• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

D. Analisis SWOT

2. Faktor Internal

Faktor internal dalam analisis teknik Matriks SWOT meliputi pendalaman pada aspek sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Serdang Bedagai dalam pengembangan industri pariwisata, strategi yang selama telah dilakukan, dan yang terakhir adalah kinerja atau output yang telah dihasilkan dari keseluruhan interaksi antara strategi dan implementasi yang telah dulakukan. Ketiga aspek ini akan diletakkan pada aras kekuatan yang dapat digunakan pada masa yang akan datang, dan kelemahan yang harus diantisipasi serta dilakukan pembenahan bagi kemajuan industri pariwisata di Kabupaten Karo.

Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas (rangkuman) semua aspek yang ada baik sumberdaya, strategi, maupun kinerja pada level kekuatan dan kelemahan dalam rangka analisis SWOT itu.

Kekuatan

1. Aspek sumberdaya yang dimiliki oleh Kabupaten Karo adalah :

a. Terdapat 23 obyek wisata baik wisata alam, seni dan budaya serta sejarah yang menjadi potensi di masa yang akan datang jika dikelola secara terpadu pada profesional, melalui penataan dan promosi yang berkesinambungan. b. Terdapat beberapa pusat pariwisata skala kecil yang dikelola oleh para

pengembangan yang mengelola dan mengembangkan konsep pariwisata terpadu baik rekreasi, belanja, dan olah raga.

2. Aspek strategi yang dilakukan oleh Sub Dinas Pariwisata Kabupaten Serdang Bedagai sebagai institusi yang berkompeten :

Pembenahan aspek fundamental Pariwisata yaitu Keamanan, Kebersihan, Ketertiban Umum, Keindahan dan Sosial Budaya.

Aspek Keamanan, Kebersihan, Ketertiban Umum, Keindahan dan Sosial Budaya merupakan aspek yang memiliki pengaruh dominan terhadap pengembangan pariwisata. Aspek-aspek tersebut merupakan cerminan cultur masyarakat.

Hingga saat ini semua aspek fundamental pariwisata tersebut dirasakan masih perlu ditingkatkan agar benar-benar mampu mendukung program pengembangan kepariwisataan dalam bentuk realnya berupa pembinaan masyarakat sadar wisata.

Budaya Karo merupakan salah satu Daya Tarik Wisata yang memiliki pengaruh kuat terhadap minat wisatawan. Untuk meningkatkan kualitas pertunjukan seni budaya tradisional dan pelestarian nilai-nilai budaya Karo diperlukan kerjasama terpadu dari berbagai pihak (pelaku seni budaya, usaha Hotel dan Restoran, Biro Perjalanan Pemerintah dan Masyarakat).

b. Memanfaatkan Keunggulan Komperatif potensi wisata untuk meningkatkan daya saing. Salah satu keunggulan komperatif tersebut adalah posisi Kota Berastagi yang strategis dapat dijadikan pintu gerbang perjalanan wisata ke daerah lain ( ke Parapat, Bahorok, Silalahi).

Agar keunggulan komperatif tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal diperlukan koordinasi yang efektif antar instansi terkait. Koordinasi merupakan salah satu faktor kunci penentu keberhasilan pengembangan kepariwisataan karena urusan kepariwisataan sebahagian besar merupakan tugas atau tanggungjawab instansi lain yang dimanfaatkan menjadi pendukung pariwisata sehingga peran koordinasi sangat diperlukan dalam mencapai keberhasilan pengembangan dan pembangunan pariwisata.

c. Memanfaatkan teknologi komunikasi (internet) sebagai sumber informasi dan sarana promosi.

Kemajuan teknologi informasi khususnya Internet memungkinkan terlaksananya proses yang cepat, akuarat dan murah baik pengiriman maupun penerimaan data. Untuk sektor pariwisata, Internet dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas booking (pemesanan) kamar hotel dan restoran, informasi obyek dan

daya tarik wisata yang tersedia berikut fasilitas pendukungnya, tingkat biaya hidup (sosial ekonomi) masyarakat di daerah tujuan wisata dan informasi lainya beserta gambar / foto.

d. Meningkatkan aksessibilitas ke dan antar obyek-obyek wisata.

