• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Faktor Kunci Keberlanjutan Pembangunan Kawasan Transmigrasi

Penentuan skenario pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi didasarkan pada faktor kunci keberlanjutan pembangunan kawasan transmigrasi. Faktor ini diperoleh dari hasil analisis MDS yang menggambarkan kondisi saat ini dan hasil analisis kebutuhan stakeholder yang merupakan gambaran kondisi yang diinginkan stakeholder pada kawasan transmigrasi di masa mendatang.

Faktor kunci pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya berdasarkan hasil analisis keberlanjutan kawasan dan kebutuhan stakeholder

digabungkan sebagai faktor kunci keberhasilan pengembangan kawasan di masa depan. Penggabungan ini menghasilkan 16 faktor kunci (Tabel 18).

Tabel 18. Gabungan faktor kunci dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi di Rasau Jaya

Faktor Kunci

Keberlanjutan kawasan Kebutuhan stakeholder Gabungan

1.Tingkat pemanfaatan lahan

1. Luas lahan yang dimanfaatkan

1. Tingkat pemanfaatan lahan 2.Penggunaan pestisida

kimiawi

2. Sarana dan prasarana dasar 2. Penggunaan pestisida kimiawi 3.Pemanfaatan limbah

untuk pupuk

3. Harga komoditi pertanian 3. Pemanfaatan limbah untuk pupuk

4.Ketersediaan air 4. Ketersediaan air 4. Ketersediaan air 5.Ketersediaan TPS 5. Pemasaran hasil pertanian 5. Ketersediaan TPS 6.Respon masyarakat

lokal

6. Teknologi pengolahan hasil

6. Respon masyarakat lokal 7. Lembaga keuangan 7. Luas lahan yang dimanfaatkan 8. Program pendidikan

pelatihan

8. Sarana dan prasarana dasar 9. Penataan ruang wilayah 9. Harga komoditi pertanian 10.Kesesuaian penggunaan

lahan

10. Pemasaran hasil pertanian 11.Jumlah penduduk 11. Teknologi pengolahan hasil

12. Lembaga keuangan

13. Program pendidikan pelatihan 14. Penataan ruang wilayah 15. Kesesuaian penggunaan lahan 16. Jumlah penduduk

Gabungan faktor kunci tersebut selanjutnya dianalisis guna menentukan faktor yang paling penting/utama dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi di masa depan dengan menggunakan analisis prospektif melibatkan

stakeholder dan pakar. Faktor penting utama ini digunakan sebagai faktor kunci utama dalam menyusun skenario pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya. Melalui analisis diperoleh lima faktor kunci utama yaitu (1) ketersediaan air, (2) luas lahan yang dimanfaatkan, (3) sarana dan prasarana dasar, (4) harga komoditi pertanian, dan (5) teknologi pengolahan hasil pertanian. Hasil analisis disajikan pada Gambar 20.

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

--- Jumlah penduduk Ketersediaan air Harga komoditas Luas lahan Pemasaran hasil Sarana prasarana dasar

Teknologi pengolahan Lembaga keuangan Program diklat Penataan ruang Kesesuaian lahan Pemanfaatan lahan

Limbah utk pupuk Pestisida kimiawi Ketersediaan TPS

Respon masyarakat lokal

- 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Ketergantungan P e n g a ru h

Gambar 20. Pengaruh dan ketergantungan antar faktor gabungan dalam pengelolaan pengembangan kawasan transmigrasi berkelanjutan Ketersediaan air merupakan faktor yang paling penting dalam pengembangan kawasan transmigrasi di Rasau Jaya terutama dalam kaitan dengan pembangunan pertanian, industri, dan kebutuhan domestik. Kondisi ketersediaan air sangat berfluktuasi. Pada musim hujan akan terjadi banjir, sedangkan pada musim kemarau terjadi kesulitan air. Untuk kebutuhan air domestik, masyarakat menggunakan air hujan yang ditampung pada wadah penampungan.

Luas lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan air dan kemampuan tenaga kerja untuk mengolah lahan.

Luas lahan untuk pengembangan pertanian relatif tersedia. Kesesuaian lahan untuk budidaya tanaman padi dan jagung tergolong rendah, namun dapat ditingkatkan dengan pemberian masukan (input) teknologi. Demikian pula kesesuaian lahan untuk pengembangan peternakan cukup layak untuk skala rumah tangga maupun skala industri.

Sarana dan prasarana dasar dibutuhkan untuk mendukung kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri, dan jasa maupun aktivitas sosial budaya. Prasarana yang paling vital di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya adalah jalan. Dengan kondisi lahan yang sebagian besar adalah rawa, maka pembangunan jalan memerlukan biaya yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Saluran primer dan saluran sekunder yang fungsi utamanya pengendalian tata air dapat juga berfungsi sebagai saluran navigasi untuk transportasi air. Tanggul- tanggul saluran yang difungsikan sebagai jalan inspeksi, juga dimanfaatkan sebagai jalan umum untuk transportasi darat. Diperlukan faktor pendorong yang kuat untuk melakukan pembangunan prasarana dan sarana dasar di wilayah ini.

Peningkatan sarana dan prasarana di Rasau Jaya berpengaruh kepada wilayah di sekitarnya. Dengan berkembangnya Rasau Jaya maka daerah seperti Terentang dan Kubu akan memilih memasarkan hasil buminya ke Rasau Jaya. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung komoditi pertanian yang potensial di Kawasan Rasau Jaya diperlukan guna pengembangan budidaya berbagai komoditi pertanian. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung usaha pertanian termasuk pembangunan pengolahan padi di desa-desa yang potensial, pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung berkembangnya industri bagi hasil komoditi unggulan.

