• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN DINAS SOSIAL, KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI KOTA TANGERANG SELATAN DALAM PERMASALAHAN KECELAKAAN KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAWASAN DINAS SOSIAL, KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI KOTA TANGERANG SELATAN DALAM PERMASALAHAN KECELAKAAN KERJA"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

PERMASALAHAN KECELAKAAN KERJA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

oleh:

WALIYYIL ILMI BIAHKAMILLAH

6661101686

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

i Apalah arti daya dan upaya

Tanpa adanya ridho-Mu

Apalah arti harapan dan kesabaran Tanpa doa ku pada-Mu

PERSEMBAHAN :

(6)

Waliyyil Ilmi Biahkamillah. NIM 6661101686. 2015. Pengawasan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Dalam Permasalahan Kecelakaan Kerja. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Dr. Abdul Apip M.Pd., dan Pembimbing II Anis Fuad S.Sos. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya pemikiran yang kritis terkait permasalahan kecelakaan kerja yang merupakan ancaman bagi pengusaha maupun pekerja khususnya di wilayah Kota Tangerang Selatan. Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pengawasan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam Permasalahan kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan teori manajemen Pengawasan dari Rusdiana dan Ghazin (2014). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Kurang sosialisasi antara Dinas dan Perusahaan serta kurangnya melakukan Pengawasan dikarenakan masih banyaknya Perusahaan dan pekerja yang tidak mementingkan keamanan dan masih banyak angka kecelakaan kerja di Tangerang Selatan khususnya pada Tahun 2014. Kesimpulan penelitian ini yaitu Pengawasan Kecelakaan kerja yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan untuk menanggulangi angka kecelakaan kerja Kurang Baik. Saran penelitian ini yaitu (1) meningkatkan upaya Pengawasan, (2) menambah jumlah personil pengawas ketenagakerjaan (3) pengawasan terkait jadwal kunjungan harus lebih dioptimalkan (4) lebih memaksimalkan bagian bidang pengawasan ketenagakerjaan agar terlaksana dengan baik.

(7)

Waliyyil Ilmi Biahkamillah. NIM 6661101686. 2015. Monitoring Social Service Manpower and Transmigration South Tangerang City Problems In Work Accident. Program Study of Public Administration. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I Dr. Abdul Apip M.Pd., and Advisor II Anis Fuad S.Sos.

This research was motivated by the critical thinking problems related accidents that are a threat to employers and workers, particularly in the South Tangerang City. The problems of this research is how the supervision of the Social Service Manpower and Transmigration South Tangerang City in the accident problem. This study uses the theory of management and supervision of Rusdiana Ghazin (2014). This study used descriptive qualitative method. These results indicate that the Department of Social, Manpower and Transmigration South Tangerang City Less supervise because there are many company and the workers were not concerned with security and many number of accidents in South Tangerang especially in 2014. The conclusion of this research that the Monitoring Accidents conducted by the Department of Social, Manpower and Transmigration South Tangerang City to cope with the numbers of workplace accidents Less Good. Suggestion of this study are (1) increasing efforts Supervision, (2) increase the number of personnel inspectors (3) supervision-related scheduled visits should be optimized (4) maximizing the field of labor inspection to be better performing.

(8)

i

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur kehadirat bagi ALLAH

SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, hidayah dan inayah-Nya

kepada peneliti untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul

“Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan Dalam Permasalahan Kecelakaan Kerja”. Shalawat serta

salam semoga tetap tercucahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad

SAW, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

kelengkapan dalam memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten. Saya

sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan masih

jauh dari kesempurnaan baik teknik penyusunan penulisan maupun isi dari

materi yang disajikan, hal ini disebabkan tiada lain oleh keterbatasan

kemampuan dari penulis.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya

bimbingan, bantuan, nasehat, saran, dan perhatian berbagai pihak. Pada

kesempatan ini merupakan suatu kebanggaan bagi penulis untuk

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya

kepada:

1. Untuk Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas

(9)

ii Dosen Pembimbing Akademik.

3. Untuk Ibu Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Untuk Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Untuk Bapak Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

6. Untuk Ibu Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Ketua Jurusan Program Studi

Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Untuk Bapak Riswanda, S.Sos, M.Pa., Sekretaris Jurusan Program

Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Untuk Bapak Dr. Abdul Apip, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I

Peneliti.

9. Untuk Bapak Anis Fuad, S.Sos, Selaku Dosen Pembimbing II Peneliti.

10.Untuk Bapak H. Purnama, S.Sos, M.Si, Selaku Kepala Dinas Sosial,

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sekaligus

yang telah memberikan izin untuk mencari data dan informasi terkait

(10)

iii

oleh peneliti terkait permasalahan tentang bidang pengawasan

ketenagakerjaan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan.

12.Untuk Bapak Drs. Agustin, M.Si, Selaku Pelaksana Bidang

PENTAKERJA yang telah membantu memberikan data dan informasi

yang peneliti butuhkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi terkait masalah Mediator dan Hubungan Industrial.

13.Untuk Bapak Nuhiodi, SE, M.Si, selaku seksi pengawasan norma kerja

yang telah membantu memberikan data dan informasi yang peneliti

butuhkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi terkait

masalah Norma Kerja.

14.Untuk Bapak Siswanto,ST, MM, selaku seksi Pengawasan Norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah memberikan data dan

informasi yang peneliti butuhkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terkait permasalahan Norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

15.Untuk Ibu Silvia Rosalinda, SE, M.SI, selaku Sub Bagian Keuangan

yang telah memberikan data dan informasi yang peneliti butuhkan di

Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang

Selatan terkait Keuangan.

16.Untuk Bapak H. Syaiful Bachrum, SE, Bapak Drs. Tua Rusli, ST,

MM, Bapak Tubagus Agus Dhani, SE, Bapak Abdul Basit, S.IP,

Bapak Imawan Yuni Azhar, SE, Bapak AA Jajat Sudrajat, SE, Bapak

Oney Muhamad Oji yang telah membantu peneliti terkait keseluruhan

(11)

iv

untuk mengumpulkan seluruh informasi dan data yang dibutuhkan.

18.Untuk Bapak Mujiono yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti

terkait pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan terhadap Perusahaan dan

Industri.

19.Untuk Bapak Fajar yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti

terkait pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan terhadap Perusahaan dan

Industri.

20.Untuk Ayah Drs. H Harun Al-rasyid M,Si dan Ibu Hj. Ruhida S.Pdi

yang tercinta yang selalu memberikan cinta kasih yang tulus dan tak

terhingga dan selalu memberikan doa, dan motivasi baik secara materil

maupun non materi.

21.Untuk kawan-kawan mahasiswa Prodi Ilmu Administrasi Negara dan

Ilmu Komunikasi dari angkatan tahun 2010, serta kawan-kawan

seperjuangan untuk Bahru Rozi, Septian Eka Maulana, Indri Sutopo,

Andri Wijaya, Syandi Negara, Utami Puji Lestari, Ingga, Nelly

Sulastiningsih, Nabila, Abdul Yusuf dan kawan-kawan seperjuangan

lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang selalu

memberikan semangat, masukan dan dukungannya serta hari-hari yang

penuh tawa disaat kuliah sampai sekarang ini.

22.Untuk Sahabat-Sahabat sepermainan, khususnya untuk Sobari Fachri,

M. Surya Atmaja, Rendy Leonardi, Alm. Heru Sadiwijaya, Dini

Suryani, Dina Suryana, Indri Ardian, Indra Rostiana Akbar, Muksin

yang selalu memberikan dukungan dan semangat serta memberikan

(12)

v

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang

membutuhkan baik sebagai bahan acuan maupun sebagai bahan bacaan.