Aksesibilitas merupakan faktor kunci yang perlu dibenahi dan ditingkatkan untuk memberikan kesempatan kepada wisatawan menikmati sebanyak-banyaknya obyek dan daya tarik wisata yang tersedia. Untuk itu aksesibilitas yang lancar dan baik menuju obyek wisata dan antar obyek wisata harus jadi prioritas pembangunan dalam menarik wisatawan ke Kabupaten Karo. Sesuai dengan undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keauangan Pusat dan Daerah maka daerah kabupaten sebagai daerah otonom bertanggung-jawab penuh membiayai pembangunan di daerahnya. Untuk dapat membiayai pembangunan sarana dan prasarana penunjang aksesibilitas, obyek wisata itu sendiri harus mampu memberikan pendapatan bagi daerah berbentuk retribusi pariwisata.

e. Memanfaatkan budaya Karo menjadi produk pariwisata yang layak dijual

Budaya Karo merupakan salah satu Daya Tarik Wisata yang memiliki pengaruh kuat terhadap minat wisatawan. Untuk meningkatkan kualitas pertunjukan seni budaya tradisional dan pelestarian nilai-nilai budaya Karo diperlukan kerjasama terpadu dari berbagai pihak (pelaku seni budaya, usaha Hotel dan Restoran, Biro Perjalanan, Pemerintah dan Masyarakat).

f. Membuka peluang yang sebesar-besarnya untuk bermitra dengan luar negeri ataupun antar daerah.

Sesuai dengan hakekat pariwisata yakni melakukan kunjungan ke daerah lain, terdapat situasi dimana wisatawan akan menjadi orang asing di daerah yang dikunjungi. Untuk meningkatkan rasa nyaman dan kepuasan berwisata diperlukan pemahaman mendalam tenang karakteristik wisatawan profesinalitas pelayanan. Untuk itu sangat diperlukan kerjasama (kemitraan) dengan pihak luar negeri maupun antar daerah bagi tercapainya keberhasilan dalam pengembangan kepariwisataan.

g. Menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Pengembangan kawasan pariwisata Lau Kawar dan Sipiso-piso dan pengembangan obyek wisata di Kabupaten Karo membuka banyak peluang Investasi. Untuk menarik Investor pariwisata menanamkan investasinya di Kabupaten Karo diperlukan iklim investasi yang kondusif. Upaya yang dilakuakn untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif tersebut adalah penyederhanaan peraturan yang berkaitan dengan investasi, penyusunan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan alokasi penggunaan lahan yang tersedia serta kejelasan status tanah untuk kawasan dan obyek wisata yang dikembangkan.

h. Mengintensifkan pelaksanaan pengutipan Retribusi Pariwisata.

Untuk menjadikan pariwisata sebagai salah satu pemasok utama PAD Kabupaten Karo perlu mengintensifkan pengutipan retribusi pariwisata

baik di obyek wisata maupun usaha pariwisata yang ada sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

i. Meningkatkan SDM baik aparatur pariwisata maupun masyarakat.

Sumber Daya Manusia yang merupakan pemikir, perencana, dan pelaku sekaligus sebagai obyek pengembangan kepariwisataan perlu memahami peranya dalam pengembangan dan pembangunan kepariwisataan itu sendiri.

• Pihak Pemerintah sebagai regulator harus memiliki Visi dan Misi yang jelas serta rumusan kebijakan dan program yang rasional. Agar Misi dan Visi tersebut dapat dicapai berhasil guna dan memberikan kesejahteraan rakyat banyak, SDM pemerintah harus memiliki kemampuan menjabarkan kebijakan dan program yang telah disusun kedalam bentuk kegiatan serta memiliki kapabilitas dalam melaksanakanya sehingga keluran (output) yang dicapai benar-benar berhasil.

• Pihak Swasta yang bergerak dibidang pariwisata, terutama yang langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan harus memiliki kemampuan memberikan pelayanan dengan standard pelayanan pariwisata internasional, sehingga kepuasan wisatawan yang menjadi tujuan kegiatan wisatanya dapat dicapai sekaligus mengangkat citra pariwisata Kabupaten Karo dimata Dunia Internasional.

• Pihak masyarakat harus menyadari peranya sebagai pelaku sekaligus Obyek dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata karena tujuan

umum dari pembangunan itu sendiri adalah untuk mensejahterakan masyarakat banyak. Untuk itu masyarakat banyak, terutama yang tinggal disekitar obyek wisata mampu menunjukkan sikap hidup yang sadar wisata.

