BAB V PENUTUP
BAGAN 3.9 Langkah Mendinamiskan Organisasi
(Sumber : Peneliti)
Dari bagan di atas Sifat kepemimpinan pengawas ketenagakerjaan dalam pengawasi perusahaan sangat di perlukan karena pengaruhnya sangat besar, yaitu dapat menginspirasi dan bisa mempengaruhi atau pendekatan agar semua dalam satu kesatuan atau sepemikiran sehingga memudahkan jalannya pengawasan ke arah yang lebih baik bagi pengusaha atau pekerja dan dapat mengembangkan potensi diri dengan satu kesatuan. Dan dengan demikian
Sifat kepemimpinan pengawas ketenagakerjaan
Kesadaran pengikut
Mengurangi Angka Kecelakaan kerja
akan mempengaruhi pola pikir dari pada perusahaan dan pekerja ke arah yang sesuai dengan peraturan daerah.
Peraturan daerah No.3 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Ketenagakerjaan Pasal 54 ayat (3 dan 6), yang berisikan :
1. Memberikan pembinaan dan penambahan pengetahuan bagi pekerjanya dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara mengikut sertakan pekerja dalam kursus-kursus, pelatihan, seminar atau studi banding ke perusahaan lain.
2. Pengusaha wajib melaporkan hasil pemeriksaan berkala setiap tahun kepada dinas.
Dalam pasal diatas bahwasanya dalam mendinamisasikan organisasi agar lebih efektif dan efisien harus adanya koordinasi atau sosialisasi antara perusahaan dan dinas yang baik serta langkah-langkah pencapaiannya, dengan cara sebagai berikut :
1. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan ahli keselamatan dan kesehatan kerja (Ahli K3) dan Ahli K3 Umum
Proses ahli keselamatan dan kesehatan kerja umum melalui training Ahli K3 Umum yang di selenggarakan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan atas penyerahan kewenangan oleh kemnaker untuk mempersiapkan Ahli K3 di perusahaan yang dapat membantu mengembangkan K3 di perusahaan. Tenaga kerja yang training Ahli K3 Umum merupakan bentuk seleksi atau penilaian khusus bagi seseorang atau tenaga teknis tertentu yang pernah mengikuti kursus petugas K3 (sefety
Officer) atau kursus instuktur K3 yang berminat menjadi ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam UU 1 Tahun 1970 dan pengaturan pelaksananya. Dan tujuan pembentukan Ahli K3 ini adalah :
a. Memberikan pengetahuan untuk bahan-bahan yang berbahaya dan alat-alat yang membingungkan pekerja terhadap pengoperasiannya melalui pekerja yang sudah di training yaitu Ahli K3.
b. Mengetahui persyaratan dan pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan di tempat kerja
Dengan adanya pembentukan Ahli K3 akan membantu jalannya organisasi dan akan membantu pekerjaan baik dari Perusahaan dan dinas dalam mendinamisasikan organisasi.
2. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) Perusahaan jasa
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang yang berhubungan dengan Pemberdayaan kegiatan Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) adalah dinas menerima laporan rencana kerja kegiatan PJK3. kemudian dinas akan memeriksa atau meneliti validitas keputusan penunjukan PJK3 yang bersangkutan. setelah meneliti dan memeriksa validitas keputusan penunjukan PJK3 kemudian dinas akan memutuskan menyetujui atau menolak kegiatan PJK3 yang bersangkutan.
Salah satu pertimbangan untuk menyetujui dan menolak kegiatan tersebut adalah kesesuaian tenaga Ahli K3 yang dimiliki dan pemeriksaan
fasilitas peralatan sesuai bidang kegiatan jasanya. Apabila dinas menilai sudah cukup baik, maka akan disetujui, begitu juga sebaliknya, apabila dinas merasa belum cukup baik, maka dinas akan menolak kegiatan tersebut.
Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan (PJK3) menurut Informan 1.6 Selaku Seksi Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa :
a. Jasa pemeriksaan dan pengujian teknik.
b. Jasa pemeriksaan, pengujian dan atau pelayanan kesehatan c. Jasa audit keselamatan dan kesehatan kerja.
Tujuan dari PJK3 adalah memeriksa suatu kegiatan pekerja di suatu organisasi dalam penyusuaian terhadap lingkungan maupun alat dan mesin yang baru. Dengan adanya PJK3 dinas akan memantau jalannya perusahaan, sehingga manajer atau atasan dari perusahaan tersebut senantiasa memberikan arahan-arahan terlebih Ahli K3 juga akan membantu lebih sigap, sehingga membantu pekerja dalam penanganan mesin dan alat-atal yang baru.
