• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

BAGAN 3.6 Penyebab Kecelakaan Kerja

(Sumber : Data DINSOSNAKERTRANS Tangsel, 2015)

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti mengkaji lebih jauh melalui hasil wawancara peneliti dengan Informan 1.1 dan 1.6 selaku Seksi Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan kerja, bahwa :

Ketidak -hati-hatian Penyebab dasar Minim sistem

Tindakan tidak aman

a. pengoprasian mesin/alat tanpa ijin.

b. Lalai mengamankan c. Membuat alat pengaman

tidak berfungsi d. Melepas alat pengaman e. Memakai peralatan yang

rusak

f. Tidak benar mengangkat

Faktor personil a. Tidak cukup kemampuan fisik b. Strees fisik c. Strees mental d. Kurang pengetahuan e. Kurang keterampilan f. Motivasi tidak betul

Kondisi tidak aman a. Tidak cukup

pagar/batasan pengaman b. Tidak benar alat

perlindungannya c. Peralatan/bahan rusak d. Ruang gerak terbatas e. Radiasi, kebisingan,

suhu ekstrim f. Bahaya kebakaran

a. Tidak ada / cukup program b. Tidak ada / cukup program

c. Penerapan program tidak sesuai dengan standar

Faktor Pekerjaan

a. Tidak cukup pengawasan b. Tidak cukup engineering

c. Tidak cukup pembelian d. Tidak cukup perawatan e. Tidak cukup peralatan f. Habis dan haus g. Salah penggunaan

“Selain itu, pada dasarnya pengawas ketenagakerjaan itu hanya melihat dari laporan perusahaan-perusahaan yang terdata, apakah perusahaan tersebut sudah memenuhi syarat atau belum, dengan cara melihat di dinding-dinding perusahaan tempat pekerja itu biasanya melakukan pekerjaan, apakah sudah terdapat poster, plank/pamplet, pemberitahuan atau anjuran mengenai keselamatan kerja. Selain itu pengawas biasanya melakukan observasi dan pemeriksaan langsung terhadap perusahaan untuk memeriksakan alat-alat berat yang sekiranya rentan terhadap kecelakaan kerja. Bila belum maka pengawas akan memberikan teguran serta memberikan surat berupa nota pemeriksaan”.

Terkait pengawasannnya peneliti mengkaji dan mewawancarai secara mendalam terkait pengawasan serta bimbingan yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan apakah ada kendala atau permasalahan yang terjadi didalamnya yang tidak sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Informan i.6 mengakui memang masih banyak kekurangan-kekurangan yang ada, seperti kurangnya pengawas yang bertugas, dan lamanya pengawasan ke perusahaan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sehingga menimbulkan kesenjangan terkait pembentukan P2k3, dll. Sehingga walaupun pengawas sudah banyak melakukan pembinaan terkait permasalahan kecelakaan kerja dan menghimbau untuk pembuatan P2k3 namun pengusaha tetap tidak mendaftarkan perusahaannya.

Dan hasil wawancara peneliti dengan Informan 2.1 peneliti menganggap ketetapan mengenai pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi ini masih kurang terlihat dari jumlah perusahaan, terbukti pada PT. USM (Usaha Sumber Mandiri) masih saja ada pekerja yang tidak taat kepada peraturan. Padahal PT. USM tersebut pada tahun 2014 terjadi kasus 4 pekerja yang mengalami kecelakaan kerja.

Hal ini jelas harus adanya perbaikan-perbaikan terutama dari aspek jabatan fungsional itu sendiri. Kurangnya sosialisasi Dinas terkait dengan perusahaan dan pekerja mengakibatkan kesenjangan sosial atau miss communication.