3. Aspek kinerja (performance result) yang telah ada selama ini :

a. Inventarisasi OTW yang sudah maksimal. OTW yang selama ini belum terjamah dan belum dikenal masyarakat padahal mempunyai potensi untuk dijadikan objek wisata sudah inventaris dan dapat diketahui masyarakat setempat.

b. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang pariwisata dengan adanya sarana perhubungan (transportasi), jalan raya yang menghubungkan desa yang satu ke desa yang lain dan wilayah perbatasan, dan juga penginapan berupa hotel, serta restoran atau rumah makan yang dibutuhkan oleh wisatawan yang berkunjung.

c. Adanya Kontribusi yang nyata dari sektor pariwisata dalam menyumbang pemasukan kas daerah sebagai pendapatan asli daerah (PAD).

Kelemahan

1. Sumber daya obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo :

a. Adanya 2 obyek wisata yang tidak dikelola dan 3 obyek wisata belum dikelola sama sekali. Hal ini disebabkan karena kurangnya dana untuk mengelola daerah tersebut baik prasarana maupun saranana. Adapun obyek wisata tersebut adalah :

• Air terjun Sukulikap jenis wisata keindahan alam yang berlokasi di Kecamatan Berastagi desa Doulu.

• Panorama Doulu jenis wisata panorama yang berlokasi di Kecamatan Berastagi desa Doulu.

• Deleng Kutu jenis wisata panaroma dan keindahan alam yang berlokasi di Kecamatan Berastagi desa Gurusinga.

• Uruk Tuhan jenis wisata panaroma dan keindahan alam yang berlokasi di Kecamatan Simpang Empat desa Bekerah.

• Gua Liang Dahar jenis wisata keunikan alam dan penelitian yang berlokasi di Kecamatan Berastagi desa Lau Buluh.

b. Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih kurang dari segi kualitas dan kuantitas karena sebagian sumber daya manusia yang ada bisa melaksanakan suatu kegiatan tapi tidak bias membuat/menciptakan sesuatu inovatif yang baru.

c. Sistem penganggaran tidak pasti karena adanya pergantian pemerintahan sehingga penganggaran sebelumnya belum selesai dilakukan atau dilaksanakan sudah ada sistem penganggaran yang baru lagi.

d. Keterlambatan dalam penganggaran menjadi kendalan dalam mempromosikan pariwisata yang akhirnya terkadang tidak bisa mengikuti kegiatan pariwisata. Tentunya hal ini menjadi kesulitan mengembangkan pariwisata Tanah Karo.

e. Kondisi sarana dan prasarana yang perlu ditata secara professional untuk memberikan rasa nyaman bagi wisatawan. Kualitas jalan di daerah ini sebagian besar masih sangat buruk terutama menuju objek wisata yang sedang dikembangkan dan belum berkembang. Begitu juga dengan sarana

transportasi darat yang tidak ada mengkhususkan jasanya untuk ke tempat obyek wisata. Kemudian sarana dan prasarana yang berkembang belum menyebar atau menyeluruh ke daerah tujuan wisata lain diluar daerah tujuan wisata unggulan.

2. Strategi yang telah dijalankan oleh Sub Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo sebagai suatu kelemahan yang muncul dan harus di antisipasi sejak dini, sebagai berikut :

a. Pengalokasian anggaran untuk sektor Pariwisata yang sangat minim menjadikan program penggembangan pariwisata ini dapat terkendala.

b. Sub Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo belum mampu menjaring wisatawan secara optimal ke obyek wisata alam yang dimilikinya. 3. Kinerja atau hasil yang selama ini ada dan menjadi suatu faktor yang

melemahkan adalah sebagai berikut :

a. Belum terlaksana secara menyeluruh program pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Sub Dinas Pariwisata sebagai institusi yang berkompeten, melalui indikator belum terpadunya kegiatan masyarakat yang memproduksi kerajinan dan makanan khas daerah sebagai atraksi sekaligus merupakan produk cinderamata (souvenir). Begitu juga dengan pertunjukan atraksi seni dan budaya adat Karo.

b. Sarana dan prasarana seperti kualitas jalan, sarana transportasi, fasilitas penunjang aktivitas wisata ini pada umumnya masih terdapat pada obyek wisata unggulan saja seperti Berastagi dan sekitarnya. Sedangkan pada obyek wisata yang jauh dari kota Berastagi jalanya kurang baik begitu juga dengan

tempat penginapan belum memadai seperti akses jalan ke Danau Lau Kawar . Demikian juga penginapan yang ada di lokasi obyek wisata Tongging dan Air terjun Sipiso-piso belum memadai dengan baik..

