• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

BAGAN 3.1 Model Analisis

Data Collecting Data Display Verification Data Reduction

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dalam prosesnya, kegiatan analisis data dilakukan secara berurutan melalui empat hal utama yang saling menjalin pada saat sebelum dan sesudah pengumpulan data. Keempat kegiatan utama tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pengumpulan data (Data Collecting)

Pengumpulan data merupakan proses mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian. Menurut Satori dan Komariah (2010:103), pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian kualitatif teknik

pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber, dan

berbagai cara. Dilihat settingnya, data dapat dikumpulkan dengan menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada peneliti, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti.

b) Reduksi Data (Data Reduction)

Selama dalam proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentu akan banyak sekali data yang didapatkan peneliti. Karena semakin lamanya peneliti berada di lapangan, maka data yang didapat akan semakin kompleks dan rumit. Maka dari itu jika tidak segera diolah akan menyulitkan peneliti, dan oleh sebab itu proses analisis data pada tahap ini harus dilakukan.

Menurut Miles dan Huberman dalam Denzin, dkk (2009:592), reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung

kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi atau bagian-bagian. Proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.

c) Penyajian Data (Data Display)

Langkah yang selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah penyajian data. Miles dan Huberman dalam Denzin, dkk (2009:592), mengemukakan secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan, menurut sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Penyajian data menurut Usman dan Akbar (2011:87), adalah menyajikan

data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik, dan sebagainya. Dengan

demikian, peneliti dapat menguasai data

d) Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah terakhir dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.7 Pengujian Keabsahan Data

Data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Untuk menguji keabsahan data ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Triangulasi (Triangulation)

Menurut Moleong (2013:330), triangulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemerikasaan melalui sumber lainnya.

Sedangkang Triangulasi menurut Satori dan Komariah (2010:170), adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Sehingga ada triangulasi dari sumber/informan, triangulasi dari teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Praktik triangulasi tergambar dari kegiatan penelitian yang bertanya pada informan A dan mengklarifikasinya dengan informan B serta mengeksplorasinya pada informan C.

Dengan menggunakan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan. Adapun untuk pengujian keabsahan data dalam penelitian “Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan Kecelakaan Kerja”

ini, peneliti menggunakan triangulasi teknik, sumber dan waktu.

Menurut Satori dan Komariah (2010:171), triangulasi teknik adalah penggunaan beragam teknik pengungkapan data yang dilakukan kepada sumber data. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Sedangkan triangulasi sumber adalah pengecekan kebenaran data dari beragam sumber, dan triangulasi waktu adalah pengecekan kebenaran data pada waktu yang berbeda.

2. Pengecekan anggota (member check)

Member check bertujuan untuk menghindari salah tafsir terhadap jawaban informan saat wawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku responden pada saat observasi dan mengkonfirmasi perspektif emik informan terhadap suatu

proses yang sedang berlangsung. Member check ini dilakukan ketika proses

wawancara dengan informan telah selesai, yaitu setelah peneliti sudah mendapatkan data yang dibutuhkan sehingga tidak diperlukan lagi wawancara

selanjutnya. Setelah member check dilakukan, maka pemberi data dimintai

tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan member check.

Sementara itu menurut Satori dan Komariah (2010:172), member check

adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada informan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh pemberi data. Apabila para pemberi data sudah tersebut valid, sehingga semakin kredibel. Akan tetapi menjadi sebaliknya, yaitu tidak valid dan kredibel apabila pemberi data justru meragukan data dan peneliti tidak melakukan diskusi lebih lanjut

dengan informan. Member check dilakukan setelah satu periode pengumpulan

data selesai, atau setelah mendapatkan suatu temuan atau kesimpulan. Hal tersebut dapat dilakukan secara individu atau berkelompok.

3.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian mengenai “Pengawasan Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan dalam permasalahan Kecelakaan Kerja” ini yaitu dilakukan di Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan, diantaranya kelompok jabatan fungsional dengan Perusahaan-perusahaan terkait dan pekerja yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

Kecelakaan kerja pada hakekatnya adalah suatu kejadian yang sifatnya tidak terduga-duga dan tidak dapat terpisahkan dari suatu organisasi di dalam perindustrian. Pandangan ini memberikan arahan bahwa kecelakaan kerja harus diperhatikan sedini mingkin, baik pada saat dan setelah kejadian kecelakaan kerja. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah manajemen pengawasan khusus untuk menanganinya. Pengawasan ketenagakerjaan diatur dalam Pasal 176 Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa :

“Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.”

Keselamatan kerja bukan saja tugas dari perusahaan tetapi juga fungsi pemerintah untuk mengawasi. Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan sebagai Lembaga Teknis Daerah yang tugas pokoknya membantu Menteri Tenaga kerja di Bidang Ketenagakerjaan berkewajiban memberi gambaran deskriptif mengenai resiko dan bahaya kecelakaan kerja dalam perindustrian. Dalam Peraturan Daerah Kota

Tangerang Selatan UU No.3 pasal 1 Tahun 2011 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan mempunyai tugas untuk melaksanakan wewenang otonomi daerah di bidang Sosial, Ketenangakerjaan dan Transmigrasi dibentuk atas dasar sebagai unsur pendukung tugas Menteri Tenaga Kerja yang berwenang membentuk panitian pembinaan kesehatan dan keselamatan kerja untuk mengembangkan kerja sama.

Alamat dari Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi untuk observasi atau pencarian data yang peneliti lakukan berada di Jl.Rawa Buntu Utara KO BSD Sektor 1,5 Blok F1 No.3 Rt/Rw 003/002 Kelurahan Lengkong Gudang Timur Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan.

Gambar. 1.3 Peta Alamat Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan

(Sumber : map.google.com)

Perwujudan Otonomi Daerah sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 38 Tahun

2007 Tentang Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten, mulai diterapkan di Kota Tangerang Selatan pada Tahun 2008 sejalan dengan berdirinya Kota Tangerang Selatan sesuai Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten yang di bagi menjadi 7 wilayah Kecamatan. Dinas Sosial ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kota Tangerang Selatan adalah Instansi yang merupakan gabungan dari Kantor Sosial, Kantor ketenagakerjaan dan Kandep Transmigrasi Kota Tangerang Selatan. Berikut adalah wilayah Tangerang Selatan :

Gambar. 1.4 Peta Wilayah Tangerang Selatan

Adapun luas Wilayah Tangerang Selatan sebagai berikut :

Tabel. 2.4 Luas Wilayah Tangerang Selatan

No. Kecamatan Luas Wilayah

Presentase terhadap Luas Kota 1. Serpong 2.404 16.38% 2. Serpong Utara 1.784 12.12% 3. Setu 1.838 12.49% 4. Pamulang 1.543 10.48% 5. Ciputat 2.682 18.22% 6. Ciputat Utara 2.988 20.38% 7. Pondok Aren 1.488 10.06%

Jumlah Luas Wilayah 14.719 100%

(Sumber : Data DINSOSNAKERTRANS Tangsel)

Menyikapi situasi yang ada Pemerintah Kota Tangerang Selatan banyak mendapatkan limpahan kewenangan pembangunan serta otonom mengenai kesejahtraan pekerja ataupun perusahaan. Agar pembangunan tepat sasaran maka dalam pelaksanaannya harus melibatkan 3 (tiga) pilar, yaitu pekerja, perusahaan dan pemerintah. Dengan demikian adanya perubahan-perubahan dalam suatu sistem dan penerapan undang-undang yang berlaku harus diterapkan dengan sebenar-benarnya dapat mewujudkan pembangunan yaitu kesejahteraan pegawai/buruh.

Dokumen terkait