• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA

B. Faktor-Faktor Kendala dan Solusi Dalam Penanggulangan Perjudian di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara

1. Faktor Pengaturan Judi dalam Undang-Undang

Penelitian ini telah menyinggung pada bab II tentang kelemahan pengaturan hukum pidana terkait larangan perjudian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 303 KUH Pidana, Pasal 303 bis KUH Pidana, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, serta dengan segala perubahan dan tambahannya, tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, terutama mengenai pengecualian larangan perjudian dan termasuk ancaman pidana maupun denda.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1981 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, sifatnya hanya mengubah dan melengkapi ketentuan di dalam Pasal 303 KUH Pidana dan Pasal 303 bis KUH Pidana, yang pada intinya masih menyisakan kelemahan antara lain: diaturnya pengecualian membuka praktik judi, ancaman pidana maupun pidana denda masih rendah sehingga dianggap belum mampu memberikan efek penjeraan kepada para pelaku judi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Ketentuan pengaturan larangan perjudian sekalipun telah diatur di dalam UUITE sebagai lex spesialis sebagaimana dalam Pasal 27 ayat (2) UUITE juga masih mengandung kelemahan substantif, karena ketentuan Pasal 27 ayat (2) UUITE

tersebut hanya menyangkut perbuatan yang dilarang bagi orang atau korporasi yang menyediakan sarana maupun parasarana bermain judi, sedangkan bagi orang yang bermain atau turut melakukan permainan judi tidak tercakup dalam pasal ini. Perumusan unsur-unsur perbuatan yang dilarang bagi setiap orang yang mengakses permainan judi atau bermain judi secara online melalui internet tidak dirumuskan secara rinci dalam UUITE tersebut.

Solusinya dari sisi penal adalah perlu dilakukan revisi terhadap pasal-pasal yang mengatur mengenai larangan perjudian di Indonesia mulai dari ketentuan dalam Pasal 303, Pasal 303 bis KUH Pidana, hingga Pasal 27 ayat (2) UUITE. Unsur perizinan dalam Pasal 303 dan Pasal 303 bis KUH Pidana tersebut harus dihilangkan supaya tidak ada keraguan, sementara redaksi dalam Pasal 27 ayat (2) UUITE harus diganti dan ditambahkan dengan larangan bagi setiap orang yang mengakses situs- situs judi di internet, tidak terkecuali bagi siapapun. Sehingga larangan itu tidak hanya kepada penyedia situs saja tetapi juga terhadap mereka yang mengakses situs judi harus bisa diproses secara hukum berdasarkan UUITE.

2. Faktor Penegak Hukum

Faktor dari sisi penegak hukum sangat mempengaruhi merosotnya tujuan dari penegakan hukum itu sendiri karena penegak hukum yang seharusnya sebagai garda terdepan mencegah dan/atau menindak justru terlibat dalam praktik pembeking judi oleh oknum-oknum tertentu. Perilaku oknum aparatur penegak hukum yang tidak profesional dalam mendukung tujuan penegakan hukum menyebabkan hukum itu semakin menuju titik kehancuran. Misalnya peredaran gelap narkotika dan perjudian

di sekitar kampung kubur Medan dari dulu hingga kini tidak tertuntaskan oleh Polda Sumut, ini tidak terlepas dari keterlibatan oknum polisi dalam melindungi kejahatan tersebut.233

Tidak profesionalnya oknum polisi sering dijumpai misalnya lagi dapat dijumpai seperti oknum polisi yang tidak menggunakan helm saat mengendarai kendaraan bermotor,

Hampir pada umumnya masyarakat kota Medan mengetahui kondisi kampung kubur adalah sarangnya narkotika dan perjudian. Masalahnya adalah dimana letak citra dan profesionalisme penegak hukum dalam hal ini.

