• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program sekolah sehat

SEKRETARIS II Ketua Komite

B. Hasil Penelitian

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program sekolah sehat

4. Struktur Birokrasi Struktur birokrasi dalam implementasi

program sekolah sehat ini sesuai dengan TPU (Tim Pelaksana UKS ) yang ada di sekolah

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program sekolah sehat

Keberhasilan SD N Tegalrejo 1 dalam mengembangkan program Sekolah Sehat di sekolah diwujudkan melalui berbagai kebijakan dan strategi yang dirumuskan dan disepakati bersama. Keberhasilan tersebut tentunya memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan program Sekolah Sehat. Faktor Pendukung pelaksanaan program Sekolah Sehat di SD N Tegalrejo menurut Ibu S selaku Pengurus UKS sebagai berikut.

“Faktor pendukung adanya program sekolah sehat yaitu diantaranya SD N Tegalrejo memiliki lahan yang cukup luas, selain itu memiliki siswa yang jumlahnya banyak dan komite sekolah, orang tua murid juga bisa diajak bekerjasama dengan sekolah dalam pelaksanaan program sekolah sehat”. (W-2 Tanggal 18 Juli 2016)

86

Adapun faktor pendukung lainya yang diungkapkan oleh Bapak N selaku Guru Olahraga, sebagai berikut.

“Kita mendapat dukungan dari orang tua wali yaitu setiap sebulan sekali orangtua wali datang kesekolah untuk kerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Selain itu orangtua juga ikut berkampanye tentang Gizi seimbang ke warga masyarakat sekitar sekolah mensosialisasikan tentang sayuran yang mereka bawa dari rumah”. (W-4 Tanggal 26 Juli 2016)

Ditambahkan juga pendapat lain dari A selaku Ketua Dokter kecil SD N Tegalrejo 1 Yogyakarta sebagai berikut.

“saya sebagai ketua dokter kecil harus menanamkan kepribadian siswa untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu juga menciptakan lingkungan sehat yang memungkinkan pertumbuhan yang selaras”. (W-5 Tanggal 11 Agustus 2016)

Hal ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan sekolah sehat ini banyak dukungan dari warga sekolah, komite, siswa, masyarakat dan orang tua murid. Selain itu adanya tanggung jawab dari seorang dokter kecil untuk menjalankan tugasnya, ini merupakan salah satu faktor pendukung dalam pelaksanaan program.Sarana prasarana sekolah juga sudah memenuhi standar sekolah yang sehat dan bersih.

Adapun beberapa faktor penghambat yang menjadi kendala dalam implementasi program sekolah sehat. Tidak banyak kendala yang dapat menghambat pelaksanaan implementasi sekolah sehat ini. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak S selaku Kepala Sekolah sebagai berikut.

“Ahamdulilah untuk penghambat tidak banyak yaitu hanya kesadaran warga masyarakat atau tamu yang datang ke sekolah kurang pengetahuanya tentang sekolah sehat. Hal itu terlihat dari beberapa warga masyarakat yang kurang menaati peraturan yang ada disekolah misalnya masih merokok di lingkungan sekolah dan masih

87

ada beberapa yang membuang sampah sembarangan”. (W-3 Tanggal

23 Juli 2016)

Hal di atas juga didukung oleh keterangan dari Ibu S selaku Pengurus UKS sebagai berikut.

“Sekolah itu kan tidak hanya satu dua orang yang mempunyai pemahaman yang sama kadang-kadang jadi ada pro kontra. Sebenernya hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan dari warga sekolah tentang UKS itu sendiri. Jadi sekolah itu harus terus menerus mendorong dan memberikan pengetahuan kepada mereka agar tidak menyimpang dari perilaku PHBS. Selain itu kesadaran siswa tentang jajanan yang sehat masih kurang, itu terbukti dari adanya siswa yang masih jajan diluar, walaupun sekolah telah menyediakan kantin sehat”. (W-2 Tanggal 18 Juli 2016)

Adapun ditambahkan oleh Bapak S selaku Petugas Puskesmas sebagai berikut.

“Kendala kami sebagai petugas puskesmas sendiri adalah adanya keterbatasan waktu siswa untuk mengikuti kegiatan sosialisasi kesehatan, jadi biasanya kami mengambil jam pelajaran olahraga untuk mensosialisasikan atau membimbing anak tentang pendidikan kesehatan maupun tentang perilaku hidup bersih dan sehat disekolah”. (W-1 Tanggal 30 Juli 2016)

Pendapat lain juga ditambahkan oleh bapak S selaku Kepala Sekolah sebagai berikut.

