• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Subjektif Akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekanan Panas

2.1.7 Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Subjektif Akibat

2.1.7 Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Subjektif Akibat Tekanan Panas

Faktor individu yang berhubungan dengan akibat tekanan panas berdasarkan beberapa teori, yaitu : aklimatisasi, umur, jenis kelamin, konsumsi alkohol, status gizi dan masa kerja. Faktor lingkungan yang berhubungan dengan keluhan subjektif adalah tekanan panas (Suma’mur, 2009). Menurut NIOSH (2016) dan Hunt (2011), respon fisiologis akibat tekanan panas dipengaruhi oleh status hidrasi. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif akibat tekanan panas sebagai berikut :

1. Tekanan Panas

Tekanan panas akan mempengaruhi daya kerja, produktivitas, efisiensi dan efektivitas kerja. Saat pekerja berada di tempat kerja dengan tekanan panas akan mengalami pross aklimatisasi, yaitu suhu tubuh akan meningkat dan untuk

21

mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh yang lebih tinggi, tubuh akan melepas panas melalui peningkatan aliran darah dan keluar keringat. Jika pelepasan panas tidak seimbang dengan panas yang diproduksi tubuh akan terjadi penyakit serius seperti heat syncope, heat exhaustion sampai heat stroke (Suma’mur, 2009).

2. Umur

Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih tua. Pekerja dengan umur lebih tua (40 sampai 65 tahun) umumnya kurang mampu dalam mengatasi panas. Pada orang dewasa yang lebih tua, fungsi jantung menjadi kurang efisien. Oleh karena itu, pengeluaran keringat terjadi lebih lambat dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpajan panas (Worksafe BC, 2007). Semakin bertambahnya umur seseorang akan menyebabkan respon kelenjar keringat terhadap perubahan temperatur menjadi lebih lambat, sehingga proses pengeluaran keringat menjadi kurang efektif dalam mengendalikan suhu tubuh (NIOSH, 2016).

3. Jenis Kelamin

Menurut WHO (1969) mengemukakan adanya perbedaan dalam hal aklimatisasi antara pria dan wanita. Wanita tidak dapat melakukan aklimatisasi sebaik pria dikarenakan mereka memiliki kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil (Salami dkk, 2015). Kapasitas rata-rata wanita mirip dengan seorang anak laki-laki. Mereka cenderung tidak bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan pekerjaan rata-rata pria dewasa. Semua aspek toleransi panas pada wanita belum

sepenuhnya diteliti, tetapi kapasitas termoregulatori mereka telah diteliti. Ketika mereka bekerja pada proporsi yang sama, wanita melakukan pekerjaan tersebut kurang baik daripada pria. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat sedikit perbedaan dalam kapasitas termoregulatori antara pria dan wanita (NIOSH, 2016).

4. Status gizi

Seseorang yang status gizinya jelek akan menunjukkan respon yang berlebihan terhadap tekanan panas yang disebabkan oleh sistem kardiovaskuler yang tidak stabil (Salami dkk, 2015). Kelebihan lemak menyebabkan meningkatnya insulasi terhadap tubuh yang dapat mengurangi kehilangan panas dalam tubuh. Orang dengan kelebihan berat badan juga dapat menghasilkan panas lebih banyak selama kegiatan (Worksafe BC, 2007).

5. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut nadi, dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukan keringat. Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuian diri seseorang terhadap lingkungannya. Aklimatisasi panas biasanya tercapai sesudah 2 minggu (Salami dkk, 2015).

Proses penyesuaian tersebut terutama penting saat-saat awal seseorang berada pada tempat dengan iklim (cuaca) baru. Proses aklimatisasi memerlukan perhatian khusus saat minggu-minggu pertama seseorang berada di iklim (cuaca) baru. Pekerja baru yang mulai bekerja pada lingkungan kerja dengan tekanan panas demikian akan mengalami proses aklimatisasi terhadap intensitas paparan panas yang sebelumnya tidak pernah mengalaminya (Suma’mur, 2009).

23

6. Konsumsi Alkohol

Alkohol akan mempengaruhi fungsi sistem saraf pusat dan peripheral yang bekerja sama dengan hipodehidrasi dengan menekan produksi ADH sehingga produksi urine banyak menyebabkan dehidrasi. Konsumsi alkohol selama bekerja seharusnya tidak diperbolehkan karena akan mengurangi toleransi panas dan meningkatkan resiko terjadinya heat strain (NIOSH, 2016). Asupan alkohol dapat meningkatkan kehilangan air dan bahkan dapat menyebabkan pekerja mengalami dehidrasi, meskipun sudah teraklimatisasi (Worksafe BC, 2007).

7. Status Hidrasi

Air menjadi kebutuhan utama bagi tubuh manusia. Tubuh manusia kehilangan air melalui urin, keringat, feses dan pernafasan. Terutama melalui keringat saat bekerja di lingkungan kerja yang panas. Dengan kehilangan air tubuh menyebabkan pengurangan volume plasma. Menjaga volume darah yang beredar tetap besar sangat penting untuk keamanan termoregulasi tubuh saat terjadi pajanan panas. Dehidrasi cepat terjadi jika tubuh kehilangan air dan tidak segera digantikan melalui makanan dan konsumsi cairan. Secara umum, dehidrasi karena pajanan panas menyebabkan berkurangnya kapasitas mengeluarkan keringat dan aliran darah kulit sehingga perpindahan panas dari tubuh berkurang, suhu tubuh meningkat dan resiko heat stress lebih tinggi (Hunt, 2011).

Keadaan dehidrasi akan mulai tampak bila individu kehilangan cairan sekitar 2 liter air dalam tubuh. Lingkungan kerja yang panas ataupun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan air minum ≥ 2,8 Liter, sedangkan untuk jenis pekerjaan sedang atau pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak terlalu panas

membutuhkan air minum minimal 1,9-2 Liter. Memastikan bahwa pekerja dalam lingkungan panas cukup terhidrasi dengan baik adalah salah satu cara yang paling efektif untuk melindungi kesehatan dan keselamatan kerja. Agar terhindar dari dehidrasi, seseorang harus minum secara teratur yakni satu jam sekali. Umumnya, manusia membutuhkan 2-2,5 liter air. Paling sederhana, jika kebutuhan air 2 liter air maka seseorang membutuhkan 150-250 ml air atau setara 8-16 gelas (Soemarko, 2014).

Menurut Harrianto (2010), hidrasi merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan pekerja dalam meneruskan pekerjaannya. Hidrasi yang terbaik dicapai dengan meminum sejumlah air dengan interval waktu yang pendek, misalnya 250-300 ml setiap 20-30 menit dan lebih baik bila juga mengonsumsi minuman hipotonis dengan kandungan elektrolit untuk mengganti NaCL yang hilang akibat pengeluaran keringat.

8. Masa Kerja

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka akan semakin banyak pula dia akan terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Masa kerja ini berkaitan dengan aspek durasi terhadap paparan tekanan panas. Semakin lama durasi seseorang terkena paparan panas, maka kemungkinan orang tersebut mengalami keluhan kesehatan akan semakin tinggi. Seseorang dapat mengalami keluhan subjektif dimulai saat masa kerja mencapai satu tahun (Fajrin, 2014).