BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL
D. Hak Asasi Manusia
1. Hak Asasi Manusia Perspektif Barat
Sejarah perkembangan Hak Asasi Manusia bermula dengan lahirnya
Magna Charta di Eropa pada 15 Juni 1215 yang membatasi kekuasaan absolut
raja, dengan lahirnya Magna Charta merupakan proses lahirnya monarki
konstitusional. Keterikatan penguasa dengan hukum terdapat pada pasal 21
Magna Charta bahwa “para pangeran dan baron dihukum atau didenda berdasarkan atas kesamaan, dan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukannya”, sedangkan pada pasal 40 dijelaskan bahwa “tidak seorangpun menghendaki kita
mengingkari atau menunda tegaknya hak dan kewajiban”.29
Kemudian muncul Undang-Undang Hak Asasi Manusia (Bill of Rights)
pada tahun 1689 di Inggris. Pada masa itu muncul equality before the law atau
manusia sama dimuka hukum. Menurut Bill of Rights asas persamaan harus
diwujudkan betapapun berat rintangan yang dihadapi karena tanpa hak persamaan
maka hak kebebasan mustahil dapat terwujud. Untuk mewujudkan kebebasan
persamaan hak warga negara maka lahirlah teori sosial yang identik dengan
masyarakat Eropa dan Amerika.30
Pertama, teori kontrak sosial. Menurut J.J. Rousseau, teori kontrak sosial
adalah teori yang menyatakan bahwa hubungan antara penguasa dan rakyat
didasari oleh sebuah kontrak yang ketentuan-ketentuannya mengikat kedua belah
pihak.
29
A Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 253-254.
30
21
Kedua, trias politika. Menurut Montesquieu, trias politika adalah teori
sistem politik yang membagi kekuasaan pemerintahan negara dalam tiga bagian:
pemerintah (eksekutif), parlemen (legislatif), dan kekuasaan peradilan (yudikatif).
Ketiga, teori kodrati. Menurut Jhon Locke di dalam masyarakat ada hak
hak manusia yang tidak dapat dilanggar oleh negara dan tidak diserahkan kepada
negara. Bagi Locke hak dasar tersebut harus dilindungi oleh negara dan menjadi
batasan bagi kekuasaan negara yang mutlak. Hak hak kondrati bagi Locke terdiri
dari hak atas kehidupan, hak atas kemerdekaan, dan hak atas milik pribadi.
Keempat, hak hak dasar persamaan dan kebebasan. Menurut Thomas
Jefferson, semua manusia dilahirkan sama dan merdeka. Manusia dianugerahi
beberapa hak yang tidak dapat dipisahkan. Termasuk hak kebebasan dan hak
kesenangan.31
Kemudian muncullah Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia dan warga
Negara (Declaratio des Droits de I’Homme et du Citoyen/Declaration of the
Rights of Man and of the Citizen) di Perancis tahun 1789. Ada lima Hak, yaitu:
Hak Kepemilikan Harta, Hak kebebasan, Hak persamaan, Hak keamanan dan hak
perlawanan.32 Kemudian lahirlah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
(DUHAM) diterbitkan oleh PBB dalam Universal Declaration of Human Rights
(UDHR) pada 10 Desember 1948 yang terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki
oleh setiap individu. Pertama, hak personal (hak jaminan kebutuhan peribadi),
kedua, hak legal (hak jaminan perlindungan hukum), ketiga, hak sipil dan politik,
31
Ibid, h. 254. 32
Majda El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, danBudaya
22
keempat, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber daya untuk menunjang
kehidupan), dan yang kelima, hak ekonomi, sosial, dan budaya.33
2. Hak Asasi Manusia Perspektif Islam
Agama Islam telah menetapkan sejak beberapa abad yang lalu, beberapa
hak perorangan yang harus dipenuhi oleh masyarakat, yang baru diketahui oleh
undang-undang duniawi yang menciptakan manusia. Hak Asasi Manusia tidak
dilahirkan oleh revolusi Perancis dan tidak pula oleh PBB. Hak yang
dimaksudkan adalah meninggikan derajat manusia dan memungkinkan mereka
untuk berserikat, berusaha untuk kebajikan manusia umum dan untuk memelihara
kemuliaan kemanusiaan serta menghidupkan bakat yang ada pada diri seseorang
dan membantu manusia dalam usaha mereka mempergunakan segala kekuatan
akal dan tubuh.34
Islam adalah agama universal yang mengajarkan keadilan bagi semua
manusia. Islam meletakkan manusia sebagai posisi yang sangat mulia serta
sebagai makhluk yang sangat sempurna dan harus dimuliakan.35
Menurut Abu A’la Al-Maududi, Hak Asasi Manusia adalah hak kodrati yang dianugerahkan Allah SWT kepada setiap manusia dan tidak dapat di cabut
atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang diberikan Allah
bersifat permanen, kekal dan abadi.36
33
A Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 254.