Semoga Allah SWT selalui meridhoi dan senantiasa membimbing kita dalam

segala hal ke arah yang lebih baik. Amin.

Tangerang, 01 Februari 2016

Penulis

(13)

vi

LEMBAR JUDUL ...

DATA ORISINALITAS ...

LEMBAR PERSETUJUAN ...

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 16

1.3 Batasan Masalah ... 17

1.4 Rumusan Masalah ... 18

1.5 Tujuan Penelitian ... 18

1.6 Manfaat Penelitian ... 18

1.7 Sistematika Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka... 24

2.1.1 Pengawasan ... 25

2.1.1.1 Prinsip-Prinsip Pengawasan ... 28

(14)

vii

2.1.1.5 Teknik-teknik Pengawasan ... 31

2.1.2 Kecelakaan Kerja ... 32

2.1.3 Tinjauan Umum Mengenai Keselamatan Kerja ... 36

2.1.4 Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Kerja ... 44

2.1.5 Tinjauan Umum Tentang Hubungan Industrial ... 46

2.1.6 Penelitian Terdahulu ... 49

2.1.6.1 Penelitian 1 ... 49

2.1.6.2 Penelitian 2 ... 51

2.1.7 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 52

2.1.8 Asumi Dasar ... 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... 54

3.2 Fokus Penelitian ... 56

3.3 Lokasi Penelitian ... 57

3.4 Instrumen Penelitian ... 57

3.5 Informan Penelitian ... 61

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 65

3.7 Pengujian Keabsahan Data ... 68

(15)

viii

4.1.1 Deskripsi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 71

4.1.2 Struktur Organisasi ... 77

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial,

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi ... 78

4.2 Deskripsi Data ... 88

4.3 Pembahasan ... 88

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ... 143

5.2 Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

(16)

ix

GAMBAR 1.1 Data Objek Pengawasan ... 7

GAMBAR 1.2 Data Kecelakaan Kerja dan Penyakit Kerja ... 10

GAMBAR 1.3 Alamat Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 72

GAMBAR 1.4 Peta Wilayah Tangerang Selatan ... 73

GAMBAR 1.5 Perusahaan di Tangerang Selatan ... 92

GAMBAR 1.6 Kegiatan Perindustrian USM (Usaha Sumber Mandiri) ... 95

(17)

x

TABEL 2.1 Pedoman Wawancara ... 58

TABEL 2.2 Informan Penelitian ... 63

TABEL 2.3 Waktu Penelitian ... 70

TABEL 2.4 Luas Wilayah Tangerang Selatan ... 74

TABEL 2.5 Data Kecelakaan Kerja Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 111

TABEL 2.6 Persentase Kegiatan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 123

TABEL 2.7 Perusahaan Yang Terdarfar BPJS Ketenagakerjaan ... 132

TABEL 2.8 Anggaran Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014 ... 138

(18)

xi

BAGAN 3.1 Model Analisis ... 65

BAGAN 3.2 Pelaksanaan Undang-Undang ... 75

BAGAN 3.3 Struktur Organisasi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ... 77

BAGAN 3.4 Proses Pembuatan P2K3 ... 101

BAGAN 3.5 Penyidikan Kecelakaan Kerja Pengawas ... 103

BAGAN 3.6 Penyebab Kecelakaan Kerja ... 104

BAGAN 3.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecelakaan Kerja ... 121

BAGAN 3.8 Pendaftaran BPJS Dalam Hubungan Kerja... 130

BAGAN 3.9 Langkah Mendinamiskan Organisasi ... 133

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Sejalan dengan proses era globalisasi kehidupan masyarakat Indonesia

mengalami banyak perubahan yaitu dari masyarakat agraris menjadi

masyarakat industri dimana persaingan dibidang usaha semakin tinggi.

Banyak alat bantu yang digunakan manusia untuk membantu menyelesaikan

pekerjaannya dengan mudah. Manusia merancang berbagai alat yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan manusia, alat dibuat dan

dirancang dengan sebaik mungkin sehingga manusia dapat nyaman dalam

menggunakannya serta untuk mempercepat proses produktivitas disuatu

industri, baik itu industri kecil, sedang maupun besar dituntut untuk semakin

meningkatkan kualitasnya untuk tetap bertahan dibidang usahanya. Namun

tuntutan dibidang peningkatan kualitas tersebut tidak hanya mengenai mutu

hasil produksi tetapi orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Dengan perkembangan yang tinggi dan semakin pesatnya industri,

tentu berbanding lurus dengan munculnya tantangan dan permasalahan

didunia industri. Salah satu tantangan dan permasalahan yang muncul adalah

bagaimana mengatasi kecelakaan kerja di lingkungan industri atau perusahaan

itu sendiri. Kecelakaan kerja dapat merugikan perusahaan dan menurunkan

produktivitas. Ada tuntutan peningkatan tersebut, hal ini tentunya juga

memerlukan pengarahan tenaga kerja secara intensif pula dari para pekerja.

(20)

Sehingga sering kali para pekerja diharuskan bekerja diluar batas

kemampuannya, akibatnya keselamatan dan kesehatan dari pekerja sering

terabaikan.

Sehubungan dengan pertumbuhan industri dan persaingan usaha, maka

semakin bertambah pula penggunaan mesin-mesin sebagai alat untuk

mempermudah pekerjaan. Dengan penggunaan mesin-mesin tersebut tentu

saja akan memperlancar proses produksi, tetapi resiko terjadinya kecelakaan

kerja yang dapat menimpa tenaga kerja juga lebih besar pula. Bahan-bahan

yang mengandung racun, mesin-mesin, alat-alat, serta cara-cara kerja yang

buruk. Kekurangan pengetahuan untuk penanganan peralatan yang serba baru

dan mutakhir, dan tidak adanya latihan kerja serta pengetahuan tentang

sumber bahaya yang baru senantiasa menjadi sumber-sumber penyakit bagi

para pekerja yang terlibat oleh mesin itu sendiri. Oleh karenanya tenaga kerja

dalam bekerja perlu adanya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan

yang maju dan tepat serta di lengkapi alat pelindung diri sehingga dapat

memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang

timbul akibat kerja.

Selain itu karyawan atau pekerja harus mengembangkan kemampuan

dalam bidangnya, pengembangan tersebut adalah suatu proses yang harus

dilakukan secara terus menerus, karena dalam perusahaan yang dinamis akan

selalu timbul masalah baru baik dibidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan

kebutuhan jabatan–jabatan baru yang lebih kompleks dan memerlukan

penanganan yang baik dan terpadu. Setiap karyawan harus mempunyai

(21)

kemampuan dan keterampilan yang memadai guna mencapai kualitas kerja

dan peningkatan karir serta memperkecil kecelakaan kerja bagi karyawan itu

sendiri. pentingnya pengembangan untuk meningkatkan kemampuan tekhnis,

teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan

atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2007;69).

Bitner dan Zeithaml dalam Riorini, (2004:22) menyatakan perusahaan

harus memberikan suatu peranan dalam suatu sistem pengawasan untuk dapat

meningkatkan kualitas kerja (performance quality) ada beberapa cara yang

dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan memberikan pelatihan atau

training, memberikan insentif atau bonus yang memungkinkan para pekerja

akan senantiasa semangat dalam bekerja serta kedisiplinan pekerja dan

efektifitas kerja.