234

bahkan kendaraan sitaan yang menjadi barang bukti kadang- kadang juga dipakai oleh oknum polisi.235 Contoh lain misalnya tidak jarang dijumpai di tengah-tengah masyarakat adanya oknum polisi yang terlibat dalam kejahatan seperti terlibat sebagai penadah barang-barang atau kendaraan bermotor,236 oknum polisi terlibat sebagai pengedar dan/atau pemakai narkotika237

233

http://medanseru.co/berita/kriminal/5421/Grebek-Kampung-Kubur-Selalu-Bocor--Gegara- Polisi-Korup-di-Sumut-Mau-Duit-dan-Jabatan, diakses tanggal 13 Januari 2016, Berita berjudul: “Grebek Kampung Kubur Selalu Bocor, Gegara Polisi Korup di Sumut Mau Duit dan Jabatan”, Website medansatu, Tanggal 12 Januari 2016.

234

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/12/19/foto-polisi-tak-pakai-helm-saat- berkendara-di-semanggi-hebohkan-dunia-maya, diakses tanggal 10 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh Reza Gunadha, berjudul: “Foto Polisi Tak Pakai Helm saat Berkendara di Semanggi Hebohkan Dunia Maya”, website tribunnews, Tanggal 19 Desember 2014.

235

http://www.kaskus.co.id/thread/52cf2a1320cb17146b8b47d4/harusnya-polisi-tak-pakai- kendaraan-barang-bukti/, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan di website sindonnews cq kaskus, Tanggal 2 Oktober 2013.

236

http://www.beritasatu.com/megapolitan/279808-oknum-polisi-penadah-mobil-curian- diringkus.html, diakses tanggal 10 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh Bayu Marhaenjati, berjudul “Oknum Polisi Penadah Mobil Curian Diringkus”, website beritasatu, Tanggal 4 Juni 2015.

237

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/11/23/ny9cjq335-bnn-bekuk- oknum-polisi-pengedar-narkoba, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh Esthi Maharani, berjudul “BNN Bekuk Oknum Polisi Pengedar Narkotika”, website nasional.republika, Tanggal 23 November 2015.

bandar narkotika.238 Demikian pula dalam peristiwa lain dijumpai kecenderungan aparat kepolisian melakukan tindakan bunuh diri, perseturuan dalam keluarganya, broken home,239 terlibat dalam kasus-kasus perselingkuhan,240

Tindakan beking-membeking oleh oknum kepolisian tidak jarang dijumpai dalam kehidupan masyarakat yang membuat orang lain menjadi resah dan takut untuk bertindak oleh karena adanya orang penting yang melindungi bisnis ilegal. Tindakan beking-membeking oleh oknum polisi tersebut itu tidak terkecuali untuk kasus-kasus perjudian

terlibat sebagai pem- backing klub-klub malam ilegal dengan prinsip asalkan setoran lancar.

241

Tindakan arogansi oknum anggota TNI marah-marah bila ditilang oleh polisi.

yang hampir terjadi di seluruh penjuru tanah air Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Utara. Sangat logis bila dikatakan perjudian sangat mudah untuk diberantas bilamana semua oknum itu dibersihkan dari tindakan beking-membeking kejahatan perjudian dalam segala bentuknya.

242

238

http://www.tribunnews.com/nasional/2015/12/04/oknum-polisi-bandar-narkoba-di-kaltim- terancam-hukuman-mati, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh BNN Jakarta, website tribunnews, Tanggal 4 Desember 2015.

239

http://news.okezone.com/topic/15972/polisi-bunuh-diri, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita berjudul “Polisi Bunuh Diri”, website news.okezone, Tanggal 27 Desember 2015. Sepanjang tahun 2015 terdapat 18 (delapan belas) orang polisi meninggal akibat bunug diri.

240

http://regional.kompas.com/read/2015/04/14/22442351/Istri.Tentara.Tertangkap.Selingkuh. dengan.Oknum.Polisi, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan Handra Cipto, berjudul Istri Tentara Tertangkap Selingkuh Dengan Oknum Polisi”, website regional.kompas, Tanggal 14 April 2015.

