BAB III MASALAH KEKERASAN TERHADAP ANAK DI INDONESIA
C. Faktor Pemicu Kekerasan Terhadap Anak
Masyarakat banyak yang sulit memahami mengapa seseorang melukai
anak-anak. Masyarakat sering beranggapan bahwa orang yang menganiaya
anaknya mengalami kelainan jiwa. Tetapi banyak pelaku penganiayaan
sebenarnya menyayangi anak-anak namun cenderung bersikap kurang sabar dan
kurang dewasa secara pribadi. Menurut mereka hal tersebut sebagai salah satu dari
pengajaran kepada seorang anak.
Siti fatimah, seorang pemerhati masalah anak dari Malaysia
mengungkapkan bahwa terdapat enam kondisi yang menjadi faktor penyebab
terjadinya kekerasan atau pelanggaran dalam keluarga yang dilakukan terhadap
anak.57
1. Faktor ekonomi
Kemiskinan yang dihadapi sebuah keluarga sering kali membawa keluarga
tersebut pada situasi kekecewaan yang pada akhirnya menimbulkan kekerasan.
Hal ini biasanya terjadi pada keluarga dengan anggota yang sangat besar.58Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
September 2013 mencapai 28,55 juta orang (11,47 persen) atau meningkat 0,48
juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 tercatat 28,07
juta orang (11,37 persen).59 Melihat data tersebut dan kenyataan dilapangan,
57
Bagong Suyanto, Masalah sosial anak ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 33.
58
Ibid,. h. 33.
59“Jumlah penduduk miskin bertambah,” artikel diakses pada 22 Agustus 2014 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/01/03/mysfdt-jumlah-penduduk-miskin-indonesia-bertambah.
38
masih banyak masyarakat Indonesia yang miskin, maka faktor ekonomilah yang
sangat berpengaruh terjadinya kekerasan terhadap anak selama ini.
2. Faktor Masalah Keluarga
Masalah keluarga ini lebih mengacu pada situasi keluarga khususnya
hubungan orang tua yang kurang harmonis. Seorang ayah akan sanggup
menganiaya anaknya semata-mata sebagai pelampiasan atau upaya pelepasan rasa
jengkel dan marahnya terhadap istri.
Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan
manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya.60
3. Faktor Perceraian
Perceraian dapat menimbulkan problematika kerumahtanggaan seperti
persoalan hak pemeliharaan anak, pemberian kasih sayang, pemberian nafkah dan
sebagainya.Angka perceraian pasangan di Indonesia terus meningkat drastis. Data
Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Dirjen Badilag
MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan perceraian
hingga 70 %. Pada tahun 2010, terjadi 285.184 perkara berakhir dengan
perceraian di seluruh Indonesia.61
4. Faktor kelahiran anak di luar nikah.
Kelahiran anak diluar nikah tidak jarang sebagai akibat adanya kelahiran
diluar nikah menimbulkan masalah diantara kedua orang tua anak. Belum lagi jika
60
WA Gerungan, Psikologi sosial ( Bandung: PT Refika Aditama, 1988), h. 180.
61“Angka Perceraian Pasangan Indonesia Naik Drastis 70%,” artikel diakses pada 22 Agustus 2014 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/01/24/lya2yg-angka-perceraian-pasangan-indonesia-naik-drastis-70-persen.
39
melibatkan pihak keluarga dari pasangan tersebut. Akibatnya anak akan banyak
menerima perlakuan yang tidak menguntungkan.
5. Faktor permasalahan jiwa atau psikologis
Dalam berbagai kajian psikologis disebutkan bahwa orang tua yang
melakukan tindak kekerasan atau penganiayaan terhadap anak-anak adalah
mereka tang memiliki problem psikologis. Orang tua yang pada waktu kecil
mendapat perlakuan salah, depresi, kelaian karakter atau gangguan jiwa. Hal ini
akan berpengaruh pada saat mereka telah menjadi orang tua dan berdampak pada
anaknya.
6. Faktor pendidikan
Terjadinya kekerasan atau pelanggaran terhadap anak-anak adalah tidak
dimilikinya pendidikan atau pengetahuan religi yang memadai. Disamping itu
kekerasan pada anak terjadi karena terinspirasi oleh tayangan-tanyangan televisi
atau media-media yang tersebar dimasyarakat yang telah membangun dan
menciptakan perilaku tindak kekerasan.