Pengusaha sebagai pihak yang mempekerjakan tenaga kerja wajib

memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dan pengusaha

wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan sesuai dengan UU No.7 Tahun

1981. Disinilah dibutuhkan kesadaran dari pihak pengusa mengingat

penyediaan alat perlindungan diri maupun penyediaan lingkungan kerja yang

sehat memerlukan biaya. Namun begitu biaya yang dikeluarkan jauh lebih

kecil di bandingkan dengan kerugian yang ditumbulkan jika terjadi kecelakaan

dan penyakit akibat kerja. Hal itu disebabkan karena melindungi tenaga kerja,

secara tidak langsung melindungi perusahaan tempat kerjanya, agar usahanya

tidak mengalami hambatan-hambatan atau kegagalan dalam berproduksi

dikarenakan ketidakhadiran beberapa buruh karena terkena penyakit tertentu

(22)

kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,

kerusakan atau kerugian ditempat kerja berupa mesin seperti alat kerja, atau

bahan-bahan kimia yang dapat merugikan pekerja.

Menurut Summamur (2001:1), Keselamatan kerja yang

setinggi-tingginya dapat tercapai bila kesehatan berada dalam taraf yang

sebaik-baiknya. Antara keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas kerja

terdapat korelasi yang nyata. Setiap tenaga kerja yang sehat dan selamat

mampu melakukan pekerjaan secara efektif dan efisien sehingga produksi

berada pada tingkat yang sebaik-baiknya. Dalam keadaan sakit tenaga kerja

tersebut tidak melakukan pekerjaannya dengan baik, bahkan mungkin tidak

dapat bekerja seperti biasa lagi sehingga tentunya pekerjaan menjadi tidak

optimal, sehingga dapat menyebabkan beban bagi perusahaan dan tenaga kerja

itu sendiri.

Beban tersebut bagi perusahaan bisa berupa:

1. Menurunkan produksi,

2. Pembayaran ongkos pengobatan yang sampai berhari-hari bahkan

berbulan-bulan,

3. Menurunkan moral pengusaha dalam pandangan masyarakat.

Adapun bagi tenaga kerja beban tersebut dapat berupa:

1. Menurunkan kepercayaan dari pengusaha

2. Menurunkan kemampuan kerja yang dapat berakibat berkurangnya

(23)

Menurut data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Ketenagakerjaan atau BPJS Ketenagakerjaan mengatakan bahwa angka

kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 16.900 kasus kecelakaan kerja.

perusahaan yang tinggi tingkat kecelakaan kerja adalah disektor mesin atau

perusahaan yang sering menggunakan alat dan mesin yang canggih untuk

membantu produktifitas. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di

sebabkan beberapa faktor di antaranya :

1. Pekerja

a. tidak disiplin pada peraturan yang berlaku

b. tidak mengerti tentang teknologi (mesin las, mesin press, dll)

c. kurangnya pengetahuan tentang bahan yang berbahaya (menghirup

gas atau bahan kimia).

2. Perusahaan

a. Kurangnya penyuluhan atau pengetahuan yang di berikan kepada

pekerja bagaimana cara mempergunakan alat-alat industri dan

penggunaan bahan-bahan kimia atau yang mudah terbakar

b. Tidak memperdulikan kondisi mesin atau alat yang sudah rusak

atau tidak layak lagi untuk di pakai

c. Kurang pengertian terhadap pekerja (memberikan bonus

upah/gaji).

Keselamatan kerja bukan saja tugas dari perusahaan tetapi juga fungsi

pemerintah untuk mengawasi. Menurut keputusan Walikota Tangerang

Selatan No.3 pasal 1 Tahun 2001 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas

Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

mempunyai tugas untuk melaksanakan wewenang otonomi daerah di bidang

(24)

dinas terkait adalah pelaksanaan pengawasan norma kerja, pelaksanaan

koordinasi dengan instansi atau perusahaan lainnya yang terkait perumusan

pengawasan norma kerja dan penindakan pelanggaran norma kerja yang

mengacu pada perundang-undangan ketenagakerjaan. Bersumber dari data

yang peneliti dapatkan dari Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 tentang pengawasan rekapitulasi

wajib lapor perusahaan di sektor Kelompok Lapangan Usaha Indonesia

(25)
(26)

Dari data tersebut Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan dan pembinaan pada tahun 2014

sedikitnya 2.080 perusahaan yang sudah terdata dari 5.127 perusahaan yang

ada baik itu perusahaan kecil, sedang maupun besar, dan 41 perusahaan yang

mampu mencapai nol kecelakaan (zero accident), dan setiap tahunnya ada

sekitar 410 kasus kecelakaan kerja baik itu sakit, cacat fisik, maupun

meninggal dunia. Namun berbanding terbalik dengan jumlah personil yang

ada. Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

memiliki 5 personil yang terlibat dalam pengawasan dan pembinaan terhadap

pekerja maupun perusahaan. Dari data diatas mengidentifikasikan bahwa

tingkat kecelakaan kerja yang terjadi di Tangerang Selatan masih tergolong

tinggi, sehingga perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

tentunya harus ditingkatkan baik dari pekerja, perusahaan dan dinas yang

terkait di dalamnya.

Oleh karena itu pengawasan ketenagakerjaan di Tangerang Selatan

sangat dibutuhkan dalam proses meminimalisirkan kecelakaan kerja di

perusahaan. Pengawasan ketenagakerjaan itu sendiri adalah fungsi publik dari

administrasi ketenagakerjaan yang memastikan sesuai dengan

perundang-undangan ketenagakerjaan ditempat kerja untuk melindungi seluruh pekerja.

Tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan mitra sosial atas kebutuhan untuk

mematuhi undang-undang ditempat kerja dan kepentingan bersama terkait

dengan hal ini melalui langkah-langkah pencegahan dan edukasi. Pengawasan

ketenagakerjaan berupa dalam konteks berupa konseling dan edukasi kepada

(27)

bahaya pekerjaan yang bersifat memberikan informasi dan saran kepada

pengusaha, pekerja dan pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Dan tujuan

utama dari pengawasan ketenagakerjaan adalah termasuk untuk memastikan

bahwa :

1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku dipatuhi ditempat kerja dengan tujuan mencapai dan kondisi kerja yang layak,

2. Pengusaha dan pekerja mendapatkan informasi dan panduan mengenai bagaimana mematuhi persyaratan-persyaratan hukum dan UU,

3. Pengusaha dapat menempatkan pekerja mereka dalam resiko-resiko yang terkait dengan keamanan dan kesehatan, dan

(28)
(29)

Berdasarkan tabel diatas sumber kecelakaan kerja terbanyak dari

beberapa sektor di karenakan mesin industri (mesin pons, mesin pres, gerjaji,

mesin bor,dll) dengan jumlah 125 orang. Dan sektor lain yang terbanyak

sumber kecelakaan kerjanya terdapat pada sektor industri pengolahan yaitu

dengan jumlah 70 orang pada sumber kecelakaan kerja pesawat angkat. Tidak

adanya sanksi yang membuat jera perusahaan atau pekerja menjadi penyebab

kecelakaan kerja di Kota Tangerang Selatan khususnya tidak berkurang sama

sekali dan bahkan kecelakaan kerja setiap tahunnya bertambah.

Menurut data yang peneliti dapatkan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan

dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terkait pembinaan (penyuluhan dan

pelatihan) yang juga masih terbatas yang disebabkan oleh keterbatasan

anggaran, sehingga Dinas terkait meminimalisirkan pengeluaran dengan cara

membatasi program-program dan kinerja pengawasan disetiap perusahaan.

Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

memiliki anggaran untuk pengawasan bidang ketenagakerjaan sebesar kurang

lebih Rp.2.090.375.000,-. Hal ini tidak sebanding dengan banyaknya program

dan kegiatan yang ada di Dinas terkait. Berikut adalah rekapan anggaran yang

di dapat peneliti dari badan keuangan Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terbagi dalam 3 bagian di bidang

Ketenagakerjaan, yaitu:

1. Perlindungan pengawasan, perlindungan, penegakan hukum terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu :

a. Pemberian penghargaan Zero Accident bagi perusahaan sebesar

(30)

b. Pembinaan teknis ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebesar

Rp.138.750.000,-

a. Sosialisasi Kesehatan di tempat kerja sebesar Rp.54.950.000,-

2. Peningkatan pengawasan, perlindungan, dan penegakan hukum

terhadap norma kerja

a. Pengawasan norma ketenagakerjaan sebesar Rp.49.667.000,-

b. Lomba cepat tepat norma ketenagakerjaan sebesar Rp.63.140.000,-

c. Bintek pengawasan norma kerja sebesar Rp.140.372.500,-

3. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum tenaga kerja wanita,

anak dan BPJS Ketenagakerjaan

a. Pemantauan kepesertaan BPJS ketenagakerjaan sebesar

Rp.22.400.000,-

Dengan demikian dinas terkait meminimalisirkan kegiatan dan

memilih bagian yang terpenting untuk dimasukkan pada program kerja dinas

tersebut. Dalam rangka pengawasan dan pembinaan ke setiap

perusahaan-perusahaan yang terdata di Tangerang Selatan (rutinitas untuk kunjungan

dinas terkait di Kota Tangerang Selatan kepada perusahaan guna mengetahui

masalah yang ada dalam perusahaan tersebut dan memberikan pemaparan atau

pemahaman tentang pentingnya terkait kecelakaan kerja yang akan merugikan

kedua belah pihak) tujuan dari kunjungan ini adalah untuk menetapkan apakah

peraturan ketenagakerjaan diterapkan, kunjungan tersebut dibagi dalam 3

katagori yaitu, pertama kunjungan pertama: ini adalah kunjungan untuk

mengetahui desas-desus tentang pendirian, pemindah tanganan atau

(31)

berkala: pengawas ketenagakerjaan kadangkala di minta untuk melakukan

kunjungan tempat kerja guna menyelesaikan persoalan mengenai penerapan

undang-undang, pencegahan bahaya, pelaksanaan hak-hak serikat kerja, untuk

memberikan pendapat mengenai rancangan tempat kerja atau perancangan

layanan sosial. Yang ketiga kunjungan darurat: kunjungan yang di tentukan

oleh kejadian-kejadian yang membutuhkan pengawasan saat itu juga (contoh,

kecelakaan di tempat kerja) yang membutuhkan tindakan baik praktis dan

hukum atau karena ledakan dan bom. Pengawas dapat menyelidiki siapa yang

harus bertanggung jawab atau merekomendasikan untuk mencegah kejadian

tersebut terulang kembali. serta memberikan kursus atau pelatihan-pelatihan

bagi pekerja, memberikan jaminan-jaminan sosial keselamatan dan kesehatan.

Kunjungan tersebut biasanya dilakukan 3 kali dalam seminggu oleh pengawas

yang bertugas. Namun karena minimnya jumlah pengawas yang ada maka

pengawasan tidak sesuai dengan target. Berdasarkan observasi awal yang

peneliti lakukan, ditemukan beberapa permasalahan terkait Pengawasan Dinas

Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Dalam

Mengatasi Permasalahan Kecelakaan Kerja dalam menanggulangi masalah

kecelakaan kerja di Perusahaan yaitu,

Pertama, menurut Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan mendapatkan anggaran kurang dan berbanding

terbalik dengan kegiatan dan program yang ada di dinas tersebut, sehingga

banyak kegiatan dan program kerja yang tidak terlaksana. Selain itu dari hasil

tanya jawab peneliti dengan dinas terkait tentang kunjungan perusahaan guna

(32)

dilakukan, sehingga masih terabaikannya perusahaan yang tidak mendapatkan

pengawasan dan pembinaan yang tidak merata.

Kedua, jumlah personil yang ada pada Dinas Sosial, Ketenagakerjaan

dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan pada bidang pengawasan dan

pembinaan hanya berjumlah 5 personil hal ini tidak sebanding dengan

banyaknya perusahaan dan pekerja di Kota Tangerang Selatan yang terdata di

tahun 2014. Selain kurangnya anggota personil hal ini di pengaruhi oleh

terbatasnya sumber daya aparatur dinas pada bidang pengawasan yang secara

kuantitas masih terbatas maupun secara kualitatif masih memerlukan

peningkatan standar kompetensi keahlian terutama di bidang pengawasan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Ketiga, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan masih kurang dalam Pengawasan dan kegiatan pokok

indikator kinerja seperti mempromosikan keselamatan kerja dan kesehatan

kerja termasuk masalah pencegahan kecelakaan dan penyakit, serta dukungan

sumber yang lebih nyata antara perusahaan dan pihak dinas yang terkait di

Kota Tangerang Selatan salah satunya dalam mengawasi perilaku pekerja,

mengawasi bahan atau mesin yang dianggap berbahaya serta memberikan

penyuluhan secara singkat padat dan jelas.

Keempat, Tidak adanya sanksi yang tegas terkait pengawasan tentang

UU No.7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan dan Peraturan

(33)

Dalam hal ini Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Tangerang Selatan harus selalu memberikan perlindungan kepada pekerja dan

pengusaha di Kota Tangerang Selatan. Hal ini disebabkan karena pekerja

merupakan aset pembangunan Nasional yang secara normatif di jamin oleh

UU dan hal tersebut adalah suatu hak yang harus diterima oleh pengusaha.

Maka dalam hal ini Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan harus mengadakan perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja bagi pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja dan penyakit

yang timbul akibat hubungan kerja terhadap para pekerja dan pengusaha.

Namun ada kalanya penyelenggaraan dan perlindungan keselamatan

dan kesehatan kerja terhadap pekerja dan pengusaha tersebut tidaklah sesuai

dengan apa yang telah di atur dalam Peraturan Daerah No.3 Tahun 2011

Tentang Pelayanan Ketenagakerjaan. Hal ini terjadi karena kurangnya

sosialisasi antara pengusaha dan pekerja terhadap pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja.

Konteks pengawasan yang dimaksud oleh penelitian ini adalah proses

pemenuhan tanggung jawab Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi

Kota Tangerang Selatan sebagai organisasi sosial sesuai dengan

penanggulangi permasalahan kecelakaan kerja di perusahaan. Penjelasan

tersebut di maksudkan untuk memfokuskan arti pengawasan yang luas dan

beragam sehingga peneliti menjelaskan dalam latar belakang ini bahwa yang

menjadi objek penelitian ini, yaitu pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan

dan Transmigrasi yang dimaksud adalah apakah sudah sesuai dengan yang

(34)

kepada undang-undang, dari para pelaku-pelaku dalam proses

penyelenggaraan kegiatan permasalahan kecelakaan kerja di perusahaan itu

sendiri dalam hal penanggulangan kecelakaan kerja di Kota Tangerang

Selatan.