241

http://news.detik.com/lapsus/1047367/jenderal-polisi-terperangkap-bisnis-haram-acin, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita berjudul “Jenderal Polisi Tertangkap Bisnis Haram Acin”, website news.detik, Tanggal 3 Desember 2008.

Tindakan beking-membeking tersebut juga dapat terjadi bagi oknum militer.

242

http://daerah.sindonews.com/read/1007145/191/tak-pakai-helm-anggota-tni-ditilang-

Kadang-kadang ketidaktegasan aparat penegak hukum dari kepolisian dalam memberantas kejahatan khususnya perjudian disebabkan karena adanya orang penting yang mem- membekingnya,243 bahkan menimbulkan baku tembak antara TNI dan Polri biasa terjadi.244 Penegak hukum seperti pepatah ibarat ”makan buah si mala kama”, kalau ditindak takut kepada oknum pembeking, kalau tidak ditindak takut dipublikasi oleh masyarakat yang berdampak pada terbongkarnya kelemahan yang mengarah pada buruknya citra institusi Polri itu sendiri.245

Selain faktor-faktor dari sisi aparat penegak hukum tersebut juga tidak jarang dijumpai dalam masyarakat yang mengajukan praperadilan bagi aparat penegak hukum oleh karena salah tangkap atau salah menjalankan prosedur/mekanisme hukum acara pidana dalam melakukan penyelidikan, penggeledahan, penyitaan, penangkaoan, penyidikan, dan penuntutan.246

Panggabean, berjudul “Tak Pakai Helm, Anggota TNI Ditilang Marah-Marah”, website daerah.sindonews, Tanggal 30 Mei 2015.

243

http://www.suaranasionalnews.com/?p=29772, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita berjudul “OP Belawan Jadi Sarang Judi, Polisi Ditantang Bandar Judi, Polisi Tak Berani”, website suaranasionalnews, Tanggal 30 September 2013.

244

http://medanseru.co/berita/kriminal/259/Gara-gara-Bekingi-Judi--Oknum-TNI-dan-Polri- Nyaris-Baku-Tembak-di-Belawan, diakses tanggal 16 Januari 2016, Berita berjudul: “Gara-gara Bekingi Judi, Oknum TNI dan Polri Nyaris Baku Tembak di Belawan”, website medanseru, Tanggal 8 Januari 2015.

245

http://www.kompasiana.com/roelly87/benarkah-polisi-segan-dengan-dosen-tentara-dan- wartawan_550e82d7a33311a92dba815d, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh Chorul Huda berjudul “Benarkah Polisi Segan Dengan Dosen, Tentara, dan Wartawan?”, website kompasiana, Tanggal 12 Maret 2012.

246

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4f33d9ef7d40d/salah-tangkap-polisi-dan-jaksa- dipraperadilankan, Artikel berjudul: “Salah Tangkap, Polisi dan Jaksa Dipraperadilankan”, website hukumonline, Tanggal 9 Februari 2012.

Ini menunjukkan dari sisi keahlian (skill) aparat penegak hukum kurang terampil dalam memahami hukum acara pidana (KUHAP) maupun hukum acara pidana umum maupun khusus.

Faktor-faktor dari sisi penegak hukum bagi polri merupakan faktor dapat berjalannya penegakan hukum. Faktor lain misalnya dari sisi advokat atau pengacara, tidak jarang pula dijumpai dimana advokat atau pengacara terlibat dalam kasus suap- menyuap, kolusi, dan nepotisme. Kasus suap menjadi hal yang seolah-olah biasa dalam dunia pengacara demi untuk membela kepentingan kliennya pada umumnya bagi oknum pengacara rela berbuat apa saja demi kliennya menang.247

Keterlibatan oknum jaksa juga menjadi faktor yang menentukan dalam penegakan hukum,

248

tidak terkecuali bagi oknum petugas di lembaga pemasyarakat terlibat dalam jaringan kejahatan seperti narkotika.249

247

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/14/063683985/oc-kaligis-resmi-ditahan-kpk, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh Muhamad Rizki, berjudul “OC Kaligis Resmi Ditahan KPK”, website nasional.tempo, Tanggal 14 Juli 2015.