c. Promosi wisata Kabupaten Karo belum dilaksanakan secara terpadu dan secara berkelanjutan. Promosi wisata ke dalam dan luar negeri belum dilakukan secara maksimal karena kurangnya anggaran untuk melaksanakanya dan juga proses pencairan anggaran untuk melakukan kegiatan promosi tersebut memakan waktu yang cukup lama.

d. Retribusi obyek wisata belum terlaksana secara maksimal dan merata, terlihat dari indikator jumlah retribusi dan pos pengutipan pada setiap obyek wisata mayoritas tidak tersedia.

e. Kurangnya data akurat bagi perencanaan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten Karo, terutama yang berkaitan dengan aktivitas wisata dari pihak swasta (para pengembangan skala besar).

3. Ringkasan SWOT (SWOT Summary)

Bertolak dari analisis dan alur logika yang dibangun melalui narasi tersebut diatas dalam kerangka pikir stratejik manajemen dan teknik analisis SWOT dalam upaya pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel 4. 8 berikut ini:

Gambar 4. 8 Ringkasan SWOT

Faktor – faktor Strategi Eksternal Faktor-faktor Strategi Internal Peluang

1. Penerapan otonomi luas memalui UU No. 33 tahun 2004, memberikan kesempatan bagi Kabupaten Karo dalam mengelola dan mengembangkan sektor pariwisata secara mandiri sesuai kebutuhan tuntutan dan aspirasi masyarakat Kabupaten Karo.

2. Letak geografis Kabupaten Karo yang strategis dan merupakan jalur transportasi diantara kota dan daerah yang memiliki roda perekonomian yang maju seperti, Kota Tebing Tinggi, Kab. Simalungun dan Deli Serdang, sehingga bisa mengambil kesempatan promosi dan menarik wisatawan yang ada.

3. Pembangunan kawasan wisata, hotel dan restoran.

4. Lingkungan agama yang tidak terlalu menentang isi yang terkandung dalam aktivitas wisata ataupun dari perilaku wisatawan. 5. Tersedianya sarana dan prasarana

penunjang pariwisata, seperti sarana jalan, transportasi, akomodasi, dan restoran.

Kekuatan

1. Terdapat 23 obyek wisata alam, budaya serta sejarah yang menjadi potensi di masa yang akan datang. 2. Inventarisasi OTW yang sudah

maksimal.

3. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang pariwisata dengan adanya sarana transportasi, hotel, serta restoran atau rumah makan yang dibutuhkan oleh wisatawan yang berkunjung.

4. Adanya upaya peningkatan sarana dan prasarana pariwisata yang ada. 5. Kontribusi nyata sektor pariwisata

bagi pemasukan kas daerah sebagai pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Ka ro.

6. Agenda Pariwisata menjadi Andalan dalam Peningkatan Perekonomian dan Kesejahteraan Masyarakat.

7. Adanya strategi melibatkan masyarakat dalam menggembangkan industri wisata

skala kecil dan adanya motivasi kepada masyarakat akan sadar wisata.

Ancaman

1. Adanya konflik politik yang tidak stabil sehingga menyebabkan adanya kerusuhan, gangguan ketertiban dan keamanan.

2. Kurangnya penguasaan skill dari sumber daya manusia yang ada dalam industri pariwisata yang moderen pada zaman sekarang ini. 3. Mekanisme persaingan pasar

dimana Kabupaten Deli Serdang memiliki potensi wisata yang berkembang pesat.

4. Lunturnya nilai-nilai kebudayaan Karo sebagai akibat dari perkembangan zaman. Salah satunya adalah cara ber pakaian, alunan musik dan sikap menari pada saat adanya gendang guro-guro aron. Para penari sebagian tidak lagi mengenakan sarung dan sikap menari sudah seperti di bioskop.

Kelemahan

1. Kemampuan Sub Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo masih lemah untuk optimalisasi obyek wisata alam 2. Masih adanya 2 obyek wisata yang

tidak dikelola dan 3 obyek wisata yang belum dikelola sama sekali. 3. Keterlambatan dalam penganggaran

menjadi kendalan dalam mempromosikan pariwisata yang akhirnya terkadang tidak bisa mengikuti kegiatan pariwisata

4. Sumber Daya Manusia yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata masih kurang dari segi kualitas dan kuantitas karena sebagian sumber daya manusia yang ada bisa melaksanakan suatu kegiatan tapi tidak bias membuat/menciptakan sesuatu inovatif yang baru.

4. Matriks SWOT dan Identifikasi Isu

Dokumen terkait