Pemaparan peneliti sebelumnya mengenai Dinas Sosial,

ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terlihat bahwa

sebagai salah satu bentuk organisasi publik yang khususnya memberikan

pelayanan kepada masyarakat, khususnya pekerja dalam ranah permasalahan

mengenai kecelakaan kerja di perusahaan. sungguh sangat disayangkan jika

kurang berperan aktif dalam penanggulangan kecelakaan kerja di perusahaan

oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menambahkan masalah-masalah

tersebut dengan mengkaji lebih dalam mengenai Pengawasan Dinas Sosial,

ketenagakerjaan dan Transmigrasi dalam hal penanggulangan permasalahan

kecelakaan kerja di perusahaan dengan judul penelitian Pengawasan Dinas

Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Dalam Permasalahan Kecelakaan Kerja

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan hasil survei, peneliti menyimpulkan beberapa identifikasi

masalah yang berkaitan dengan permasalahan kecelakaan kerja yaitu, sebagai

berikut:

1. Kurangnya anggaran yang dimiliki oleh Dinas Sosial, ketenagakerjaan

dan Transmigrasi Kota Tangerang sebesar Rp.247.000.000,- bidang

(35)

2. Kurangnya jumlah Personil pengawasan yang ada di Dinas Sosial,

Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan.

3. Pengasawan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan terkait pengawasan dan pembinaan masih kurang

optimal.

4. Tidak adanya sanksi yang tegas terkait pengawasan tentang UU No.7

Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan dan Peraturan Daerah

No.3 Tahun 2011 tentang Pelayanan Ketenagakerjaan.

1.3 Batasan masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti

memfokuskan permasalahan untuk menjaga agar permasalahan dalam

penelitian ini tidak terlalu luas dan pembahasan lebih mengarah pada

pemahaman yang lebih baik, dalam penelitian ini membatasi masalah pada

ruang lingkup permasalahan mengenai pengawasan kecelakaan kerja di

perusahaan Kota Tangerang Selatan dalam menanggulangi masalah

kecelakaan kerja di Kota Tangerang Selatan. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu, “Bagaimana pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan

dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan

(36)

1.4 Rumusan masalah

Melihat dari latar belakang diatas penulis mencoba merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan

kerja?

1.5 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi dalam mengatasi permasalahan kecelakaan di Kota Tangerang

Selatan yaitu, “Untuk mengetahui Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan

dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan

kerja”

1.6 Manfaat penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan

kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang

didapat dari penulis ini adalah :

1. Manfaat teoritis

a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan data

sebagai bahan penyusunan skripsi guna melengkapi persyaratan untuk

(37)

pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

b. Untuk sedikit memberi pemikiran dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan pada umumnya.

c. Untuk mendalami teori-teori yang telah penulis peroleh selama

menjalani kuliah strata satu Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa serta memberikan landasan untuk

penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

a. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang Administasi

Negara sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat nantinya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang

terkait dengan masalah yang diteliti.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini dibagi kedalam lima bagian yang masing-masing

terdiri dari sub bagian, yaitu sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menerangkan atau menjelaskan ruang lingkup

dan kedudukan masalah yang akan di teliti. Bentuk penerangan dan penjelasan

(38)

penjelasan yang berbentuk umum hingga menukik ke masalah yang spesifik

dan relevan dengan judul skripsi.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang

akan diteliti, dikaitkan dengan tema/topik/judul penelitian.

1.3 Batasan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan untuk menghemat waktu dan

dana maka peneliti membatasi penelitian ini.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah bertujuan untuk memilih dan menetapkan masalah

yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam bagian ini

juga akan didefinisikan permasalahan yang telah diterapkan dalam kalimat

tanya.

1.5 Tujuan Penelitian

Mengungkapkan tentang sasaran yang ingin di capai dengan

dilaksanakannya penelitan terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi dan

rumusan penelitian sejalan dengan isi dan rumusan masalah penelitian.

1.6 Manfaat Penelitian

Menjelaskan tentang manfaat teoritis dan praktis terkait dengan

temuan peneliti

1.7 Sistematika Penulisan

Menjelaskan isi bab per babnya dan menjelaskan urutan penulis skripsi

(39)

BAB II : DESKRIPSI TEORI

2.1 Landasan Teori

Landasan teori mengkaji berbagai teori dan konsep yang relevan

dengan masalah penelitian, sehingga akan memperoleh konsep penelitian yang

sangat jelas.

2.2 Penelitan Terdahulu

Penelitan terdahulu merupakan kajian penelitian yang pernah

dilakukan oleh penulis sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber

ilmiah.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitan

Kerangka berfikir menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai

kelanjutan dari perbincangan kajian teori untuk memberikan penjelasan

kepada pembaca mengenai asumsi dasarnya.

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Merupakan Jawaban sementara dan akan diuji kebenarannya

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Bagian ini menguraikan tentang tipe/pendekatan dan metode apa yang

akan digunakan dalam penelitian ini.

3.2 Fokus Penelitian

Bagian ini membatasi dan menjelaskan substansi materi kajian

penelitian yang akan dilakukan.

(40)

Menjelaskan tempat (locus) penelitian dilaksanakan , yaitu

menjelaskan tempat, serta alasan memilihnya locus tersebut untuk dijadikan

tempat penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpul data

yang digunakan, dalam hal ini instrumennya adalah peneliti sendiri dan akan

disampaikan pedoman wawancara yang akan digunakan dalam pengumpulan

data dan observasi.

3.5 Informan Penelitian

Informan penelitian yaitu pihak yang memberikan informasi baik

secara lisan maupun tulisan kepada peneliti. Pemberian informan biasanya

didapatkan dengan cara wawancara dengan peneliti.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Menjelaskan teknik analisis dan rasionalisasinya, yaitu memaparkan

teknik pengolahan data dan analisis data yang akan digunakan dalam

penelitian ini.

3.7 Jadwal Penelitian

Menjelaskan jadual penelitian, beserta tahapan penelitian yang akan

dilakukan, serta dilengkapi dengan tabel jadual penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN

(41)

Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi serta hal lain yang berhubungan dengan obyek

penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah

dengan mempergunakan teknik analisis data yang relevan.

4.3 Pembahasan

Melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data

BAB V : Penutup

5.1 Simpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat, jelas,

dan mudah dipahami.

5.2 Saran

Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang di

teliti baik secara teoritis maupun praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Pada bagian ini berisi daftar referensi yang digunakan dalam

penyusunan skripsi ini.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Memuat lampiran yang dianggap perlu dan relevan, tersusun secara

berurutan yang dianggap perlu oleh peneliti karena berkaitan dengan data

(42)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan pustaka

Setiap penelitian merupakan selalu menggunakan teori. Kerlinger

dalam Sugiyono (2009:41) mengemukakan bahwa, Theory is a set of

interrelated construct (concepts), definitions and propositions that present a

systematic view of phenomena by specifying relations among variables with

purpose of explaining and predicting the phenomena. Teori adalah

seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk

melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antar

variabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan

fenomena.