“yang menjadi faktor penghambat yaitu masyarakat kurang pengetahuan tentang sekolah sehat jadi masih ada beberapa masyarakat yang membuang sampah sembarang walaupun disekolah sudah diberi poster tentang larangan membuang sampah sembarangan” (W-3 Tanggal 23 Juli 2016)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat implementasi program Sekolah Sehat yaitu adalah masih ada pengetahuan warga sekolah dan masyarakat tentang pentingnya kesehatan masih kurang dan kesadaran siswa tentang bahaya jajan sembarangan masih kurang. Salah

88

satu faktor tersebut karena keterbatasan waktu untuk Pihak Puskesmas dalam mensosialisasikan atau membimbing anak tentang pendidikan kesehatan.

Berikut ini dipaparkan tentang faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program sekolah sehat dalam bentuk tabel.

Tabel 11. Faktor Pendukung dan penghambat

No Aspek faktor keberhasilan Deskripsi

1.

Faktor Pendorong

a. Fasilitas yang mendukung Fasilitas sarana-prasarana yang ada di sekolah sangat lengkap dan memenuhi syarat dalam pelaksanaan program sekolah sehat.

b. Komitmen para pelaksana Komitmen dari warga sekolah dan masyarakat sudah sangat mendukung dan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program sekolah sehat.

2.

a. Kurang kesadaran tentang peraturan di sekolah.

Beberapa masih ada siswa yang jajan sembarangan, masih ada tamu/masyarakat yang tidak menaati peraturan tata tertib sekolah.

b. Keterbatasan waktu Keterbatasan waktu yang ada untuk petugas Puskesmas dalam

mensosialisasikan/memberikan pendidikan kesehatan.

89

C.PEMBAHASAN

1. Implementasi Program Sekolah Sehat di SD N Tegalrejo 1 Yogyakarta Sekolah sehat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan siswa dan warga sekolah. Program sekolah sehat ini merupakan salah satu kegiatan yang disusun oleh SKB (Surat Keputusan Bersama) 4 Menteri dalam mewujudkan sekolah yang sehat, bersih dan sekolah sehat ini untuk melaksanakan salah satu misi SD N Tegalrejo 1 Yogyakarta yaitu “Menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan”.

Sebagai bagian dari SKB 4 Menteri maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta merealisasikan program sekolah sehat ini ke sekolah-sekolah untuk diterapkan dan SD N Tegalrejo 1 adalah salah satu SD yang merealisasikan. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama 4 Menteri program sekolah sehat yang disusun dalam rangka meningkatkan prestasi akademik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Pembinaan dan pengembangan UKS di SD N Tegalrejo berpedoman pada Trias UKS yaitu; a. Pendidikan kesehatan

UKS memiliki peranan penting dalam memberikan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah kesehatan kepada siswa agar nantinya siswa dapat mempraktekkan apa yang telah diajarkan guru. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara intrakurikuler pada saat jam pelajaran olahraga maupun ekstrakurikuler di luar jam olahraga.

b. Pelayananan kesehatan di sekolah dasar.

Pelayanan kesehatan di sekolah adalah salah satu upaya promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan)

90

dan rehabilitatife (pemulihan) yang dilakukan terhadap peserta didik dan lingkunganya. Pelayanan kesehatan yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan kesehatan siswa baru, pelatihan dokter kecil tentang PHBS dan kantin sehat.

c. Pembinaan Lingkungan Sekolah

Perilaku hidup bersih dan sehat adalah perilaku semua warga sekolah yang memenuhi kriteria bersih dan sehat. Dalam mewujudkan PHBS di sekolah dengan menjaga kebersihan lingkungan dengan kerja bakti setiap hari Jum’at dan menjaga kesehatan badan dengan kegiatan olahraga rutin. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kebersihan lingkungan sekolah harus dijaga dan harus ada pembinaan lingkungan sekolah agar tetap terjaga.

Implementasi Program Sekolah Sehat di SD N Tegalrejo 1 Yogyakarta, menggunakan teori Edward III dan Emerson serta Mize sebagai acuan, yang mendasarkan analisa implementasi pada aktifitas fungsional. Terdapat 4 variabel kritis menurut Edward yaitu:

a. Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu, sedangkan komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan (policy implementors) (Joko Widodo, 2006: 97). Proses penyampaian informasi

91

ini dapat melalui berbagai cara. Salah satu cara penyampaian informasi dalam pelaksanaan Program Sekolah Sehat yaitu dengan cara sosialisasi ke seluruh Warga Sekolah, masyarakat, dan wali murid.