Dari pemaparan diatas peneliti lalu mewawancarai kepada Informan 1.6 terkait pengawasannya :
“ Kegiatan seperti ini memang pasti dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan, namun tak bisa di pungkiri bahwasanya masih banyak ketidaksesuaian yang terjadi dilapangan. Ini terjadi karena faktor anggaran dan pengawas ketenagakerjaan. Ketidaksesuaian tersebut misalnya, kegiatan pelatihan untuk Ahli K3 terlalu makan waktu, untuk pemeriksaan terkait PJK3 belum adanya standarisasi yang baik dari Dinas, dalam arti pengawas ketenagakerjaan belum mengetahui pasti alat atau mesin yang sekiranya sudah termakan waktu dan yang baru. Sehingga memungkinkan perusahaan berbuat curang.”
Dari hasil wawancara peneliti dapat menyimpulan bahwa kurangnya pemberdayaan dan melaksanakan kegiatan pengawasan terhadap pekerja untuk mengurangi angka kecelakaan kerja adalah terkait anggaran. Lalu peneliti melakukan wawancara kepada Informan 1.7 terkait permasalahan
yang terjadi di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan.
Berikut adalah penjabaran anggaran dan pengeluaran Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terhadap perlindungan dan penegakan hukum tenaga kerja. Diantaranya melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Peningkatan pengawasan, perlindungan penegak hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dengan alokasi dana anggaran sebesar Rp. 247.000.000,00 dengan realisasi fisik menyesuaikan dan keuangan sebesar Rp. 237.250.000,00
2. Perlindungan pengawasan, perlindungan, penegakan hukum terhadap norma kerja dengan alokasi dana anggaran sebesar Rp.300.000.000,00 dengan realisasi fisik menyesuaikan dan keuangan sebesar Rp. 295.810.000,00
3. Peningkatan pengawasan, perlindungan, penegakan hukum dan perlindungan tenaga kerja wanita, anak dan jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan), dengan alokasi dana sebesar Rp.300.000.000,00 dengan realisasi fisik menyesuaikan dan keuangan sebesar Rp.290.650.000,00
Berikut rekapan anggaran secara rinci mengenai keuangan Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan khususnya untuk bidang pengawasan ketenagakerjaan.
Tabel. 2.8 Anggaran Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
No Program/kegiatan Anggaran keluaran realisasi 1 Perlindungan pengawasan , perlindungan, penegak hukum terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja
247.000.000 237.250.000 1.pemberian penghargaan Zero Accident bagi perusahaan yang terdaftar 53.300.000 41 perusahaan 50.250.000 2. Bimbingan teknis ahli K3 138.750.000 41 perusahaan 136.500.000 3. Sosialisasi kesehatan kerja di tempat kerja
54.950.000 41 perusahaan 50.500.000 2 Peningkatan pengawasan, perlindungan, dan penegakan hukum terhadap norma kerja
300.000.000 295.810.000 1. pengawasan norma ketenagakerjaan 49.667.000 85 perusahaan 47.567.500
2. lomba cepat tepat norma ketenagakerjaan 63.140.000 30 perusahaan 63.140.000 3. bimtek pengawasan norma kerja 140.372.500 80 perusahaan 139.282.500 3 Peningkatan pengawasan dan 300.000.000 290.650.000
penegakan hukum tenaga kerja wanita, anak dan jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan) 1. Pemantauan kepersetaan jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan) 22.400.000 40 perusahaan 21.900.000
(Sumber : DINSOSNAKERTRANS Tangerang Selatan)
Pengeluaran anggaran itu sendiri bertujuan untuk kegiatan atau program yang ingin dicapai oleh Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam pengawasan kecelakaan kerja.
Dan berikut ini adalah bentuk program yang dibuat oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam menjalankan Pengawasan kecelakaan kerja :
Tabel. 2.9 Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan Tahun 2014
Sasaran strategi a. Peningkatan pelayanan
penyelesian perselisihan hubungan kerja
b. Meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan
Kelompok sasaran Perusahaan, lembaga ketenagakerjaan dan tenaga kerja
Indikator kinerja 1. Menyelesaikan hubungan
industrial 100% setiap tahun 2. Meningkatkan pengawasan
ketenagakerjaan setiap tahun 3. Meningkatkan sosialisasi
peraturan dan pembinaan perusahaan dan lembaga ketenagakerjaan setiap tahun
4. Terfasilitasinya dewan pengupahan daerah
kegiatan 1. Fasilitasi penyelesian prosedur
penyelesian perselisihan hubungan industrial
2. Sosialisasi berbagai peraturan pelaksanaan tentang
ketenagakerjaan
3. Peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
4. Peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap norma kerja 5. Peningkatan pengawasan,
perlindungan dan penegakan hukum terhadap perlindungan tenaga kerja, anak dan
jamsostek
6. Fasilitasi dewan pengupahan daerah
Dari tabel di atas pengeluaran anggaran tidak sesuai dengan kegiatan atau program yang dijalani Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dengan banyaknya program atau kegiatannya. Realisasi program atau kegiatan yang tertera sudah melalui tahap penyempitan program atau kegiatan. Hal ini di ketuhui oleh peneliti atas hasil wawancara dengan ketiga informan yaitu bidang pengawasan ketenagakerjaan 1.4, seksi pengawasan norma kerja 1.5 dan seksi keselamatan dan kesehatan kerja 1.6. Yang ketiganya mengungkap hampir sama persis, yang kemudian peneliti mengkaji atas poin-poin yang penting atas hasil wawancara ketiga informan, yaitu sebagai berikut :
“anggaran yang di terima oleh Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan khususnya untuk ketenagakerjaan yaitu untuk urusan hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja, norma kerja, dan perlindungan wanita, anak dan BPJS ketenagakerjaan seluruhnya mencapai total Rp. 1.424.000.000,00, namum anggaran dengan jumlah program yang banyak membuat suatu sasaran tidak sepenuhnya terlaksana. Sehingga kami memberikan satu solusi untuk meminimalisasikan anggaran agar cukup dengan kegiatan yang ada. Pencapaian dalam pengawasan memang tidak bisa di pungkiri bahwa tidak bisa 100% dalam kegiatannya. Jadi pihak-pihak yang berwenang yang bisa memberikan solusi agar pelaksanaannya persentasenya naik”.
Berikut menurut Informan 1.4 yang menjabarkan kegiatan yang tidak terlaksana atau yang ketidaksesuaian :
a. Pengawasan dan pembinaan terhadap perusahaan tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan guna mengurangi pengeluaran.
b. Penanganan kasus kecelakaan kerja yang berlangsung terlalu memakan waktu, karena proses penanganan kasus kecelakaan kerja diperlukan olah TKP yang terbilang lama dan terus menerus, menyediakan alat yang mungkin tidak ada di Perusahaan, sehingga memakan biaya anggaran.
c. Calon pengawas ketenagakerjaan yang datang kemungkinan akan di tolak oleh dinas, padahal dalam kondisinya dinas sangat memerlukan pengawas ketenagakerjaan, dan hal ini terkait juga dengan anggaran. d. Dinas belum mampu memberikan motovasi atau dorongan kepada
pengusaha untuk mendatakan perusahaannya kepada dinas terkait masalah kecelakaan kerja. Dan jika dinas sendiri yang pergi ke satu perusahaan ke perusahaan lain untuk memberikan dorongan agar perusahaan tersebut segera mendatakan dirinya ke dinas tentu akan menghabiskan banyak anggaran dan waktu, terlebih perusahaannya
yang sangat banyak yang berbanding terbalik dengan pengawas ketenagakerjaan itu sendiri.
Dengan demikian peneliti mengkaji dengan hasil wawancaranya, yaitu minimnya keterampilan dan kreasi pegawai dari bagian bidang pengawasan ketenagakerjaan ditandai dengan belum adanya inovasi terkait pengawasan yang dapat memaksimalkan pengawasan kecelakaan kerja di Kota Tangerang Selatan. Bahkan hal tersebut telah diakui sendiri oleh informan i.4. Bahkan tertera di dalam Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintahan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan tahun 2014 didalamnya menyatakan bahwa tingkat pengawasan ketenagakerjaan di Kota Tangerang Selatan sampai saat ini masih belum optimal dalam penanganannya.