Menurut Satori dan Komariah (2010:7), menyatakan bahwa suatu

teori/konsep yang dijadikan dasar penelitian berguna untuk membaca

fenomena empirik sehingga konsep atau teori ini berfungsi untuk “to

understand”, yaitu peneliti dapat mengerti fenomena empirik. Mengerti

tentang sesuatu merupakan modal bagi peneliti untuk dapat menjelaskan “to

describle” dan kadar yang lebih tinggi lagi adalah dapat mendeskripsikan

secara cermat dan utuh “to explan”. Apabila peneliti sudah dapat menjelaskan

maka dapat mengontrol suatu fenomena dan dapat membuat prediksi terhadap

hasil-hasil temuan empirik. Fungsi teori/konsep yang berangkat dari fenomena

(43)

empirik dapat menjadi instrument untuk mengetahui suatu kondisi yang

diinginkan di masa depan, atau disebut juga dengan “to predict”.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada bagaimana

pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang

Selatan dalam kecelakaan kerja karyawan di perusahaan terkait khususnya di

Tangerang Selatan. Sesuai dengan fokus penelitian, maka diperlukan beberapa

teori pendukung untuk mempermudah dalam proses penelitian. Berikut

penjelasan mengenai teori dan konsep yang menjadi landasan teori dan

kerangka berfikir dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengawasan

Dalam pengawasannya yang tertulis kutipan pada Peraturan Daerah

No.3 Tahun 2011 Tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas

Ketenagakerjaan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota

Tangerang Selatan melakukan beberapa indikator pencegahan mengenai

kecelakaan kerja, yaitu:

1. Pengamatan resiko bahaya di tempat kerja

Pengamatan resiko bahaya ditempat kerja merupakan basis

informasi yang berhubungan dengan banyaknya tingkat dan jenis

kecelakaan kerja yang terjadi. Ada 2 tipe data untuk mengamati resiko

bahaya di tempat kerja, yaitu :

a. Pengukuran resiko kecelakaan, yaitu mengkalkulasi dan

(44)

mengetahui hari kerja yang hilang atau kejadian yang fatal

pada setiap pekerja.

b. Penilaian resiko bahaya, yaitu mengindikasikan sumber

pencemaran, faktor bahaya yang menyebabkan kecelakaan,

tingkat kerusakan dan kecelakaan yang terjadi. Misalnya,

bekerja di ketinggian dengan resiko terjatuh dan luka yang di

derita pekerja atau bekerja dipemotongan dengan resiko

terpotong karena kontak dengan benda tajam.

2. Pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja

Standar Operasional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus di

patuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai dengan intruksi yang

tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan

kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan kerja.

Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:209) pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengontrol dan menilai pelaksaaan pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang telah di tentukan atau di tetapkan. Kemudian Menurut Prayudi (dalam Rusdiana dan Ghazin) pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang dijalankan, dilaksanakan dan diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan dan diperhatikan. Dan menurut Manullang (dalam Rusdiana dan Ghazin) mengatakan bahwa:

(45)

Menurut Wirawan (2014:437), Pengawasan dilakukan oleh pengawas

ketenagakerjaan yang berada di tingkat pusat, tingkat provinsi atau tingkat

kabupaten/kota sesuai dengan kewenangan pengawasantersebut meliputi :

a. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanan komitmen. b. Organisasi

c. Sumber daya manusia

d. Pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang keselamatan dan kesehatan kerja

e. Keamanan bekerja

f. Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran penetapan SMK3 g. Pengendalian keadaan darurat dan bahaya tempat kerja h. Pelaporan dan perbaikan kekurangan

i. Tindak lanjut

Dalam Pasal 173 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan

tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa Pemerintah melakukan

pengawasan dan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang

berhubungan dengan ketenagakerjaan. Pengawasan dan pembinaan tersebut

dapat mengikutsertakan organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh,

dan organisasi profesi terkait. Dan dilaksanakan secara terpadu dan

terkoordinasi dalam rangka pembinaan ketenagakerjaan, pemerintah,

organisasi pengusaha, serikat pekerja atau serikat buruh dan organisasi profesi

terkait dapat melakukan kerja sama internasional di bidang ketenagakerjaan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang atau

lembaga yang telah berjasa dalam pembinaan ketenagakerjaan. Penghargaan

tersebut dapat diberikan dalam bentuk piagam, uang, atau bentuk lainnya.

Pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Pasal 176 Undang-Undang nomor

(46)

bahwa Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas

ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin

pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan. Pegawai

pengawas ketenagakerjaan ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang

ditunjuk. Pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya

wajib :

1. merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan. 2. tidak menyalahgunakan kewenangannya Selanjutnya dalam Pasal 179 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa: Unit kerja pengawasan ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan kepada Menteri.

2.1.1.1 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Adapun mengenai prinsip-prinsip pengawasan peneliti akan

mengemukakan beberapa pendapat para ahli, menurut Handayaningrat

(1997:149) mengemukakan bahwa pengawasan adalah:

1. pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi.

2. pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum.

3. pengawasan harus berorientasi terhadap kebenaran menurut peraturan perundang-undangan, berorientasi terhadap kebenaran atas prosedur yang telah ditetapkan dan berorientasi terhadap kebenaran tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. pengawasan harus menjamin sumber daya dan hasil guna pekerjaan.

5. pengawasan harus berdasarkan standar yang objektif, teliti dan tepat.

(47)

7. Hasil pengawasan harus memberikan umpan balik terhadap perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan, dan waktu yang akan datang.

2.1.1.2Syarat-syarat pengawasan efektif

Di dalam menciptakan kondisi pengawasan pekerja yang betul-betul

efektif berjalan sesuai fungsinya, maka diperlukan syarat-syarat pengawasan

itu merupakan sesuatu hal bagi seorang pemimpin organisasi untuk

mendapatkan sistem pengawasan yang memadai dan efektif dalam membantu

kelancaran perencanaan, agar sesuai dengan tujuan yang di harapkan. Menurut

Handayaningrat (1997:151) mengumukakan syarat-syarat pengawasan yang

efektif, yaitu :

1. Pengawasan harus objektif

Maksud dari objektif adalah pengawasan yang berdasarkan atas

ukuran-ukuran standar yang objektif yang telah ditentukan

sebelumnya.

2. Pengawasan harus luwes

Apabila pengawasan selalu ingin efektif, disamping

menghindarkan kegagalan-kegagalan dalam melaksanakan rencana,

maka rencana itu perlu fleksibel, agar dimungkinkan adanya

perubahan rencana terhadap hal-hal yang tidak dapat diduga-duga

sebelumnya. Fleksibilitas dalam pengawasan dapat dilakukan dengan

(48)

3. Pengawasan harus hemat

Pengawasan harus dinilai dengan biaya pengawasan relatif

hemat. Bila manfaatnya sesuai dengan kepentingan kegiatan, besarnya

kegiatan dan pengeluaran biaya pengawasandibandingkan dengan

besarnya resiko bila dikaitkan dengan besarnya hasil pekerjaan,

besarnya organisasi dibandingkan dengan biaya pengawasan yang

relatif kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa teknik pengawasan dan

pendekatan akan dapat efisien dan hal yang dapat menimbulkan

kerugian yang tidak dapat diduga sebelumnya

4. Pengawasan harus membawa tindakan perbaikan

Sistem pengawasan tidak mempunyai arti apabila tidak

membawa tindakan perbaikan sistem pengawasan yang relatif adalah

apabila ditemukan terjadinya kegagalan-kegagalan. Maka kepada siapa

ia harus bertanggung jawab dan siapa yang dapat menjamin tindakan

perbaikan.

2.1.1.3 Fungsi Pengawasan

Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:211), pengawasan mempunyai

berbagai fungsi pokok, diantaranya sebagai berikut :

a. Mencegah terjadinya berbagai penyimpangan atau kesalahan, maksudnya adalah pengawasan dapat mencegah kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan, kesalahan, serta penyelewengan.

(49)

tidak berlarut-larut dan pada akhirnya dapat mengakibatkan kerugian organisasi.

c. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban.

d. Mendinamisasikan organisasi, yaitu dengan adanya pengawasan diharapkan sedini mungkin terjadinya penyimpangan dapat dicegah.

2.1.1.4 Sasaran dan Tujuan Pengawasan

Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:212), sasaran dan tujuan

pengawasan adalah sebagai berikut :

a. Mencegah terjadinya penyimpangan.

b. Memperbaiki kesalahan, dan menindak penyalahgunaan serta penyelewengan.

c. Mempertebal tanggung jawab untuk pekerja maupun pemilik dari perusahaan tersebut.

d. Mendidik dalam pelaksanaannya.

e. Menjaga pola organisasi yang telah di tetapkan sesuai UU berlaku

f. Semua dalam organisasi akan mendapatkan tempat sesuai bakat, minat dan kemampuan yang berbeda-beda.

g. Penggunaan alat-alat atau perlengkapan organisasi yang efisien.

h. Sistem dan penerapan tidak menyimpang dari yang telah disepakati.

