• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI BIAYA PADA USAHA BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME DENGAN METODE MONOKULTUR DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU SETYO CAHYANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMALISASI BIAYA PADA USAHA BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME DENGAN METODE MONOKULTUR DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU SETYO CAHYANTO"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI BIAYA PADA USAHA BUDIDAYA TAMBAK

UDANG VANAME DENGAN METODE MONOKULTUR

DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU

SETYO CAHYANTO

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Biaya Pada Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname dengan Metode Monokultur di Desa Karangsong, Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Setyo Cahyanto

(4)
(5)

ABSTRAK

SETYO CAHYANTO. Optimalisasi Biaya Pada Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname Dengan Metode Monokultur Di Desa Karangsong, Indramayu. Dibimbing oleh RIZAL BAHTIAR.

Subsektor perikanan dan kelautan di Indonesia memiliki potensial yang sangat besar. Hal ini terlihat dari produktivitas yang terus meningkat serta permintaan ekspor yang semakin tinggi. Salah satu penyumbang terbesar dari subsektor perikanan dan kelautan adalah budidaya tambak. Komoditas yang saat ini paling potensial untuk bubidaya tambak adalah udang vaname. Udang vaname memiliki usia panen yang lebih cepat dari pada ikan bandeng serta memiliki produktifitas yang lebih tinggi dari pada udang windu. Sehingga komoditas udang vaname perlu untuk dikaji dalam pengoptimalan produksinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan (1) menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas udang vaname, (2) menganalisis alokasi faktor produksi agar optimal, (3) menghitung penerimaan, pembiayaan, serta keuntungan, (4) menganalisis besaran dampak ekonomi sebagai dampak dari usaha budidaya udang vaname. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda, analisis optimalisasi, analisis pendapatan dan analisis multiplier effect. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah benur, pakan, pupuk, dan kapur. Alokasi faktor yang dapat dioptimalkan adalah variabel benur dengan peningkatan sebesar 3.08 kali dari kondisi aktual dan variabel pakan sebesar 1.73 kali dari kondisi aktual. Total biaya dalam usaha sebesar Rp27 846 958 per tahun, total penerimaan dalam usaha sebesar Rp65 378 667 per tahun, dan keuntungan dalam usaha budidaya udang vaname sebesar Rp37 531 709 per tahun. Nilai Multiplier Effect yang didapat adalah Keynesian Income Multiplier sebesar 0.54, Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 3.68, dan Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 6.67.

(6)

ii ABSTRACT

SETYO CAHYANTO. Costs Optimizing of Monoculturize Vaname Shrimp Cultivation with Embankment in Karangsong, Indramayu. Supervised by RIZAL BAHTIAR.

Marine fisheries sub-sector has huge potential in Indonesia. This is an evident from the growing productivity and higher export demand of marine fidheries sector. One of the largest contributors of marine and fisheries sub-sector is aquaculture. The most potential commodities for shrimp cultivation with embankment are vaname shrimp. Vaname shrimp can be harvested faster than fish and has a higher productivity than Windu shrimp. So, the study of vaname shrimp production optimization is needed. Therefore, the purposes of this reasearch are (1) analyzing the factors that influence vaname shrimp productivity, (2) analyzing the optimal allocation of production factors, (3) calculated revenue, cost, and profit, (4) analyzing economic impact of vaname shrimp cultivation. The method used are ordinary least square, optimization, income, and multiplier effect analysis. The results of this research are the factors that affect the production are shrimp fry, feed, fertilizer, and lime, the optimal allocation of the factors are shrimp fry variable that increases 3.08 times of the actual conditions and feed variable that increases 1.73 times of the actual conditions, total costs of vaname shrimp cultivation is Rp27 846 958 per year, total revenues of vaname shrimp cultivation is Rp65 378 667 per year, and profit of vaname shrimp cultivation is Rp37 531 709 per year. the values of multiplier effect that counted by Keynesian income multiplier is 0.54, Ratio Income Multiplier of Type I is 3.68 and Type II is 6.67.

(7)

OPTIMALISASI BIAYA PADA USAHA BUDIDAYA TAMBAK

UDANG VANAME DENGAN METODE MONOKULTUR

DI DESA KARANGSONG, INDRAMAYU

SETYO CAHYANTO

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016 Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Optimalisasi Biaya Pada Usaha Budidaya Udang Vaname dengan Metode Monokultur di Desa Karangsong, Indramayu” ini dapat diselesaikan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Relief Susanto, SKM dan Ibu Umi Hastuti, Amd Keb, SKM beserta adik semata wayang Suryadi Setyo Putranto serta keluarga besar penulis atas doa, kasih sayang, dan motivasinya.

2. Rizky Listyowati yang telah mendukung, memotivasi, membantu, mendoakan serta memberikan kasih sayangnya.

3. Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan dalam mengerjakan skripsi ini. 4. Bapak Ir. Ujang Sehabudin, M.Si selaku Dosen Penguji Utama dan Bapak

Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen atas masukan yang telah diberikan.

5. Seluruh dosen dan staff Departemen ESL yang telah memberikan ilmu, bantuan, dan dukunganya kepada penulis selama menyelesaikan masa studi di ESL.

6. Bapak Makrus, S.Pi, M.Si, Keluarga besar mas Makrus beserta keluarga besar PSHT Kabupaten Indramayu yang telah banyak memberikan bantuan, arahan serta bimbingannya.

7. Bapak Tanoto Adi Sugianto, S.Ip selaku Penyuluh Perikanan di Kabupaten Indramayu, Bapak Jailani selaku praktisi budidaya udang vaname dan Bapak Murshito Mawardi beserta kawan-kawan yang telah banyak memberikan ilmu mengenai budidaya udang vaname.

8. Seluruh petani tambak udang vaname di Desa Karangsong.

9. Sahabat-sahabat penulis selama di kontrakan “Family Boy” Pauji Padillah, Riyadi Cahyo, Riezky Novyandika, Tito Lutfi, Bagaskoro Pamungkas, Ahmad Deni dan Angga Dwi atas dukungan, bantuan, dan kenangan yang luar biasa selama penulis berada di IPB.

(12)

ii 10. Rekan-rekan sebimbingan skripsi Yovani Yolan, Ika Putri, dan Anisa

Rumawar atas saran, kritik, dan waktu yang telah diberikan dan dikorbankan.

11. Rekan-rekan di “UKM CENTURY IPB” Adika Waskito, Arie Firdha Amalia, Efandri Zahro, Melia Inosa, Annisa, Ariya Dwi Cahya, Ayodhya Olivia Deanda, Kholil Ma’ruf, Yunita Hardian Putri, Slamet Nurlatif Darojat, Muhammad Iqbal, Agis, dan Hengky Rachmadhani yang telah banyak memberikan pengalaman, ilmu, dan kenangan selama penulis berada di IPB.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Metode Monokultur ... 7

2.2 Usaha Budidaya Tambak ... 7

2.2.1 Penetapan Lokasi Tambak ... 8

2.2.2 Kontruksi Tambak ... 8

2.3 Karakter Udang Vaname... 9

2.3.1 Penebaran ... 10 2.3.2 Pemeliharaan ... 11 2.3.3 Panen ... 12 2.4 Efisiensi Ekonomi ... 12 2.5 Komponen Biaya ... 13 2.5.1 Biaya Pakan ... 13

