa
teori pendukung untuk mempermudah dalam proses penelitian. Berikut
penjelasan mengenai teori dan konsep yang menjadi landasan teori dan
kerangka berfikir dalam penelitian ini.
2.1.1 Pengawasan
Dalam pengawasannya yang tertulis kutipan pada Peraturan Daerah
No.3 Tahun 2011 Tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas
Ketenagakerjaan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota
Tangerang Selatan melakukan beberapa indikator pencegahan mengenai
kecelakaan kerja, yaitu:
1. Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja
Pengamatan resiko bahaya ditempat kerja merupakan basis
informasi yang berhubungan dengan banyaknya tingkat dan jenis
kecelakaan kerja yang terjadi. Ada 2 tipe data untuk mengamati resiko
bahaya di tempat kerja, yaitu :
a. Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi dan
mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian yang fatal
pada setiap pekerja.
b. Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber
pencemaran, faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan,
tingkat kerusakan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya,
bekerja di ketinggian dengan resiko terjatuh dan luka yang di
derita pekerja atau bekerja dipemotongan dengan resiko
terpotong karena kontak dengan benda tajam.
2. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja
Standar Operasional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus di
patuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai dengan intruksi yang
tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan
kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan kerja.
Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:209) pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengontrol dan menilai pelaksaaan pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang telah di tentukan atau di tetapkan. Kemudian Menurut Prayudi (dalam Rusdiana dan Ghazin) pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan dan diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan dan diperhatikan. Dan menurut Manullang (dalam Rusdiana dan Ghazin) mengatakan bahwa:
Menurut Wirawan (2014:437), Pengawasan dilakukan oleh pengawas
ketenagakerjaan yang berada di tingkat pusat, tingkat provinsi atau tingkat
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan pengawasantersebut meliputi :
a. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanan komitmen. b. Organisasi
c. Sumber daya manusia
d. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja
e. Keamanan bekerja
f. Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran penetapan SMK3 g. Pengendalian keadaan darurat dan bahaya tempat kerja h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan
i. Tindak lanjut
Dalam Pasal 173 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan
tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa Pemerintah melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan. Pengawasan dan pembinaan tersebut
dapat mengikutsertakan organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh,
dan organisasi profesi terkait. Dan dilaksanakan secara terpadu dan
terkoordinasi dalam rangka pembinaan ketenagakerjaan, pemerintah,
organisasi pengusaha, serikat pekerja atau serikat buruh dan organisasi profesi
terkait dapat melakukan kerja sama internasional di bidang ketenagakerjaan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau
lembaga yang telah berjasa dalam pembinaan ketenagakerjaan. Penghargaan
tersebut dapat diberikan dalam bentuk piagam, uang, atau bentuk lainnya.
Pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Pasal 176 Undang-Undang nomor
bahwa Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas
ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin
pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Pegawai
pengawas ketenagakerjaan ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya
wajib :
1. merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan. 2. tidak menyalahgunakan kewenangannya Selanjutnya dalam Pasal 179 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa: Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada Menteri.
2.1.1.1 Prinsip-Prinsip Pengawasan
Adapun mengenai prinsip-prinsip pengawasan peneliti akan
mengemukakan beberapa pendapat para ahli, menurut Handayaningrat
(1997:149) mengemukakan bahwa pengawasan adalah:
1. pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi.
2. pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum.
3. pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan perundang-undangan, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan dan berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan.
5. pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti dan tepat.
