BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kepuasan Kerja
2.2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kepuasan kerja merujuk kepada sikap dan prilaku seseorang terhadap pekerjaannya, seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjannya, namun sebaliknya jika kepuasan kerja seseorang rendah akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya dan komitmen orang tersebut terhadap organisasinya rendah sehingga dapat
menyebabkan orang tersebut mangkir dari perusahaannya. Departemen SDM hendaknya senantiasa memantau kepuasan kerja para karyawan karena hal tersebut besar pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Robins dalam Hasibuan (2009) sebagai berikut:
1. Kerja yang secara mental menantang, karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan.
2. Ganjaran yang pantas, para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak kembar arti, dan segaris dengan pengharapan mereka.
3. Kondisi kerja yang mendukung, karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas.
4. Rekan kerja yang mendukung, orang-orang mendapatkan lebih dari pada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja menurut Luthan (2006) yaitu sebagai berikut :
1. Pekerjaan itu sendiri.
Dalam hal ini dimana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab.
2. Gaji
Upah dan gaji dikenal menjadi signifikan tapi kompeks kognitif dan merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan kerja.
3. Promosi
Kesempatan promosi sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja, hal ini dikarenakan promosi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki berbagai penghargaan.
4. Pengawasan
Pengawasan (supervisi) merupakan sumber penting lain dari kepuasan kerja, ada dua dimensi gaya pengawasan yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu berpusat pada karyawan dan partisipasi atau pengaruh kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan prilaku.
5. Kelompok kerja
Rekan kerja atau anggota tim yang kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada karyawan secara individu bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan, nasihat dan bantuan pada anggota individu. 6. Kondisi kerja
Kondisi kerja memiliki kecil pengaruhnya terhadap kepuasan kerja, jika kondisi kerja bagus (bersih, lingkungan menarik) individu akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaan mereka sebaliknya jika kondisi kerja buruk individu akan lebih sulit menyelesaikan pekerjannya. Jika segalanya berjalan baik tidak ada masalah kepuasan kerja, jika segalanya berjalan buruk masalah ketidakpuasan kerja muncul.
Seseorang karyawan akan merasa puas dalam bekerja apabila ia ditempatkan pada posisi dan golongan yang sesuai dengan keinginannya, tetapi dalam hal ini manajemen juga harus melihat kemampuan karyawan tersebut agar
dapat bernilai positif. Disamping itu perusahaan juga harus menyediakan jaminan keuangan dan sosial yang layak dan adil. Jaminan tersebut sangan penting artinya bagi karyawan mengingat mereka bekerja bukan untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk memberikan kehidupan yang layak pada keluarga mereka.
Ditinjau dari karakteristik individu atau karakteristik biografis merupakan variabel yang sering dianalisis dalam bidang ilmu perilaku organisasi karena variabel ini mempunyai dampak terhadap kepuasan kerja (Robbins dan Stephen, 2006). Secara umum karakteristik individu memiliki hubungan bermakna dengan kepuasan kerja meliputi :
1. Usia
Berdasarkan penelitian-penelitian yang mempelajari hubungan antara usia dengan kepuasan kerja, sekurang-kurangnya sampai usia 60 tahun (Robbins dan Stephen, 2006). Tetapi penilitian lain menemukan hubungan yang tidak kosisten antara usia dengan kepuasan kerja. Akan tetapi jika dibedakan antara karyawan yang profesional tidak profesional maka kepuasan cenderung terus menerus meningkat pada para profesional dengan bertambahnya usia mereka, sedangkan pada non profesional kepuasan merosot selama usia setengah baya dan meningkat lagi dalam tahun-tahun berikutnya (Robbins dan Stephen, 2006). Hal tersebut karena pada karyawan profesional semakin meningkatnya usia, semakin berpengalaman dan semakin meningkat kemampuan profesionalnya, sedangkan pada non profesional cenderung menurun kemampuannya (Robbins dan Stephen, 2006).
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan penelitian psikologis telah menemukan bahwa pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dalam memiliki pengharapan untuk sukses, sehingga pria cenderung lebih tidak puas dengan pekerjaannya dibanding wanita. Hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku kerja ditemukan bahwa secara konsisten mempunyai tingkat kemungkinan yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara historis kondisi telah menempatkan wanita pada tanggung jawab terhadap rumah tangga dan keluarga (Robbins dan Stephen, 2006).
3. Status Perkawinan
Status perkawinan secara konsisten menunjukan bahwa karyawan yang menikah lebih puas dengan pekerjaannya dibanding dengan rekan sekerjanya yang tidak menikah (Robbins dan Stephen, 2006). Tampaknya perkawinan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting (Robbins dan Stephen, 2006)
4. Masa Kerja
Kepuasan kerja akan meningkat setelah karyawan mapan dalam pekerjaannya, menyesuaikan diri dengan pekerjaannya, lebih berpengalaman dan percaya diri. Lamanya seseorang bekerja disuatu perusahaan, dapat mempengaruhi kepuasan kerja (Purnomowati, 1994). Makin lama masa kerja seseorang, kepuasan kerja yang diperoleh juga akan meningkat karena pekerja telah beradaptasi dengan baik terhadap pekerjaannya.
5. Latar Belakang Pendidikan
Latar belakang pendidikan tinggi merasa kurang puas dengan pekerjaannya, dan pendapatnya berbanding terbalik dengan mereka yang berpendidikan rendah.
Sementara itu menurut As’ad (2003:114), faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja:
1. Kesempatan untuk maju, yaitu ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja. 2. Keamanan, sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja baik bagi
karyawan pria maupun wanita.
3. Gaji/upah lebih banyak menyebabkan ketidak puasan dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.
4. Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.
5. Pengawasan atau supervisi, bagi karyawan, supervisor diangap sebagai figur ayah sekaligus atasannya.Supervisi yang buruk dapat mengakibatkan kemangkiran dan perputaran pegawai.
6. Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan masyarakat keterampilan tertentu. Sukar mudahnya serta kebanggan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan konsumen. 7. Kondisi kerja, termasuk kondisi tempat, ventilasi, kantin serta tempat
parkir.
8. Aspek sosial dalam pekerjaan, merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor penunjang kepuasan kerja.
9. Komunikasi, antara karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat atau prestasi para karyawan sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
10. Fasilitas lainnya, seperti rumah sakit, cuti, dana pensiun atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulakan kepuasan kerja.