• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH

1. Faktor Masa Laktasi (X1)

Masa laktasi merupakan masa dimana sapi sedang berproduksi. Berdasarkan hasil pendugaan parameter terhadap faktor produksi menunjukkan bahwa variabel masa laktasi sapi produksi (X1) mempunyai nilai P-valuesebesar 0,008. Jika taraf nyata 20 persen maka variabel masa laktasi sapi produksi mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi, sehingga apabila terjadi penurunan ataupun peningkatan masa laktasi sapi produksi akan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas sapi perah. Berdasarkan nilai koefisien parameter faktor masa laktasi sapi produksi mempunyai nilai negatif yaitu sebesar - 0,4736. Nilai tersebut menunjukkan bahwa apabila masa laktasi sapi produksi bertambah sebesar satu persen maka akan menurunkan produksi sapi perah sebesar 0,4736 persen dengan mengganggap faktor lain tetap (cateris paribus). Pernyataan tersebut tidak sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan masa laktasi sapi produksi akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi faktor masa laktasi lebih kecil dari 0 (Ep < 0) menunjukkan bahwa faktor masa laktasi berada pada daerah irrasional.

Variabel masa laktasi mempunyai nilai koefisien negatif karena sebagian besar peternak kurang begitu memahami mengenai masa laktasi sapi produksi. minimnya informasi mengenai masa laktasi sapi produksi merupakan sesuatu yang wajar mengingat rata-rata tingkat pendidikan peternak hanya sampai tingkat sekolah dasar (SD) sehingga kurang memahami arti penting masa laktasi pada sapi masa produksi. Masa laktasi merupakan masa dimana sapi sedang berproduksi susu. Terdapat batasan maksimal dalam menentukan masa laktasi yaitu maksimal sepuluh bulan (kurang lebih 305 hari) setelah itu sapi harus dipersiapkan untuk kering kandang dan memasuki masa laktasi selanjutnya. Namun pada kenyataannya peternak kurang memperhatikan batas maksimal masa laktasi ini, hal ini diketahui dari hasil pengamatan dilapang terdapat beberapa ekor sapi milik responden yang sudah melewati masa laktasi sekitar 12 bulan atau lebih. Masa laktasi pada sapi produksi akan sangat berpengaruh pada kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan. Menurut Sudono et al(2003) menjelaskan bahwa

produksi susu per hari akan mulai menurun setelah mencapai masa laktasi dua bulan, penurunan jumlah produksi susu ini juga akan diikuti dengan menurunnya kadar lemak. Maka dari itu masa laktasi akan berpengaruh terhadap produksi susu. 2. Faktor Konsentrat (X2)

Konsentrat merupakan makanan penguat ternak yang berasal dari biji- bijian dan limbah pertanian seperti jagung, menir, bulgur, hasil ikutan pertanian dari pabrik seperti dedak, katul, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah dan

molases. Berdasarkan nilai P-value faktor produksi pakan konsentrat mempunyai

nilai sebesar 0,415. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel konsentrat tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan nilai koefisien regresinya sebesar 0,1259. Nilai koefisien regresi tersebut mempunyai arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produksi berupa pemberian pakan konsentrat sebesar satu persen maka akan menyebabkan peningkatan produksi sapi perah sebesar 0,1259 dengan menganggap bahwa faktor lain tetap (cateris

paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang

menyatakan bahwa penambahan pakan konsentrat satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi berada antara 1 dan 0 (0<Ep<1) menujukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian pakan konsentrat berada pada daerah rasional.

Pakan konsentrat merupakan ransum pakan ternak yang mengandung kadar energi dan protein tinggi namun kandungan serat kasarnya rendah. Pakan konsentrat merupakan bahan makanan pelengkap bagi ternak sebab tidak semua zat makanan dan nutrisi dapat terpenuhi dari rumput atau hijauan, maka dari itu diperlukan adanya pakan tambahan berupa konsentrat yang berfungsi untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan ternak. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa para peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor kurang begitu memperhatikan mengenai jumlah pemberian pakan konsentrat. Peternak tidak menggunakan takaran yang pasti dan tetap, sehingga hanya menggunakan perkiraan saja. Peternak kurang memahami berapa sebenarnya kebutuhan konsentrat untuk sapi produksi sehingga menyebabkan adanya ketidakseimbangan nutrisi. Menurut Sudono et al (2003) pemberian konsentrat pada sapi produksi

adalah 50 persen dari susu yang dihasilkan (rasio 1:2). Selain itu pada bulan Januari pihak KUD Giri Tani mengganti jenis konsentrat dengan konsentrat dari produsen lain dengan harga lebih murah, dari hasil wawancara diketahui bahwa terdapat beberap peternak yag mengeluh karena konsentrat yang dipakai kualitasnya kurang bagus.