248

http://www.tempo.co/topik/masalah/1295/jaksa-bermasalah, diakses tanggal 11 Januari 2016, Artikel berjudul: “Kumpulan Berita Jaksa Bermasalah”.

249

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/01/08/09054561/Masuk.Jaringan.Narkoba.Petug as.Lapas.Ditangkap, diakses tanggal 11 Januari 2016, Berita dipublikasikan oleh Hendro Cipto, berjudul: “Masuk Jaringan Narkoba, Petugas Lapas Ditangkap”, website kompas, Tanggal 8 Januari 2016.

Contoh-contoh kasus di atas sekaligus menunjukkan faktor-faktor terhambatnya proses penegakan hukum. Keterlibatan oknum dari aparat penegak hukum nyaris tidak daat dibendung sekaligus sebagai penghambat penegakan hukum. Seharusnya polisi menjadi contoh atau panutan yang baik bagi masyarakat, tidak terlibat dalam kejahatan dan segala bentuknya maupun pelanggaran. Namun kondisi demikian tidak dapat dituntaskan oleh Polri untuk membersihkan aparaturnya dari keterlibatan kejahatan dan pelanggaran.

Aparat penegak hukum perlu dibenahi khususnya di kalangan Polda Sumut dalam rangka terciptanya penegakan hukum untuk mencapai tujuan hukum terhadap perjudian. Bila kondisi dan contoh-contoh di atas sudah menjadi fenomena biasa dalam aspek kehidupan niscaya penegakan hukum di Indonesia hanya sebagai suatu mimpi belaka (utopia). Tidak mungkin tujuan penegakan hukum terhadap perjudian akan tercapai bila aparaturnya tidak beres dan bersih dari KKN, kejahatan maupun pelanggaran lainnya. Dengan kata lain polisi harus menjadi contoh dan pelopor yang baik bagi masyarakat agar masyarakat mencontoh perilaku yang baik dari aparatur penegak hukum itu.

Ketidaktegasan aparat penegak hukum dalam menindak segala bentuk pelanggaran maupun kejahatan judi tidak dapat dipungkiri dari kondisi dimana masih terdapatnya oknum polisi yang tidak bertanggung jawab menerima setoran. Pada satu sisi polisi yang baik saat melakukan tindakan yang benar dipandang oleh masyarakat justru tidak benar, hal ini disebabkan karena masyarakat memandang perilaku oknum mewakili secara keseluruhan polisi lainnya. Oleh sebab itu agar pandangan- pandangan demikian tidak lagi beredar di masyarakat maka Polda Sumut harus berbenah diri untuk membuat paradigma baru, membersihkan aparatnya dari segala bentuk keterlibatan dalam pelanggaran maupun kejahatan khususnya perjudian.

Upaya memperbaiki kinerja Polda Sumut tidak bisa diserahkan kepada individual masing-masing anggota melainkan upaya pertama yang harus dilakukan adalah memberi contoh dari para petinggi-petinggi itu sendiri, kemudian menindak tegas siapa saja anggota yang terlibat dalam berbagai hal pelanggaran dan kejahatan.

Reformasi di tubuh Polda Sumut harus dimulai dari atasannya atau pimpinannya, kemudian diperintahkan kepada setiap bawahannya secara tegas dan ketat tanpa terkecuali, termasuk kepada masyarakat, dan dipastikan tidak ada lagi beking- bekingan oleh oknum, sehingga masyarakat dengan sendirinya akan patuh atau setidak-tidaknya bilamana warga ditindak maka dapat dipastikan tidak akan ada lagi pihak-pihak yang menuduh polisi menyandang citra buruk di mata masyarakat.

