• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Kebijakan Penanggulangan Perjudian di Wilayah Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara

2. Pendekatan Non Penal

Optimalisasi peran Babinkamtibmas merupakan salah satu pendekatan non penal yang sangat strategis dalam rangka melakukan upaya preemtif sedangkan dengan diadakannya Patroli Reaksi Cepat (PRC) Polri merupakan salah satu contoh upaya preventif. Apakah peran Babinkamtibmas tersebut telah berjalan dengan baik sesuai harapan di wilayah Polda Sumut? Tentu saja tidak. Sebab bilapun para Babinkamtibmas tersebut ada di lapangan tetapi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya seperti Perpolmas yang telah dipraktekkan di Jepang, Singapura, Amerika Serikta, Inggris, dan lain-lain.190

Keberhasilan Kepolisian Jepang mengamankan wilayah Jepang banyak ditentukan oleh sistem Kepolisian berbasis masyarakat yang dikenal dengan Koban dan Chuzaisho. Arti Koban dalam bahasa Jepang adalah sebuah “kotak terbuka”. Istilah Koban di kepolisian Jepang disebut sebagai “pos polisi” yang terbuka selama 24 jam untuk melindungi masyarakat. Secara harfiah, Koban yang berarti “terbuka” tersebut memiliki arti pos polisi selalu terbuka untuk tukar pendapat secara bebas dengan masyarakat.191

Bentuk lain dari Koban di daerah pedesaan disebut Chuzaiso yang berarti “tinggal di sana” yang diartikan sebagai sebuah rumah atau pos polisi. Chuzaiso adalah pos polisi di daerah pedesaan yang “terbuka” dengan seorang petugas polisi

190

Mahmud Mulyadi dan Andi Sujendral, Community Policing: Diskresi Dalam Pemolisian Yang Demokratis, (Medan: Sofmedia, 2011), hal. 15.

191

Monica Tanuhandaru dan Ahsan Jamet Hamidi, Program Pemolisian Masyarakat, (Jakarta: Institute for Defense Security and Peace Studies (IDSPS) Press, 2009), hal. 1.

berada di tengah-tengah masyarakat selama 24 jam. Pada bagian depan adalah ruang kantor untuk polisi sedangkan di bagian belakang terdapat kamar-kamar untuk tempat tinggal. Bentuk Koban dan Chusaizo di Jepang melakukan bentuk kegiatan polisi yang sama, yaitu menawarkan pelayanan perpolisian secara penuh kepada masyarakat.192

Upaya preemtif dan upaya preventif menurut Mahmud Mulyadi sebagai upaya kebijakan dengan pendekatan non penal. Dikatakan preemtif adalah upaya melakukan kebijakan non penal atau pencegahan melalui pembinaan dan penyuluhan kesadaran hukum masyarakat.

Peran Koban dan Chuzaiso di Jepang menitikberatkan pada upaya preemtif dan preventif dalam membina, menyuluh, dan mendeteksi dini faktor kriminogen pelanggaran dan kejahatan.

193

Upaya preventif adalah upaya pencegahan dengan memperhatikan faktor-faktor kondusif atau faktor potensial yang dapat menyebabkan terjadinya pelanggaran hukum, upaya preventif dilakukan pada situasi dimana tempat-tempat yang rawan terjadinya pelanggaran dan kejahatan.194

Kebijakan penanggulangan perjudian secara non penal oleh Polda Sumut seharusnya difokuskan pada restrukturisasi kembali unit Perpolmas atau model penyelenggaraan fungsi Babinkamtibmas dengan pola satu orang personil untuk satu

192

http://www.isi-indonesia.com/laporan-hasil-pelatihan-jica-counterpart-training-course- 2.html, diakses tanggal 15 Januari 2014. Ditulis Elia Umboh, dengan judul, “Laporan Hasil Pelatihan JICA Counterpart Training Course, Pelatihan Mitra Kerja Bidang Koban dan Chuzaisho Aktifitas di Jepang Pada Tanggal 31 Mei s/d 10 Juni 2009”.