2.5.2 Biaya Benur Udang Vaname ... 13

2.5.3 Biaya Obat-obatan ... 13

2.5.4 Biaya Pupuk dan Kapur ... 14

2.5.5 Biaya Tenaga Kerja ... 14

2.6 Konsep Multiplier ... 14

2.7 Biaya dalam Usaha Tani ... 15

2.8 Penerimaan dalam Usaha Tani ... 16

2.9 Keuntungan ... 17

2.10 Penelitian Terdahulu ... 18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 21

3.1.1. Teori Produksi ... 21

3.1.2 Skala Usaha ... 22

3.1.3 Efisiensi Ekonomi ... 23

3.1.4 Analisis Usaha Tani ... 24

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 26

IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 29

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 29

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 29

(14)

ii

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30

4.4.1 Analisis Faktor-faktor Biaya ... 30

4.4.2 Metode Kuadrat Terkecil... 31

4.4.3 Elastisitas Produksi... 32

4.4.4 Analisis Optimasi ... 32

4.4.5 Analisis Pendapatan ... 34

4.4.6 Analisis Multiplier ... 35

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 37

5.1 Lokasi Penelitian ... 37

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi ... 37

5.3 Potensi Perikanan ... 39

5.4 Karakteristik Responden ... 40

5.4.1 Sosial Ekonomi Petani Tambak ... 40

5.4.1.1 Usia ... 41

5.4.1.2 Jenjang Pendidikan Formal ... 41

5.4.1.3 Lama Usaha Budidaya ... 42

5.4.2 Kondisi Sosial Ekonomi dari Buruh Tambak... 43

5.4.2.1 Usia Buruh Tambak ... 43

5.4.2.2 Pengalaman Kerja Buruh Tambak ... 44

5.5 Kondisi Budidaya di Lokasi Penelitian ... 45

5.5.1 Sistem Budidaya ... 45 5.5.2 Sistem Pemeliharaan ... 46 5.5.2.1 Persiapan Lahan ... 46 5.5.2.2 Penebaran Benur ... 46 5.5.2.3 Pemeliharaan ... 46 5.5.2.4 Pemanenan ... 47 5.5.3 Sistem Pemasaran ... 47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

6.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ... 50

6.2 Menganalisis Alokasi Faktor Produksi ... 53

6.3 Analisis Pendapatan pada Usaha Budidaya Udang Vaname ... 56

6.3.1 Analisis Pembiayaan ... 56

6.3.2 Analisis Penerimaan ... 59

6.3.3 Analisis Keuntungan ... 60

6.4 Dampak Ekonomi oleh Aktivitas Budidaya Udang Vaname ... 60

6.4.1 Dampak Ekonomi Langsung ... 60

6.4.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ... 62

6.4.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ... 63

6.4.4 Nilai Multiplier Effect ... 63

6.5 Implikasi Kebijakan ... 65

VII. Simpulan dan Saran ... 67

7.1 Simpulan ... 67

7.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(15)

iii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Ekspor Udang Menurut Negara Tujuan Utama ... 1

2 Provinsi Produsen Utama Udang Vaname ... 2

3 Skripsi Terdahulu yang Relevan ... 19

4 Matriks Analisis Data ... 30

5 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Tenaga Kerja ... 38

6 Jumlah Penduduk berdasarkan Lulusan Tingkat Pendidikan Umum 38 7 Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian ... 39

8 Target dan Realisasi Produksi Udang Vaname di Kab.Indramayu 40 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 41

10 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Formal 42 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Budidaya ... 42

12 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Udang Vaname ... 50

13 Analysis of Variance ... 50

14 Rasio Nilai Produksi Marjinal, Harga Input dan Fase Elastisitas dari Produksi Usaha Budidaya Udang Vaname di Desa Karangsong ... 54

15 Perbandingan Kondisi Input Aktual dan Optimal Faktor Produksi dengan Menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas 55 16 Perbandingan Pendapatan ... 55

17 Biaya Investasi dalam Usaha Budidaya Udang Vaname ... 57

18 Komponen Pengeluaran dalam Usaha Budidaya Udang Vaname 58 19 Analisis Penerimaan dalam Usaha Budidaya Udang Vaname .... 59

20 Analisis Keuntungan Pada Usaha Budidaya Udang Vaname dalam Setahun ... 59

21 Proporsi Pengeluaran Petambak per Hektar per Tahun ... 61

22 Total Pengeluaran Petambak per Hektar dalam Setahun Budidaya Udang Vaname ... 61

23 Proporsi Pendapatan dan Biaya Produksi Unit Usaha Terkait dalam Satu Bulan di Lokasi Budidaya Udang Vaname .. 62

24 Proporsi Pengeluaran Buruh Tambak di Desa Karangsong ... 63

25 Nilai Multiplier Effect dari Arus Uang yang Terjadi di Desa Karangsong ... 67

(16)

iv DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Hubungan antara Faktor Produksi dengan Jumlah Produski... 21

2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

3 Karakteristik Buruh tambak berdasarkan Tingkat Usia ... 43

4 Karakteristik Buruh Tambak berdasarkan Lama Kerja ... 43

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Kuisioner Penelitian ... 74

2 Peta Lokasi Penelitian ... 80

3 Hasil Regresi Fungsi Cobb-Douglas ... 81

4 Hasil Regresi Fungsi Cobb-Douglas (lanjutan)... 82

5 Hasil Perhitungan Optimasi... 83

6 Perhitungan Analisis Usaha Budidaya Udang Vaname ... 84

7 Biaya Variabel dalam Usaha Budidaya Udang Vaname ... 86

8 Hasil Panen Udang Vaname ... 89

9 Perhitungan Nilai Dampak Ekonomi ... 90

(17)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PDB subkategori perikanan atas dasar harga berlaku tahun 2013 sebesar Rp210.67 triliun meningkat pada tahun 2014 menjadi sebesar Rp247.09 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2010 pada tahun 2013 sebesar Rp176.15 triliun meningkat di tahun 2014 menjadi Rp189.64 triliun (KKP, 2015). Kenaikan rata-rata PDB lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dari tahun 2010-2014 atas dasar harga berlaku sebesar 10.21% dari capaian Rp956.12 triliun menjadi Rp1 410.66 triliun. Jika dibandingkan dengan subkategori perikanan pada periode yang sama, kenaikan rata-rata subkategoeri perikanan berada di atas lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tersebut sebesar 14.55% dengan capaian Rp143.56 triliun menjadi Rp247.09 triliun. Pertumbuhan PDB nasional juga mengalami peningkatan pada periode waktu yang sama, dengan capaian sebesar Rp6 864.13 triliun menjadi Rp10 542.69 triliun (KKP, 2015).

Indonesia merupakan salah satu pengekspor komoditas subsektor perikanan terbesar. Salah satu komoditas yang dieskpor adalah udang. Negara tujuan meliputi kawasan benua Asia, Eropa, Australia, dan Amerika. Jumlah ekspor udang pada tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Ekspor Udang Menurut Negara Tujuan Utama, 2010-2014

Negara Tujuan 2010 2011 2012 2013 2014

Berat Bersih (Ton)

Jepang 32 669.4 31 000.2 32 497.6 32 943.7 27 597.8 Hongkong 4 237.7 3 466.5 2 777.9 2 665.4 2 464 Singapura 2 238.7 2 280.6 2 979.9 3 137.2 3 433.8 Malaysia 2 895.6 2 801.3 2 593.7 2 959.1 4 071.2 Amerika Serikat 43 560.9 5 500.7 59 137.9 64 520.6 85 838.7 Inggris 5 024.3 32 34.2 1 783.2 2 779 2 145 Perancis 1 841.7 1 080.1 995 1 097.6 762.4 Belgia 2 828.4 2 786 1 013.7 687 885 Italia 1 336.4 1 279.4 947 9 26.8 1 268.6 Lainnya 9 675.1 9 417.2 1 02.3 8 099.4 1 226.5 Jumlah 106 308.2 112 352.5 114 938.9 119 815.8 140 731.5

(18)

2 Produksi udang vaname di Indonesia didominasi oleh beberapa provinsi.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) Indonesia terdapat 10 provinsi produsen utama di Indonesia. Salah satunya adalah Jawa Barat. Produksi udang vaname di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2013 mampu menghasilkan 57 678 ton dan menjadi produsen kedua terbesar di Indonesia setelah lampung yang memiliki produksi udang vaname sebanyak 72 051 ton.