Menurut Ismail dalam sebuah model “The Abusive Environment Model”
menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak-anak
sesungguhnya dapat dilihat dari tiga faktor, yaitu:62
1. Faktor kondisi sang anak
Kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak dapat terjadi karena faktor
pada anak, seperti: anak yang mengalami kelahiran prematur, anak yang
mengalami sakit sehingga mendatangkan masalah, hubungan yang tidak harmonis
62
Bagong Suyanto, Masalah sosial anak ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 35-36.
40
sehingga mempengaruhi watak sang anak, kehadiran anak yang tidak dikehendaki
dan sebagainya.
2. Faktor pada orang tua
Pada faktor orang tua ini lebih kepada pernah atau tidaknya orang tua
tersebut mengalami kekerasan atau penganiayaan sewaktu kecil, sering
kalimengalami gangguan kepribadia, berusia terlalu muda, sehingga belum
matang, terutama sekali mereka yang mendapatkan anak sebelum berusia 20
tahun. Kebanyakan orang tua yang seperti ini kurang memahami kebutuhan anak
dan mengira bahwa anak dapat memenuhi perasaannya sendiri dan latar belakang
pendidikan orang tua yang rendah.
3. Faktor Lingkungan Sosial
Kondisi kemiskinan dalam masyarakat dan tekanan nilai materialistis,
kondisi sosial ekonomi yang rendah, adanya nilai dalam masyarakat bahwa anak
adlah milik orang tua sendiri, status wanita yang rendah, sistem keluarga
patriakat, nilai masyarakat yang terlalu individualistis dan sebagainya.
Namun, berbeda dengan pendapat Retno Adji Prasetiadju,63 faktor
terjadinya kekerasan terhadap anak dibagi berdasarkan faktor dari anak itu sendiri,
faktor orangtua, situasi keluarga, faktor budaya, dan faktor lainnya.
1. Faktor anak
Kepribadian serta prilaku anak itu sendiri yang dapat menimbulkan
kekerasan seperti: Anakbandel, anak yang bermasalah di sekolah dan
63
Wawancara Pribadi dengan Retno Adji Prastiaju Kepala Sekretariat KPAI, Jakarta 27 Agustus 2014.
41
lingkungannya, anak yang mudah dan sering nangis, anak yang mengganggu, dan
anak yang berisik.
2. Faktor orangtua
Banyakorang tua yang menyalahkan anaknya dan menjadikambing hitam
bila menerima kegagalan baik dalam kehidupanrumahtangga, pekerjaan, usaha,
sehingga ada istilah anak pembawa sial.
3. Situasi keluarga
Keluarga sebagai institusi utama dalam perlindungan anak ternyata belum
sepenuhnya mampu menjalankan peranannya dengan baik. Kasus perceraian,
disharmoni keluarga, keluarga miskin, perilaku ayah atau ibu yang salah,
pernikahan siri, sampai kepada upaya pemenuhan hak sipil dan kebebasan anak
dalam berbagai permasalahan lainnya menjadi salah satu pemicu terabaikannya
hak-hak anak dalam keluarga.Hubungan dalam keluarga yang tidak
harmonis,Banyak anak,baby sitter atau pembantu (untuk mengurus anak
diperlukan bantuan dari mereka dan apabila ada permasalahan dengan mereka
maka anak menjadi korbannya),keluarga terisolasi,Sosial -ekonomi -politik:
miskin, padat lingkungan, pengangguran. Masalah interaksi dengan lingkungan
juga termasuk dalam permasalahan yang dapat memicu terjadinya kekerasan.
4. Faktor budaya
Kepercayaan atau adat tentang pola asuh anak, Hak orangtua atas anak,
pergeseran budaya, media massa merupakan salah satu dari beberapa faktor yang
42
5. Umum
Biasanya faktor lain yang dapat dijumpai dilihat dari Struktur masyarakat
yang masih kental dengan budaya patriarki,Pandangan masyarakat tentang
kedudukan anak (anak merupakan aset keluarga),Preferensi anak laki-laki
(mengutamakan anak laki-laki, sehingga terjadi diskriminasi antara anak laki-laki
dan anak perempuan; dan anak perempuan sering menjadi korban
kekerasan),Persepsi masyarakat tentang kekerasan.