193

Mahmud Mulyadi, Criminal Policy....Op. cit, hal. 144. 194

desa atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan di tempat yang diperlukan.195

195

Kepolisian Resor Tapanuli Tengah, “Standar Operasional Prosedur (SOP) Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Resor Tapanuli Tengah Tahun 2012”, Sibolga, 2012, hal. 1.

Hal ini telah ditegaskan di dalam Surat Keputusan Kapolri Nomor Polisi: Skep/737/X/2005 tanggal 13 Oktober 2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Penerapan Model Perpolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri yang menegaskan kebijakan untuk membangun Perpolmas tersebut, dan kemudian disempurnakan melalui Perkapolri Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Pemolisian Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri.

Proses reformasi Polri sejak tahun 1998 seharusnya menjadi momentum penting untuk menuju masyarakat sipil yang demokratis, di mana terdapat kecenderungan masyarakat lebih menginginkan pendekatan-pendekatan yang personal dan menekankan pemecahan masalah daripada sekedar terpaku pada formalitas hukum yang kaku (refresif). Reformasi Polri untuk menjadi kepolisian sipil melakukan penyesuaian diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dengan cara merubah paradigma yang semula menitikberatkan pada pendekatan yang reaktif dan konvensional (kekuasaan) atau masyarakat sebagai obyek pelaksanaan tugasnya, berubah menuju pendekatan yang proaktif agar mendapat dukungan publik dengan mengedepankan kemitraan dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial termasuk upaya pencegahan munculnya kejahatan secara dini melalui upaya preemtif dan preventif.

Upaya penanggulangan perjudian melalui optimalisasi peran Babinkamtibmas seharusnya menjadi ujung tombak Polda Sumut,196

Polda Sumut telah berupaya melakukan penanggulangan kejahatan perjudian yang bersifat preemptif, preventif, seperti sosialisasi, rehabilitasi serta pengembangan namun kenyataannya pendekatan ini luput dari kebijakan yang seharusnya dilakukan selain pendekatan penal oleh Polda Sumut. Bisa diperhatikan di lingkungan masyarakat untuk setiap desa atau kelurahan di wilayah Polda Sumut tidak bisa ditemukan dimana keberadaan para Babinkamtibmas tersebut berada, bahkan upaya ini terkendala disebabkan kurangnya sarana maupun prasarana, biaya dan keterampilan para personil untuk menjadi Babinkamtibmas.

Upaya melalui optimalisasi peran dan fungsi Babinkamtibmas dapat mendeteksi dini terhadap faktor-faktor korelatif timbulnya kejahatan termasuk kejahatan perjudian dapat lebih ampuh untuk diredam jangan sampai kebiasaan berjudi menjadi terbiasa bagi masyarakat. Dengan adanya peran dari para Babinkamtibmas ini sebagai garda terdepan di tengah-tengah masyarakat dapat dijadikan oleh Polda Sumut untuk mendeteksi dini di tempat-tempat yang menjadi markas-markas judi sehingga unit penyuluhan dan pembingan masyarakat dapat dengan segera diturunkan ke lapangan memberikan pemahaman-pemahaman pentingnya patuh terhadap hukum dan ancaman pidana bagi siapa saja yang terjerat dengan praktik perjudian.

196

Wawancara dengan Herman, Kepala Unit Penyidikan (Panit Sidik) Polda Sumut, Tanggal 25 Januari 2016.

infrastruktur pendukung. Beberapa kebijakan penanggulangan kejahatan perjudian yang telah dilakukan oleh Polda Sumut dengan pendekatan non penal antara lain sebagai berikut:

1. Penyuluhan dan pencerahan ajaran agama oleh tokoh-tokoh kharismatik dan kredibilitas tinggi di bidang keagamaan untuk memahamkan nilai-nilai agama agar tidak terjerumus ke dalam segala bentuk perbuatan pelanggaran hukum dan kejahatan termasuk perjudian.

2. Melaksanakan patroli-patroli baik siang maupun di malam hari melalui pembentukan unit Patroli Reaksi Cepat (PRC) untuk melakukan upaya pencegahan kejahatan dan bahkan bila kejahatan terjadi seketika unit ini dapat bertindak dengan cepat.

3. Melakukan sosialisasi hukum ke sekolah-sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Lanjutan Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Lanjutan Atas (SLTA) untuk memahamkan kesadaran hukum masyarakat agar taat terhadap ketentuan hukum yang berlaku.

4. Melakukan program perpolisian masyarakat atau babinkamtibmas untuk dapat mendeteksi dini faktor-faktor korelatif yang dapat menimbulkan pelanggaran dan kejahatan di lingkungan masyarakat, selain itu melakukan upaya-upaya preemtif untuk bertindak sebagai ”bidan desa” atau ”bidan kelurahan” yang selalu siap memberikan pelayanan 1 x 24 jam kepada masyarakat, mendengarkan dan mencatat segala keluhan-keluhan atas keamanan dan

kenyamanan warga masyarakat dan menjadi catatan bagi Polda Sumut untuk ditindaklanjuti.

Program penyuluhan dan pencerahan ajaran agama telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran hukum masyarakat untuk patuh terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sesuai dengan pelaksanaan tugas- tugas Polri.197

Kegiatan patroli Polda Sumut dan sejajarannya juga telah dilaksanakan, namun sangat disayangkan upaya ini hanya dilakukan di tempat-tempat keramaian saja, sedangkan tempat-tempat lain seperti lorong-lorong atau gang-gang, lingkungan perumahan warga masyarakat atau di tempat-tempat sepi tidak dilakukan patroli, padahal tempat-tempat demikian sering dijadikan oleh para pelaku sebagai tempat melakukan perjudian secara sembunyi-sembunyi.

Namun sangat disayangkan program ini tidak berjalan secara berkelanjutan melainkan hanya bersifat temporer atau sesuai dengan kebutuhan.

198

Polda Sumut juga telah melaksanakan sosialisasi hukum ke sekolah-sekolah untuk memahamkan kesadaran hukum masyarakat agar taat terhadap ketentuan hukum yang berlaku, namun sangat disayangkan upaya ini juga tidak dilakukan secara berkelanjutan dan bilapun ada dilakukan bahkan tidak secara merata kepada seluruh sekolah-sekolah yang ada di wilayah Polda Sumut. Sosialisasi ini juga jarang

197

Wawancara dengan Yuni, anggota Polwan dari Polda Sumut, Tanggal 25 Januari 2016. 198

Wawancara dengan Amri Siahaan, Kepala Sub Direktorat Reserse Kriminal Umum (Kasubdit III) Kejahatan Masyarakat (Jahtanras) Polda Sumut, Tanggal 20 Januari 2016.

diikuti oleh para mahasiswa yang seharusnya para mahasiswa juga harus memperoleh pembimbingan dan penyuluhan tingkat kesadaran hukumnya.199

Selain itu indikasi beking-bekingan terhadap bandar-bandar judi di Sumut masih sangat kental didengar dan dirasakan oleh warga masyarakat, baik dengan melihat dengan mata sendiri maupun informasi yang diberitakan melalui media cetak dan media online kredibel. Kalau tidak demikian mengapa judi togel, judi kartu, dan lain semcamnya masih saja tetap berjalan bahkan tidak sedikit warga yang turut

Polda Sumut dan sejajarannya juga telah melaksanakan program babinkamtibmas untuk dapat mendeteksi dini faktor-faktor korelatif yang dapat menimbulkan pelanggaran dan kejahatan di lingkungan masyarakat, dan melakukan upaya preemtif, namun peran Babinkamtibmas di lapangan sangat jarang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat bahkan dalam satu desa atau kelurahan sekalipun Babinkamtibmas tersebut tidak dapat dijumpai.