Pengawasan khusus, dilakukan hanya pada saat ada pengaduan atau kasus yang terjadi dilapangan saat kecelakaan kerja terjadi di suatu perusahaan. Pelaku yang di tugaskan pada pengawasan ini adalah pegawai pengawas seksi bidang keselamatan dan kesehatan kerja serta jajaran staf jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan. Pengawasan ini dilakukan dalam rangka penyidikan atas kasus yang sedang dialami oleh pegawai atau pekerja yang mengalami kecelakaan kerja untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

Dalam kajiannya menurut yang dikatakan oleh informan i.4 pengawasan khusus disebut juga dengan kunjungan darurat, kunjungan darurat adalah di tentukan oleh kejadian-kejadian yang membutuhkan pengawasan saat itu juga (contoh, kecelakaan di tempat kerja) yang membutuhkan tindakan baik praktis dan hukum atau karena ledakan dan bom. Pengawas dapat menyelidiki siapa yang harus bertanggung jawab atau merekomendasikan untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali. serta memberikan kursus atau pelatihan-pelatihan bagi pekerja, memberikan jaminan-jaminan sosial keselamatan dan kesehatan.

Namun pada faktanya tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Dikarenakan kebanyakan dari perusahaan apabila terjadi insiden tidak langsung menghubungi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan. Perusahaan tersebut biasanya menghubungi dinas

terkait untuk mengatasi insiden tersebut, misalnya apabila terjadi kebakaran pada perusahaan, perusahaan tersebut langsung menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan tidak langsung memberitahukan kepada Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan guna untuk penyidikan.

Seperti yang terjadi di perusahaan PT. USM (Usaha Sumber Mandiri) yang saat kejadian kecelakaan kerja tidak langsung menghubungi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sehingga sulit untuk menemukan apa penyebab terjadinya kecelakaan yang terjadi karena sudah lama kejadiannya.

2. Memperbaiki berbagai penyimpangan dan kesalahan yang terjadi

Menurut Rusdiana dan Ghazin memperbaiki berbagai penyimpangan dan kesalahan yang terjadi agar tidak berlarut-larut dan tidak mengakibatkan kerugian untuk para pekerja, dan yang harus dilakukan Oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan harus mengkaji mengenai SOP (Standar operasional Prosedur) yang dilakukan pejabat fungsional terhadap perusahaan, serta mengkaji lagi pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan apakah sudah benar dalam penanganannya atau tidak dan melakukan penindakan.

Dalam menetapkan standaar pelaksanaan suatu pekerjaan dapat di ukur oleh sistem Standar Operasional Prosedur adalah pedoman kerja yang harus di patuhi dan dilakukan dengan benar dan berurutan sesuai dengan intruksi yang

tercantum dalam SOP, perlakuan yang tidak benar dapat menyebabkan kegagalan proses produksi, kerusakan peralatan dan kecelakaan kerja.

Syarat utama bagi suksesnya pengawasan yaitu terdapat pada dasar-dasar peraturan itu sendiri. Untuk itu peraturan-peraturan didalam suatu pengawasan harus dirumuskan dengan jelas, serta dapat dengan mudah dipahami bagi masyarakat maupun pelaksana pengawasan itu sendiri. Pelaksana pengawasan harus memahami secara rinci dari setiap peraturan-peraturan ataupun peraturan-peraturan yang telah dibuat agar terlaksananya peraturan-peraturan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan sebagaimana mestinya. Selain pelaksana pengawasan, perusahaan sebagai sasaran pengawasan juga harus mengetahui peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tersebut, sehingga dapat mengurangi pelanggaran dengan kesengajaan. Namun berbeda dengan pelaksana pengawasan, perusahaan sebagai sasaran pengawasan tidak harus mengetahui secara detail mengenai isi keseluruhan peraturan, namun wajib mengetahui pokok-pokok peraturan yang ada didalam peraturan tersebut. Apabila pelaksana pengawasan dan sasaran pengawasan (Perusahaan) telah sama-sama mengetahui inti dari peraturan tersebut, maka barulah peraturan tersebut dapat jalankan.

Menurut Rusdiana dan Ghazin (2014:209) pengawasan adalah tindakan atau proses kegiatan untuk mengontrol dan menilai kinerja pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang telah ditentukan atau di tetapkan. Suatu pengawasan sejatinya dibuat untuk membatasi sikap dan perilaku suatu Perusahaan, dimana dengan dibatasinya sikap ataupun perilaku perusahaan tersebut diharapkan akan menciptakan efek positif bagi pekerja dan

masyarakat secara luas. Adapun hukum yang mengatur tentang SOP adalah sebagai berikut :

1. UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia, tahun 2009 nomor 144, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5063)

2. UU No. 43 Tahun 2009 tentang kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 2009 nomor 152, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 5071)

3. Permen PAN Nomor : PER/21/M.PAN/11/2008 tentang pedoman penyusunan SOP Administrasi Pemerintahan

Pada saat ini pemerintah Kota Tangerang selatan menerbitkan Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan No.3 Tahun 2011 tentang pelayanan ketenagakerjaan pasal 54 dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja perusahaan wajib :

1. Memberitahukan kepada tenaga kerjanya mengenai kondisi-kondisi serta bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat kerja.