3. Faktor Sarana atau Fasilitas

Faktor dari sisi sarana dan prasarana yang perlu mendapat sorotan adalah unit Bintara Pembina Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dengan pola 1 (satu) desa untuk 1 (satu) orang petugas Babinkamtibmas.250 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Risya Mustario diperoleh bahwa peran Babinkamtibmas dalam penanganan konflik sosial, melakukan deteksi pelanggaran dan kejahatan secara dini terhadap faktor-faktor yang berpotensi menimbulkan kriminalitas sebagai upaya preventif belum menunjukkan kemajuan tetapi penanganannya masih seperti biasa- biasa saja.251

Pengaturan tugas-tugas Babinkamtibmas diatur dalam Pasal 2, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian yang pada intinya menegaskan tugas-tugas dan upaya-upaya yang bersifat non penal. Undang- undang ini tidak menyebut kegiatan Perpolmas harus dilaksanakan oleh para Babinkamtibmas, melainkan memerintahkannya secara umum dilaksanakan oleh

250

Kepolisian Resor Tapanuli Tengah, Loc. cit. 251

Polri, namun sesuai pengaturan tugas-tugas Babinkamtibmas yang telah ditegaskan dalam Perkapolri Nomor 7 Tahun 2008,252

Upaya penegakan hukum melalui penindakan merupakan alternatif terakhir, bila cara-cara pemulihan atau penyelesaian masalah yang bersifat pendekatan (persuasive) tidak berhasil. Sesuai dengan prinsip-prinsip perpolisian masyarakat (Polmas), pengaturan mengani tugas-tugas Babinkamtibmas pada prinsipnya menyangkut segala upaya untuk melakukan pendekatan secara non penal bukan tugas melakukan upaya-upaya refresif (penal).

sesuai Pasal 12 Perkapolri ini menegaskan peran Babinkamtibmas untuk lebih diprioritaskan pada sasaran peningkatan kesadaran hukum masyarakat daripada penegakan hukum.

253

Peran Babinkamtibmas sekalipun telah ditegaskan dalam undang-undang dan dalam Perkapolri Nomor 7 Tahun 2008 hingga kini bisa dilihat dalam fakta di lapangan tidak bekerja dengan baik sesuai dengan harapan-harapan sebagaimana dalam Perkapolri tersebut. Perlu diketahui bahwa keberhasilan kepolisian di Jepang untuk mengamankan wilayah Jepang banyak ditentukan oleh sistem kepolisian berbasis masyarakat yang dikenal dengan Koban dan Chuzaisho.

254 252 Ibid., hal. 187. 253 Ibid. 254

Monica Tanuhandaru dan Ahsan Jamet Hamidi, Loc. cit. Istilah Koban di kepolisian Jepang disebut sebagai “pos polisi” yang terbuka selama 24 jam untuk melindungi masyarakat. Secara harfiah, Koban yang berarti “terbuka” tersebut memiliki arti pos polisi selalu terbuka untuk tukar pendapat secara bebas dengan masyarakat. Bentuk lain dari Koban di daerah pedesaan disebut

Chuzaiso yang berarti “tinggal di sana” yang diartikan sebagai sebuah rumah atau pos polisi. Chuzaiso

adalah pos polisi di daerah pedesaan yang “terbuka” dengan seorang petugas polisi berada di tengah- tengah masyarakat selama 24 jam. Pada bagian depan adalah ruang kantor untuk polisi sedangkan di bagian belakang terdapat kamar-kamar untuk tempat tinggal. Kedua tipe pos polisi ini (Koban dan

Chusaizo) melakukan bentuk kegiatan polisi yang sama, yaitu menawarkan pelayanan perpolisian secara penuh kepada masyarakat.