Komunikasi yang dilakukan dalam implementasi program sekolah sehat ini dilakukan secara internal dan eksternal. Sedangkan dalam mengkomunikasikan suatu informasi juga dilakukan dengan sosialisasi. Sosialisasi merupakan kunci utama dalam pelaksanaan Program Sekolah Sehat yang dilakukan secara terus menerus. Tujuan utama adanya sosialisasi ini adalah untuk memberikan kejelasan informasi tentang Sekolah Sehat dan memberikan pengetahuan kepada seluruh warga sekolah tentang kesehatan. Di dalam sosialisasi tersebut biasanya membahas tentang UKS, kesehatan makanan, kebersihan lingkungan dan lain-lain. Karena diharapkan adanya sosialisasi tersebut, perilaku hidup dan bersih dapat menjadi kebiasaan atau budaya untuk semua warga sekolah. Koordinasi yang dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan oleh agen pelaksana sesuai dengan syarat implementasi bahwa pelaksanaan kebijakan memerlukan adanya koordinasi yang kuat antar berbagai agen atau lembaga implementor dan memerlukan dukungan dari seluruh pihak baik internal maupun eksternal (Sudiyono, 2007: 93-97).

b. Sumber daya (resources)

Sumber daya merupakan peranan penting dalam implementasi kebijakan/program. Edward IIII menegaskan bahwa jelas dan konsistennya ketentuan, aturan serta akuratnya penyampaian ketentuan

92

atau aturan-aturan tersebut, jika para pelaksanana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber daya untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan/program tersebut tidak efektif. Implementasi program perlu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia maupun non-manusia. Sesuai dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat (2) tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Adapun sumberdaya dari program Sekolah Sehat di SD N Tegalrejo 1 Yogyakarta, meliputi semua warga sekolah, petugas puskesmas, sarana prasarana dan pendanaan dalam menunjang implementasi program Sekolah Sehat. Adapun sumber daya manusia adalah sebagai berikut yaitu Tenaga Sekolah, Puskesmas, KUA, Kecamatan, Polsek, Dinas pendidikan, Dinas Kesehatan, BABINSA (Badan Binaan Masyarakat) dan Masyarakat RT, RW.

Dalam penyediaan sarana prasarana disesuaikan dengan standar peraturan yang ada misalnya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 24 tahun 2007 dan Peraturan Menteri Kesehatan nomor: 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah. Adapun kondisi sarana prasarana di SD

93

N Tegalrejo 1 Yogyakarta, yang sudah memiliki lingkungan sekolah bersih, indah tertib, rindang dan memiliki penghijauan yang memadai. Selain itu SD N Tegalrejo 1 memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan rapi serta menyediakan menu gizi seimbang. Sedangkan sarana prasarana pembelajaran seperti Lab TIK, Ruang karawitan, dan perpustakaan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal di atas sudah memenuhi standar sarana prasarana dalam pelaksanaan program sekolah sehat yang digunakan secara optimal. Tujuan dari penyediaan sarana prasarana yang layak adalah untuk menjamin tersedianya akses warga sekolah terhadap sarana penunjang pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat

Salah satu syarat pelaksanaan kebijakan/program yang dikemukakan oleh Sabatier dan Mazmanian adalah tersedianya sumber dana. Sumber daya keuangan yang dimaksud adalah untuk melaksanakan kebijakan harus mencukupi, baik keperluan gaji, staff, analisis teknis, perizinan, dan monitoring kebijakan (Sudiyono, 2007: 93-97). Dalam suatu pelaksanaan kebijakan/program tentunya membutuhkan dana operasional untuk membiayai program tersebut. Seperti halnya pelaksanaan program sekolah sehat ini, membutuhkan dana yang tidak sedikit dana yang diperoleh didapat dari berbagai sumber. Adapun sumber pendanaan untuk mebiayai pelaksanaan program Sekolah Sehat yaitu sumber dana di dapat dari berbagai sumber yang berbeda. Sumber dana yang didapat yaitu dari APBD Kota tingkat Sekolah, Tingkat

94

Kecamatan, Kota, BOS/pemerintah, CSR (Corporate Social Responsibility) bantuan dari dunia industri (Nestle).

Jadi sumber daya manusia dalam implementasi Program Sekolah Sehat adalah warga sekolah, Pihak Dinas, Pihak Keamanan, dan Masyarakat. Sedangkan sumber daya non-manusia berupa sarana prasarana penunjang PHBS, sumber daya pendanaan sekolah sehat dan sarana pembelajaran sudah tersedia dan digunakan secara optimal.

c. Disposisi

Keberhasilan implementasi kebijakan/program tidak hanya ditentukan oleh sejauh mana para pelaku kebijakan (implementator) mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh kemauan para pelaku kebijakan tadi memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang sedang diimplementasikan (Joko Widodo, 2006: 104). Komitmen dari pelaksana program di SD N Tegalrejo 1 Yogyakarta telah ditujukan dengan adanya kemauan dari pelaksana program dalam melaksanakan program yang telah direncanakan. Sebagai aktor pelaksana mereka sangat mendukung dan ikut melaksankan seluruh rangkaian program yang direncanakan karena menurut mereka program tersebut adalah program bersama dan semua harus ikut terlibat. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka kebijakan akan berjalan dengan baik sesuai dengan keinginan pembuat kebijakan, tetapi ketika disposisi implementator tidak sesuai

95

dengan keingginan pembuat kebijakan maka proses implementasi juga menjadi tidak efektif (Subarsono, 2005: 92).