Sapi yang sedang berada pada masa produksi (masa laktasi) membutuhkan nutrisi yang cukup untuk proses pertumbuhan, reproduksi serta berpengaruh terhadap kualitas produksi. Penggunaan konsentrat oleh responden rata-rata delapan kilogram perhari dengan rata-rata penggunaannya pada bulan Januari tahun 2012 sebesar 248,9 kilogram untuk per ekor sapi produksi. Pakan konsentrat diberikan sebanyak dua kali sehari yaitu pada waktu pagi dan sore setelah sapi diperah. Biasanya peternak responden di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor memberikan pakan konsentrat dengan dicampur ampas tahu. Konsentrat ini diperoleh peternak responden dari KUD Giri Tani. 3. Faktor Hijauan (X3)

Pakan hijauan merupakan pakan utama bagi sapi perah. Makanan hijauan (makanan kasar) merupakan semua bahan makanan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan atau tanaman dalam bentuk daun-daunan, ranting, bunga dan batang. Hijauan mempunyai kandungan energi yang relatif rendah, namun merupakan sumber vitamin dan mineral yang baik untuk ternak. Berdasarkan nilai P-value faktor hijauan mempunyai nilai sebesar 0,170. Jika taraf nyata sebesar 20 persen maka variabel hijauan mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah, sehingga apabila terjadi penurunan maupun peningkatan pemberian hijauan akan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi susu sapi perah. Sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor produktivitas hijauan ini mempunyai nilai sebesar 0,2664. Nilai koefisien regresi ini mempunyai arti bahwa apabila terjadi penambahan faktor produktivitas berupa pakan hijauan sebesar satu persen maka akan meningkatkan produktivitas sapi perah sebanyak 0,2664 persen dengan menganggap faktor lain tetap (cateris paribus). Pernyataan tersebut sesuai dengan hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan pakan hijauan sebanyak satu satuan akan meningkatkan produksi sapi perah. Elastisitas produksi

berada antara 1 dan 0 (0<Ep<1) menujukkan bahwa faktor produksi berupa pemberian pakan hijauan berada pada daerah rasional.

Hijauan mengandung kadar air sebesar 70 persen hingga 80 persen, sedangkan sisanya merupakan bahan kering. Pemberian pakan hijauan pada sapi perah milik peternak rata-rata sebesar 38,97 kg/ekor/hari. Pemberian hijauan ini mutlak dilakukan untuk menghasilkan energi pada ternak yang berguna untuk proses kelangsungan hidupnya. Pakan hijauan merupakan pakan utama bagi ternak sapi perah sehingga kebutuhannya harus tercukupi namun, sebagian besar peternak belum paham mengenai kebutuhan pakan hijauan bagi sapi laktasi yaitu 10 persen dari bobot tubuhnya, hal diketahui dari hasil pengamatan peternak hanya secara perkiraan saja dalam memberikan pakan hijauan. Apabila pemberian hijauan dikurangi maka energi yang seharusnya dibutuhkan oleh sapi menjadi berkurang, hal ini akan berakibat pada penurunan bobot badan sehingga produksi susu juga akan berkurang. Penambahan pemberian pakan hijauan pada sapi produksi akan meningkatkan energi yang dibutuhkan oleh sapi sehingga berdampak pada peningkatan produksi susu.

Makanan hijauan diperoleh responden dengan cara membeli ke pedagang rumput dengan harga Rp 150 per kilogram, biasanya jenis rumput yang dibeli adalah rumput gajah. Selain itu responden juga akan mencari rumput liar di sekitar tempat tinggal atau tegalan yang memang sengaja ditanami rumput-rumputan. Pemberian pakan hijauan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi hari setelah pemerahan, siang hari dan sore hari setelah pemerahan.