34
Teungku Muhammad hasbi Ash shiddieqy. Islam dan HAM (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1999), h. 8.
35
Ibid,. 253. 36
23
Tonggak sejarah islam sebagai agama yang memiliki komitmen yang
sangat tinggi kepada hak asasi manusia secara universal dibuktikan dengan
deklarasi Nabi Muhammad di Madinah yang biasa dikenal dengan nama piagam
Madinah. Dan deklarasi Kairo. terdapat dua prnsip pokok HAM dalam piagam
Madinah: pertama semua pemeluk islam adalah satu umat walaupun mereka
berbeda suku bangsa, kedua hubungan antara komunitas muslim dengan non
muslim di dasarkan pada prinsip-prinsip: 1. Berinteraksi secara baik dengan
sesama tetangga 2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama 3.
Membela mereka yang teraniaya 4. Saling menasehati 5. Menghormati kebebasan
beragama.37
Ketentuan HAM yang terdapat dalam deklarasi kairo adalah 1: hak
persamaan dan kebebasan 2. Hak hidup 3. Hak perlindungan diri 4. Hak
kehormatan pribadi 5. Hak berkeluarga 6. Hak kesetaraan wanita dengan pria 7.
Hak anak dari orang tua 8. Hak mendapatkan pendidikan 9. Hak kebebasan
beragama 10. Hak kebebasan mencari suaka 11. Hak memperoleh pekerjaan 12.
Hak memperoleh perlakuan sama 13. Hak kepemilikan 14. Hak ketahanan38
3. Hak Asasi Manusia Perspektif Indonesia
Pada awal kemerdekaaan Indonesia melalui sidang BPUPKI, Moehammad
Hatta bersama dengan Moehammad yamin gigih memperjuangkan peraturan
mengenai HAM dalam konstitusi Indonesia pertama kali. Hatta mengakui bahwa
Indonesia didirikan atas asas kekeluargaan, akan tetapi perlindungan atas hak-hak
37
Sukron Kamil, dkk., Syariah Islam dan HAM (Jakarta: CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2007), h. 17.
38
A Ubaedillah, dkk., Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 254.
24
warga negara sebagai individu manusia harus tetap diberikan. Hatta menjelaskan
bahwa:
“hendaklah kita memperhatikan syarat-syarat supaya negara yang kita bikin, jangan menjadi negara kekuasaan, kita menghendaki negara pengurus, kita membangun masyarakat baru berdasarkan kepada gotong-royong, usaha bersama, tujuan kita ialah membaharui masyarakat. Tetapi disebelah itu janganlah kita memberikan kekuasaan yang tidak terbatas kepada negara untuk menjadikan negara baru itu suatu fasal, misalnya fasal yang mengenai warga negara...supaya tiap-tiap warga negara jangan takut mengeluarkan suaranya. Yang perlu disebut disini hak untuk
berkumpul dan besidang atau mensyaratkan dan lain-lain. Formulering
-nya atau redaksi-nya boleh diserahkan kepada panitia kecil. Tetapi tanggungan ini perlu untuk menjaga, supaya negara kita tidak menajadi negara kekuasaan sebab kita mendasarkan negara kita atas kedaulatan
rakyat.”39
Pada masa 1945-1950, konsekuensi sebagai suatu negara yang baru
berdiri, Indonesia lebih memberikan penekanan kepada hak untuk merdeka, hak
kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan dan hak
untuk menyatakan pendapat. Dalam upaya untuk mengimplementasikan hak-hak
asasi tersebut, maka pemerintah RI memberikan sarananya melalui Maklumat
Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang partai politik dengan tujuan untuk
mengatur segala aliran yang ada dalam masyarakat dan pemerintah berharap
partai-partai tersebut telah terbentuk sebelum pemilu DPR pada bulan Januari
1946.40
Kemudian perkembangan HAM di Indonesia cukup mengalami perubahan
pada masa 1950-1959. Dimana pada masa itu orientasi terhadap HAM lebih
39
R.M. AB Kusuma, lahirnya Undang-Undang Dasar 1945: menurut Salinan Dokumen Otentik Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-Oesaha Persiapan kemerdekaan, (Jakarta: Badan Penerbit FH UI, t.t), h. 299.