Saat ini hampir sangat jarang sekali bisa ditemukan adanya penyuluhan- penyuluhan hukum kepada masyarakat setempat di wilayah Sumut mengenai bahaya dan risiko hukum bila terlibat dalam praktik perjudian. Sosialisasi ini perlu dibangun oleh Polda Sumut dalam mencegah praktik perjudian, bukan saja hanya disandarkan pada upaya pemberantasan atau penindakan (refresif), tetapi yang lebih penting dalam penanggulangan judi adalah mengoptimalkan upaya preemtif dan preventif agar penyakit-penyakit masyarakat terkait dengan judi tidak menjadi membudaya dalam masyarakat Sumut.

199

terlibat sebagai tukang catat togel masih berkeliaran.200 Jenis judi togel dan judi kartu sangat mendominasi di Sumut. Hingga kini oknum yang membeking praktik-praktik judi itu masih tetap eksis di luar Polri dan termasuk oknum dari Polri itu sendiri yang masih mau menerima setoran dari para bandar judi,201 ada pula yang dibeking oleh satuan lain,202

Upaya untuk dapat membersihkan oknum-oknum pembeking judi di dalam tubuh Polri khususnya di Polda Sumut hanya dapat dilakukan bilamana orang yang paling tertinggi jabatannya di Polda Sumut harus benar-benar serius dan tegas

sehingga pada gilirannya kebijakan penanggulangan perjudian di Polda Sumut menemukan jalan buntu dalam penegakan hukum, sebab personil bawahan tidak berani melakukan tindakan apapun untuk menindak bandar judi.

Kebijakan penanggulangan perjudian di Polda Sumut sangat diidamkan dapat dilaksanakan oleh seorang pimpinan Polri seperti Sutanto (mantan Kapoldasu) yang pada masa dulu sangat berani memberantas habis bandar judi yang paling terkenal di Sumut (vide: rezim Olo Panggabean). Itu sebabnya di awal telah disinggung tadi dua hal yang harus menjadi sorotan dan perlu diperhatikan bersama, yaitu pertama optimalisasi Perpolmas dan yang kedua adalah kejujuran dari para petinggi-petinggi Polri khususnya Polda Sumut dan sejajarannya dalam memberantas perjudian harus benar-benar bisa membersihkan para oknum-oknum, tidak peduli siapa dan apa pangkat dan jabatannya, harus ditindak tegas.

200

Wawancara dengan Amri Siahaan, Kepala Sub Direktorat Reserse Kriminal Umum (Kasubdit III) Kejahatan Masyarakat (Jahtanras) Polda Sumut, Tanggal 20 Januari 2016.

201

Wawancara dengan Herman, Kepala Unit Penyidikan (Panit Sidik) Polda Sumut, Tanggal 25 Januari 2016.

202

Wawancara dengan Rizal, kepling sekaligus tokoh masyarakat Marelan, Tanggal 26 Januari 2016.

melakukan pemberantasan, paling tidak dapat menyamai prestasi Sutanto pada masa kepemimpinannya.203

Kebijakan melalui pendekatan non penal dilakukan oleh Polda Sumut melalui optimalisasi peningkatan kesadaran hukum masyarakat sejak dini dengan cara mengunjungi sekolah-sekolah mulai dari tingkat SD, SLTP, dan SLTA untuk memberikan arahan dan pembimbingan kepada para anak didik agar bersungguh- sungguh menuntut ilmu pengetahuan dalam mencapai cita-cita yang mulai, agar tidak menjadi anak yang tidak berguna atau menjadi ”sampah masyarakat” bilamana anak-

Namun apabila langkah demikian tidak dapat diwujudkan karena disebabkan oleh oknum-oknum yang masih saja memberikan peluang dan memperoleh setoran dari para bandar, maka langkah ini harus ditindaklanjuti segera oleh Mabes Polri untuk merestrukturisasi kepemimpinan di Polda Sumut.

Masa kepemimpinan Sutanto di Sumut sebagai Kapolda seharusnya menjadi contoh bagi Kapolda-Kapolda lainnya yang memimpin di Sumut. Tidak dapat dibantahkan bahwa kejujuran dan keseriusan pimpinan yang didukung dengan mental dan keberanian menjadi kunci keberhasilan penanggulangan judi. Kalau unsur-unsur tersebut tidak dimiliki maka niscaya upaya penanggulangan judi di Sumut tidak akan berhasil, apalagi hanya diwujudkan dalam wacana saja, tidak disertasi dengan bukti nyata dari wacana itu. Diyakini bahwa masyarakat Sumut sangat menginginkan hasil atau bukti nyata dari kinerja pimpinan, bukan sebagai wacana saja.