BAB V
PENUTUP
5.1 SimpulanDalam mencegah terjadinya berbagai penyimpangan, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sudah melakukan tugasnya dengan baik, yaitu dengan cara beberapa pengawasannya, diantaranya yaitu, Pengawasan pertama, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan kecelakaan kerja masih banyak ditemukan pelaku perusahaan yang melanggar peraturan yang berlaku. Salah satu perusahaan yang melanggar peraturan adalah PT. USM (Usaha Sumber Mandiri), pelanggaran dilakukan oleh industri ini berupa tidak adanya pamplet atau plang peringatan yang di tempel terkait keselamatan dan kesehatan kerja untuk pekerja dan tidak adanya apar atau alat pemadam kebakaran yang seharusnya ada di setiap perusahaan atau industri. Dan dalam penelitian di temukan pekerja di PT USM tersebut tidak memakai APD (Alat Pelinding Diri).
Pengawasan berkala, dilakukan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali, beberapa yang dilakukan seperti : mengawasi perilaku pekerja, mengawasi mesin atau bahan yang berbahaya, dan memberikan penyuluhan secara singkat, padat dan jelas. Selain itu Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan juga memberikan bimbingan untuk
perusahaan dan pekerja seperti : bimbingan mengenai pencegahan kecelakaan kerja, bimbingan kesehatan kerja, dan bimbingan pembentukan panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3).
Pengawasan khusus, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dilakukan hanya ada insiden atau pengaduan kasus kecelakaan kerja diperusahaan. Namun pada faktanya tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Dikarenakan kebanyakan dari perusahaan apabila terjadi insiden tidak langsung menghubungi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan. Perusahaan tersebut biasanya menghubungi dinas terkait untuk mengatasi insiden tersebut, misalnya apabila terjadi kebakaran pada perusahaan, perusahaan tersebut langsung menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan tidak langsung memberitahukan kepada Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan guna untuk penyidikan.
Dan jika penyimpangan itu terjadi tentu harus adanya solusi atau memperbaiki penyimpangan yang terjadi dengan cara melihat Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada di perusahaan apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh dinas, seperti : memberitahukan kepada pekerjanya mengenai kondisi-kondisi serta bahaya yang timbul di tempat kerja, pemeriksaan dan pengujian alat berbahaya dan instalasi pendukungnya ke dinas, menyediakan alat pelindung diri bagi pekerja secara cuma-cuma, memberikan pembinaan dan penambahan pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, memeriksa kesehatan pekerja secara berkala ke dokter, dan pengusaha wajib melapor hasil keseluruhan kepada dinas.
Hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki penyimpangan adalah sosialisasi antara pihak perusahaan dengan dinas terkait keselamatan dan kesehatan kerja pekerja, agar tidak terjadinya kesalahan yang sama.
Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam mempertebal rasa tanggung jawab perusahaan kepada pekerja sudah dilakukan semaksimal mungkin, yaitu dengan cara : bimbingan terhadap pencegahan kecelakaan kerja dan bimbingan mengenai kesejahteraan pekerja, bimbingan pembentukan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3), pelaksanaan pengawasan, pemeriksaan dan pengujian norma keselamatan dan kesehatan kerja, permberdayaan pelaksaaan kegiatan ahli K3, pemberdayaan pelaksanaan kegiatan perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja (PJK3), untuk menambah pengetahuan pekerja. Hanya saja Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan hanya memiliki 5 personil di bidang pengawasan ketenagakerjaan dan hal itu kurang efisien sehingga memerlukan waktu yang panjang dalam pengawasannya atau proses pelaksanaannya terlalu memakan waktu.
Mendinamisasikan organisasi, Tidak hanya perusahaan namun Dinas pun turut bertanggung jawab supaya lebih efektif dan efisien khususnya mengenai sifat kepemimpinan pengawas ketenagakerjaan dalam pengawasi perusahaan sangat di perlukan karena pengaruhnya sangat besar, yaitu dapat menginspirasi dan bisa mempengaruhi atau pendekatan agar semua dalam satu kesatuan atau sepemikiran sehingga memudahkan jalannya pengawasan ke arah yang lebih baik bagi pengusaha atau pekerja dan dapat mengembangkan potensi diri dengan satu kesatuan. Dan dengan demikian akan mempengaruhi
pola pikir dari pada perusahaan dan pekerja ke arah yang sesuai dengan peraturan daerah. Jika antara dinas, perusahaan dan pekerja satu sepemikiran tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja tentu akan mengurangi angka kecelakaan kerja khususnya di Kota Tangerang Selatan.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat peneliti sampaikan untuk dijadikan masukan dan bahan pertimbangan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terkait Pengawasan Kecelakaan Kerja khususnya di Tangerang Selatan, diantaranya yaitu:
1. Menambah jumlah anggota pengawas ketenagakerjaan agar lebih efektif dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). 2. Meningkatkan upaya pengawasan dengan lebih mempersingkat lagi
jadwal kunjungan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas ke perusahaan untuk mencegah dan memperbaiki kesalahan yang dilakukan perusahaan maupun pekerja di Daerah Tangerang Selatan. 3. Lebih memaksimalkan bagian bidang pengawasan ketenagakerjaan
agar terlaksana dengan baik, seperti melaksanakan bimbingan terhadap pencegahan kecelakaan kerja, serta pelaksanaan pengawasan atau mengawasi perilaku kerja, pemeriksaan dan pengujian norma keselamatan dan kesehatan kerja.