7. Hasil pengawasan harus memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan waktu yang akan datang.
2.1.1.2Syarat-syarat pengawasan efektif
Di dalam menciptakan kondisi pengawasan pekerja yang betul-betul
efektif berjalan sesuai fungsinya, maka diperlukan syarat-syarat pengawasan
itu merupakan sesuatu hal bagi seorang pemimpin organisasi untuk
mendapatkan sistem pengawasan yang memadai dan efektif dalam membantu
kelancaran perencanaan, agar sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Menurut
Handayaningrat (1997:151) mengumukakan syarat-syarat pengawasan yang
efektif, yaitu :
1. Pengawasan harus objektif
Maksud dari objektif adalah pengawasan yang berdasarkan atas
ukuran-ukuran standar yang objektif yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Pengawasan harus luwes
Apabila pengawasan selalu ingin efektif, disamping
menghindarkan kegagalan-kegagalan dalam melaksanakan rencana,
maka rencana itu perlu fleksibel, agar dimungkinkan adanya
perubahan rencana terhadap hal-hal yang tidak dapat diduga-duga
sebelumnya. Fleksibilitas dalam pengawasan dapat dilakukan dengan
3. Pengawasan harus hemat
Pengawasan harus dinilai dengan biaya pengawasan relatif
hemat. Bila manfaatnya sesuai dengan kepentingan kegiatan, besarnya
kegiatan dan pengeluaran biaya pengawasandibandingkan dengan
besarnya resiko bila dikaitkan dengan besarnya hasil pekerjaan,
besarnya organisasi dibandingkan dengan biaya pengawasan yang
relatif kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa teknik pengawasan dan
pendekatan akan dapat efisien dan hal yang dapat menimbulkan
kerugian yang tidak dapat diduga sebelumnya
4. Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan
Sistem pengawasan tidak mempunyai arti apabila tidak
membawa tindakan perbaikan sistem pengawasan yang relatif adalah
apabila ditemukan terjadinya kegagalan-kegagalan. Maka kepada siapa
ia harus bertanggung jawab dan siapa yang dapat menjamin tindakan
perbaikan.
2.1.1.3 Fungsi Pengawasan
Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:211), pengawasan mempunyai
berbagai fungsi pokok, diantaranya sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan, maksudnya adalah pengawasan dapat mencegah kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan, kesalahan, serta penyelewengan.
tidak berlarut-larut dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian organisasi.
c. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.
d. Mendinamisasikan organisasi, yaitu dengan adanya pengawasan diharapkan sedini mungkin terjadinya penyimpangan dapat dicegah.
2.1.1.4 Sasaran dan Tujuan Pengawasan
Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:212), sasaran dan tujuan
pengawasan adalah sebagai berikut :
a. Mencegah terjadinya penyimpangan.
b. Memperbaiki kesalahan, dan menindak penyalahgunaan serta penyelewengan.
c. Mempertebal tanggung jawab untuk pekerja maupun pemilik dari perusahaan tersebut.
d. Mendidik dalam pelaksanaannya.
e. Menjaga pola organisasi yang telah di tetapkan sesuai UU berlaku
f. Semua dalam organisasi akan mendapatkan tempat sesuai bakat, minat dan kemampuan yang berbeda-beda.
g. Penggunaan alat-alat atau perlengkapan organisasi yang efisien.
h. Sistem dan penerapan tidak menyimpang dari yang telah disepakati.
2.1.1.5 Teknik-teknik Pengawasan
Menurut Siagian (2000:259), ada beberapa teknik dalam pengawasan,
yaitu sebagai berikut:
Pengamatan langsung oleh atasan atau Dinas terkait untuk
melihat cara para bawahan menyelenggarakan kegiatan dan
menyelesaikan tugasnya.
2. Pengawasan melalui laporan
Pengawasan melalui laporan, baik lisan atau tulisan dari
orang-orang yang mengawasi secara langsung kegiatan.
3. Pengawasan melalui wawancara
Wawancara dengan bawahan atau pihak lain pun dapat
dilakukan dalam rangka pengawasan.