Tabel 2 Provinsi Produsen Utama Udang Vaname Tahun 2009 - 2013 (Ton)

Subsektor Tahun

2009 2010 2011 2012 2013

Lampung 58 567 37 357 44 161 40 489 72 051

Jawa Barat 3 428 25 353 30 600 29 900 57 678

Nusa Tenggara Barat 25 130 32 627 43 077 38 525 56 960

Jawa Timur 27 439 34 593 35 058 58 483 47 150 Sumatera Selatan 30 500 30 955 41 309 32 490 40 016 Kalimantan Barat 2 035 9 018 5 272 6 670 39 092 Sumatera Utara 13 748 18 116 19 438 19 414 19 791 Sulawesi Tenggara 377 8 085 13 056 12 734 18 369 Jawa Tengah 1 006 1 858 1 962 3 421 13 872 Sulawesi Selatan 2 117 3 360 4 316 4 393 8 542 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (2015)

Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Lokasi kawasan minapolitan di Kabupaten Indramayu yaitu Perikanan Budidaya di Ds. Karang Anyar, Kec. Pasekan (Tambak), dan Ds. Krimun, Kec. Losarang (Kolam); Perikanan Tangkap di Ds. Karangsong, Kec. Indramayu; P2HP di Ds. Kenanga, Kec. Sindang. Komoditas unggulan yang dikembangkan yaitu udang vaname, udang windu dan bandeng. Pendampingan teknologi di kawasan minapolitan Kabupaten Indramayu dilaksanakan oleh BBPBAP Jepara. Target produksi perikanan tertinggi untuk Kabupaten Indramayu adalah komoditas udang vaname. Target pada tahun 2014 sebesar 42 000 ton. Target tersebut meningakat sebanyak 25.01% dari tahun 2013 (DJPB, KKP, 2014)

Permintaan dan penawaran dapat dijaga apabila stok di pasar stabil. Oleh karena itu usaha budidaya di darat perlu untuk dilakukan. Usaha tambak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode monokultur atau polikultur. Budidaya dengan metode monokultur adalah budidaya yang hanya berfokus pada

(19)

3 satu komoditas saja. Sedangkan metode polikultur dapat berfokus lebih dari satu

komoditas.

Budidaya secara monokultur sering kali diterapkan pada budidaya intensif. Pertumbuhan udang vaname yang dibudidayakan secara monokultur pertumbuhannya lebih besar dan cepat jika dibandingkan dengan udang vaname yang dibudidayakan secara polikultur (Tarsim, 2004). Pertumbuhan udang vaname yang relatif lebih cepat pada budidaya secara monokultur dikarenakan ruang gerak yang cukup dan tidak ada persaingan makanan dengan komoditas lain. Sedangkan pada budidaya udang vaname secara polikultur kepadatan tebar lebih tinggi dengan adanya pembagian ruang gerak dan persaingan makan dengan komoditas lain yang berakibat pada pertumbuhan udang vaname yang relatif rendah. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan produksi dilakukan pada budidaya udang vaname secara monokultur.

1.2 Rumusan Masalah

Budidaya perikanan tambak yaang dilakukan di Indonesia masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih besarnya biaya yang dikeluarkan oleh para penambak. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dalam pembudidayaan udang vaname dengan penerapan metode monokultur. Salah satu faktor yang saat ini terlihat jelas adalah dari faktor pakan udang vaname. Faktor pakan ini dinilai sangat penting karena faktor tersebut dapat mempengaruhi produksi dan kualitas dari udang vaname tersebut. Selain faktor pakan, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi biaya dalam pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur ini, yaitu faktor tenaga kerja, faktor investasi, hingga biaya pemanenan dan pemasaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka aspek kajian yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi udang vaname dengan metode monokultur?

2. Bagaimana kondisi optimal dari penggunaan input dalam budidaya udang vaname dengan metode monokultur?

(20)

4 3. Berapa besaran pembiayaan, penerimaan, dan keuntungan dalam usaha

budidaya udang vaname dengan metode monokultur?

4. Berapa nilai dari dampak ekonomi yang ditimbulkan akibat adanya usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur di Desa Karangsong?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan input-input biaya yang digunakan oleh para penambak agar menghasilkan keuntungan yang setinggi-tingginya melalui pengoptimalan biaya.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis komponen-komponen produksi yang berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi udang vaname dengan penerapan model monokultur

2. Menganalisis penggunaan input dalam budidaya udang vaname dengan metode monokultur agar optimal

3. Mengetahui besaran pembiayaan, penerimaan, dan keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur 4. Mengetahui besaran nilai dari dampak ekonomi yang ditimbulkan dari

usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur di Desa Karangsong.

1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Petani, sebagai bahan masukan dan pembelajaran yang terkait dengan usaha yang dijalankan.

2. Penyuluh atau pemerintah, sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk memperbaiki atau mengurangi biaya dalam melakukan pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur.

3. Peneliti, sebagai media latihan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan menjadi bekal dalam menghadapi dunia usaha.

(21)

5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pengambilan data primer dilakukan di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Komoditas yang akan diteliti adalah udang vaname yang dibudidayakan dengan metode monokultur. Desa yang dipilih adalah desa yang telah melakukan budidaya udang vaname dengan produktifitas rendah namun memiliki lahan yang luas.

(22)
(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Monokultur

Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (Sabirin et al., 2010).

Pertanian monokultur memudahkan dalam pengelolaan dan emndapatkan hasil. Monokultur dapat menguntungkan petani secara ekonomi dalam jangka waktu tertentu dan tidak optimal dalam jangka waktu lama (USDA, 1973 dalam Altieri $ Nicholls, 2004) Praktek monokultur akan mendorong beberapa spesies serangga fitofag menjadi lebih berlimpah. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan satu spesies tanaman pada area yang luas menyediakan sumber makanan yang berlimpah bagi spesies hama, terutama saat tanaman dalam kondisi sekulen sehingga secara ekologis pola tanam ini menguntungkan bagi hama (Hill, 1987) Pola tanam monokultur selain meningkatkan populasi hama juga menurunkan keragaman agens hayati (Altieri & Nicholls, 2004).

Selain pola budidaya monokultur, berkembangnya praktek pertanian dan perluasan pertanian telah mengurangi kekayaan spesies dan potensi agens hayati. Penggunaan pestisida pada pertanian, penggunaan pupuk kimia, penyiangan total pada gulma, dan pengolahan tanah secara konvensional dapat menyebabkan tingginya populasi hama, kehilangan spesies, dan berkurangnya manfaat keragaman hayati terhadap tanaman (Altieri & Nicholls, 2004).

2.2 Usaha Budidaya Tambak

Menurut Soeseno (1983) budidaya merupakan kegiatan usaha produksi suatu komoditi. Budidaya ikan meliputi budidaya ikan kolam air tawar dan

(24)

8 tambak air payau. Saat ini budidaya ikan tidak hanya kolam air tawar dan tambak

air payau tapi juga budidaya di laut dan jaring apung di waduk atau danau. Tambak adalah membendung air dengan pemantang sehingga air terkumpul pada suatu tempat dan dijadikan tempat memelihara ikan, udang atau hewan laut lainnya.

2.2.1 Penetapan Lokasi Tambak

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), lokasi tambak udang vaname harus memenuhi persyaratan tambak yang ideal, baik secara teknis maupun nonteknis. Persyaratan lokasi tambak udang vaname secara teknis sabagai berikut:

1. lokasi di daerah pantai dengan fluktuasi air pasang dan surut 2-3 meter. 2. Jenis tanah sebaiknya liat berpasir untuk menghindari kebocoran air. jenis

tanah gambut akan menyebabkan pH air menjadi asam.