Petugas Polmas di Jepang diperankan oleh para petugas Koban dan Chusaizho, sementara Polmas di Indonesia dikenal dengan Babinkamtibmas dengan pola 1 (satu) desa untuk 1 (satu) orang petugas Babinkamtibmas. Masalahnya adalah nasib Babinkamtibmas dalam penyelenggaraan tugas keamanan dan ketertiban di Indonesia masih sangat jauh dari harapan,255

Podal Sumut harus berbenah dan berupaya menjadi polisi yang profesional dan mandiri dalam menanggulangi perjudian melalui optimalisasi peran dan fungsi Babinkamtibmas ini. Pada intinya menekankan pada kemitraan dengan masyarakat untuk penyelesaian masalah, dalam upaya pencegahan terhadap ancaman keamanan dan ketertiban di masyarakat,

dan hingga kini wujud kinerjanya jarang ditemukan dalam masyarakat Indonesia padahal konsep demikian sangat baik dan efektif untuk melakukan deteksi dini terhadap segala bentuk pelanggaran dan kejahatan termasuk perjudian.

256

termasuk mendeteksi dini munculnya penyakit- penyakit masyarakat yang mengarah pada pelanggaran dan kejahatan. Pemerintah tidak boleh tinggal diam, Pemerintah harus mendukung dan menganggarkan dana bagi Polri untuk mengembangkan pelaksanaan program Babinkamtibmas ini.257

Selain faktor fasilitas atau sarana dalam hal ketidakjelasan wujud dan peran dari Babinkamtibmas adalah juga dipengaruhi oleh tingginya keiinginan masyarakat untuk mengajukan upaya praperadilan kepada polisi sekaligus menunjukkan pula bahwa kinerja aparatur kepolisian dilakukan oleh orang-orang yang tidak profesional

255

M. Risya Mustario, Op. cit., hal. 59. 256

Ibid., hHal. 53. 257

dan kurang terampil dalam memahami dan menjalankan tugas-tugasnya,258

Faktor sarana atau fasilitas tidak hanya diperlukan dukungan dari para personilnya, namun pula perlu dukungan dari sisi pendanaan untuk mengakomodasi keperluan sarana dan prasarana para Babinkamtibmas di lapangan dalam menjalankan tugasnya. Faktor keuangan juga menjadi penghambat dalam melaksanakan penegakan hukum. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Choirun Parapat dari hasil penelitiannya menyimpulkan tidak efektifnya penegakan hukum di Banda Aceh

yang berakibat buruk terhadap pandangan masyarakat kepada polri.

Seharusnya untuk mencegah faktor ini terjadi maka polri harus benar-benar melakukan pendidikan khusus terhadap semua keahlian dan keterampilan anggota- anggotanya karena kinerja daripada para anggota di lapangan mewakili nama baik institusi Polri khususnya Polda Sumut. Bila aparaturnya salah maka yang terbawa- bawa dalam pandangan masyarakat adalah institusinya. Polisi sebagai garda terdepan dalam menciptakan keamanan, kenyamanan, ketenteraman masyarakat dan penegakan hukum harus benar-benar terlatih, terampil, dan ahli di bidangnya, bukan hanya sekedar polisi dalam tampilan fisik saja, melainkan harus memiliki tanggung jawab moral dan hukum, memiliki skill atau keahlian sesuai dengan tugas masing- masing.