2. Memeriksa dan mengujikan peralatan-peralatan berbahaya dan instalasi pendukungnya ke dinas.

3. Menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang diberikan secara cuma-cuma sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukannya. 4. Memberikan pembinaan dan penambahan pengetahuan bagi tenaga

cara mengikutsertakan pekerja dalam kursus-kursus, pelatihan, seminar, studi bidang ke perusahaan lainnya.

5. Memeriksa kesehatan tenaga kerja secara berkala setiap tahun kepada dokter yang memiliki pengetahuan khusus di bidang kesehatan kerja 6. Pengusaha wajib melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

secara berkala setiap tahun kepada Dinas.

Selain itu dalam pasal 55 No.3 Tahun 2011 Tentang pelayanan ketenagakerjaan menjabarkan :

1. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang atau kurang dari 100 orang tetapi dengan tingkat bahaya yang besar wajib membentuk panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaannya dan wajib lapor ke dinas.

2. Kepala Dinas mengesahkan dan melantik panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan

3. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

4. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksud pada ayat 3 wajib dilakukan penilaian/audit oleh lembaga/auditor 5. Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja lebih dari 100

orang wajib mempunyai klinik pelayanan kesehatan bagi pekerja.

Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan kesejahteraan, serta

menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan pengawasan kecelakaan kerja.

Namun berdasarkan hasil data yang peneliti dapatkan dari Dinsosnakertrans Kota Tangerang selatan ditemukan masih adanya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di lapangan. Berikut adalah 3 sektor yang sering terjadi kecelakaan kerja untuk perbandingan data kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tahun 2013 dan 2014 :

Tabel 2.5 Data Kecelakaan Kerja Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

Tahun 2013 Tahun 2014 Sektor Angka kecelakaan kerja Sektor Angka kecelakaan kerja 1. Sektor mesin 119 orang 1. Sektor mesin 125 orang 2. sektor pesawat angkat 77 orang 2.sektor pesawat angkat 74 orang 3. perkakas kerja tangan 30 orang 3. perkakas kerja tangan 32 orang

(Sumber : Dinsosnakertrans Kota Tangsel, 2014)

Dari tabel diatas pengawasan yang dilakukan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan tidak membuahkan hasil yang memuaskan, dari tahun 2013 ke tahun 2014 justru semakin naik angka kecelakaan kerja di beberapa sektor perusahaan. Dalam

kaitannya data kecelakaan kerja dan ketentuan Perda pasal 56, peneliti mewawancarai Informan i.6 yang bertujuan untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan terkait pengawasan pencegahan kecelakaan kerja.

Berikut yang peneliti rangkum dalam wawancara Informan i.4 terkait pemeriksaan :

1. Pemeriksaan kecelakaan kerja

Pemeriksaan ini antara lain pemeriksaan yang berhubungan dengan kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja dan keadaan bahaya lainnya. Lalu peneliti mengajukan pertanyaan terkait pemeriksaan kecelakaan kerja yang dilakukan mengenai kegiatan yang dilaksanakan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja ini antara lain apabila terjadi kasus kecelakaan kerja, dinas akan menerima laporan kecelakaan tenaga kerja.

“Disini dinas akan menerima laporan mengenai kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan. kemudian dinas akan mengadakan pemeriksaan secara langsung di tempat kejadian perkara. Setelah melaksanakan pemeriksaan di tempat kejadian kemudian dinas akan melakukan kajian (analisis) kecelakaan dan menentukan penyebab utamanya. Kemudian dinas akan melakukan langkah-langjkah preventif agar tidak terulang lagi kecelakaan kerja tersebut. Kecelakaan kerja yang terjadi tersebut juga nantinya akan dicatat dam dimasukkan kedalam data statistik”.