3. Mempunyai sumber air tawar dengan debit dan kapasitas yang cukup besar sehingga kebutuhan air tawar terpenuhi. Minimal 15% air kolam harus diganti dengan air baru setiap hari. Udang vaname umumnya tumbuh optimal pada salinitas 15-20 ppt.

4. Lokasi tambak harus memiliki green-belt yang berupa hutan mangrove di antara lokasi tambak dan pantai.

Sementara persyaratan nonteknis lokasi tambak yang mendukung produksi tambak udang vaname sebagai berikut:

1. Dekat dengan produsen benih udang vaname. 2. Dekat dengan sumber tenaga kerja.

3. Dekat sentra perekonomian sehingga mudah mendapatkan bahan pokok untuk produksi udang.

4. Lokasi bisa dijangkau oleh saluran listeri atau penerangan dan alat komunikasi.

2.2.2 Kontruksi Tambak

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), kontruksi tambak menjadi faktor yang sangat diperlukan. Terutama untuk tambak intensif dan super intensif, tetapi tambak tradisional juga harus memperhatikan bentuk kedalaman dan saluran pembuangan. Kedalaman dan saluran pembuangan yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

(25)

9 1. Bentuk petakan yang ideal yaitu bujur sangkar dengan ukuran disesuaikan.

2. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vaname sekitar 150-180 cm.

3. Saluran air tambak budidaya udang vaname terdiri dari dua saluran, yaitu saluran masuk dan saluran keluar. Kedua saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Kemiringan saluran air masuk sekitar 5-10% ke arah saluran air keluar.

4. Saluran pembuangan tengah berfungsi membuang lumpur dan kotoran dari dasar tengah kolam.

2.3 Karakteristik Udang Vaname (Litopenaeus Vanamei)

Udang vaname (Litopenaeus Vanamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati. Banyaknya petani tambak berminat untuk membudidayakan udang vaname karena udang vaname memiliki keunggulan seperti tahan penyakit, pertumbuhannya cepat, masa pemeliharaan 60-110 hari (Jurnal Kelautan dan Perikanan, 2012). Menurut Haliman dan Adijaya (2005), taksonomi udang vaname adalah sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida Ordo : Decapoda Subordo : Dendrobrachiata Infraorder : Peneidea Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Species : Litopenaeus vanamei

Morfologi udang vaname terdiri atas kepala udang vaname terdiri atas antenula, antena, madibula dan 2 pasang maxillae. Kepala udang vaname juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Abdomen terdiri dari dari 6 ruas. Pada bagian abdomen

(26)

10 terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropods (mirip ekor) yang

membentuk kipas bersama-sama telson. Sifat-sifat penting udang vaname adalah sebagai berikut : aktif pada kondisi gelap (nokturnal), dapat hidup pada kisaran salinitas lebar (euryhaline), suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus (continous feeder), menyukai hidup di dasar tambak (bentik), mencari makan lewat organ sensor (chemoreseptor).

Udang vaname diintroduksi ke Indonesia pada tahun 2000 dari Hawaii (Amerika Serikat). Udang vaname merupakan udang asli perairan Hawai dan Amerika Selatan. Udang vaname telah berhasil dikembangkan di beberapa negara Asia, seperti Cina, Thailand, Vietnam, Taiwan dan Indonesia. Menurut Ghufran (2011), Udang vaname memiliki beberapa keunggulan , yaitu :

1. Pakan yang diberikan kandungan proteinya lebih rendah dibanding dengan pakan untuk udang windu, sehingga harga pakan lebih murah.

2. Produktivitasnya tinggi, karena tinggkat kematian rendah, atau tingkat kelangsungan hidup (survival rate) tinggi, yaitu mencapai 90%.

3. Lebih mudah dibudidayakan, tidak serumit budidaya udang windu. 4. Waktu pemeliharaan relatif lebih pendek.

5. Relatif lebih tahan penyakit dibandingkan udang jenis lain.

6. Pertumbuhan cepat hingga mencapai size 20, pertumbuhan per minggu bisa mencapai 3 gram meski kepadatan mencapai 100 ekor/m2.

7. Tahan hidup pada kisaran salinitas yang luas dan bisa hidup dengan baik pada salinitas rendah.

8. Induknya dapat didomestikasi.

9. Rasa udang yang tumbuh pada salinitas tinggi kandungan asam amino bebasnya lebih tinggi, sehingga rasa dagingnya manis.

2.3.1 Penebaran

Penebaran benur udang vaname dilakukan setelah plangton tumbuh baik (7-10 hari) sesudah penumpukan. Benur vaname yang digunakan adalah PL (7-10 - PL 12 berat awal 0.001g/ekor diperoleh dari hatchery yang telah mendapatkan rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vaname yang baik adalah mencapai ukuran PL - 10 atau organ insangnya telah

(27)

11 sempurna, seragam atau rata, tubuh benih dan usus terlihat jelas, berenang

melawan arus.

Sebelum benur ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benur ditambak dan menyiram dengan perlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi sedikit demi sedikit air tambak selama 15-20 menit. Selanjutnya kantong benur dimiringkan dan perlahan-lahan benur vaname akan keluar dengan sendirinya. Penebaran benur vaname dilakukan pada saat siang hari.

Padat penebaran untuk pola tradisional tanpa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah 1-7 ekor/m². Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada bulan ke dua pemeliharaan, maka disarankan dengan padat tebar 8-10 ekor/m².

2.3.2 Pemeliharaan

Selama pemeliharaan dilakukan monitoring kualitas air meliputi : suhu, salinitas, transparasi, pH dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Selain itu, juga dilakukan pemberian pemupukan urea dan TPS susulan setiap 1 minggu sebanyak 5-10% dari pupuk awal. (urea 150kg/ha) dan hasil fermentasi probiotik yang diberikan seminggu sekali guna menjaga kestabilan plangton dalam tambak. Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Pakan diberikan pada hari ke-70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami (plangton) sudah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang di berikan 5-2% dari biomassa udang dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari yakni 30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40% pada jam 22.00.Pergantian air yang pertama kali dilakukan setelah udang berumur >60 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total, sedangkan pada bulan berikutnya hingga panen, volume pergantian air ditingkatkan mencapai 15-20% pada setiap periode pasang. Sebelum umur pemeliharaan mencapai 60 hari hanya dilakukan penambahan air sebanyak yang hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vaname adalah salinitas optimal 10-25 ppt (toleransi 50 ppt), suhu 28-31°C, oksigen >4ppm, amoniak <0.1ppm, pH 7.5-8.2 dan H²S <0.003ppm.

(28)

12 2.3.3 Panen

Panen harus mempertimbangkan aspek harga, pertumbuhan dan kesehatan udang. Panen dilakukan setelah umur pemeliharaan 100-110 hari. Perlakukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak 80 kg/ha (tinggi air tambak 1 m), dan mempertahankan ketinggian air (tidak ada pergantian air) selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami molting (ganti kulit) pada saat panen. Selain itu disiapkan peralatan panen berupa keranjang panen, jaring yang dipasang di puntu air, jala lempar, stiroform, ember, baskom, dan lampu penerangan dilakukan dengan menurunkan volume air secara gravitasi dan di bantu pengeringan dengan pompa.

Bersamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang dengan jala. Sebaiknya panen dilakukan pada malam hari yang bertujuan untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang, karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari. Udang hasil tangkapan juga harus di cuci kemudian direndam es, selanjutnya dibawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi udang vaname 835-1 050 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, ukuran panen antara 55-65 ekor/kg.