2.1.2 Kecelakaan kerja
a. Pengertian dan sebab-sebab terjadinya kecelakaan kerja
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan
hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula terhadap kecelakaan kerja yang terjadi karena dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali dari tempat
kerja ke rumah dari jalan biasa atau wajar di lalui. Jadi kecelakaan kerja
menurut UU No.3 Tahun 1992 tentang kecelakaan yang terjadi berhubung
dengan hubungan kerja yaitu terjadi pada saat pekerja melakukan pekerjaan
dalam hubungan kerja umumnya kecelakaan terjadi di tempat kerja atau biasa
di sebut dengan in plant dan terjadi pada saat kerja, kemudian kecelakaan
kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja
lintas yang dialami pekerja dalam perjalanan pada saat ini biasanya disebut
dengan kecelakaan out plant dan terjadi di luar jam kerja.
Jenis kecelakaan yang termasuk dalam kecelakaan kerja berdasarkan
UU No.3 Tahun 1992 adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja
yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerja atau hubungan kerja. Setiap
tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja
berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam
hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas jaminan
kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir
diberikan, apabila menurut diagnosa dokter yang merawat penyakit tersebut
diakibatkan oleh pekerja selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam
hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana maksud diatas,
diberikan apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 tahun
terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak
diharapkan oleh semua pihak. Kejadiannya tidak terdapat unsur kesengajaan
dan terencana. Kecelakaan kerja sering kali menimbulkan cacat yang biasanya
terjadi pada fisik kepada seseorang. Adapun sebab-sebab kecelakaan kerja :
1. Faktor pekerjaan
a. Jam kerja
Ketetapan jam kerja yang berlaku adalah 7 jam sehari
dan 40 jam dalam seminggu untuk 6 hari kerja dalam satu
minggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam dalam seminggu untuk
paling sedikit 15% dari 5 hari selama 6 jam jumlah jam kerja
tiap minggu.
b. Pergeseran waktu atau shift
KerjaShift kerja dari malam ke siang kemudian ke pagi
hari dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Resiko kecelakaan
kerja tinggi pada tenaga kerja yang bekerja pada malam hari.
2. Faktor manusia
Salah satu penyebab dari kecelakaan kerja adalah faktor
manusia itu sendiri. Faktor-faktor yang terdapat pada manusia terdiri
dari :
a. umur-umur muda
pada umumnya lebih sedikit mendapat kecelakaan kerja
di banding umur tua hal ini disebabkan oleh reaksi umur muda
lebih baik dibanding umur tua, akan tetapi umur muda sering
bertindak cerobah atau tidak hati-hati sehingga terjadi
kecelakaan kerja.
b. pengalaman kerja
pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap
kecelakaan kerja. Karena biasanya semakin lama seseorang
bekerja pada bidang tersebut maka akan lebih mengetahui
resiko terjadinya kecelakaan kerja tersebut dan akan lebih
c. jenis kepribadian manusia
faktor kejiwaan mempunyai pengaruh terhadap
kecelakaan kerja, emosi, motivasi kerja dan ceroboh
mempunyai pengaruh terhadap timbulnya kecelakaan kerja.
3. tingkat pendidikan dan keterampilan
Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi timbulnya
kecelakaan kerja, begitu pula latihan sebelum melakukan pekerjaan
akan mempengaruhi timbulnya kecelakaan kerja.
4. kelelahan
kelelahan baik fisiologi maupun psikologi dapat meningkatkan
kecelakaan kerja. Kelelahan akan menurunkan kemampuan seseorang
untuk berfikir dan akan mengurangi kemampuan kerja serta ketahanan
tubuh pekerja.
5. Faktor lingkungan kerja
a. Faktor kimia
disebabkan oleh bahan baku dan bahan pembantu
proses produksi dan hasil proses produksi. Unsurnya dapat di
kelompokkan bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, dan
lain-lain. Contoh kecelakaan kerja oleh karena pabrik petasan,
bengkel, dan lain-lain.
b. Faktor biologi
bermacam-macam bakteri, jamur, virus yang terdapat
2.1.3 Tinjauan Umum Mengenai Keselamatan kerja
A. Pengertian dan Dasar Hukum Keselamatan Kerja
Dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas :
1. Keselamatan dan kesehatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama
untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai dengan
peraturan-peraturan perundangundangan yang berlaku (Husni, 2003:131). keselamatan
kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat landasan
tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara pengolahannya
(Summa’ur,1987:1).