40
Muhamad Erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 169.
25
ditekankan pada demokrasi liberal yang menggandeng paham kebebasan individu.
Implementasi pemikiran HAM pada periode ini lebih memberi ruang hidup bagi
tumbuhnya lembaga demokrasi yang antara lain:Partai politik dengan berbagai
ideologinya, kebebasan pers yang bersifat liberal, pemilihan umum dengan sistem
multipartai, parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah dan wacana pemikiran
HAM yang kondusif karena memberikan kebebasan41
Selanjutnya pada periode 1959-1966, yang pada periode ini Indonesia
berada di bawah naungan demokrasi terpimpin. Dengan penerapan demokrasi
terpimpin ini, pemerintah pada masa itu telah melakukan pemasungan HAM,
yaitu hak sipil, seperti hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran
dan tulisan. Sikap pemerintah bersifat retriktif (pembatasan yang ketat oleh
kekuasaan) terhadap hak sipil dan hak politik warga negara.42
Lalu perkembangan HAM di era Orde Baru 1966-1998. Dalam era orde
baru, HAM dapat dilihat dalam tiga kurun waktu yang berbeda.
1. Awal pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1967, berusaha melindungi
kebebasan dasar manusia yang ditandai dengan adanya hak uji materiil
(judicial riview) yang diberikan kepada Mahkamah Agung.43
2. 1970-1980 pemerintah melakukan pemasungan HAM dengan sikap bertahan
(defensif), kekerasan (refresif) yang dicerminkan dengan produk hukum yang
bersifat membatasi (retriktif) terhadap HAM. Alasan pemerintah adalah bahwa
41
Muhamad erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 169.
42
Ibid, h. 169. 43
26
HAM merupakan produk pemikiran barat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai
luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila.44
3. 1990-an HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja melainkan sudah dibentuk
lembaga penegakan HAM, yaitu KOMNAS HAM berdasarkan Keppres No.
50 Tahun 1993, tanggal 7 Juni 1993.45
Perkembangan selanjutnya 1998-sekarang HAM mendapat perhatian yang
resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin
HAM dan menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi
manusia. Serta keluarnya Ketetapan Majelis Pemusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XVII/MPR/998 tentang Hak Asasi Manusia.46 Perkembangan
hak asasi manusia di Indonesia semakin pesat. hal tersebut dapat ditunjukkan oleh
dengan semakin banyaknya instrumen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
hak asasi manusia yang diratifikasi oleh peraturan perundang-undangan nasional
kita. Artinya bahwa pemerintah memberi perlindungan yang signifikan terhadap
kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek hak politik, hak sosial, hak
ekonomi, hak budaya, hak keamanan, hak hukum, dan hak pemerintahan.47
44 Ibid, h. 170. 45 Ibid, h. 170. 46
Rozali Abdullah, Syamsir, Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Indonesi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), h. 16.
47
Muhamad erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 170.
27
Gambar 2: Perkembangan HAM di Indonesia Perkembangan HAM di Indonesia
1945 -1950
Penekanan kepada hak untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik
yang didirikan dan hak untuk menyatakan pendapat.
Tumbuhnya partai-partai politik dengan beragam ideologinya
Kebebasan pers yang bersifat liberal
Pemilihan umum dengan sistem multipartai
Parlemen sebagai lembaga kontrol pemerintah 1966 -1998 Pertam a (1967) Berusaha melindungi kebebasan dasar
manusia
Adanya hak uji materiil kepada Mahkamah
Agung
Kedua (1970-1980)
Pemasungan HAM dengan sikap represif
Produk hukum yang bersifat restriktif
Ketiga (1990-an) Dibentuknya KOMNAS HAM 1999 -sekarang Membe rikan perlindungan HAM Hak pemerintah hak sosial, hak politik, hak budaya, hak keamanan, hak
hukum, hak ekonomi.
Sumber : Muhamad erwin, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia
28