• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan PSK dalam

dan sikap dengan hasil sebagai berikut:

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur PSK di ”lokalisasi” Teleju Pekanbaru dikategorikan umur kurang dari 30 tahun dan lebih dari atau sama dengan 30 tahun. Pekerja Seks Komersial yang berada di Teleju Pekanbaru lebih banyak berumur kurang dari 30 tahun (57,7%) dibandingkan PSK yang berumur lebih dari atau sama dengan 30 tahun. Sama dengan penelitian Hafsah di Kabupaten Bantul bahwa PSK 81% berumur kurang dari 30 tahun.

Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan tindakan PSK dalam menggunakan kondom, karena nilai p = 0,299. Secara proporsi PSK yang berumur kurang dari 30 tahun menggunakan kondom sebesar 21,3% lebih besar dibandingkan dengan PSK berumur lebih dari atau sama dengan 30 tahun hanya 12,7%. Artinya PSK dengan usia relatif muda lebih konsisten menggunakan kondom dibandingkan dengan usia diatasnya.

Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, bahwa umur tidak berpengaruh terhadap tindakan PSK untuk menggunakan kondom karena nilai p = 0, 850 > 0,05. Artinya PSK yang berumur kurang dari 30 tahun dan yang berumur lebih dari atau sama dengan 30 tahun tidak akan membuat pelanggan selalu menggunakan kondom dalam berhubungan seksual. Umur tua dan muda cenderung tidak menggunakan kondom walau mereka tahu akibat dari tidak menggunakan kondom.

Sama halnya dengan hasil penelitian Ganyang (2002) di Jayapura, bahwa umur tidak mempengaruhi PSK menggunakan kondom. Menurut Ganyang dalam penelitiannya umur tua lebih berpengalaman dalam hal penggunaan kondom dibandingkan dengan usia muda yang masih baru menjadi PSK tetapi baik umur tua maupun umur muda tetap tidak menggunakan kondom secara terus menerus pada saat berhubungan seks dengan pelanggan.

Berdasarkan masa kerja, hasil uji chi-square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara masa kerja dengan tindakan PSK menggunakan kondom karena nilai p = 0,301 > 0,05. Artinya PSK yang bekerja kurang dari 2 tahun dan bekerja lebih dari atau sama dengan 2 tahun tidak berhubungan dengan tindakan menggunakan kondom pada saat berhubungan seks dengan pelanggan karena sebagian besar pelanggan tidak menghendaki yang bersangkutan menggunakan kondom.

Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, masa kerja tidak berpengaruh terhadap tindakan PSK menggunakan kondom karena nilai p = 0,547 > 0,05. Artinya lama atau tidaknya PSK bekerja di lokalisasi Teleju tidak berpengaruh terhadap tindakan menggunakan kondom.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Hafrida (2007) di Kabupaten Banyuwangi bahwa PSK yang baru atau lama bekerja tidak mempengaruhi tindakan menggunakan kondom. Karena menurut responden dalam penelitian Hafrida yang terpenting bagi mereka bagaimana agar pelanggan tetap datang terus dan semakin disukai agar jumlah uang yang diterima semakin banyak.

Meskipun secara teoritis semakin lama masa kerja seseorang maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk memahami tentang pekerjaannya dan upaya pencegahan dampak dalam suatu pekerjaan (Silalahi, 1985). Demikian halnya dengan PSK semakin

lama bekerja di lokalisasi Teleju sebagai PSK maka mereka semakin memahami pekerjaannya dan berusaha menghindari agar tidak tertular HIV/AIDS.

Berdasarkan pengetahuan, dari hasil uji chi - square (nilai p = 0,000 < 0,05) ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan tindakan PSK menggunakan kondom pada saat berhubungan seks. Secara proporsi, PSK berpengetahuan baik, menggunakan kondom 46,2% lebih besar dibandingkan dengan berpengetahuan sedang (16,7%) dan berpengetahuan kurang (6,5%). Artinya semakin tinggi pengetahuan PSK maka semakin konsisten menggunakan kondom secara terus menerus. Dan semakin rendah pengetahuan PSK maka menggunakan kondom juga rendah. Demikian halnya di Teleju berdasarkan data dari Yayasan Utama bahwa pendidikan PSK 82% tamat SMP sehingga informasi yang didapat oleh mereka kurang maksimal dalam penyerapan menyebabkan kurangnya tindakan PSK untuk menggunakan kondom.