Buku-Buku
Mangkunegara, A.A Anwar Prabu, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Remaja Rosdakarya
Marvasti, Amit B., 2004. Qualitative Research In Sociology, SAGE Publications, Ltd
Nasution, Bahder Johan, 2004. Hukum Ketenagakerjaan Kebebasan Berserikat Bagi Pekerja. Bandung : Mandar Maju
Bungin, Burhan, 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta : Rajawali Press
Creswell, Jhon W, 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Darwan Prinst, 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia (Buku Pegangan Bagi Pekerja Untuk Mempertahankan Hak-Hak), Bandung : PT. Citra Aditya Bakti
Handayaningrat, 1997. Pengetahuan Studi Ilmu dan Manajemen, Jakarta : PT. Gunung Agung
Hasan, M.I, 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta : Ghalia Indonesia
Hasibuan, H. Malayu S.P, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia , Jakarta : Bumi Aksara
HB Sutopo, 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif ( Dasar-Dasar Teoritis dan Praktis ). Pusat Penelitian Surakarta
Komarudin, 1994. Ensiklopedia Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara
Husni, Lalu, 2003. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Miles, Matthew & Michael Huberman, 2007. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru), Jakarta : UI Press
Moleong, Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
_____________, 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Norman, Denzin, dkk, 2009. Handbook Of Qualitative Research, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Poerwadarminta, W.J.S, 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Balai Pustaka
Prayudi, 1981. Hukum Administrasi Negara, Jakarta : Ghalia Indonesia
Siagian, P. Sondang, 2000. Sistem Informasi Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara
Robbins, S.P, 2001. Organizational Behavior. New Jersey : Prentice-Hall Rusdiana & Ghazin, 2014. Asas-asas Manajemen Berwawasan Global,
Bandung : CV Pustaka Setia
Satori, Djam’an & Komariah, aan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
Soekidjo, 2005. Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rinerka Cipta
Soekanto, Soerjono, 1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitar Indonesia (UI Press)
_______________, 2001. Penelitian Hukum Normatif (suatu Tinjauan Singkat). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
_______________; 2009,Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers Jakarta
Sucipto, 2014. Keselamatan dan kesehatan kerja, Yogyakarta : KDT Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta
______________, 1988. Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : CV H. Masagung
Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar, 2011. Metode Penelitian Sosial, Jakarta : PT. Bumi Aksara
Surachman, Winamo, 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito Wirawan, 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia, Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Undang-Undang
Perda Kota Tangerang Selatan No.3 tahun 2011 tentang Pelayanan Ketenagakerjaan
Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Permenaker No.Per02/MEN/1992 Permenaker No.Per05/MEN/1996 Permenaker No.Per04/MEN/1987 Internet http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com http://www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-dan-tujuan- pengawasan.html http://hadianzah28.blogspot.com/2012/07/penanganan-kecelakaan-kerja.html http://bayuberbagiilmu21.blogspot.co.id/2013/03/pengawasan-controlling.html?m=1 http://bloggerukri.blogspot.co.id/2012/10/pengawasan-controlling.html?m=1
DAFTAR LAMPIRAN
1. SURAT KETERANGAN PENELITIAN