SD N Tegalrejo 1 mencanangkan Hari Jumat Bersih dan Jum’at Sehat. Jum’at bersih dilaksanakan kegiatan kebersihan lingkungan sekolah yang melibatkan seluruh warga sekolah. Sedangkan Jum’at Sehat diadakan Senam bersama seluruh warga sekolah. Selain itu juga ada kerja bakti 1 bulan sekali dengan wali murid siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mempertahankan perilaku gotong royong dan menjalin pereratan tali persaudaraan diantara warga sekolah dan wali murid untuk menjaga kebersihan serta keindahan sekolah.

d. Struktur Birokrasi

Implementasi kebijakan bisa tidak efektif karena adanya ketidak efisien struktur birokrasi. Struktur birokrasi ini mencakup beberapa aspek seperti struktur organisasi, pembagian wewenang, hubungan antar unit-unit organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan dan hubungan organisasi dengan organisasi luar dan sebagainya (Edward III, 1980: 125). Struktur birokrasi pelaksanaan program Sekolah Sehat yang ada di SD N Tegalrejo 1 sesuai dengan struktur organisasi TPU (Tim Pelaksana UKS). Jadi dalam TPU tersebut SD N Tegalrejo mendapatkan wewenang dari kelurahan Bener untuk melaksanakan Program Sekolah tersebut. Kemudian Kepala sekolah memberikan perintah kepada sekretaris yaitu guru pembina UKS dan anggota untuk melaksanakan

96

program tersebut sesuai yang telah direncanakan. Dalam struktur organisasi TPU di SD N Tegalrejo 1 terdapat hubungan intruksi.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Program Sekolah Sehat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam implementasi program sekolah sehat di SD N Tegalrejo 1 ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi program adalah sebagai berikut. 1) Terjalinnya komitmen dan kerjasama dari pemerintah dalam

mengembangkan sumber daya manusia, sarana prasarana dan anggaran yang memadai. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Sabatier dan Mazmanian bahwa harus ada dukungan dari pejabat eksekutif guna mengawasi implementasi program melalui pengawasan (Sudiyono, 2007: 100). Pemerintah memiliki komitmen yang tinggi untuk terus mengembangkan program sekolah sehat, hal ini ditujukan dengan adanya sarana prasarana sekolah di SD N Tegalrejo yang memenuhi syarat pelaksanaan program sekolah sehat dan pemerintah juga menggelontarkan dana yang cukup untuk program sekolah sehat.

2) Adanya dukungan dari beberapa pihak dalam menjalankan program sekolah sehat. Syarat implementasi agar dapat berjalan optimal salah satunya adalah adanya sumber daya yang mencukupi (Sabatier dan Mazmanian dalam Sudiyono (2007: 93-97). Pelaksana program sekolah sehat mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, mulai dari adanya kerjasama dari orangtua wali murid dalam kegiatan kerja bakti, adanya komitmen guru dalam memberikan teladan perilaku hidup bersih dan

97

sehat, komite sekolah dan warga sekolah lainnya semua ikut mendukung dalam program sekolah sehat ini. Hal ini ditujukan adanya kemauan semua pihak dalam menjaga lingkungan sehat di sekolah dan adanya keikutsertaan dalam kegiatan yang mendukung program sekolah sehat tersebut.

Pelaksanaan atau implementasi kebijakan dan atau program pendidikan tidak terlepas dari beberapa faktor. Arif Rohman (2014: 147-150) menjelaskan faktor dari penentu kegagalan dan keberhasilan adalah personil pelaksananya, yakni yang menyangkut tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari pelaku tersebut. Faktor penghambat implementasi program sekolah sehat di SD Tegalrejo yaitu kesadaran warga masyarakat tentang tatatertib di sekolah masih kurang, Masih ada tamu yang merokok atau membuang sampah sembarangan. Selain itu kesadaran siswa tentang jajan sehat juga masih kurang, tersebut terjadi karena sikap orangtua yang kurang kooperatif dalam mengajarkan pendidikan kesehatan terhadap anak.

98 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait