• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Udang Vaname

Penelitian ini menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang digunakan untuk menduga parameter faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname. Usaha budidaya udang vaname memiliki beberapa variabel yang akan dianalisis kedalam model. Adapun variabel-variabel tersebut meliputi jumlah Benur yang ditebar (Be), jumlah Obat yang digunakan (Ob), jumlah Pakan yang diberikan (Pa), Jumlah Tenaga Kerja yang dipekerjakan (TK), Jumlah Bahan Bakar yang digunakan (Bb), Jumlah Pupuk dan Kapur yang digunakan (PK), serta jumlah Probiotik yang digunakan (Pr). Kemudian data tersebut diolah menggunakan Minitab 15. Pada Model ini, Peneliti menggunakan taraf nyata 5% dan 10%. Model faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname di Desa Karangsong dapat diduga dengan persamaan berikut:

(38)

Berdasarkan hasil analisis regresi variabel bebas dan jumlah produksi udang vaname, dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:

(40) Keterangan :

Y = Produksi udang vaname (Kg)

Be = Benur (Kg)

Ob = Obat (Liter)

Pa = Pakan (Kg)

TK = Tenaga kerja (Orang) Bb = Bahan bakar (Liter)

Dummy PK = Dummy Pupuk dan Kapur (1=Ya, 0=Tidak)

50 Berdasarkan uji statistik dapat dinyatakan bahwa model yang dihasilkan

telah memenuhi kriteria. Hasil pendugaan parameter fungsi produksi udang vaname menghasilkan R-Sq adjusted sebesar 58.9%. Hal ini menunjukan bahwa 58.9% variabel peubah bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas pada taraf nyata 5% dan 10%, sedangkan sebanyak 41.1% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Uji F dilakukan untuk menguji model secara keseluruhan sehingga diketahui pengaruh seluruh variabel bebas terhadap jumlah produksi udang vaname. Nilai ℎ𝑖𝑡 𝑔 sebesar 6.94> 𝑡 𝑙 sebesar 2.53 dan P-value 0.000 lebih kecil dari taraf nyata (α=5%) menunjukan bahwa variabel-variabel bebas dalam model secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname dengan menggunakan

software Minitab 15 terdapat pada Tabel 12 dan Tabel 13 berikut.

Tabel 12 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Udang Vaname

Variabel Koefisien Regresi Standard error Nilai t hitung P VIF Constanta 2.4123 0.8524 2.83 0.01 LnBe 0.5976 0.225 2.66 0.014*** 1.908 LnOb -0.02163 0.0923 -0.23 0.817 0.531 LnPa 0.2142 0.1011 2.12 0.046*** 2.066 LnTk -0.3157 0.3077 -1.03 0.316 1.942 LnBb 0.1015 0.1054 0.75 0.461 1.519 Dummy PK 0.3365 0.1811 1.86 0.077** 1.564 Dummy Pr 0.1488 0.1846 0.81 0.429 1.453 R-Sq 68.80% R-Sq (adj) 58.90% ** α(0.1) *** α(0.05)

Sumber : Data Primer (diolah), 2016 Tabel 13 Analysis of Variance

Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 7 5.4671 0.781 6.94 0.000 Residual Error 22 2.4755 0.1125 Total 29 7.9425 Durbin-Watson statistic 2.12849 Sumber : Data Primer (diolah), 2016

51 Model fungsi Cobb-Douglas digunakan untuk mencari model produksi

terbaik dari usaha budidaya udang Vaname dan untuk menjelaskan pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi udang vaname terhadap hasil produksi udang vaname. Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi jumlah produksi udang vaname sebagai berikut:

a. Benur

Berdasarkan hasil wawancara dari responden terdapat hasil yang positif terhadap variabel benur. Dari hasil uji ekonometrika, diketahui bahwa variabel benur berpengaruh positif terhadap produksi udang vaname dan secara statistik berpengaruh nyata terhadap produksi udang vaname dengan taraf nyata 5%. Nilai Koefisien regresi dari variabel benur adalah 0.5976 yang artinya setiap peningkatan benur sebesar satu persen maka diduga terjadi peningkatan produksi udang vaname sebesar 0.5976 persen dengan asumsi variabel-variabel lain tetap (Cateris Paribus).

b. Pakan

Pakan tambahan adalah salah satu variabel penting dalam pertumbuhan udang vaname. Dari hasil uji ekonometrika, diketahui bahwa variabel pakan memiliki hubungan yang positif terhadap pertambahan bobot udang vaname dan secara statistik variabel pakan berpengaruh nyata terhadap pernambahan bobot udang vaname dengan taraf nyata 5%. Dimana nilai Pvalue variabel pakan sebesar 0.046. Dikarenakan Pvalue < α(0,05) maka variabel pakan dianggap mempengaruhi model. Nilai Koefisien regresi dari variabel pakan adalah 0.2142 yang artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen maka diduga terjadi peningkatan produksi udang vaname sebesar 0.2142 persen dengan asumsi variabel-variabel lain tetap (Cateris Paribus).