2. SURAT TANDA TERIMA DINAS
3. KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
4. MEMBER CHECK
5. IDENTITAS INFORMAN
6. FOTO INFORMAN
7. REDUKSI TRANSKIP WAWANCARA
8. FOTO OBJEK PENELITIAN
9. FOTO PELATIHAN AHLI K3 PT INDO TANGERANG SELATAN
10. FOTO PEMBINAAN KESELAMTAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
11. FOTO ALAT YANG BERESIKO TERJADINYA KECELAKAAN KERJA
12. DAFTAR NAMA PEGAWAI DINAS SOSIAL,
KETENAGAKERJAAN DAN TRANSMIGRASI KOTA TANGERANG SELATAN
13. PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN
PENELITIAN
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
MEMBER CHECK
LAMPIRAN 5
DATA PRIBADI INFOMAN
Informan i1.1
Nama : H. Purnama Wijaya, S.Sos, M.Si
Pangkat/Gol : Pembina Tk.I, IV/a
No. Finger : 09006
Jabatan : Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Kota Tangerang Selatan
Tugas : mengatur dan merencanakan seluruh bagian
Kegiatan
Informan i1.2
Nama : Drs. Agustin Bastaman S.Sos
Pangkat/Gol : Penata Tk.1, III/d
No. Finger : 09017
Jabatan : Pelaksana Pentakerja
Tugas : Mediator
Informan i1.3
Nama : H. Syaiful Bachrum, SE
Pangkat/Gol : Pembina, IV/a
No. Finger : -
Jabatan : Kepala Bidang Pengawasan
Ketenagakerjaan
Tugas : Pengawas Ketenagakerjaan
Informan i1.4
Nama : Heri Heryadi S.Sos
Pangkat/Gol : Pembina, IV/a
No. Finger : -
Jabatan : Kepala Bidang Pengawasan
Ketenagakerjaan
Tugas : mengatur dan merencanakan bagian
Ketenagakerjaan
Informan i1.5
Nama : M. Nuhiodi SE, M.Si
Pangkat/Gol : Penata, III/c
No. Finger : -
Jabatan : Kepala Seksi Pengawasan Norma Kerja
Tugas : Pengawasan bagian Norma Kerja
Informan i1.6
Nama : Siswanto ST, MM
Pangkat/Gol : Pembina, IV/a
No. Finger : 09018
Jabatan : Kepala Seksi Norma Keselamatan dan
Kesehatan kerja (K3)
Tugas : Pengawasan bagian K3
Informan i1.7
Nama : Silvia Rosalinda, SE, M.Si
Pangkat/Gol : Penata Tk.I, III/d
Jabatan : Kasubag Keuangan
Tugas : Pengelolaan terkait keuangan di
Dinsosnakertrans
Informan i2.1
Nama : Bpk. Fajar
Jabatan : Buruh
Pekerjaan : Bejana tekan, pengeboran, dll
Informan i2.2
Nama : Bpk. Fajar
Jabatan : Buruh
LAMPIRAN 6
FOTO INFORMAN
Foto bersama kepada seksi bidang keselamatan dan
kesehatan kerja Tangerang Selatan
Foto bersama kepada bidang pengawasan ketenagakerjaan
Kota Tangerang Selatan
LAMPIRAN 7
REDUKSI TRANSKIP
WAWANCARA
Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi Kota Tangerang Selatan
A. Reduksi hasil Wawancara DinsosnakertransNO Indikator Pertanyaan Informan
1. Bagaimana optimalisasi pengawasan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ? Jawaban :
pengawasan yang dilakukan Dinas memang belum optimal terkait masalah kecelakaan kerja. Banyak faktor-faktor yang masih harus dikaji salah satunya mengenai pengawas itu sendiri.
1.3 1.4 1.6
2. Berapa jumlah pengawas yang tersedia di Dinas Sosial,
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan ?
Jawaban :
Saat ini Dinas memiliki 5 pengawas
1.3 1.6
3. Berapa kali biasanya pengawasan dilakukan?
Jawaban :
pengawasan berkala yang dilakukan Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangaerang Selatan dilakukan sekurang-kurangnya 6 bulan sekali
1.6
4. Kegiatan apa yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam
pengawasan?
1.3 1.6
Jawaban :
1. Mengawasi perilaku pekerja
2. Mengawasi bahan-bahan atau mesin yang dianggap berbahaya
3. Memberikan penyuluhan secara singkat, padat dan jelas
5. Apakah sudah berjalan dengan baik kegiatan tersebut ?
Jawaban :
Belum, karena anggaran yang minim
1.6
6. Jika melakukan bimbingan apakah bersamaan dengan kunjungan berkala 6 bulan sekali?
Jawaban : Iya
1.6
7 Apakah ada kunjungan-kunjungan lain selain kunjungan rutin ?