Dalam pembangunan prasarana jalan perlu dilakukan peningkatan dan pemeliharaan. Kondisi jalan tanah sepanjang 67,85 km di seluruh kawasan memerlukan peningkatan menjadi jalan kerikil atau perkerasan. Kondisi jalan kerikil di Rasau Jaya Umum (2 km) dan Rasau Jaya I (1 km) memerlukan peningkatan menjadi jalan aspal. Seluruh jalan tersebut memerlukan pemeliharaan khususnya jalan aspal sepanjang 111,48 km yang menghubungkan pusat desa, desa utama, pusat KTM, dan keluar kawasan (jalan poros dan jalan penghubung). Besarnya biaya yang digunakan untuk membangun infrastruktur jalan, seperti

misalnya untuk pembangunan jalan perkerasan lapis aspal berkisar Rp20 milyar setiap kilometernya menjadi permasalahan. Selama ini dana yang ada bersifat dana pemeliharaan dan bukan dana peningkatan. Peluang tambahan dana didapatkan dari alokasi dana desa, tapi dana ini sebagian besar dimanfaatkan untuk pemberdayaan masyarakat melalui kelompok-kelompok tani.

Harga komoditi pertanian pada dasarnya masih belum mempengaruhi pola kegiatan usaha tani. Petani pada umumnya mengelola lahan karena telah menjadi usaha pokok sejak menjadi transmigran. Selain itu, keterampilan masyarakat transmigran yang telah diketahui dari daerah asal relatif seragam untuk komoditi pertanian yang telah diusahakan. Harga komoditi pertanian pada kondisi cenderung meningkat meskipun belum memadai. Harga komoditi ditentukan oleh banyak faktor. Di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya, kualitas produk dan kontinuitas produk signifikan mempengaruhi harga komoditi pertanian. Sifat komoditi pertanian yang tidak tahan lama dan produksinya bergantung pada musim dan kondisi lingkungan menyebabkan harga komoditi menjadi fluktuatif.

Ketergantungan produksi pertanian terhadap aspek lingkungan

menyebabkan tidak adanya jaminan terhadap kontinuitas produk dan kualitas produk. Faktor ini sering dimanfaatkan oleh pedagang dengan mempermainkan harga secara sepihak. Hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa harga ditentukan oleh para pedagang. Hal ini membuktikan bahwa di Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya tidak berjalan mekanisme pasar secara sempurna. Penyebabnya adalah terbatasnya informasi mengenai harga komoditi dan rendahnya kemampuan petani untuk mengakses pasar yang lebih menguntungkan.

Pemasaran hasil pertanian akan lebih optimal jika pemerintah mampu memperkenalkan berbagai komoditi unggulan yang dikembangkan di Rasau Jaya ke pasar regional dan internasional. Pengembangan jaringan pemasaran juga dapat dilakukan melalui berbagai upaya promosi ke daerah ataupun negara lainnya. Di Rasau Jaya terdapat beberapa komoditi unggulan yaitu padi, jagung, dan ternak yang secara ekonomi layak untuk dikembangkan oleh masyarakat. Pengembangan usaha jagung memiliki prospek yang baik karena permintaan pasar cenderung meningkat. Melihat potensinya yang besar maka upaya pengembangan usaha perlu didukung dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain harga jual yang

rendah menyebabkan masyarakat tidak terlalu antusias dalam pengembangan usaha ini dibandingkan dengan pengembangan komoditi yang lain.

Produk pertanian yang dipasarkan umumnya dalam bentuk mentah tanpa proses pengolahan terlebih dahulu sehingga nilai tambahnya relatif rendah. Teknologi pengolahan hasil pertanian diperlukan agar produk-produk pertanian memberikan nilai tambah lagi para petani maupun masyarakat Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya pada umumnya. Pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian pada dasarnya tergantung dari permintaan pasar, karena saat ini pasar global lebih menghargai produk yang dalam proses produksinya memiliki teknologi pengolahan yang baik. Selain itu, pemanfaatan teknologi akan memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pengadaan teknologi pengolahan tergantung pada ketersediaan bahan baku yang diolah, sehingga diperlukan jaminan mengenai ketersediaan dan kontinuitas produk pertanian.

Peningkatan teknologi pengolahan hasil pertanian dalam rangka pengembangan Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya difokuskan pada tiga komoditi unggulan kawasan yaitu padi, jagung, dan ternak. Ketiga komoditi unggulan ini masih belum mendapatkan sentuhan teknologi pengolahan hasil yang optimal untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Saat ini belum ada pabrik pengolahan jagung di wilayah Rasau Jaya dan jagung masih dikirim keluar daerah sebagai bahan baku dan bukan hasil olahan sehingga nilai ekonomisnya rendah. Peternakan sapi belum memberikan nilai tambah yang optimal bagi perekonomian kawasan. Sapi masih dijual dalam bentuk sapi hidup, belum dalam bentuk produk olahan karena tidak adanya fasilitas yang mendukung seperti pemotongan hewan, pengawetan, pengemasan dan pengalengan. Demikian pula dengan teknologi pengolahan padi menjadi beras masih sederhana sehingga kualitas beras yang dihasilkan masih relatif rendah.

Salah satu strategi pembangunan pertanian ke depan adalah pengembangan agroindustri perdesaan, yang merupakan pilihan strategis dalam peningkatan pendapatan dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan. Selama ini masyarakat perdesaan cenderung menjual produk dalam bentuk segar (primer), karena lokasi industri umumnya berada di daerah urban (semi urban). Akibatnya nilai tambah

produk pertanian lebih banyak mengalir ke daerah urban, termasuk menjadi penyebab terjadinya urbanisasi (Darmadjati, 2006).

Dokumen terkait