c. Dummy Pupuk dan Kapur

Pupuk dan Kapur didalam usaha budidaya udang vaname memiliki banyak fungsi, seperti penstabil pH, menjaga suhu, dan menyuburkan lahan. Dari hasil uji ekonometrika, diketahui bahwa variabel Pupuk dan Kapur memiliki hubungan yang positif terhadap pernambahan bobot udang vaname dan secara statistik variabel pakan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot udang vaname dengan taraf nyata 10%. Nilai Koefisien regresi dari variabel pakan adalah 0.3365

52 yang artinya setiap penambahan pakan sebesar satu persen maka diduga terjadi

peningkatan produksi udang vaname sebesar 0.3365 persen dengan asumsi variabel-variabel lain tetap (Cateris Paribus).

Nilai koefisien regresi didalam model fungsi Cobb-Douglas nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut, penjumlahan dari nilai-nilai koefisien tersebut dapat digunakan untuk menduga keadaan skala usaha. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa jumlah nilai koefisien regresi pada variabel peubah bebas yang memberikan pengaruh signifikan pada produksi udang vaname sebesar 1.06127. Jumlah elastisitas produksi lebih besar dari satu menunjukan bahwa skala usaha budidaya udang vaname pada skala kenaikan hasil meningkat (increasing return to scale), artinya proporsi penambahan input sebesar satu persen untuk usaha budidaya udang vaname maka akan menyebabkan tambahan output sebesar 1.06127 persen. Hal ini juga menyebabkan usaha budidaya tersebut berada pada daerah irrasional (Ep>1) sehingga usaha budidaya masih dapat ditingkatkan sampai berada pada daerah rasional sehingga akan menjadi optimal.

Secara rinci hasil regresi uji ekonometrika dengan menggunakan Minitab 15. Hasil uji asumsi klasik dapat dilihat di bawah ini :

1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model. Pengujianya dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor), apabila nilai VIF tidak lebih besar dari 10 maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas. Nilai VIF variabel Bebas (LnBe, LnOb, LnPa, LnTk, LnBb, Dummy PK, Dummy Pr) masing-masing adalah (1.908; 1.531; 2.066; 1.942; 1.519; 1.564; 1.453). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolinieritas terhadap variabel-variabel didalam model.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk model fungsi produksi udang vaname terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi dan jumlah pengamatan dengan masing-masing nilainya sebagai berikut 2.16123E-15, 0.2922, 30. Hasil statistik Kosmogorov-Smirnov (KS) adalah 0.138 dimana nilai KS hitung lebih kecil dari KS tabel sebesar 0.242 dengan P-value diatas 15%.

53 Kesimpulan hasil uji kenormalan residual pada model yang dibuat telah

mengikuti distribusi normal. Asumsi kenormalan sudah terpenuhi sehingga model regresi dapat digunakan.

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dalam model mengakibatkan varian dan koefisien-koefisien variabel bebas tidak lagi minimum dan menjadi tidak efisien lagi. Heteroskedastisitas dalam model digunakan untuk memastikan varian tiap unsur gangguan adalah konstan, tidak tergantung pada nilai yang dipilih dalam varian yang menjelaskan. Pendeteksian dapat dilakukan dengan metode grafik scatterplot, yaitu melihat penyebaran nilai residual yang tidak membentuk pola tertentu atau model regresi dikatakan memenuhi asumsi homoskedastisitas jika sebaran titik-titik pada scatterplot tidak membentuk pola tertentu dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi homoskedastisitas dapat terpenuhi. Gambar pada kolom versus fit pada Residual plots for LnY menunjukan bahwa plot antara residual dengan fitted value menunjukan tidak adanya heteroskedastisitas.

4. Autokorelasi

Model regresi yang baik adalah bebas autokorelasi. Uji autokorelasi memastikan tidak adanya gangguan pada fungsi regresi linear, yaitu jika antar sisaan tidak bebas. Untuk mengetahui secara mendalam apakah terindikasi adanya autokorelasi maka dapat dilakukan pengujian menggunakan runs test. Runs test menunjukan tidak adanya autokorelasi apabila nilai P-value > taraf nyata 5 %. Hasil pengujian model dengan menggunakan runs test diperoleh hasil 0.440. Hal ini menunjukan bahwa tidak teridentifikasi adanya autokorelasi di dalam model regresi tersebut.

6.2 Menganalisis Alokasi Faktor Produksi Secara Optimal Dalam Budidaya