2.4 Efisiensi Ekonomi (Optimalisasi)

Prinsip efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Menurut Soekartawi (1994), efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari berbagai input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Dalam terminologi ilmu ekonomi pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Efisiensi teknis, suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum.

2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga), jika nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan.

3. Efisiensi Ekonomi, jika usaha tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

(29)

13 Menurut Teken dan Asnawi (1985) dalam Lindawati (2005) usahatani

dikatakan efisien jika memenuhi dua syarat yaitu syarat keharusan dan syarat kecukupan. Syarat keharusan bagi penentuan tingkat efisiensi dan tingkat produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor-faktor produksi harus diketahui. Dimana dalam analisis fungsi produksi syarat keharusan untuk tercapainya keuntungan maksimum dipenuhi apabila produksi yang terjadi berada pada daerah II dalam kurva produksi yaitu pada saat elastisitas produksinya bernilai nol dan satu (0 <Ep < 1). Sehingga pada saat keuntungan maksimum telah tercapai, berarti faktor-faktor produksi telah digunakan secara efisien.

Syarat kecukupan yang disebut sebagai indikator pilihan, menunjukkan pencapaian tujuan individu atau sosial. Syarat kecukupan untuk mencapai efisiensi tingkat tertinggi atau tingkat produksi optimal adalah nilai produk marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinal (BKM). Untuk mencapai tingkat produksi yang optimum dimana tercapai efisiensi ekonomis, maka perlu memasukkan variabel harga yaitu harga faktor produksi dan harga produksi.

2.5 Komponen Biaya

2.5.1 Biaya Pakan

Pakan yang biasanya dipakai untuk pembenihan udang vaname adalah berupa pelet, popur, dan dedak. Adapun merek dan jenis pakan yang dipakai untuk pembenihan tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi, misal memilih pelet bermerek ”Surya” dikarenakan kandungan nutrisinya yang cukup tinggi.

2.5.2 Biaya Benur Udang Vaname

Benur udang vaname adalah faktor utama dalam menilai kesuksesan usaha budidaya ini. Benur udang vaname harus yang berkualitas dan jumlahnya pun harus proposional antara benur udang vaname dengan luas lahan. Selain itu, jumlah benur yang akan ditebar harus disesuai dengan luas tambak. Hal ini harus sesuai dengan proporsinya agar dalam pemberian pakan dan obat-obatannya dapat diselaraskan takarannya.

2.5.3 Biaya Obat-obatan

Obat-obatan berfungsi untuk menjaga kesehatan udang vaname serta menghindarkan dari penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi produksi udang

(30)

14 vaname. Penggunaan obat-obatan pada udang vaname bergantung dari tebaran

dan luas lahan yang digunakan sehingga proporsi obat-obatan per udang dapat ditakar dengan baik. Adapun beberapa obat-obatan yang dapat digunakan adalah tepung batu alam untuk menetralisir zat-zat yang mengandung racun dan dapat berguna untuk menstabilkan kualitas air tambak. Kemudian ada pula pemberian vitamin yang berfungsi agar udang tidak rentan terhadap penyakit.

2.5.4 Biaya Pupuk dan Kapur

Dipandang dari sudut efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan untuk kegiatan budidaya maka semakin tinggi produksi dan pendapatan per satuan luasnya. Namun biaya yang dikeluarkan akan semakin besar pula. Pupuk dan kapur adalah komponen penunjang dalam budidaya udang vaname. Penggunaan pupuk dan kapur disesuaikan dengan luas lahan serta kondisi cuaca.

2.5.5 Biaya Tenaga Kerja

Faktor tenaga kerja dibutuhkan dalam jumlah sedikit atau banyak tergantung dari besaran usaha. Jumlah tenaga kerja mempengaruhi besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Tenaga kerja untuk budidaya perikanan dapat berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan luar keluarga antara lain komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Peranan anggota keluarga sebagai tenaga kerja dalam usahatani sangat berarti, karena akan ada penghematan biaya dibanding memperkerjakan tenaga luar. Tenaga luar ini sangat dipengaruhi oleh upah, waktu kerja, kecakapan dan usia tenaga kerja.

2.6 Konsep Multiplier

Konsep multiplier effect merupakan suatu konsep yang mengkaji adanya potensi dampak oleh suatu aktivitas atau kegiatan baik dampak secara positif maupun dampak negatif. Berdasarkan terminologi, terdapat tiga efek multiplier, yaitu efek langsung (direct effect), efek tidak langsung (indirect effect) dan efek lanjutan (induced effect). Ketiga efek ini digunakan untuk menghitung ekonomi yang selanjutnya digunakan untuk mengestimasi dampak ekonomi di tingkat lokal (Amanda, 2009).

(31)

15 Konsep multiplier dapat dilihat dari jenis dampak secara langsung, tidak

langsung, dan dampak lanjutan yang mempengaruhi akibat dari tambahan pengeluaran petani tambak kedalam ekonomi lokal atau ekonomi nasional (META, 2001). Lokal pendapatan Keynesian Multiplier dimana nilai yang dihasilkan dari pengeluaran lebih atau pengurangan dari pengeluaran yang digandakan untuk mengetahui penambahan dan pengurangan pendapatan lokal. Rasio pendapatan multiplier yakni nilai yang diperoleh dari peningkatan dan penurunan pendapatan langsung dari ekonomi lokal yang digandakan untuk memperoleh hasil peningkatan dan penurunan total pendapatan lokal (Cooper et al. 1998).

2.7 Biaya dalam Usaha Tani

Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk disebut biaya produksi. Termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan jasa yang dibayar di dalam maupun di luar usaha tani. Di dalam jangka pendek, satu kali produksi dapat dibedakan biaya tetap dan biaya berubah (variabel). Tetapi dalam jangka panjang, semuanya akan merupakan biaya berubah karena semua faktor yang digunakan menjadi variabel (Hernanto, 1993).

Biaya adalah jumlah segala usaha dan pengeluaran yang dilakukan dalam mengembangkan, memproduksi, dan mengaplikasikan produk. Penghasil produk selalu memikirkan akibat adanya biaya terhadap kualitas, reliabilitas, dan

maintainability karena ini akan berpengaruh terhadap biaya bagi pemakai

(Soeharto, 2001). Secara umum, jenis biaya dibedakan menjadi beberapa diantaranya:

a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Jumlahnya tidak tergantung dari jumlah produksi. Besar kecilnya biaya tetap di pengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi manajemen. Contoh: pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan gedung, dan biaya administrasi.

(32)

16 b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel per unit konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan. Contoh: biaya bahan baku dan biaya iklan.

c. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Contoh: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan pengacara.

d. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai yang dalam hubungannya dengan produk. Contoh: biaya asuransi gedung yang dibayar oleh perusahaan.

Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu biaya yang dikeluarkan oleh petambak pada setiap musim budidaya. Biaya pemeliharaan udang vaname terbagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya produksi.

a. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petambak untuk membeli peralatan yang dibutuhkan dalam pembudidayaan udang vaname. Peralatan-peralatan tersebut bisa digunakan berulang-ulang dalam beberapa periode pemeliharaan sesuai umur ekonomis dari peralatan tersebut. Besarnya biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh petambak ditentukan oleh besar-kecilnya daru usaha budidaya tersebut.

b. Biaya produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap musim budidaya udang vaname. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap bersumber dari biaya penyusutan peralatan. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh petambak yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah benur yang dibudidayakan.

2.8 Penerimaan dalam Usaha Tani

Penerimaan atau Revenue adalah semua penerimaan produsen dari hasil penjualan barang atau outputnya. Macam-macam penerimaan terbagi menjadi tiga, seperti peneriman total, penerimaan rata-rata, dan penerimaan marginal.