Berikut pemeriksaan-pemeriksaan terkait peralatan dan bahan yang berbahaya yang dilakukan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang sesuai dengan Peraturan Daerah No.3

Tahun 2011 Tentang Pelayanan Ketenagakerjaan pasal 57 ayat (1 dan 2) :

1. Peralatan yang berbahaya a. Katel uap dan bejana uap

b. Bejana bertekanan dan botol-botol bertekanan

c. Pesawat angkat dan angkut yaitu craine, forklift, lift barang, gondola dan eskalator/excavator/travelator

2. Instalasi pendukung produksi a. Instalasi listrik

b. Instalasi penyalur listrik

c. Instalasi penyalur gas, bahan bakar, bahan beracun, dan uap d. Instalasi proteksi kebakaran

Selain pemeriksaan terhadap peralatan dan bahan yang berbahaya, Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan masih banyak lagi kegiatan pengawas jabatan fungsional diantaranya yaitu :

1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja :

Untuk pemeriksaan kesehatan pekerja dan lingkungan kerja, kegiatan yang dilaksanakan Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan adalah sosialisasi peraturan kesehatan kerja. Dinas akan mensosialisasikan berbagai peraturan yang berhubungan dengan kesehatan kerja. Dinas juga akan memeriksa pelayanan kesehatan kerja/fasilitas kesehatan perusahaan. Apakah fasilitasnya telah sesuai dan memadahi atau belum. Kagiatan lainnya adalah pemeriksaan kompetensi dokter pemeriksa

kesehatan tenaga kerja, paramedis perusahaan dan petugas P3K. pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah dokter dan paramedis perusahaan yang bertugas memang sesuai dengan kompetensinya atau tidak.

Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan dan pengujian lingkungan kerja. Apakah lingkungan kerja tersebut telah memenuhi standar kebersihan dan kesehatan atau tidak. Selain itu dinas juga mengadakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, baik itu untuk pemeriksaan awal, maupun pemeriksaan berkala. Biasanya pemeriksaan berkala dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Dinas juga akan memeriksa kantin perusahaan, dan katering pengelola makanan bagi tenaga kerja untuk mengetahui apakah makanan yang selama ini telah dimakan oleh pekerja telah memenuhi standar makanan sehat yang bergisi atau belum. Karena apabila makanan yang dikonsumsi tidak sehat, tentunya dapat mengurangi kesehatan dan dampaknya adalah penurunan produktifitas kerja.

2. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) Perusahaan jasa yang dimaksud antara lain : Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan (PJK3) menurut Informan 1.6 Selaku Seksi Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja, bahwa :

a. Jasa pemeriksaan dan pengujian teknik.

b. Jasa pemeriksaan, pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja. c. Jasa konsultas keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Jasa pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja. e. Jasa audit keselamatan dan kesehatan kerja.

f. Jasa pabrikasi dan atau pemeliharaan dan atau reparasi dan atau instalasi teknik keselamatan dan kesehatan kerja.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang yang berhubungan dengan Pemberdayaan

pelaksanaan kegiatan Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3) adalah dinas menerima laporan rencana kerja kegiatan PJK3. kemudian dinas akan memeriksa atau meneliti validitas keputusan penunjukan PJK3 yang bersangkutan. setelah meneliti dan memeriksa validitas keputusan penunjukan PJK3 kemudian dinas akan memutuskan menyetujui atau menolak kegiatan PJK3 yang bersangkutan. Salah satu PJK3 yang ada di Tangerang Selatan adalah PT. Indo yang baru diresmikan pada bulan september dan langsung melakukan pelatihan dan sertifikasi Ahli K3 umum gelombang pertama tgl 10 sampai 22 oktober 2012 di ikuti oleh 16 peserta (Perusahaan).