258

http://news.liputan6.com/read/2321167/dipraperadilankan-warga-kena-tilang-ini-

tanggapan-polisi?page=2, lihat juga di: http://www.beritasatu.com/nasional/258402-giliran-kapolres- bogor-dipraperadilankan.html, lihat juga di: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa- barat/2013/03/27/228674/salah-tangkap-sejumlah-polisi-cirebon-dipraperadilankan, diakses tanggal 11 Januari 2016, dan banyak lagi website-website nasional maupun lokal yang memberitakan terkait dengan perkara mempraperadilankan polisi.

dalam memeriksa dan mengadili perkara tipikor disebabkan karena kekurangan biaya.259

Pelaksanaan penanganan perkara kadang-kadang menimbulkan biaya tinggi (high cost) yang harus dikeluarkan. Biaya-biaya tersebut antara lain untuk memperoleh izin melakukan penangkapan, izin melakukan penyitaan, izin melakukan penggeledahan, izin melakukan penahanan, biaya pelimpahan berkas perkara, biaya sidang untuk mengikuti persidangan sampai 15 (lima belas) kali sidang untuk satu perkara, biaya-biaya lain seperti biaya akomodasi untuk para saksi, pengawalan tahanan, dan terdakwa.260

Soerjono Soekanto mengatakan fasilitas atau sarana penunjang merupakan faktor penting dapat mewujudkan tujuan hukum.261 Fasilitas-fasilitas tersebut meskipun sebagai sarana penunjang namun perannya sedemikian urgen diperlukan.262 Urgensi fasilitas atau sarana dan prasarana penunjang dalam penyelenggaraan penegakan hukum adalah:263

a. Apa yang sudah ada, tentu harus dipelihara agar setiap saat dapat difungsikan; b. Apa yang belum ada, maka perlu diadakan dengan memperhatikan kebutuhan

yang medesak;

c. Apa yang kurang, maka perlu dilengkapi; d. Apa yang macet, maka harus dilancarkan; dan

259

Choirun Parapat, Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Oleh Kejaksaan Negeri Kuala Simpang Setelah Dibentuknya Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Di Daerah, (Medan: Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2015), hal. 143.

260

Ibid., hal. 144. 261

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, (Jakarta: Rajawali, 1980), hal. 17.

262

Rusli Muhammad, Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Dilengkapi Dengan 4 Undang- Undang di Bidang Sistem Peradilan Pidana, (Yogyakarta: UII Press, 2011), hal. 59.

263

e. Apa yang telah lama (kolot) dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman, maka perlu ditinggalkan dan diperbaharui.

Faktor fasilitas atau sarana ini merupakan salah satu faktor penting di dalam penegakan hukum.264 Hal ini berarti kebutuhan akan kemampuan aparat penegak hukum untuk menanggulangi kejahatan perjudian diperlukan sarana atau fasilitas dalam rangka menjalankan asas peradilan sederhana, cepat dan berbiaya ringan,265

4. Faktor Masyarakat

dengan diperlukannya Babinkamtibmas dapat memnimilaisir kuantitas kejahatan perjudian sehingga mengurangi jumlah perkara-perkara perjudian yang masuk ke tahap penyidikan, penuntutan, dan persidangan.

Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum terhadap perjudian di wilayah Polda Sumut dari sisi masyarakat antara lain kurangnya kesadaran hukum masyarakat untuk patuh terhadap hukum. Bahkan masyarakat itu sendiri sudah mengetahui konsekuensi dari perbuatan judi itu sendiri adalah diproses secara hukum dan pada akhirnya dipenjara, namun sikap pembangkangan terhadap hukum yang berlaku tetap dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi.

Faktor dari sisi masyarakat bukan saja terkait dengan kondisi ekonomi namun orang yang berpenghasilan lumayan (orang kaya) sekalipun juga terlibat dalam praktik perjudian. Kalau dikatakan salah satu faktor ekonomi atau karena kemiskinan dapat mempengaruhi seseorang untuk terjerumus perjudian tidak bisa diterima secara

264

William J. Chamliss & Roberto Seidman, Law Order and Proper, (Massachusetts: Addison Wesley Publishing Company, 1971), hal. 91-107.

265

umum karena pada kenyataannya berdasarkan hasil penyidikan di Polda Sumut, orang kaya sekalipun juga terlibat, misalnya penyedia sarana dan prasarana judi biasanya

Dokumen terkait