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
bahayanya, adalah penerapan teknologi mutakhir. Dengan demikian, peraturan
keamanan kerja atau keselamatan kerja merupakan suatu usaha untuk
melindungi buruh dari bahaya yang timbul karena pekerjaan dan menciptakan
kondisi kerja yang karena pekerjaan dan menciptakan kondisi kerja yang
buruh. Tujuan peraturan keamanan menurut Budiono (1999:228), adalah
sebagai berikut :
1. Melindungi buruh dari resiko kecelakaan pada saat melakukan pekerjaan.
2. Menjaga agar supaya orang-orang yang telah berada di sekitar tempat kerja terjamin keselamatannya.
3. Menjaga supaya sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan berdaya guna.
B. Kewajiban Pengusaha dalam hubungannya dengan Keselamatan Kerja
Menurut Husni (2003:135), Pihak yang bertanggung jawab atas
keselamatan kerja di tempat kerja adalah pimpinan atau pengurus tempat kerja
atau pengusaha. Kewajiban pengusaha atau pimpinan perusahaan dalam
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
1. Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, pengusaha wajib
menunjukkan dan menjelaskan tentang :
a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja. b. Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan. c. Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya.
d. Memeriksakan kesehatan fisik maupun mental tenaga kerja yang bersangkutan.
2. Terhadap tenaga kerja yang telah atau sedang dipekerjakan,
berkewajiban melakukan pembinaan dalam hal pencegahan
kecelakaan, penganggulangan kebakaran, P3K, dan peningkatan usaha
keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya.
Keselamatan kerja bagi pekerja pada akhirnya tergantung juga
pada pekerja itu sendiri. Oleh karena itu pembinaan, penyuluhan dan
latihan-latihan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan
sangat penting. Antara pembinaan dan latihan mempunyai makna
tersendiri. Melalui pembinaan dapat disampaikan berbagai informasi
mengenai keselamatan kerja, cara melaksanakan pekerjaan yang baik
dan benar, sehingga akan memberikan kejalasan kepada para pekerja.
Sedangkan latihan menyangkut mengenai keterampilan dalam
keselamatan kerja (Suma’ur, 1987:210).
Penyelenggaraan pembinaan bagi pekerja dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara, antara lain :
1. Ceramah atau Diskusi
Metode ceramah dan diskusi diterapkan dengan maksud supaya yang
dilakuakan antara pekerja dengan pembicara dapat berkomunikasi secara
langsung, sehingga pekerja benar-benar memahami dan mengetahui apa yang
diceramahkan. Pembinaan seperti ini hendaknya dilakukan secara berkala,
meskipun tidak dilaksanakan secara bersamaan, mengingat adanya proses
produksi yang tidak dapat ditinggalkan.
2. Poster atau slogan
Poster atau slogan adalah salah satu cara untuk mengingatkan pekerja
agar selalu berhati-hati dan juga untuk mengingatkan pekerja. Poster atau
slogan ini macam-macam wujudnya, bisa berupa gambar yang lucu,
menyedihkan, memberikan nasehat dan sebagainya. Poster ada yang berwujud
poster positif, yaitu poster yang memperlihatkan kemanfaatan kalau
dalam keraguan. Selain itu ada poster negatif, yaitu poster yang
memperlihatkan bahaya. (Suma’ur, 1987:307)
Pembinaan dan penyuluhan yang sangat penting dan diberikan kepada
pekerja adalah:
a. Pemberantasan kebakaran
b. Pembinaan pertama pada kecelakaan
c. Pembinaan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
3. Memeriksakan Kesehatan Pekerja
Pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja penting sekali dilakukan. Hal
itu dimaksudkan untuk melindungi pekerja dari kemungkinan mengalami
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan tempat
kerja. Melaksanakan pelayanan kesehatan kerja diperusahaan merupakan
tugas dari tenaga paramedis. Oleh karena itu agar tenaga paramedis dapat
melaksanakan tugas dengan baik, maka pihak perusahaan diwajibkan
mengirimkan tenaga paramedisnya untuk dididik mengenai keselamatan kerja
seperti yang termaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Nomor : 02/MEN/1979 tentang Kewajiban latihan dan
keselamatan kerja bagi para tenaga paramedis perusahaan, dimana dalam
pasal 1 disebutkan :
”Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk
mengirimkan setiap tenaga untuk mendapatkan latihan dalam bidang higienen
Perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja.”