Namun pada saat diadakan pelatihan gelombang kedua dan ketiga peserta latihan cenderung menurun. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi baik dari dinas maupun perusahaan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pemberitahuan yang menyeluruh kepada perusahaan yang ingin melakukan training. Peneliti mewawancarai Informan 1.6 dan menyatakan :

“Memang dinas kurang maksimal untuk mensosialisasikan atau menginfokan bila ada pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh PJK3 yang disahkan oleh DEPNAKER, staff yang terbatas adalah faktor utama kurangnya sosialisasi. Dinas hanya memberitahukan lewat poster yang di tempel di tempat dinas itu sendiri, kami tidak memberitahukan lewat WEB kami dan jika kami satu persatu memberitahukan langsung kepada perusahaan sangat tidak mungkin karena perusahaan yang banyak tidak sesuai dengan personil kami”.

Salah satu pertimbangan untuk menyetujui dan menolak kegiatan tersebut adalah kesesuaian tenaga Ahli K3 yang dimiliki dan pemeriksaan fasilitas peralatan sesuai bidang kegiatan jasanya. Apabila dinas menilai sudah

cukup baik, maka akan disetujui, begitu juga sebaliknya, apabila dinas meruasa belum cukup baik, maka dinas akan menolak kegiatan tersebut.

3. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan ahli keselamatan dan kesehatan kerja (Ahli K3) dan Ahli K3 Umum

Hasil wawancara peneliti dari kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan yang berhubungan dengan pemberdayaan pelaksanaan kegiatan ahli keselamatan dan kesehatan kerja (Ahli K3 Umum) adalah,

“Menerima laporan rencana kerja / kegiatan Ahli K3 Umum. Dinas akan selalu menerima laporan rencana kerja ahli K3 Umum, rencana kerja tersebut diserahkan kepada dinas untuk diperiksa dan diteliti apakah rencana kerja / kegiatan Ahli K3 Umum tersebut telah sesuai atau sesuai peraturan dan standar yang digunakan Ahli K3 Umum bersangkutan atau belum, jika belum, maka dinas akan merevisinya agar tidak menyimpang dari peraturan”.

Jika rencana kerja dari Ahli K3 Umum telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka dinas akan.menyetujui rencana kerja / kegiatan yang dilaporkan dan kemudian Ahli K3 Umum dapat segera melaksanakan kegiatan pemeriksaan. Setelah pemeriksaan oleh ahli K3 Umum tersebut selesai, dinas akan memeriksa laporan kegiatan pemeriksaan atau pengujian Ahli K3 Umum yang telah dilaksanakan. Apabila laporan pemeriksaan Ahli K3 Umum tersebut dinilai oleh dinas tidak sesuai maka dinas akan menolak laporan tersebut, namun apabila laporan pemeriksaan Ahli K3 Umum tersebut dinilai baik, maka dinas akan menyetujui laporan hasil pemeriksaan / pengujian Ahli K3 Umum.

Proses ahli keselamatan dan kesehatan kerja umum melalui training Ahli K3 Umum yang di siapkan oleh kemnaker untuk mempersiapkan Ahli K3 di perusahaan yang dapat membantu mengembangkan K3 di perusahaan.

Tenaga kerja yang training Ahli K3 Umum merupakan bentuk seleksi atau penilaian khusus bagi seseorang atau tenaga teknis tertentu yang pernah mengikuti kursus petugas K3 (sefety Officer) atau kursus instuktur K3 yang berminat menjadi ahli K3 sebagaimana dimaksud dalam UU 1 Tahun 1970 dan pengaturan pelaksananya. Ahli K3 Umum tersebut sekurang-kurangnya dalam 120 jam pelajaran atau selama 12 hari efektif.

Setelah menyelesaikan training Ahli K3 Umum ini, peserta training Ahli K3 Umum diharapkan mampu :

1. Menjalankan tugas, wewenang dan tanggung jawab Ahli K3 2. Menjelaskan hak pekerja dalam bidang K3

3. Menjelaskan kepada pengusaha bahwa upaya K3 menguntungkan bagi pengusaha

4. Menjelaskan tujuan sistem manajemen K3 (SMK3) 5. Menjelaskan sistem pelaporan kecelakaan

6. Membantu menganalisa kasus kecelakaan, mengetahui faktor penyebabnya dan dapat menyiapkan laporan kecelakaan kepada pihak Dinas

7. Mengenal P2k3, tugas, wewenang dan pembinaan serta pengawasan K3 di perusahaan

8. Mengidenfikasi objek pengawasan K3

9. Mengetahui persyaratan dan pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan di tempat kerja

Persyaratan peserta training Ahli K3 Umum yaitu calon peserta harus berpendidikan sarjana, sarjana muda, atau sederajat dengan ketentuan : sarjana dengan pengalaman sesuai dengan bidang keahliannya sekurang-kurangnya 2 tahun dan sarjana muda dan sederajat minimal 4 tahun. Dengan instruktur training Ahli K3 langsung dari senior Kemnaker dan instruktur yang berkompeten dan berpengalaman di bidangnya yang sudah sering memberikan materi dalam setiap penyelenggaraan training Ahli K3 Umum.

