• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fasilitas-fasilitas dan perubahan status bagi

BAB III. TATA CARA PEROLEHAN TANAH BAGI

2. Fasilitas-fasilitas dan perubahan status bagi

Perubahan status dari perusahaan PMDN atau Non PMDN/PMA menjadi perusahaan PMA, menurut Pasal 20 ayat(1) Keputusan Kepala BKPM nomor 57 tahun 2004 bahwa : ‘Perusahaan PMDN atau Non PMDN/PMA yang telah sah berbadan hukum yang sahamnya dibeli oleh perusahaan PMA dan atau badan hukum asing dan atau warga negara asing, wajib mengajukan permohonan perubahan status menjadi PMA kepada Kepala BKPM dengan menggunakan formulir model III B’. Namun pembelian saham dimaksud hanya dapat dilakukan jika dalam perusahaan yang sebelumnya, melakukan kegiatan pada bidang usaha yang dinyatakan tidak tertutup bagi penanaman modal asing. Dalam hal permohonan disetujui maka dikeluarkan Surat Persetujuan Perubahan Status, dengan kewajiban mengajukan kembali permohonan Surat Izin Usaha/Izin Usaha Tetap dalam rangka PMA kepada Kepala BKPM. Demikian juga perubahan status dari perusahaan PMA menjadi perusahaan PMDN menurut Pasal 19 Keputusan Kepala KBPM tersebut diatas bahwa: ‘Perusahaan PMA yang seluruh sahamnya telah dimiliki oleh peserta/ pemegang saham Indonesia wajib mengajukan permohonan perubahan status menjadi PMDN untuk memperoleh persetujuan dari Kepala BKPM dengan menggunakan formulir model III A’, dengan kewajiban yang sama dengan

memohonkan kembali Surat Izin Usaha/Izin Usaha Tetap dalam rangka PMDN.

Penggabungan perusahaan/Merger dapat dilakukan dengan memperoleh persetujuan dari Kepala BKPM, dan telah mempunyai neraca laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun buku terakhir. Status perusahaan yang merger ditentukan oleh status perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha, dalam arti bahwa jika perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha adalah perusahaan PMDN dan setelah merger tidak ada warga negara asing sebagai pemegang saham maka status perusahaan tetap PMDN, dan jika perusahaan yang meneruskan kegiatan usaha adalah perusahaan PMDN atau Non PMDN/PMA yang setelah merger terdapat warga negara asing sebagai pemegang saham, maka status perusahaan berubah menjadi PMA.

Fasilitas penanaman modal diberikan dengan mempertimbangkan tingkat daya saing perekonomian, kondisi keuangan negara dan harus promotif dibandingkan dengan fasilitas yang diberikan negara lain, dan juga sebagai upaya mendorong penyerapan tenaga kerja. Kepastian pemberian fasilitas bagi penanaman modal ini diatur oleh UU Penanaman Modal No.25 Th.2007 dalam Pasal 18 ayat (2) dan (3) menyebutkan bahwa Fasilitas penanaman modal ini diberikan kepada penanam modal yang melakukan penanaman modal baru atau yang melakukan perluasan usaha, dan yang sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut ini :

a. menyerap banyak tenaga kerja; b. termasuk skala prioritas tinggi;

c. termasuk pembangunan infrastruktur; d. melakukan alih teknologi;

e. melakukan industri pioner;

f. berada di daerah terpencil atau di daerah yang dianggap perlu; g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi; i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi;

j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri.

Bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal dalam Pasal 18 ayat (4) antara lain dapat berupa :

a. pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi didalam negeri;

b. pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;

c. pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman modal baru yang merupakan industri pionir, yaitu industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah, memperkenalkan teknologi baru serta memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional;

d. diberikan kemudahan pelayanan dan atau perizinan untuk memperoleh hak atas tanah, layanan keimigrasian dan fasilitas perizinan impor. Kemudahan pelayanan dan atau perizinan yang menyangkut hak atas tanah yaitu Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai diberikan juga oleh UU Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 yaitu dengan pemberian dan perpanjangan di muka sekaligus yang dapat diperbaharui kembali atas permohonan penanam modal berdasarkan evaluasi bahwa tanah nya masih dipergunakan dengan baik sesuai keadaan, sifat dan tujuan

pemberian hak. Fasilitas ini sebelumnya telah diberikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 mengatur tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah.

Aturan semula jangka waktu Hak Guna Usaha adalah paling lama dapat diberikan 35 (tiga puluh lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk waktu 25 (dua puluh lima) tahun yang jika berakhir dapat diberikan pembaharuan hak atas hak yang sama. Pemberian Hak Guna Bangunan diberikan jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan dapat diperpanjang untuk waktu 20 (dua puluh) tahun dan jika berakhir dapat diperbaharui kembali. Pemberian Hak Pakai dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 25 (dua puluh lima) tahun, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu selama dipakai.69

Dalam rangka penanaman modal untuk Hak Guna Usaha dapat diberikan dengan jumlah 95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara pemberian dan perpanjang sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat diperbaharui selama 35 (tiga puluh lima) tahun. Untuk Hak Guna Bagunan dapat diberikan 80 (delapan puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus selama 50 (lima puluh) tahun dan dapat diperbaharui selama 30 (tiga puluh) tahun. Hak Pakai dapat diberikan dengan jumlah 70 (tujuh puluh) tahun dengan cara dapat diberikan dan diperpanjang di

69

muka sekaligus selama 45 (empat puluh lima) tahun dan dapat diperbaharui selama 25 (dua puluh lima) tahun.70 Pemberian, perpanjangan dan pembaharuan hak ini dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika ternyata perusahaan penanaman modal menelantarkan, merugikan kepentingan umum dan tidak sesuai dengan tujuan semula atau melanggar ketentuan peraturan di bidang pertanahan. 71

Sejak dikeluarkannya Keputusan Mahkamah Konstitusi tertanggal 25 Maret 2008 dalam hal perubahan ketentuan pasal 22 Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 tentang pemberian, perpanjangan dan pembaharuan Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah, maka terhadap ketentuan yang menyatakan bahwa hak tersebut dapat “diperpanjang sekaligus” khususnya untuk kepentingan penanaman modal dinyatakan tidak berlaku lagi. Adapun yang menjadi alasan hakim pada Mahkamah Konstitusi membatalkan sebagian pasal 22 tersebut adalah dianggap bertentangan dengan konstitusi, dengan demikian aturan yang berlaku adalah ketentuan yang berlaku umum yaitu dalam Undang-Undang Pokok Agraria/UUPA Nomor 5 Tahun 1960 ( pasal 29, 35 dan pasal 41) dan

70

UU.Penanaman Modal No. 25 Th. 2007 Ps. 22, Jo. KMNA/KBPN No. 21 Th. 1994 Ps. 15, 20 dalam S.E. No. 500-3827, Jo. PP No. 40 Th. 1996 Ps. 11, 28, 48.

71

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 pasal 8, 25 dan 45 tersebut diatas.72

Setelah diuraikan pendirian Perseroan Terbatas hingga tata cara penanaman modal dapatlah dikemukakan perbedaan yang mendasar antara Perseroan Terbatas biasa atau Perseroan Terbatas Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN yaitu dalam hal :

1. Tujuan usaha yang dicantumkan dalam akta pendirian P.T. PMDN menyesuaikan pada bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan menurut Perpres Nomor 111 Tahun 2007;

72

www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusansidang.pdf. dalam Keputusan Mahkamah

Konstitusi RI Nomor 1/SKLN-VI/2008 tertanggal 25 Maret 2008, merubah ketentuan Pasal 22 menjadi berbunyi :

(1) Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a dapat diberikan dan diperpanjang dan dapat diperbaharui kembali atas permohonan penanaman modal.

(2) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat diberikan dan diperpanjang untuk kegiatan penanaman modal, dengan persyaratan antara lain :

a. penanaman modal yang dilakukan dalam jangka panjang dan terkait dengan perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih berdaya saing;

b. penanaman modal dengan tingkat resiko penanaman modal yang memerlukan pengembalian modal dalam jangka panjang sesuai dengan jenis kegiatan penanaman modal yang dilakukan; c. penanaman modal yang tidak memerlukan area yang luas;

d. penanaman modal dengan menggunakan hak atas tanah negara; dan

e. penanaman modal yang tidak mengganggu rasa keadilan masyarakat dan tidak merugikan kepentingan umum.

(3) Hak atas tanah dapat diperbaharui setelah dilakukan evaluasi bahwa tanahnya masih digunakan dan diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan pemberian hak.

(4) Pemberian dan perpanjangan hak atas tanah yang diberikan dan yang dapat diperbaharui sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) dapat dihentikan atau dibatalkan oleh Pemerintah jika perusahaan penanaman modal menelantarkan tanah, merugikan kepentingan umum, menggunakan atau memanfaatkan tanah tidak sesuai dengan maksud dan tujuan pemberian hak atas tanahnya, serta melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan.

2. Modal, berapa jumlah minimalnya tidak ditentukan seperti dalam UU P.T Nomor 40 Tahun 2007. Namun oleh BKPM diberikan batas toleransi rasional yaitu besarnya Modal Dasar adalah 10 % dari Rencana Investasi, sebagai modal ditempatkan dan disetor adalah 25 % dari modal dasar tersebut.73

3. Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri, diwajibkan bagi P.T.PMDN;

4. Fasilitas, bagi P.T.PMDN dapat diberikan berbagai fasilitas seperti kemudahan pelayanan memperoleh hak atas tanah, keringanan pajak sedangkan P.T. biasa berkewajiban membayar pajak secara penuh;

5. Syarat adanya Surat Izin Lokasi.

Dokumen terkait