203

Wawancara dengan Herman, Kepala Unit Penyidikan (Panit Sidik) Polda Sumut, Tanggal 25 Januari 2016.

anak terjerumus ke dalam pelangaran dan kejahatan seperti terlibat pencurian, narkotika, perjudian, dan lain-lain.

Sangat disayangkan bahwa pendekatan non penal dengan cara memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah yang demikian itu tidak berjalan secara kontiniu (berkelanjutan) tetapi bersifat temporer atau sesuai kebutuhan dan tidak pula dijalankan oleh fungsi dari para Babinkamtibmas melainkan diprogramkan langsung secara terpusat dengan menurunkan tim khusus dari Polda Sumut. Tentu untuk dapat menjalankan program ini diperlukan biaya yang besar untuk mengkomodasi segala kebutuhan, oleh karena itu Polri harus menganggarkan biaya-biaya dalam rangka melaksanakan sosialisasi penyuluhan kesadaran hukum masyarakat.

Polda Sumut juga melaksanakan kebijakan non penal untuk judi dengan cara pembinaan mental anak didik melalui pemahaman terhadap agama. Program ini telah berjalan sejak lama namun sifatnya temporer, misalnya dilakukan di saat bertepatan dengan bulan puasa ramadan dan saat-saat perayaan natal serta tahun baru. Dalam menjalankan program ini, Polda Sumut memiliki bidang dakwah dan rohaniawan dengan beberapa orang personil yang mampu memberikan ceramah-ceramah agama atau dengan menggandeng para ustad dan rohaniawan bila diperlukan.

Penyuluhan hukum dan pembinaan mental di tingkat kalangan para mahasiswa kadang-kadang sering terabaikan, bahkan dalam setahun tidak pernah dilakukan, bilapun ada dilakukan hanya bersifat temporer melalui seminar-seminar yang telah ditentukan tempat dan waktunya misalnya di hotel-hotel. Dalam upaya ini,

tentu saja mahasiswa tidak semua bisa turut menjadi peserta karena ruangan terbatas atau tidak diketahui oleh para mahasiswa.

Upaya pencegahan yang belum pernah tampak dilakukan oleh Polda Sumut dalam mencegah praktik-praktik judi adalah seperti sosialisasi peraturan yang melarang tentang perjudian melalui iklan-iklan atau poster-poster atau spanduk- spandung yang bertuliskan larangan terhadap berbuat judi. Kalau iklan yang bertajuk larangan agar tidak terjerumus ke dalam pengaruh narkotika sudah biasa dilihat oleh masyarakat baik dalam iklan televisi maupun melalui spanduk di pinggir-pinggir jalan. Justru yang banyak disaksikan dan dibaca oleh masyarakat adalah iklan-iklan dan spanduk komerlis yang tidak berguna dan kurang bermanfaat di pinggir-pinggir jalan dan di persimpangan jalan yang membuat suasana tata ruang kota menjadi tidak teratur, bahkan spanduk-spanduk komersil tersebut berisiko tinggi mengganggu dan mengancam keselamatan para pengguna jalan raya.

Inti kebijakan penanggungalan kejahatan melalui pendekatan non penal pada prinsipnya adalah melakukan tindakan preemtif dan preventif. Tindakan preemtif bisa dilakukan dalam berbagai hal dengan menitikberatkan pada program pencegahan dini jauh sebelum terjadinya kejahatan perjudian, berarti Polda Sumut harus melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan taat hukum masyarakat. Tindakan preventif bisa dilakukan dalam berbagai cara dengan menitikberatkan pada faktor potensial akan terjadinya perjudian dengan adanya peluang-peluang bagi masyarakat.

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR KENDALA DAN SOLUSI DALAM

Dokumen terkait