Namun di balik dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi dalam pemeriksaan guna memperkecil angka kecelakaan kerja, masih ada saja perusahaan dan pekerja yang tidak disiplin dan tidak mengikuti peraturan yang berlaku.

Peneliti mencoba melakukan observasi perusahaan yang sekiranya bermasalah serta perusahaan yang menengah kebawah guna untuk mengetahui seberapa besar sosialisasi dinas terkait pemeriksaan ketenagakerjaan. Pelanggaran-pelanggaran terkait peraturan yang berlaku biasanya tentang perizinan, salah satunya adalah tentang :

a. Pemasangan dan penggunaan instalasi listrik

Untuk pemasangan dan penggunaan instalasi listrik ini kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan adalah sosialisasi peraturan dan standar instalasi listrik. Disini dinas akan memberikan tata cara pemasangan dan penggunaan instalasi listrik yang benar, sehingga dapat menghindari terjadinya hubungan arus pendek, selain itu penggunaan listrik yang salah dapat menyebabkan pekerja tersengat arus listrik.

Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan juga memantau kesesuaian standar instalasi listrik. Jadi perusahaan juga diharapkan dapat menghemat pemakaian arus listrik, sehingga tidak terjadi pemborosan arus listrik dan penggunaan arus listrik yang melebihi beban. Kegiatan yang terakhir adalah pembuatan laporan pemeriksaan dan pengujian.

“Berdasarkan pasal 3 ayat (1) huruf a dan q UU No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja dan pasal 2 ayat (1) Kepmenakertrans No. Kep. 75/MEN/2002 di atur ketentuan (perencanaan, pemasangan, penggunaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik di tempat kerja harus sesuai ketentuan-ketentuan yang di tetapkan dalam Standar Nasional Indonesia)”.

Namun pada kenyataannya masih banyak pelanggaran-pelanggaran mengenai instalasi listrik yang terjadi di perusahaan Kota Tangerang Selatan. Contohnya pada Perusahaan PT. USM (Usaha Sumber Mandiri) yang tidak dapat menunjukan pengesahan pemakaiannya dari Dinas Sosial, ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan.

b. Pemasangan dan penggunaan instalasi penyalur petir

Kegiatan yang dilakukan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sehubungan dengan pemasangan dan penggunaan instalasi penyalur petir adalah sosialisasi peraturan dan standar instalasi penyalur petir. Sosialisasi ini meliputi tata cara pemasangan dan lokasi pemasangan instalasi penyalur petir yang benar. Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah pemantauan kesesuaian standar instalasi penyalur petir. Selain itu juga diadakan pemeriksaan gambar rencana dan pemasangan instalasi penyalur petir dan pengujian. Terkait pemasangan instalasi listrik ini peneliti mewawancarai Informan 1.6 selaku Seksi Pengawasan Norma

Keselamatan dan Kesehatan Kerja terkait ada atau tidaknya UU yang mengatur, UU tersebut sebagai berikut :

“Sesuai dengan pasal 3 ayat (1) huruf a dan o UU No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja Jo. Pasal 56 ayat (1) Permenaker No. Per.02/MEN/1989 disebutkan : (Gambar penyelur listrik harus mendapatkan pengesahan dari menteri atau pejabat terkait yang di tujuk)”.

Dalam instalasi penyelur petir di PT. USM (Usaha Sumber Mandiri) memang sudah terpasang dan teruji. Hanya saja dinas melakukan pengecekan terhadap penyalur petir hanya satu kali dan tidak berkala atau terus menerus dalam jangka waktu yang ditetapkan.

c. Pemasangan instalasi penanggulangan kebakaran

Dokumen terkait