• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

C. Kondisi Lingkungan Eksternal

Untuk memperoleh hasil yang optimal dari analisis SWOT, maka fenomena lingkugan eksternal perlu dikemukakan untuk memperoleh details dan dimensi yang nantinya berguna untuk mengetahui faktor ancaman yang datangnya dari lingkungan eksternal maupun peluang yang diberikan oleh lingkungan eksternal itu. Sebagaimana kita ketahui bahwa faktor-faktor eksternal yang perlu dan strategis diperhitungkan adalah faktor politik yang terjadi, perkembangan faktor ekonomi, perkembangan dan kondisi sosial yang terjadi di masyarakat, dan yang

terakhir adalah perkembangan dan kemajuan teknologi yang terjadi pada lingkungan eksternal itu.

Pada analisis lingkungan eksternal ini akan diidentifikasi berbagai peluang (opportunities) yang perlu dikembangkan pada sektor pariwisata di Kabupaten Karo, serta yang menjadi ancaman (threats) yang perlu diantisipasi dan dicari jalan keluarnya pada masa yang akan datang yang lebih baik.

Aspek politik mencakup perkembangan lingkungan politik yang terjadi dalam hal ini menyangkut kebijakan-kebijakan politik yang terkait langsung dengan proses pembangunan yang terjadi di daerah, baik berupa produk undang-undang, komitmen politik, maupun kemampuan politik elit-elit di pusat dan di daerah. Demikian juga perkembangan interaksi politik yang terjadi dengan segala akibat dan dampak yang terjadi di permukaan. Dimensi politik ini akan berdampak atau menghasilkan suatu konsekuensi sebagai peluang ataupun sebaliknya sebagai ancaman.

Melihat perkembangan akhir-akhir ini, setelah arus reformasi yang melanda bangsa dan negara Indonesia, maka implementasi yang terjadi adalah masa penyesuaian atau transisi dari suatu kondisi masyarakat yang sebelumnya terkekang menjadi masyarakat yang memiliki kebebasan. Kebebasan politik yang terjadi saat ini banyak melahirkan situasi yang menjurus pada kebebasan yang tidak berlandaskan hukum dan hanya mementingkan kepentingan sendiri, golongan dan politik, sehingga kekacauan atau kerusuhan hampir melanda semua bagian di wilayah Indonesia.

Secara nasional kerusuhan telah terjadi, mulai dari kerusuhan di Ambon (Maluku), di Aceh (NAD), di Sambas (Kalimantan Barat), di Sampang (Kalimantan Tengah), maupun maraknya aksi demonstrasi yang terjadi secara luas baik di Indonesia, maupun di beberapa kota besar dan strategis seperti Bandung, Medan, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Aksi massa ini telah cenderung bertindak anarkis dengan dilakukan penghancuran terhadap bangunan dan fasilitas umum.

Dengan adanya titik-titik kerusuhan yang berpangkal dari masalah politik, maka akan terjadi penurunan citra pariwisata Indonesia di mata mancanegara, karena ancaman ketertiban dan keamanan yang menjurus pada ancaman hilangnya nyawa dan harta benda privat yang dimiliki perorangan maupun sekelompok masyarakat.

Dengan adanya UU No. 33 Tahun 2004 dan UU No. 34 Tahun 2004, pelaksanaan otonomi daerah yang luas merupakan peluang bagi daerah untuk pengembangan dan kesempatan untuk mensejahterakan masyarakat sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan aspirasi yang berkembang. Hal ini tentu berlaku juga pada sektor pariwisata yang berpotensi dikembangkan sebagai andalan bagi pemadukan kas daerah dalam bentu Pendapatan Asli Daerah (PAD), sekaligus sektor ini bermanfaat bagi penggerak ekonomi daerah yang nantinya dapat menjadi tumpuan bagi penyediaan lapangan pekerjaan masyarakat di daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menyatakan bahwa kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan

kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, keadilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya.

Adapun dalam penjelasan umum dinyatakan bahwa prinsip pemberian otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam UU Nomor 33 adalah pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam daerah, kabupaten atau kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula kawasan-kawasan khusus yang dibina pemerintah atau pihak lain seperti Badan Otorita, Kawasan Perumahan, Kawasan Industri, Kawasan Pertambangan, Kawasan Kehutanan, Kawasan Perkotaan Baru, Kawasan

Pariwisata, dan semacamnya berlaku ketentuan daerah otonom.

Sejalan dengan proses pelaksanaan Undang-undang nomor 33 tahun 2004 yang didalamnya telah mengatur penyerahan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah, dengan penekanan pada daerah kabupaten atau kota, maka daerah memiliki kewenangan penuh dalam mengelola potensi pariwisata yang ada secara mandiri dan berkesinambungan.