2.1.1.5 Teknik-teknik Pengawasan

Menurut Siagian (2000:259), ada beberapa teknik dalam pengawasan,

yaitu sebagai berikut:

(50)

Pengamatan langsung oleh atasan atau Dinas terkait untuk

melihat cara para bawahan menyelenggarakan kegiatan dan

menyelesaikan tugasnya.

2. Pengawasan melalui laporan

Pengawasan melalui laporan, baik lisan atau tulisan dari

orang-orang yang mengawasi secara langsung kegiatan.

3. Pengawasan melalui wawancara

Wawancara dengan bawahan atau pihak lain pun dapat

dilakukan dalam rangka pengawasan.

2.1.2 Kecelakaan kerja

a. Pengertian dan sebab-sebab terjadinya kecelakaan kerja

kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan

hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,

demikian pula terhadap kecelakaan kerja yang terjadi karena dalam perjalanan

berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kembali dari tempat

kerja ke rumah dari jalan biasa atau wajar di lalui. Jadi kecelakaan kerja

menurut UU No.3 Tahun 1992 tentang kecelakaan yang terjadi berhubung

dengan hubungan kerja yaitu terjadi pada saat pekerja melakukan pekerjaan

dalam hubungan kerja umumnya kecelakaan terjadi di tempat kerja atau biasa

di sebut dengan in plant dan terjadi pada saat kerja, kemudian kecelakaan

kerja yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja

(51)

lintas yang dialami pekerja dalam perjalanan pada saat ini biasanya disebut

dengan kecelakaan out plant dan terjadi di luar jam kerja.

Jenis kecelakaan yang termasuk dalam kecelakaan kerja berdasarkan

UU No.3 Tahun 1992 adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja

yaitu penyakit yang disebabkan oleh pekerja atau hubungan kerja. Setiap

tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja

berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam

hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. Hak atas jaminan

kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir

diberikan, apabila menurut diagnosa dokter yang merawat penyakit tersebut

diakibatkan oleh pekerja selama tenaga kerja yang bersangkutan masih dalam

hubungan kerja. Hak jaminan kecelakaan kerja sebagaimana maksud diatas,

diberikan apabila penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 tahun

terhitung sejak hubungan kerja tersebut berakhir.

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak

diharapkan oleh semua pihak. Kejadiannya tidak terdapat unsur kesengajaan

dan terencana. Kecelakaan kerja sering kali menimbulkan cacat yang biasanya

terjadi pada fisik kepada seseorang. Adapun sebab-sebab kecelakaan kerja :

1. Faktor pekerjaan

a. Jam kerja

Ketetapan jam kerja yang berlaku adalah 7 jam sehari

dan 40 jam dalam seminggu untuk 6 hari kerja dalam satu

minggu, atau 8 jam sehari dan 40 jam dalam seminggu untuk

(52)

paling sedikit 15% dari 5 hari selama 6 jam jumlah jam kerja

tiap minggu.

b. Pergeseran waktu atau shift

KerjaShift kerja dari malam ke siang kemudian ke pagi

hari dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Resiko kecelakaan

kerja tinggi pada tenaga kerja yang bekerja pada malam hari.

2. Faktor manusia

Salah satu penyebab dari kecelakaan kerja adalah faktor

manusia itu sendiri. Faktor-faktor yang terdapat pada manusia terdiri

dari :

a. umur-umur muda

pada umumnya lebih sedikit mendapat kecelakaan kerja

di banding umur tua hal ini disebabkan oleh reaksi umur muda

lebih baik dibanding umur tua, akan tetapi umur muda sering

bertindak cerobah atau tidak hati-hati sehingga terjadi

kecelakaan kerja.

b. pengalaman kerja

pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap

kecelakaan kerja. Karena biasanya semakin lama seseorang

bekerja pada bidang tersebut maka akan lebih mengetahui

resiko terjadinya kecelakaan kerja tersebut dan akan lebih

(53)

c. jenis kepribadian manusia

faktor kejiwaan mempunyai pengaruh terhadap

kecelakaan kerja, emosi, motivasi kerja dan ceroboh

mempunyai pengaruh terhadap timbulnya kecelakaan kerja.

3. tingkat pendidikan dan keterampilan

Tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi timbulnya

kecelakaan kerja, begitu pula latihan sebelum melakukan pekerjaan

akan mempengaruhi timbulnya kecelakaan kerja.

4. kelelahan

kelelahan baik fisiologi maupun psikologi dapat meningkatkan

kecelakaan kerja. Kelelahan akan menurunkan kemampuan seseorang

untuk berfikir dan akan mengurangi kemampuan kerja serta ketahanan

tubuh pekerja.

5. Faktor lingkungan kerja

a. Faktor kimia

disebabkan oleh bahan baku dan bahan pembantu

proses produksi dan hasil proses produksi. Unsurnya dapat di

kelompokkan bahan yang mudah terbakar, mudah meledak, dan

lain-lain. Contoh kecelakaan kerja oleh karena pabrik petasan,

bengkel, dan lain-lain.

b. Faktor biologi

bermacam-macam bakteri, jamur, virus yang terdapat

(54)

2.1.3 Tinjauan Umum Mengenai Keselamatan kerja

A. Pengertian dan Dasar Hukum Keselamatan Kerja

Dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak

untuk memperoleh perlindungan atas :

1. Keselamatan dan kesehatan kerja

2. Moral dan kesusilaan

3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama

untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan

kesehatan kerja. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai dengan

peraturan-peraturan perundangundangan yang berlaku (Husni, 2003:131). keselamatan

kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat landasan

tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara pengolahannya

(Summa’ur,1987:1).

Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko

bahayanya, adalah penerapan teknologi mutakhir. Dengan demikian, peraturan

keamanan kerja atau keselamatan kerja merupakan suatu usaha untuk

melindungi buruh dari bahaya yang timbul karena pekerjaan dan menciptakan

kondisi kerja yang karena pekerjaan dan menciptakan kondisi kerja yang

(55)

buruh. Tujuan peraturan keamanan menurut Budiono (1999:228), adalah

sebagai berikut :

1. Melindungi buruh dari resiko kecelakaan pada saat melakukan pekerjaan.

2. Menjaga agar supaya orang-orang yang telah berada di sekitar tempat kerja terjamin keselamatannya.

3. Menjaga supaya sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan berdaya guna.

B. Kewajiban Pengusaha dalam hubungannya dengan Keselamatan Kerja

Menurut Husni (2003:135), Pihak yang bertanggung jawab atas

keselamatan kerja di tempat kerja adalah pimpinan atau pengurus tempat kerja

atau pengusaha. Kewajiban pengusaha atau pimpinan perusahaan dalam

melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah :

1. Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, pengusaha wajib

menunjukkan dan menjelaskan tentang :

a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja. b. Semua alat pengamanan dan pelindung yang diharuskan. c. Cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya.

d. Memeriksakan kesehatan fisik maupun mental tenaga kerja yang bersangkutan.

2. Terhadap tenaga kerja yang telah atau sedang dipekerjakan,

berkewajiban melakukan pembinaan dalam hal pencegahan

kecelakaan, penganggulangan kebakaran, P3K, dan peningkatan usaha

keselamatan dan kesehatan kerja pada umumnya.