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Transmigrasi
Nomor Per 02/MEN/1980 tentang pemeriksaan kesehatan kerja dalam
diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap tenaga kerja yaitu
meliputi pemeriksaan sebelum bekerja, pemeriksaan secara berkala, dan
pemeriksaan khusus. Hal tersebut dimaksudkan agar pekerja dalam kondisi
yang bena-benar sehat. Berdasarkan pada ketentuan tersebut maka
pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja dapat dilakukan secara bertahap.
4. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh tenaga
kerja.
Penyediaan alat perlindungan diri yang cukup akan dapat
menghindarkan atau dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang
mungkin timbul atau terjadi. Hal ini harus diperhatikan oleh
perusahaan, apalagi alat perlindungan tersebut merupakan salah satu
fasilitas dari perusahaan untuk pekerja, dengan kata lain alat
perlindungan diri harus disediakan perusahaan secara cuma-cuma
untuk pekerja tanpa dipungut biaya. Seperti yang telah diatur dalam
Pasal 14 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan yang berbunyi sebagai berikut :
Berdasarkan pada ketentuan tersebut, alat perlindungan diri tidak saja
disediakan untuk para pekerja, tetapi juga untuk orang lain yang memasuki
tempat kerja dalam lingkungan perusahaan tersebut. Alat perlindungan diri
yang disediakan perusahaan satu dengan yang lain biasanya tidak sama, hal ini
didasarkan pada jenis pekerjaannya atau jenis usaha yang dilakukan oleh
perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis alat perlindungan yang biasa
digunakan oleh perusahaan tekstil adalah :
a. Penutup telinga
Dalam suatu perusahaan khususnya ruang produksi yang
dipenuhi dengan mesin-mesin, biasanya akan menimbulkan suara yang
sangat bisang. Pekerja yang selalu berada dalam situasi bisang
terus-menerus dan tidak menggunakan penutup telinga cepat atau lambat
akan mempengaruhi pendengarannya. Oleh karena itu alat penutup
telinga sangatlah penting dan mutlak keberadaanya atau harus ada
dalam industri-industri yang menggunakan mesin-mesin bersuara
keras.
b. Masker
Masker adalah alat yang digunakan untuk menutup mulut dan
hidung. Masker sangat diperlukan untuk industri tekstil dalam hal ini
industri batik, sebab dalam industri ini menggunakan bahan zat-zat
kimia yang cukup berbahaya. Apabila sampai terhirup tentunya dapat
c. Topi Pengaman
Topi pengaman banyak macamnya, ada yang terbuat dari kain,
ada pula yang terbuat dari plastik. Para pekerja diwajibkan utnuk
menggunakan topi pengaman. Topi sangat berguna bagi para pekerja,
terutama pekerja perempuan, terlebih lagi yang berambut panjang.
Topi harus dipakai agar tidak terganggu saat melakukan pekerjaan.
Sebab rambut yang panjang apabila dibiarkan terurai akan
mengganggu bahkan jika tidak hati-hati rambut bisa masuk ke mesin.
d. Alat-alat perlindungan diri lainnya.
Alat perlindungan diri lainnya yang biasa digunakan antara lain
sepatu boat, kaos tangan, penutup mata dan lain-lain.
e. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan
setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan, kebakaran,
dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
f. Membayar biaya pengawasan keselamatan kerja ke Kantor
Perbendaharaan Negara setempat setelah mendapat penetapan