Dalam rangka pengembangan perekonomian ini, banyak daerah yang tersebar di Indonesia khususna di Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Karo yang menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan yang dapat meningkatkan atau menambah Pendapatan Asli Daerah Kabuapaten Karo dalam membangun Kabupaten Karo yang mampu mensejahterakan penduduknya. Aspek pariwisata merupakan aspek yang sangat kompleks dimana sektor ini dapat dipengaruhi oleh aspek sosial budaya, ekonomi, politik, dan keamanan terhadap

sektor pariwisata. Sektor pariwisata juga dikelola oleh daerah atau kota lain di sekitar atau yang berbatasan dengan Kabupaten Karo, berpotensi menjadi tantangan bagi sektor pariwisata di Kabupaten Karo. Daerah wisata Kabupaten Karo merupakan daerah wisata yang juga cukup populer saat ini dimata masyarakat khususnya Kota Medan dan sekitarnya.

Kabupaten Karo memiliki beberapa kelebihan dari daerah Kabupaten lainya pada sektor pariwisata. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. 7 daerah wisata pada Kabupaten Deli Serdang dengan obyek wisatanya, berikut ini :

Tabel 4. 7

Obyek dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Deli Serdang

No Nama Daerah Objek Wisata Daya Tarik

1 Parapat Danau Toba Rekreasi, pendidikan,

dan olah raga

2 Desa Todohan Kec.

Hatandoan areal perkebunan kelapa sawit

PTPN IV

Air Terjun Rekreasi

3 Dolok Tinggi Raja Wisata Cagar Alam dan Sumber Air Panas Belerang

Rekreasi dan pendidikan

4 Simarjarunjung Puncak Gunung Rekreasi dan olah raga

5 Tiga Ras Danau Toba Rekreasi dan olah raga

6 Museum Presiden

Soekarno

Peninggalan sejarah Sejarah dan rekreasi

Pada aspek sosial terlihat adanya keinginan dari masyarakat setempat di Kabupaten Karo untuk terlibat dan mengembangkan kehidupannya di sektor pariwisata ini secara total. Hal ini didasarkan atas pengalaman yang dialami bahwa sektor ini mampu memberikan kehidupan yang lebih baik dan terjadi peningkatan pendapatan yang positif dan berarti.

Namun adanya kendala dari beberapa komponen masyarakat yang masih tradisional, yang masih kuat menerapkan nilai-nilai agama secara ketat, sehingga kadang-kadang terlihat berlawanan atau berbenturan dengan aktivitas yang terjadi di sektor pariwisata. Misalnya adanya tindakan pembokaran beberapa tempat hiburan beberapa waktu yang lalu merupakan indikasi adanya banturan antara komponen masyarakat ini dengan kegiatan sektor pariwisata.

Untuk aspek ekonomi, masih adanya prilaku pedagang atau yang bergerak pada industri wisata masih memiliki pandangan atau prinsip aji mumpung, yaitu dalam menetapkan harga yang diatas rata-rata. Para pedagang ini tidak memiliki pandangan yang jauh kedepan, artinya untuk menarik simpatik atau minat para wisatawan untuk berkunjung kembali di kemudian hari. Akibat dari prinsip ini justru akan mengurangi minat para wisatawan untuk datang kembali berwisata ke Kabupaten Karo yang akhirnya berdampak pada Pendapatan Asli Daerah maupun pendapatan penduduk setempat.

Untuk itu perlu adanya pendekatan atau penyuluhan secara khusus untuk menjembatani persoalan ini sehingga tidak merugikan masyarakat luas maupun industri pariwisata itu sendiri. Pendekatan pelembagaan atau memperkenalkan

nilai-nilai baru kepada masyarakat menjadi penting melalui tokoh masyarakat atau institusi yang memiliki legitimasi di masyarakat. Juga koridor hukum juga harus diperhatikan, karena untuk membatasi usaha atau industri pariwisata yang tidak melakukan kegiatan wisata perjudian yang bertentangan dengan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia ini.

Untuk aspek teknologi yang merupakan tuntutan dan perkembangan dunia modern juga telah memasuki dunia pariwisata secara global dan mendunia. Karena itu aspek ini perlu diperhatikan agar mampu memberikan kontribusi yang positif kepada dunia pariwisata. Keterlibatan institusi negara menjadi penting untuk mensukseskan hal ini, seperti misalnya jaringan atau fasilitas listrik, telepon, internet dan lainnya.

Teknologi tentunya berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada juga (brain-ware), sebagai operator atau pemakai (end user) dari perangkat teknologi itu. Dalam mengembangkan Kabupaten Karo, maka dibutuhkan peningkatan sumber daya manusia dalam mengusai bidang teknologi sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Teknologi yang memadai dapat menunjang kegiatan atau aktivitas pariwisata yang ada. Oleh karena kendala sumber daya manusia harus cepat diatasi agar tidak terjadi stagnasi dari perkembangan sektor pariwisata ini sendiri. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Loko salah seorang pemilik pondok wisata di Berastagi, yang mengatakan bahwa :

” Para pemuda/i atau remaja-remaja yang ada di daerah objek wisata be lum dapat beradaptasi dengan lingkungan dan kemajuan iptek. Para pe

muda tersebut justru mengikuti gaya hidup yang bebas seperti mengko nsumsi obat-obat terlarang, merusak fasilitas umum, dan tidak punya keinginan bersekolah atau kuliah.”

Dokumen terkait