Keselamatan kerja bagi pekerja pada akhirnya tergantung juga

pada pekerja itu sendiri. Oleh karena itu pembinaan, penyuluhan dan

latihan-latihan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan

(56)

sangat penting. Antara pembinaan dan latihan mempunyai makna

tersendiri. Melalui pembinaan dapat disampaikan berbagai informasi

mengenai keselamatan kerja, cara melaksanakan pekerjaan yang baik

dan benar, sehingga akan memberikan kejalasan kepada para pekerja.

Sedangkan latihan menyangkut mengenai keterampilan dalam

keselamatan kerja (Suma’ur, 1987:210).

Penyelenggaraan pembinaan bagi pekerja dapat dilaksanakan dengan

berbagai cara, antara lain :

1. Ceramah atau Diskusi

Metode ceramah dan diskusi diterapkan dengan maksud supaya yang

dilakuakan antara pekerja dengan pembicara dapat berkomunikasi secara

langsung, sehingga pekerja benar-benar memahami dan mengetahui apa yang

diceramahkan. Pembinaan seperti ini hendaknya dilakukan secara berkala,

meskipun tidak dilaksanakan secara bersamaan, mengingat adanya proses

produksi yang tidak dapat ditinggalkan.

2. Poster atau slogan

Poster atau slogan adalah salah satu cara untuk mengingatkan pekerja

agar selalu berhati-hati dan juga untuk mengingatkan pekerja. Poster atau

slogan ini macam-macam wujudnya, bisa berupa gambar yang lucu,

menyedihkan, memberikan nasehat dan sebagainya. Poster ada yang berwujud

poster positif, yaitu poster yang memperlihatkan kemanfaatan kalau

(57)

dalam keraguan. Selain itu ada poster negatif, yaitu poster yang

memperlihatkan bahaya. (Suma’ur, 1987:307)

Pembinaan dan penyuluhan yang sangat penting dan diberikan kepada

pekerja adalah:

a. Pemberantasan kebakaran

b. Pembinaan pertama pada kecelakaan

c. Pembinaan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja

3. Memeriksakan Kesehatan Pekerja

Pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja penting sekali dilakukan. Hal

itu dimaksudkan untuk melindungi pekerja dari kemungkinan mengalami

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan tempat

kerja. Melaksanakan pelayanan kesehatan kerja diperusahaan merupakan

tugas dari tenaga paramedis. Oleh karena itu agar tenaga paramedis dapat

melaksanakan tugas dengan baik, maka pihak perusahaan diwajibkan

mengirimkan tenaga paramedisnya untuk dididik mengenai keselamatan kerja

seperti yang termaksud dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor : 02/MEN/1979 tentang Kewajiban latihan dan

keselamatan kerja bagi para tenaga paramedis perusahaan, dimana dalam

pasal 1 disebutkan :

”Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan untuk

mengirimkan setiap tenaga untuk mendapatkan latihan dalam bidang higienen

Perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja.”

Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Transmigrasi

Nomor Per 02/MEN/1980 tentang pemeriksaan kesehatan kerja dalam

(58)

diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap tenaga kerja yaitu

meliputi pemeriksaan sebelum bekerja, pemeriksaan secara berkala, dan

pemeriksaan khusus. Hal tersebut dimaksudkan agar pekerja dalam kondisi

yang bena-benar sehat. Berdasarkan pada ketentuan tersebut maka

pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja dapat dilakukan secara bertahap.

4. Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang

diwajibkan untuk tempat kerja yang bersangkutan bagi seluruh tenaga

kerja.

Penyediaan alat perlindungan diri yang cukup akan dapat

menghindarkan atau dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang

mungkin timbul atau terjadi. Hal ini harus diperhatikan oleh

perusahaan, apalagi alat perlindungan tersebut merupakan salah satu

fasilitas dari perusahaan untuk pekerja, dengan kata lain alat

perlindungan diri harus disediakan perusahaan secara cuma-cuma

untuk pekerja tanpa dipungut biaya. Seperti yang telah diatur dalam

Pasal 14 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan yang berbunyi sebagai berikut :

(59)

Berdasarkan pada ketentuan tersebut, alat perlindungan diri tidak saja

disediakan untuk para pekerja, tetapi juga untuk orang lain yang memasuki

tempat kerja dalam lingkungan perusahaan tersebut. Alat perlindungan diri

yang disediakan perusahaan satu dengan yang lain biasanya tidak sama, hal ini

didasarkan pada jenis pekerjaannya atau jenis usaha yang dilakukan oleh

perusahaan yang bersangkutan. Adapun jenis alat perlindungan yang biasa

digunakan oleh perusahaan tekstil adalah :

a. Penutup telinga

Dalam suatu perusahaan khususnya ruang produksi yang

dipenuhi dengan mesin-mesin, biasanya akan menimbulkan suara yang

sangat bisang. Pekerja yang selalu berada dalam situasi bisang

terus-menerus dan tidak menggunakan penutup telinga cepat atau lambat

akan mempengaruhi pendengarannya. Oleh karena itu alat penutup

telinga sangatlah penting dan mutlak keberadaanya atau harus ada

dalam industri-industri yang menggunakan mesin-mesin bersuara

keras.

b. Masker

Masker adalah alat yang digunakan untuk menutup mulut dan

hidung. Masker sangat diperlukan untuk industri tekstil dalam hal ini

industri batik, sebab dalam industri ini menggunakan bahan zat-zat

kimia yang cukup berbahaya. Apabila sampai terhirup tentunya dapat

(60)

c. Topi Pengaman

Topi pengaman banyak macamnya, ada yang terbuat dari kain,

ada pula yang terbuat dari plastik. Para pekerja diwajibkan utnuk

menggunakan topi pengaman. Topi sangat berguna bagi para pekerja,

terutama pekerja perempuan, terlebih lagi yang berambut panjang.

Topi harus dipakai agar tidak terganggu saat melakukan pekerjaan.

Sebab rambut yang panjang apabila dibiarkan terurai akan

mengganggu bahkan jika tidak hati-hati rambut bisa masuk ke mesin.

d. Alat-alat perlindungan diri lainnya.

Alat perlindungan diri lainnya yang biasa digunakan antara lain

sepatu boat, kaos tangan, penutup mata dan lain-lain.

e. Melaporkan setiap peristiwa kecelakaan

setiap peristiwa kecelakaan termasuk peledakan, kebakaran,

dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat kerja tersebut kepada

Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.

f. Membayar biaya pengawasan keselamatan kerja ke Kantor

Perbendaharaan Negara setempat setelah mendapat penetapan

Gambar

Tabel 2.1 Pedoman Wawancara
Tabel 2.2 informan penelitian
Gambar. 1.3 Peta Alamat Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Gambar. 1.4 Peta Wilayah Tangerang Selatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan lansia, maka pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Akuntabilitas Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta dalam menangani anak jalanan secara keseluruhan sudah

SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN (WLKP) PADA DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI..

Program yang dibuat oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta yang untuk mengurangi jumlah angka anak yang berada dijalanan yaitu adanya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program pembinaan anak jalanan oleh Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kota Medan1. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

Dalam pembuatan laporan skripsi ini penulis mengambil judul “Pengaruh Pengetahuan Manajemen, Keterampilan dan Sikap Kerja terhadap Kinerja Karyawan Dinas Ketenagakerjaan Kota

Berdasarkan hasil keadaan yang ada pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi, menurunnya keterampilan dan pengambilan sikap kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Program Pelatihan Kerja Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Sukabumi, yang menggunakan teori dari Edward