(33)

17 a. Total Revenue (TR) adalah penerimaan total dari hasil penjualan output.

(1)

dimana :

TR : Total Revenue P : Price/harga

Q : Quantity/Jumlah barang

b. Average Revenue (AR) adalah penerimaan per unit dari penjualan output.

(2)

dimana :

AR : Average Revenue P : Price/harga

Q : Quantity/Jumlah barang

c. Marginal Revenue (MR) adalah kenaikan atau penurunan penerimaan sebagai akibat dari penambahan atau pengurangan satu unit output.

(3)

dimana :

MR : Marginal Revenue TR : Total Revenue

Q : Quantity/Jumlah barang

Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang–barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang–barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi berhubungan dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang–barang kebutuhan kegiatan usaha, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

2.9 Keuntungan

Menurut Lipsey, et al (1990) keuntungan atau laba dari barang yang dijual adalah selisih antara penerimaan yang diterima dari penjualan, dengan biaya kesempatan dari sumber daya yang digunakan untuk membuat barang itu.

(34)

18 Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha yang

direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003). Besarnya keuntungan merupakan laba operasi dikurangi pajak, biaya bunga, biaya riset, dan pengembangan. Laba bersih disajikan dalam laporan rugi-laba dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya (Hansen and Mowen, 2001). Rumus keuntungan (Π) :

(4)

dimana :

TR : Total penerimaan (Rp)

TC : Total biaya (biaya tetap dan biaya variabel) (Rp) Π : Keuntungan (Rp)

2.10 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dapat dijadikan referensi dalam pembuatan proposal penelitian ini diantaranya adalah Kristina (2014) dan Sutiah (2008). Berikut adalah ringkasan dari hasil penelitian dipaparkan pada Tabel 3.

(35)
(36)

18 Tabel 3 Penelitian Terdahulu yang Relevan

No. Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Analisis 1. Kristina

(2014)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Vaname di Kecamatan Pasekan

Kabupaten Indramayu

- Analisis Produksi dan Pendapatan

- Faktor-faktor produksi yang signifikan atau perpengaruh secara nyata terhadap produksi budidaya tambak udang vaname secara tradisional adalah pakan, solar dan lamanya pemeliharaan udang

- Pembudidaya modal pinjaman dari tengkulak lebih menguntungkan karena R/C ratio lebih besar dibandingkan pembudidaya modal sendiri

2. Sutiah (2008) Optimalisasi Produksi Usaha Pembenihan Ikan

Nila Gift di Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi -Analisis Fungsi Produksi -Analisis Efisiensi Produksi -Analisis Keuntungan

- Total pemanenan benih ikan dalam satu tahun adalah rata rata sebanyak 22 kali dengan masa istirahat satu bulan

- Dilihat dari faktor produksinya terdapat empat input yang mempunyai pengaruh nyata terhadap usaha pembenihan yaitu kolam, induk, pakan dedak, dan pitik

- Usaha pembenihan ikan nila di Kecamatan Cisaat berada pada kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah, berarti penggunaan input selama ini belum optimal. Hal ini terlihat dari rasio NPM dan BKM pada faktor-faktor produksi, yang memiliki nilai lebih dari satu (kolam, induk, kapur) dan kurang dari satu (dedak, pitik, tenaga kerja)

(37)
(38)
(39)

21

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi

Menurut Soekartawi (1994), setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan adalah output produksi dan variabel yang menjelaskan adalah output produksi. Fungsi produksi yang baik mempunyai dasar yang logis dan dapat dijelaskan, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi. Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan adalah biasanya berupa input. Secara matematis, fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai berikut:

(5)

Dimana : Y = Jumlah produksi

Xn = Faktor – faktor produksi

Output ( Y ) Input ( X ) Y X AP MP

(40)

22 Keterangan : Y : Total Produksi

X : Input Variabel PT : Produksi Total AP : Average Product MP : Marginal Product

Gambar 1 menggambarkan fungsi produksi hubungan antara satu input dengan satu output. Dari fungsi ini juga dapat digambarkan produk marjinal (marginal product atau MP) dan produk rata-rata (average product atau AP). MP adalah tambahan produksi per satuan tambahan input, sedangkan AP adalah produksi per satuan input.

Fungsi produksi ini dibagi menjadi tiga daerah produksi yaitu daerah I

(stage I) di sebelah kiri titik AP maksimum dengan elastisitas produksi lebih besar

dari satu, daerah II (stage II) diantara AP maksimum dan MP = 0 dengan elastisitas produksi antara nol dan satu, dan daerah III (stage III ) disebelah kanan MP = 0 (MP>0) dengan elastisitas produksi lebih kecil dari nol. Daerah II disebut dearah rasional karena jika beroperasi ditahap ini maka akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan. Sedangkan Daerah I dan III disebut daerah tidak rasional, karena hanya manajer (petani) yang tidak rasional yang akan memproduksi atau beroperasi pada tahap ini.

3.1.2 Skala Usaha (Return to Scale)

Skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan dari suatu usaha yang diteliti berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang

(decreasing return to scale), kondisi kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale), atau kondisi kenaikan hasil yang semakin bertambah (increasing return to scale). Menurut Soekartawi (1994), skala usaha dapat ditunjukkan dengan

menggunakan penjumlahan koefisien regresi dari suatu fungsi produksi. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas, terdapat tiga bentuk skala usaha dalam proses produksi, yaitu:

1. Decreasing Return to Scale, bila jumlah koefisien regresi lebih kecil dari

satu atau (b1 + b2 + ...+ bn < 1), artinya bahwa penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

(41)

23 2. Constant Return to Scale, bila jumlah koefisien regresi sama dengan satu

atau (b1 + b2 + ... + bn = 1), artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh. 3. Increasing Return to Scale, bila jumlah koefisien regresi lebih besar dari

satu atau (b1 + b2 + ... + bn > 1), artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

3.1.3 Efisiensi Ekonomi (Optimasi Input)

Prinsip efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi adalah bagaimana menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Menurut Soekartawi (1994), efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari berbagai input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu.

Optimasi input dilakukan guna mencari nilai ekonomi tertinggi dan kombinasi input terbaik, sehingga efisiensi produksi dapat tercapai. Efisiensi produksi dapat tercapai jika nilai produk marjinal sama dengan biaya korbanan marginal yang artinya setiap tambahan biaya akan mendapatkan penerimaan yang memiliki besaran yang sama.

Bila jumlah produk yang dihasilkan disimbolkan Y, sedangkan Py adalah harga satuan dari produk tersebut dan xi adalah jumlah faktor produksi yang digunakan dengan harga per satuan adalah Pxi, maka keuntungan adalah selisih nilai produksi yang dihasilkan dengan nilai faktor produksi yang digunakan. Berikut adalah rumus untuk mencari keuntungan dalam sebuah usaha:

(6)

(7)

(8)

dimana:

π = Keuntungan

TR = Total Revenue (Total penerimaan)

TVC = Total Variable Cost (Biaya variabel total) Y = Output

(42)

24 Xi = Input ke –i

ri = Harga input ke-i

TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap total)

Keuntungan maksimum dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan bernilai nol, atau dirumuskan sebagai berikut:

( ) (9) ( ) (10) (11) (12) dimana: Py = Harga produk

Pxi = Biaya Korbanan Marjinal faktor produksi ke-i (BKMxi) PMxi = Produk Marjinal untuk setiap faktor produksi ke-i NPMxi = Nilai Produk Marjinal untuk setiap faktor produksi ke-i

Apabila faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

(13)

(14)

3.1.4 Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani menjelaskan mengenai struktur biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani. Analisis usaha tani biasaya dilakukan oleh petani mitra sebagai produsen beserta kerjasama perusahaan (pengelola) yang menaungi. Biaya adalah jumlah yang dibayarkan petani untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksi (Mankiw, 2001). Berdasarkan Mankiw (2001), terdapat beberapa ukuran untuk mengelompokkan biaya pada usaha tani antara lain:

1. Biaya tetap, yaitu biaya yang tidak pernah berubah berapa pun output yang diproduksi.

2. Biaya variabel, yaitu biaya-biaya yang jumlahnya berubah sesuai dengan output yang disajikan.

(43)

25 4. Biaya marjinal, yaitu jumlah perubahan biaya total yang berubah apabila

petani meningkatkan produksi sebanyak satu unit output.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa perhitungan biaya sebagai berikut :

(15)

dimana :

TC : Biaya total usaha agribisnis sutera alam TFC : Biaya total tetap usaha agribisnis sutera alam TVC : Total biaya variabel usaha agribisnis sutera alam

Adapun biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha agribisnis budidaya udang vaname terdiri dari biaya penyusutan alat. Sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain biaya benur, bahan bakar, biaya pakan, biaya pemanenan, dan biaya probiotik.

Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau jasa yang disebut input diubah menjadi output. Dalam kegiatan produksi, para petambak akan mengeluarkan sejumlah biaya yang kemudian hasil produksi akan dijual untuk menghasilkan sejumlah penerimaan. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut: (16) dimana : TR : Total penerimaan P : Harga output Q : Jumlah output

Keuntungan didapatkan dari selisih penerimaan dan biaya pada usaha budidaya. Keutungan dapat dirumuskan sebagai berikut:

(17)

dimana :

Π : Keuntungan TR : Total penerimaan TC : Total biaya

(44)

26 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur memiliki beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut berupa biaya-biaya yang sangat mahal. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya pakan, biaya benur, biaya pemanenan, biaya obat-obatan dan biaya upah pegawai.

Biaya-biaya tersebut membuat penerimaan yang didapat dari usaha ini berkurang atau belum optimum. Apabila biaya dapat diminimumkan maka pendapatan yang diterima oleh penambak akan meningkat. Akibatnya kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat.

Adapun tahapan yang akan digunakan adalah dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang terdapat didalam biaya. Kemudian menganalisis biaya-biaya tersebut dan mencari seberapa besar dampak dari setiap input berpengaruh terhadap output. Setelah diketahui nilai dari setiap hubungan dari setiap imput terhadap output, kemudian dapat dilakukan analisis optimasi agar didapatkan kombinasi input-input yang mampu memberikan output tertinggi. Sehingga input-input yang digunakan dapat berdampak postif terhadap output dan tidak sia-sia dalam penggunaannya.

(45)

27 Perencanaan Optimalisasi Faktor Biaya : 1. Biaya Benur 2. Biaya Pakan 3. Biaya Pemanenan 4. Biaya obat-obatan 5. Biaya Upah TK Kondisi Aktual Analisis Optimalisasi Analisis Pendapatan Ordinary Least Square

Hasil Analisis Optimalisasi

Evaluasi Hasil Rekomendasi Analisis Multiplier Dampak Ekonomi terhadap Pelaku Usaha Identifikasi Biaya Input Tingkat keuntungan usaha budidaya udang Vaname Dampak usaha budidaya udang Vaname terhadap perekonomian masyarakat

Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha Budidaya Udang Vaname dengan Metode Monokultur di Desa Karangsong

Masalah : - Mencari kombinasi input yang optimal dan nilai dari dampak ekonomi akibat adanya usaha budidaya udang Vaname

(46)
(47)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data primer dilakukan di Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur milik para petambak. Lokasi pengambilan data dilakukan secara sengaja dengan memperhatikan bahwa tambak tersebut menggunakan metode monokultur. Pengambilan data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu. Kegiatan pengambilan data dilaksanakan dari bulan Februari sampai Maret 2016.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik tambak, tenaga kerja, dan pengamatan secara langsung di area tambak budidaya udang vaname dengan metode monokultur di Desa Karangsong. Data primer yang dikumpulkan meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur ini. Data tersebut didapatkan melalui wawancara dengan para petambak. Data primer dilakukan dari mulai penebaran benih hingga pemasaran. Data sekunder diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, dan literatur yang terkait dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan responden petani tambak budidaya udang vaname dilakukan dengan teknik penarikan sampel tidak acak (non-probability sampling) yaitu secara snowball sampling. Snowball sampling merupakan teknik non-probability

sampling dengan memilih seorang responden yang dianggap layak, kemudian

memintanya untuk memberikan rekomendasi responden lain. Metode snowball

sampling dilakukan karena tidak tersedianya kerangka sampel. Jumlah sampel

(48)

30 sampel dalam penelitian ini berdasarkan Gujarati (2003) yang menetapkan

pengambilan jumlah sampel untuk penelitian data primer sekurang-kurangnya berjumlah 30 orang.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis input-input yang berpengaruh terhadap output dalam usaha pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur di Kabupten Indramayu. Pengolahan data dengan menggunakan alat bantu yaitu, software Minitab 15 dan software Microsoft Office

Excel 2010. Penjelasan secara lengkap mengenai metode pengolahan dan analisis

data ditunjuk pada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks Analisis Data

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Analisis Data 1. Menganalisis

faktor-faktor biaya input yang mempengaruhi usaha pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur.

Wawancara dengan

pemilik usaha

pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur. Metode Kuadrat Terkecil/OLS (Ordinary Least Square) menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Serta aplikasi Minitab 15. 2. Menganalisis rincian pembiayaan, penerimaan, dan keuntungan yang diperoleh dari usaha budidaya udang vaname.

Wawancara dengan

pemilik usaha

pembudidayaan udang vaname dengan metode monokultur. Menggunakan metode Analisis Pendapatan serta dibantu dengan aplikasi Microsoft Excel 2010. 3. Menganalisis dampak ekonomi usaha budidaya udang vaname terhadap perekonomian

masyarakat di Desa Karangsong.

Wawancara dengan pelaku usaha seperti unit usaha, penjual saprodi, dan tenaga kerja tambak.

Menggunakan metode analisis

Multiplier effect.

Sumber : Penulis (2016)

4.4.1 Analisis Faktor-Faktor Biaya

Guna menganalisis faktor-faktor biaya yang mempengaruhi keuntungan dalam usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur di desa

(49)

31 karangsong digunakan model regresi linier berganda. Model regresi linier

berganda digunakan untuk menduga bagaimana pengaruh input-input seperti pakan, jumlah benur, probiotik, dan biaya-biaya tambahan lainnya terhadap usaha budidaya udang vaname dengan metode monokultur di Desa Karangsong. Model regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah:

(18) Keterangan :

Yi = Total biaya sampel ke-i (Rp/Ha/musim panen)

Be = Biaya untuk benur dari sampel ke-i (Rp/Ha/musim tanam) Ob = Biaya obat-obatan (Rp/Ha/musim tanam)

Pa = Biaya untuk pakan dari sampel ke-i (Rp/Ha/musim tanam) TK = Biaya tenaga kerja dari sampel ke-i (Rp/musim tanam) Bb = Biaya bahan bakar dari sampel ke-i (Rp/Ha/musim tanam) PK = Biaya pupuk dan kapur dari sampel ke-i (Rp/Ha/musim tanam) Pr = Biaya untuk probiotik dari sampel ke-i (Rp/Ha/musim tanam) α = Variabel intersep

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi masing-masing variabel εi = Error term dari sampel ke-i

4.4.2 Metode Kuadrat Terkecil

Analisis data yang dilakukan dalam Metode Kuadrat Terkecil/OLS (Ordinary Least Square) menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi maka disusun suatu persamaan ekonometrika sebagai berikut:

(19) Pendugaan fungsi Cobb-Douglas dapat dipermudah dengan cara mengubah persamaan kedalam bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Bentuk fungsi Cobb-Douglas dapat ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linier berganda sebagai berikut:

(20)

keterangan :

(50)

32

Be = Benur (Kg)

Ob = Obat (Liter)

Pa = Pakan (Kg)

TK = Tenaga kerja (Orang) Bb = Bahan bakar(Liter)

Dummy PK = Dummy Pupuk dan Kapur (1=Ya, 0=Tidak)

Dummy Pr = Dummy Probiotik (1=Ya, 0=Tidak) α = Konstanta regresi

b1-b7 = Koefisien regresi ε = Galat atau eror 4.4.3 Elastisitas Produksi

Elastisitas produksi digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan produksi akibat perubahan input (faktor produksi). Nilai elastisitas produksi (Ep) dapat diketahui dengan melihat koefisien regresi (bi) pada fungsi produksi

Cobb-Douglas. Elastisitas produksi (Ep) dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut:

(21)

keterangan : Ep = Elastisitas produksi MPP = Produk marginal APP = Produk rata-rata

bi = Koefisien regresi dari input ke-i (i= 1,2,...,5)

4.4.4 Analisis Optimasi

Skala penggunaan faktor-faktor produksi dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan tingkat keuntungan usaha. Keuntungan dari usaha pembenihan udang vaname dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(22)

Keuntungan maksimum dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan di atas terhadap faktor-faktor produksi variabel sama dengan nol, atau dirumuskan sebagai berikut:

(23)

(51)

33

(25)

(26)

Karena PM = (dy/dx) dan Ep = bi , maka

(27)

Sehingga untuk mencari NPM dapat menggunakan rumus :

(28)

Dimana:

π = Keuntungan Y = Produksi

Py = Harga per satuan produksi

Pxi = Harga per satuan faktor produksi ke –i Xi = Faktor produksi ke-i

bi = Koefisien regresi ke-i

NPMxi = Nilai Produk Marjinal untuk setiap faktor produksi ke-i BKMxi = Biaya Korbanan Marjinal untuk setiap faktor produksi ke-i Suatu fungsi produksi dikatakan optimal atau efisien jika nilai rasio NPMxi dengan BKMxi sama dengan satu, diuraikan sebagai berikut:

(29)

1. Jika NPM/BKM < 1 kondisi optimal telah terlampaui, yang artinya setiap penambahan biaya akan menyebabkan kenaikan penerimaan yang lebih kecil, sehingga perlu mengurangi pemakaian faktor produksi untuk mencapai kondisi optimal.

2. Jika NPM/BKM > 1 kondisi optimal belum tercapai, yang artinya perlu penambahan pemakaian faktor produksi untuk mencapai kondisi yang optimal.

Penggunaan input optimal tercapai apabila NPMxi/BKMxi = 1 atau NPMxi = BKMxi, maka untuk mengetahui jumlah penggunaan input yang optimal dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut:

(52)

34

(30)

4.4.5 Analisis Pendapatan terhadap Tingkat Pembiayaan, Penerimaan dan Keuntungan

Usaha budidaya udang vaname akan menghasilkan besaran biaya yang harus dikeluarkan serta penerimaan yang diperoleh dari setiap usaha yang dijalankan. Nilai total biaya pada usaha budidaya udang vaname adalah penjumlahan dari nilai total biaya tetap (TFC) dan nilai biaya variabel (TVC) yang digunakan dalam kegiatan produksi udang vaname. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

(31)

dimana :

TC : Biaya total usaha budidaya udang vaname (Rupiah) TFC : Total biaya tetap usaha budidaya udang vaname (Rupiah) TVC : Total biaya variabel usaha budidaya udang vaname (Rupiah) Sedangkan penerimaan dari usaha budidaya udang vaname yaitu dengan mengalikan jumlah udang vaname yang dihasilkan dengan harga udang vaname tersebut. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

(32)

dimana :

TR : Penerimaan total usaha budidaya udang vaname (Rupiah) Q : Jumlah udang vaname yang dihasilkan (Kg)

P : Harga udang vaname (Rupiah)

Keuntungan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Metode perhitungan keuntungan usaha budidaya udang vaname, secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

(33)

dimana :

π : Keuntungan usaha budidaya udang vaname (Rupiah) TR : Penerimaan total usaha budidaya udang vaname (Rupiah) TC : Biaya total usaha budidaya udang vaname (Rupiah)

Dalam analisis keuntungan diperlukan data mengenai penghasilan dari penjualan (jumlah produk dikalikan dengan harga produk), biaya produksi

(53)

35 keseluruhan dan besarnya laba yang diperoleh. Secara matematis dirumuskan

sebagai berikut:

(34)

dimana :

π : Keuntungan usaha budidaya udang vaname (Rupiah) Q : Jumlah udang vaname yang terjual (Kg)

P : Harga udang vaname (Rupiah)

TFC : Total biaya tetap usaha budidaya udang vaname (Rupiah) TVC : Total biaya variabel usaha budidaya udang vaname (Rupiah) 4.4.6 Analisis Multiplier terhadap Perekonomian Masyarakat

Efek pengganda (multiplier) digunakan untuk melihat besaran dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari suatu kegiatan ekonomi. Perhitungan ini melibatkan pengeluaran dari sisi usaha, pendapatan langsung pelaku-pelaku usaha, pendapatan tidak langsung dari pelaku-pelaku usaha serta pendapatan yang diperoleh secara induced. Terdapat dua tipe pengganda yang dapat dihitung melalui Analisis

Multiplier (Cooper et al. 1998), yaitu:

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa

besar pengeluaran petani tambak berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar

dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran petani tambak yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio Income Multiplier Tipe I menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran petani tambak, sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan:

Keynesian Local Income Multiplier = (35)

Ratio Income Multiplier, Tipe I = (36)

(54)

36 keterangan :

E : tambahan pengeluaran petani tambak (Rp)

D : pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N : pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U : pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)

Gambar

Tabel 1 Ekspor Udang Menurut Negara Tujuan Utama, 2010-2014
Tabel 2 Provinsi Produsen Utama Udang Vaname  Tahun 2009 - 2013 (Ton)
Gambar 1 Hubungan antara Faktor Produksi dengan Jumlah Produksi
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, yang pertama kali terlintas dibenak calon karyawan adalah bahwa bekerja pada perusahaan yang ada dihadapannya merupakan pilihan yang menitikberatkan

Dalam penelitian ini dilakukan di 3 desa pada Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang pada setiap desa dipilih 2 responden yang dianggap memiliki kelayakan paling baik, karena

Mengingat hasil uji determinasi variabel bebas (motivasi, kemampuan dan kesempatan) terhadap variabel terikat kinerja Pegawai nilainya baru mencapai level 73,2 %, maka

Metode Analisis data yang dipakai adalah berupa metode analisa dengan regresi yaitu berdasarkan tujuan penelitian serta menggunakan skala pengukuran data untuk setiap

Target penerbitan lelang di kuartal akhir tahun ini sebesar IDR24,78 triliun, turun IDR70,8 triliun dari target penerbitan selama 3Q14 yang mencapai IDR95,66

Pada tahap ini Peneliti mendesain bahan ajar berupa modul berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL).Beberapa hal yang dilakukan adalah merencanakan sistematika penyusunan

Dalam hal kepemimpinan kelompok, pendekatan yang dilakukan oleh perempuan cenderung menunjukkan suatu perhatian dan pemahaman terhadap orang-orang berusaha untuk

Sebagai Tokoh yang sentral dalam pembaharu, Muhammad Fathullah Gulen mempunyai sebuah pemikiran mengenai pembaharuan Islam, yaitu mereformasi paradigma masyarakat