Pengetahuan PSK tersebut berkenaan dengan defenisi, manfaat, akibat dan cara menggunakan kondom serta pengertian, cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Rumaseuw (2005) di Mimika bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan penggunaan kondom. Ditemukan bahwa semakin tinggi pengetahuan PSK tentang kegunaan kondom semakin banyak yang menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pelanggan. Dan PSK yang pengetahuannya rendah, sedikit yang menggunakan kondom.

Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik nilai p = 0,005 < 0,05 artinya pengetahuan berpengaruh terhadap tindakan PSK untuk

Hal ini sama dengan pendapat Green dan Kreuter (2005) bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi antara lain pengetahuan dan sama juga dengan pendapat Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Diperkuat dengan pendapat Bloom yang dikutip Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah bentuk tahu individu yang diperolehnya dengan penalaran, perasaan dan akal pikiran tentang segala sesuatu yang dihadapinya. Ketika individu sudah tahu, memahami kemudian melakukan tindakan. Dikatakan juga bahwa kurangnya pengetahuan individu akan berkurang untuk melakukan tindakan.

Pengetahuan yang baik tentang manfaat kondom dapat mencegah HIV/AIDS akan membuat PSK untuk menggunakan kondom. Hal ini sesuai dengan teori di atas bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dalam hal ini tindakan menggunakan kondom.

Pada penelitian Depkes (2004) di Sumatera Utara, 53% PSK yang mengetahui bahwa kondom dapat mencegah HIV menggunakan kondom. Pengetahuan tentang keampuhan kondom adalah merupakan topik utama yang sering diberikan para penyuluh dengan tujuan agar PSK mengetahui, memahami dan mau menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pelanggan.

Berdasarkan sikap, dari hasil uji chi-square menunjukkan nilai p 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan PSK menggunakan kondom. Secara proporsi PSK yang bersikap baik menggunakan kondom 48,3% lebih banyak dibanding dengan PSK yang bersikap sedang (11,4%) dan yang bersikap kurang (7,0%). Artinya bahwa sikap PSK yang baik, akan lebih konsisten menggunakan kondom pada saat berhubungan seks dengan pelanggan. Sikap kurang akan tidak konsisten

menggunakan kondom karena PSK tidak menyadari manfaat kondom dan diikuti pengetahuannya yang kurang.

Setelah dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik, ternyata sikap berpengaruh terhadap tindakan PSK untuk menggunakan kondom karena nilai p = 0,048 < 0,05. Artinya PSK yang bersikap baik akan mempengaruhi pelanggan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual. Hal ini dapat terjadi karena sikap PSK yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik tentang manfaat kondom dan akibat bila tidak menggunakan kondom. Sama halnya dengan pendapat Soekanto yang dikutip Musafaah dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat (2007) bahwa sikap seseorang akan suatu masalah dipengaruhi oleh pengetahuan.

Pengetahuan yang tinggi tentang manfaat kondom cukup untuk dapat merubah sikap dan tindakan PSK untuk menggunakan kondom. Sikap untuk menggunakan kondom akan lebih baik jika berawal dari niat, kesadaran sendiri dan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh yang bersangkutan. Sesuai dengan pendapat Ajzen & Fishbein yang dikutip Smet, (1994) bahwa sikap mempengaruhi perilaku seseorang.

Secara teoritis menurut Sarwono (2004) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya.

Dari hasil penelitian 59,2 % PSK setuju kalau pelanggan harus menggunakan kondom pada saat berhubungan seks, 68,5% PSK menolak jika pelanggan tidak menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seks dan 52,3% PSK setuju jika menggunakan kondom akan lebih merasa aman. Artinya PSK mengetahui, menyadari

akan manfaat kondom dan berniat untuk menggunakan kondom. Hasil penelitian ini seseuai dengan pendapat Green dan Kreuter (2005) yang menyatakan sikap itu merupakan faktor untuk mempermudah terjadinya perubahan perilaku.

5.2. Faktor Pendukung terhadap Tindakan PSK dalam Menggunakan Kondom

Dokumen terkait